ۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 80
Tidak Ada yang Aman dari “Makar” Allah Swt. & Sunnatullah
bagi Orang-orang
Bertakwa dan Orang-orang
Durhaka
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai perebutan benteng orang-orang Yahudi di Khaibar
dan penebangan beberapa pohon kurma yang kualitas buahnya buruk oleh umat Islam.
Sehubungan dengan kenyataan mengenai penghukuman atas kedurhakaan orang-orang Yahudi tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai pengusiran orang-orang Yahudi dari Madinah di masa Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ
الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ فِی
الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ
عَذَابُ النَّارِ ﴿﴾ ذٰلِکَ
بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَآقِّ
اللّٰہَ فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿﴾
Dan seandainya tidak karena Allah
telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah telah mengazab mereka di dunia ini juga,
dan bagi mereka di akhirat ada azab Api. Hal demikian itu karena mereka menentang Allah dan Rasul-Nya,
dan barangsiapa menentang Allah, maka
sesungguhnya azab Allah sangat ke-ras. (Al-Hasyr [59]:4-5).
Pembuangan Banu Nadhir dari
Medinah atas perintah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan suatu hukuman yang amat ringan. Mereka
selayaknya mendapat hukuman yang lebih
berat lagi; dan seandainya mereka tidak
dibuang, niscaya mereka telah mendapat hukuman
keras dengan suatu cara lain.
Penebangan Beberapa
Pohon Kurma &
Pembagian Fā-i (Harta Rampasan) tanpa Peperangan
Karena Allah Swt. mengetahui bahwa para penentang Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam (Al-Quran) akan banyak
menyebarkan berbagaim fitnah keji
tentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, dalam ayat-ayat
berikut ini Allah Swt. telah
mengemukakan salah satu bukti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar
sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), yaitu berkenaan dengan penebangan pohon kurma milik
orang-orang Yahudi di Khaibar,
firman-Nya:
مَا قَطَعۡتُمۡ مِّنۡ لِّیۡنَۃٍ
اَوۡ تَرَکۡتُمُوۡہَا
قَآئِمَۃً عَلٰۤی اُصُوۡلِہَا فَبِاِذۡنِ اللّٰہِ وَ لِیُخۡزِیَ
الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Pohon kurma apa saja jenisnya yang kamu tebang atau kamu membiarkannya berdiri pada akar-akarnya maka itu dengan izin Allah, supaya Dia menghinakan orang-orang durhaka. (Al-Hasyr [59]:6).
Yang diisyaratkan adalah penebangan pohon-pohon korma milik Banu Nadhir oleh orang-orang
Islam (Muslim) atas perintah Nabi Besar Muhammad saw. seperti
dinyatakan dalam Al-Hasyr ayat 3
sebelumnya, karena telah mengurung diri
mereka di dalam benteng-benteng
mereka sebagai penentangan terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw. . supaya mereka menyerah secara baik-baik.
Setelah pengepungan
berlangsung beberapa hari tetapi tidak juga ada tanda-tanda orang-orang Yahudi itu akan menyerah, kemudian
Nabi Besar Muhammad saw. memerintahkan untuk memaksa mereka menyerah
yaitu dengan menebangi beberapa pohon-pohon kurma milik mereka dari
jenis linah yang mutu buahnya
sangat buruk dan sama sekali tidak berguna untuk dimakan manusia (Ar-Raudh-al-Unuf).
Baru saja enam pohon kurma ditebang, mereka menyerah (Zurqani). Perintah
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sangat ringan,
lunak, dan sungguh sesuai dengan hukum perang yang beradab, sesuai yang telah dinasihatkan beliau saw. kepada pasukan Muslim jika terpaksa melakukan perang atau melakukan penyerangan kepada pihak lawan yang
tidak mau menyerah secara baik-baik,
di antaranya dilarang merusak tanaman,
dan membunuh perempuan, anak-anak, orang-orang tua serta
merusak bangunan-bangunan milik mereka, kecuali jika mereka menjadikan tempat
tersebut sebagai benteng pertahanan
mereka seperti contohnya di Khaibar:
وَ مَاۤ اَفَآءَ اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ
خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Dan harta rampasan apa pun dari mereka yang Allah berikan kepada Rasul-Nya maka kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta untuk harta itu, tetapi Allah
memberikan kewenangan kepada rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Hasyr [59]:7).
“Yang Membunuh dan yang
Terbunuh” Sama-sama “Masuk Neraka”
Jadi, perlakuan lembut serta penuh rahmat yang dilakukan oleh
Nabi Besar Muhammad saw. terhadap orang-orang Yahudi Madinah yang tidak
jemu-jemunya mereka itu mencari kesempatan untuk menyusahkan bahkan membunuh Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar bertolak-belakang dengan keadaan umumnya umat Islam di beberapa kawasan Muslim saat ini, yang bahkan
tersama saudara Muslim, hanya karena
adanya perbedaan dalam akidah-akidah tertentu, namun mereka
tidak segan-segan untuk menumpahkan
darahnya serta membunuhnya dengan
cara-cara yang sangat keji, misalnya
dengan bom mobil , bom bunuh diri serta tindakan-tindakan
zalim lainnya yang sangat bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah
Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat
bagi seluruh alam” (QS.21:108).
Jika demikian kenyataannya yang terjadi di Akhir Zaman ini di kalangan umumnya sesama kaum Muslimin, maka bagaimana mungkin Allah Swt, akan meridhai serta menolong “perjuangan” mereka, yang oleh kedua belah pihak yang berperang mereka yakini sebagai “berjihad
di jalan Allah” sambil meneriakan slogan “Allahu Akbar”? Padahal yang membunuh mau pun yang dibunuh adalah sesama Muslim
juga.
Kenapa demikian? Sebab Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa jika ada dua orang Muslim berkelahi (berperang) maka keduanya masuk neraka. Ketika salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah
saw. mengapa yang terbunuh pun masuk neraka juga?” Beliau saw. menjawab,
“Karena dia pun berniat (bertekad)
akan membunuh saudaranya yang Muslim itu, hanya saja ia terlebih
dulu terbunuh.” Berikut terjemahan hadits
Bukhari
tersebut:
Dari Al-Ahnaf bin Qais bahwa ia
berkata, "Pada suatu ketika saya hendak pergi menolong seseorang yang sedang
berkelahi. Secara kebetulan saya bertemu Abu Bakar, ia pun berkata, "Mau
ke mana kau?" Kujawab, "Aku akan menolong orang itu." Ia berkata
lagi, "Kembalilah! Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Apabila dua orang muslim berkelahi dan
masing-masing mempergunakan pedang maka si pembunuh dan yang terbunuh, keduanya
masuk neraka." Aku bertanya, "Hal itu bagi pembunuh, bagaimana dengan yang
terbunuh?" Beliau menjawab, "Karena
orang yang terbunuh itu juga berusaha untuk membunuh saudaranya."
Jadi, jika pada saat ini di
berbagai kawasan Muslim terus
menerus berkobar berbagai bentuk api
pertentangan dan api pertentangan maka hal tersebut membuktikan betapa benarnya
sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, sebab jika tidak demikian, mestinya
yang terjadi di kawasan umat Islam di
mana pun di dunia ini yang berlaku di
sana haruslah firman-Nya berikut ini:
وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ
الۡقُرٰۤی اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا
لَفَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَرَکٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنۡ کَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰہُمۡ بِمَا کَانُوۡا
یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan seandainya penduduk kota-kota
beriman dan bertakwa niscaya akan Kami
bukakan keberkatan dari langit
dan dari bumi bagi mereka, akan
tetapi mereka telah mendustakan,
maka Kami menimpakan azab
kepada
mereka disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-A’rāf
[7]:97).
Sunnatullah bagi “Orang-orang yang bertakwa”
dan “Orang-orang
yang Durhaka”
Sunnatullah tersebut bukan hanya berlaku bagi umat Islam saja tetapi juga berlaku bagi umat beragama lainnya, termasuk golongan Ahli-KiItab, firman-Nya:
وَ لَوۡ اَنَّ
اَہۡلَ الۡکِتٰبِ اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَکَفَّرۡنَا عَنۡہُمۡ
سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاَدۡخَلۡنٰہُمۡ
جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ﴿ ﴾ وَ لَوۡ اَنَّہُمۡ اَقَامُوا التَّوۡرٰىۃَ وَ الۡاِنۡجِیۡلَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِمۡ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ لَاَکَلُوۡا مِنۡ فَوۡقِہِمۡ
وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ ؕ مِنۡہُمۡ اُمَّۃٌ
مُّقۡتَصِدَۃٌ ؕ وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ سَآءَ مَا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Dan seandainya para Ahlul Kitab benar-benar beriman dan
bertakwa, niscaya Kami hapuskan dari
mereka keburukan mereka dan
niscaya Kami masukkan mereka ke dalam kebun-kebun kenikmatan. Dan seandainya mereka benar-benar menegakkan ajaran
Taurat, Injil, dan apa yang diturunkan kepada mereka dari
Tuhan mereka yakni Al-Quran,
niscaya mereka akan memakan barang-barang
dari atas mereka dan dari bawah kaki
mereka. Di antara mereka ada umat yang mengambil jalan tengah,
tetapi kebanyakan dari mereka sangat
buruk apa yang mereka kerjakan.
(Al-Mādah
[5]:66-67).
Makna ayat
لَاَکَلُوۡا
مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ -- “niscaya mereka akan memakan barang-barang dari atas mereka dan dari
bawah kaki mereka” adalah:
(1) Mereka niscaya akan menerima rahmat dari langit seperti wahyu Ilahi dan hubungan dengan Allah
Swt. juga kesejahteraan duniawi.
(2) Mereka bukan saja akan mendapat siraman hujan pada waktunya yang tepat
dan lebat dari langit, tetapi tanah pun akan memberikan hasilnya untuk mereka dengan
berlimpah-limpah.
(3) Allah Swt. niscaya akan menyediakan untuk mereka sarana-sarana bagi kemajuan ruhani maupun jasmani.
Namun yang kenyataan
yang saat ini terjadi di berbagai
kawasan umat Islam adalah firman Allah Swt. berikut ini:
قُلۡ ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab kepada kamu
dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan
kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat
sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti.
(Al-An’ām [6]:66).
“Azab
dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penin-dasan
terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental, dan
sebagainya, dan “siksaan dari bawah”
berarti: penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan
sebagainya.
Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan perselisihan
yang kadang-kadang berakhir dalam perang
saudara. Hal demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata membuat sebagian
kamu merasakan keganasan sebagian yang lain, sebagaimana yang saat ini terjadi di berbagai kawasan Muslim.
Tidak ada yang Aman dari “Makar” Allah Swt.
Jadi, benarlah pernyataan Allah Swt.
berikut ini, bahwa hanya orang-orang
beriman sajalah yang merasa takut terhadap “makar” Allah Swt.
– seperti yang terjadi atas Nabi
Yunus a.s. yang harus tinggal dalam “perut ikan” selama 3
hari 3 malam (QS.37:140-149) dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. setelah mengalami
peristiwa penyaliban harus
tinggal dalam “perut bumi” (gua) selama 3 hari 3 malam
(4:158-159; Matius 12:38-39) --
sedang “orang-orang yang merugir” mereka merasa aman dari
“makar” Allah Swt. tersebut, firman-Nya:
اَفَاَمِنَ اَہۡلُ
الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا بَیَاتًا وَّ ہُمۡ
نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ ﴾ اَوَ اَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا
ضُحًی وَّ ہُمۡ یَلۡعَبُوۡنَ ﴿ ﴾ اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri
ini merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di malam
hari selagi mereka tidur? Ataukah penduduk
negeri-negeri ini merasa
aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka, waktu matahari naik sepenggalah
sedangkan mereka bermain-main? Apakah mereka
merasa aman dari makar Allah?
Maka tidak ada yang merasa dirinya aman
dari makar Allah kecuali kaum yang
rugi. (Al-A’rāf [7]:98-100).
“Makar” Allah Swt. tersebut
terjadi pula pada orang-orang Yahudi
setelah diusir dari Madinah oleh Nabi Besar Muhammad saw. kemudian mereka
membuat yang benteng perlindungan di Khaibar,
yang mereka yakini akan dapat menyelamatkan
mereka dari orang-orang Muslim yang mengepung
mereka di bawah pimpinan Sayyidina Ali
bin Abi Thalib r.a., firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ
لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ
الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا
اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ
حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ
اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭
وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭ فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa
pun yang
ada di seluruh langit dan apa
pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang
yang kafir di antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama.
Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar,
dan mereka pun menyangka bahwa
benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan.
(Al-Hasyr
[59]:1-3).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar