Senin, 18 November 2013

Berbagai Tujuan Izin Berperang Menurut Allah Swt. dalam Al-Quran


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  74

            Berbagai Tujuan Izin Berperang Menurut Allah Swt. dalam Al-Quran       

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  perbedaan pengorbanan jiwa para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.  dengan para pelaku “bom bunuh biri” di Akhir Zaman ini.   Keteguhan hati para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut dalam menghadap  lasykar-lasykar persekutuan yang sangat besar jumlahnya serta  sangat kuat perlengkapan perangnya  tersebut bukanlah seperti perbuatan  jahil (bodoh) dan zalim (aniaya)  para pelaku “bom bunuh diri  di Akhir Zaman ini  --  yang disebut “para pengantin” yang akan mendapat hadiah  para “bidadari di  akhirat” – yang telah banyak  memakan korban  jiwa  orang-orang yang tidak berdosa, sebagai  hasil dari dari “cuci-otak” yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab serta menyalah-tafsirkan ajaran Islam (Al-Quran), melainkan merupakan hasil  pelaksanaan Sifat Rabbubiyyat   atau tarbiyat   sempurna Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana firman-Nya berikut ini:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾    ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 

Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:1-3). 

   Keempat sifat Ilahi itu  الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ  --  Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana     bertalian dengan keempat tugas  Nabi Besar Muhammad saw. yang tercantum di dalam ayat berikutnya, yaitu  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ  --  “yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.

  Tugas suci  Nabi Besar Muhammad saw.  meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf itu leluhur beliau saw., Nabi Ibrahim a.s.  telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).

Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu (Reformer/Mushlih Rabbani) dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu jemaat (jama’ah) yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu, kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya tersebut ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain dengan  tanpa paksaan serta kekerasan (QS.2:257; QS.9:6; QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4).

 Tarbiyat (didikan) yang Nabi Besar Muhammad saw.   berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw.  (QS.33:22) menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan dasar agama Islam itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.



Tujuan Izin Berperang Secara Fisik dalam Ajaran Islam



  Modal perjuangan  yang suci” itulah yang menjadi “bekal” para mujahid Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafatur-Rasyidin  dalam melaksanakan da’wah Islam ke seluruh dunia dan mereka itu dalam melaksanakannya  -- termasuk ketika mereka  terpaksa  harus  melakukan peperangan ­­   --  mereka tetap  mengamalkan misi “rahmatan lil ‘alamin” (rahmat bagi seluruh  alam) Nabi Besar Muhammad saw. (QS.21:108), firman-Nya:

اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ﴾

Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.   (Al-Hājj [22]:40). 

      Dengan ayat ini mulai diperkenalkan masalah jihad. Masalah kurban merupakan pendahuluan yang tepat bagi pokok yang sangat penting ini. Sebelum umat Islam diberi izin untuk mengadakan perang membela diri, mereka diberi pengertian mengenai pentingnya pengurbanan.

      Ayat ini menerangkan dengan sangat jelas tentang pandangan Islam mengenai jihad. Sebagaimana ayat ini menunjukkan  bahwa jihad  adalah berperang untuk membela kebenaran. Tetapi di mana Islam tidak mengizinkan perang agresi macam apa pun  maka perang yang diadakan untuk membela kehormatan sendiri, negara, atau agama itu, dianggap suatu amal shalih yang amat tinggi nilainya.

      Manusia merupakan hasil karya Allah Swt.  yang paling mulia. Ia adalah puncak ciptaan-Nya, tujuan dan maksud-Nya.  Manusia  adalah khalifah (wakil) Allah di bumi dan raja seluruh makhluk-Nya (QS.2:31). Inilah pandangan Islam mengenai kemuliaan manusia di alam raya ini. Oleh sebab itu wajar sekali  bahwa agama yang telah mengangkat manusia ke taraf yang begitu tinggi harus pula menempatkan jiwa manusia pada kedudukan yang sangat penting dan suci.

      Menurut Allah Swt. dalam Al-Quran, dari segala sesuatu manusialah yang paling mulia dan tidak boleh diganggu. Merenggut nyawanya merupakan perkosaan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat langka, dan Al-Quran telah menyebutkan hal tersebut  secara khusus (QS.5:33; QS.17:34).



Kebebasan Menyatakan Kata Hati &

Memelihara Rumah-rumah Ibadat Agama-agama Lain



       Tetapi menurut Islam, kebebasan menyatakan kata hati merupakan hal yang tidak kurang pentingnya. Hal ini merupakan pusaka manusia yang paling berharga — mungkin lebih berharga daripada jiwa manusia sendiri. Al-Quran yang telah memberi kedudukan yang semulia-mulianya kepada kehidupan manusia, tidak mungkin tidak mengakui, dan menyatakan bahwa kesucian dan haknya yang tidak boleh diganggu, sebagai hak asasi yang paling berharga. Untuk membela milik mereka yang paling berharga itulah, orang-orang Muslim telah diberi izin  oleh Allah Swt. untuk mengangkat senjata.

      Menurut kesepakatan di antara para ulama, ayat 40 Surah Al-Hajj inilah yang merupakan ayat pertama, yang memberi izin kepada orang-orang Muslim untuk mengangkat senjata guna membela diri. Ayat ini menetapkan asas-asas yang menurut itu, orang-orang Muslim boleh mengadakan perang untuk membela diri, dan bersama-sama dengan ayat-ayat berikutnya mengemukakan alasan-alasan yang membawa orang-orang Islam yang amat sedikit jumlahnya itu — tanpa persenjataan dan alat-alat duniawi lainnya — untuk berperang membela diri.

    Hal itu mereka lakukan sesudah mereka tidak henti-hentinya mengalami penderitaan selama bertahun-tahun di Mekkah, dan sesudah mereka dikejar-kejar sampai ke Medinah dengan kebencian yang tidak ada reda-redanya dan di sini pun mereka diusik dan diganggu juga. Alasan pertama yang dikemukakan dalam ayat ini  yaitu bahwa mereka diperlakukan secara zalim. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

  الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾    

Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata: “Tuhan kami Allah.” Dan seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,  dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa.  (Al-Hājj [22]:41).

      Ayat  ini  memberi alasan kedua, yaitu bahwa orang-orang Islam telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang adil dan sah, satu-satunya “kesalahan” yang dituduhkan kepada  mereka ialah hanya karena mereka beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Bertahun-tahun lamanya orang-orang Muslim ditindas di Mekkah, kemudian mereka diusir dari sana (QS.8:31; QS.9:40) dan tidak pula dibiarkan hidup dengan aman di tempat pembuangan mereka di Medinah. Islam diancam dengan kemusnahan total oleh suatu serangan gabungan suku-suku Arab di sekitar Medinah, yang terhadapnya orang Quraisy mempunyai pengaruh yang besar, mengingat kedudukan mereka sebagai penjaga Ka’bah.

    Kota Medinah sendiri menjadi sarang kekacauan dan pengkhianatan. Orang-orang Yahudi bersatu-padu memusuhi  Nabi Besar Muhammad saw., sehingga  dengan hijrah tersebut kesulitan  Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam bukannya berkurang, bahkan makin bertambah.



Islam Tidak Mengizinkan Perang Agresi



       Di tengah-tengah keadaan yang amat tidak menguntungkan itulah orang-orang Muslim terpaksa mengangkat senjata untuk menyelamatkan diri mereka, agama mereka, dan wujud  Nabi Besar Muhammad saw.   dari kemusnahan.  Oleh karena itu jika ada suatu kaum yang pernah mempunyai alasan yang sah untuk berperang, maka kaum itu adalah  Nabi Besar Muhammad saw.  dan para sahabat beliau saw., namun para kritisi Islam yang tidak mau mempergunakan akal telah menuduh, bahwa beliau saw. melancarkan peperangan agresi untuk memaksakan agama beliau saw. kepada orang-orang yang tidak menghendakinya.

   Sesudah memberikan alasan-alasan, mengapa orang-orang Islam terpaksa mengangkat senjata, ayat ini mengemukakan tujuan dan maksud peperangan yang dilancarkan oleh umat Islam. Tujuannya sekali-kali bukan untuk merampas hak orang-orang lain atas rumah dan milik mereka, atau merampas kemerdekaan mereka serta memaksa mereka tunduk kepada kekuasaan asing, atau untuk menjajagi pasar-pasar yang baru atau memperoleh tanah-tanah jajahan baru, seperti telah diusahakan oleh kekuasaan negara-negara kuat dari barat.

      Yang dimaksudkan ialah mengadakan perang semata-mata untuk membela diri dan untuk menyelamatkan Islam dari kemusnahan, dan untuk menegakkan kebebasan berpikir; begitu juga untuk membela tempat-tempat peribadatan yang dimiliki oleh agama-agama lain — gereja-gereja, rumah-rumah peribadatan Yahudi, kuil-kuil, biara-biara, dan sebagainya (QS.2:194; QS.2:257; QS.8:40 dan QS.8:73).

      Jadi tujuan pertama dan terutama dari perang-perang yang dilancarkan oleh Islam di masa yang lampau --  dan selamanya di masa yang akan datang pun  -- ialah menegakkan kebebasan beragama dan beribadah dan berperang membela negeri, kehormatan, dan kemerdekaan terhadap serangan tanpa dihasut. Apakah ada alasan untuk berperang yang lebih baik daripada ini? Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengeai hal tersebut:

 اَلَّذِیۡنَ  اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ  فِی الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ  نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لِلّٰہِ  عَاقِبَۃُ  الۡاُمُوۡرِ ﴿﴾

Orang-orang yang jika Kami meneguhkannya di bumi mereka mendirikan shalat, membayar zakat,  menyuruh berbuat kebaikan dan mela-rang dari keburukan. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hājj [22]:40-42).

   Ayat ini mengandung perintah Allah Swt. bagi orang-orang Muslim, bahwa manakala mereka memperoleh kekuasaan, maka mereka tidak boleh mempergunakannya untuk kemajuan bagi kepentingan diri mereka sendiri, melainkan harus digunakan untuk memperbaiki nasib orang-orang miskin dan orang-orang tertindas dan untuk menegakkan keamanan serta keselamatan di daerah-daerah kekuasaan mereka, dan bahwa mereka harus menghargai dan melindungi tempat-tempat peribadatan, yaitu sesuai dengan missi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:

وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾

Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.  (Al-Anbiya [21]:108).

    Pendek kata, para mujahid Islam yang hakiki tersebut dalam melaksanakan jihad mereka di jalan Allah Swt.  tidak pernah melepaskan ketakwaan kepada Allah Swt. dan kepatuh-taatan sempurna kepada Nabi Besar Muhammad saw.



Kepengecutan Para Pengikut Nabi Musa a.s. &

Keteguhan Iman Para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw.



       Kembali kepada Surah Al-Ahzab ayat 12,   sekaligus mengandung nubuatan dan tantangan. Ada pun mengenai tantangan itu ditujukan kepada kekuatan-kekuatan kejahatan supaya mengerahkan segala sumber daya mereka dan membentuk diri mereka menjadi suatu persekutuan yang kuat untuk menghentikan derap maju Islam. Sedangkan sebagai nubuatan  ialah  bahwa seluruh kekuatan keingkaran itu akan dihancurluluhkan, bila mereka berani menentang Islam. Nubuatan agung ini telah menjadi sempurna kata demi kata dalam Pertempuran Khandak.

     Autad-al-ardh berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad berarti pemilik lasykar-lasykar atau pemilik  pasukan-pasukan besar (Aqrab-al- Mawarid).

     Bandingkan perkataan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.:  ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ   -- “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami,  dan Allah serta  Rasul-Nya telah mengatakan yang benar  (QS.33:21) dengan ucapan para pengikut Nabi Musa a.s.   yang sangat pengecut berikut ini, firman-Nya:

وَ  اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ  ﴿﴾ یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ  کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی  اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ  یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿﴾

Dan ingatlah ketika  Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah  nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa.  Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagi kamu,  dan janganlah kamu berbalik ke belakangmu lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.”   Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum  yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah memasukinya  hingga mereka keluar sendiri darinya, lalu  jika mereka keluar darinya maka kami   akan memasukinya.”  (Al-Māidah [5]:21-23).

       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keteguhan iman  para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  ketika menghadapi peperangan  melawan orang-orang kafir yang  jumlahnya dan kekuatannya berkali lipat daripada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.:

مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾

Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allah,  maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,  dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun, supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. Se-sungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).

     Ayat ini merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan   iman para pengikut   (Sahabat) Nabi Besar Muhammad saw.. Tidak pernah para pengikut nabi yang mana jua pun menerima dari Allah surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.

Seperti halnya wujud junjungan mereka tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas beliau sebagai nabi, begitu pula para sahabat beliau tiada bandingannya dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka.



Kembali dengan Membawa Kemarahan dan Kekecewaan



   Mengenai kegagalan missi  golongan persekutuan (al-Ahzāb) dalam perang Khandak selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَ رَدَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ  لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ  اللّٰہُ   قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾

Dan Allah telah mengembalikan orang-orang kafir dalam kemarahan mereka,  mereka tidak memperoleh kebaikan apapun. Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam perang itu, dan Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Ahzāb [33]:26).

  Allah Swt.  menangkis serangan-serangan lasykar persekutuan orang-orang Arab. Mereka terpaksa membatalkan pengepungan dan, dengan hati kesal dan marah atas kegagalan mutlak dalam usaha mereka yang rendah dan buruk itu,  mereka pulang ke rumah mereka dan tidak pernah mempunyai kemampuan lagi menyerang Medinah.

Semenjak itu inisiatip beralih ke tangan orang-orang Islam. Pertempuran Khandak menandai titik-balik dalam sejarah Islam. Dari suatu golongan yang tadinya sangat kecil lagi lemah, pula terus menerus diganggu dan dianiaya, Islam telah menjadi suatu kekuatan raksasa di tanah Arab.



(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,   5 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar