بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 77
Nubuatan Mengenai Pengusiran Kaum
Yahudi Selanjutnya Setelah Pengusiran yang Pertama dari Madinah oleh Nabi
Besar Muhammad saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai adanya persamaan makar-makar buruk yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi di
Madinah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dengan makar-makar buruk yang
dilakukan “syaitan-syaitan” – yakni para pendurhaka
-- yang mengajarkan “sihir” di zaman
pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., sebagaimana firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَیۡکَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ ۚ وَ مَا یَکۡفُرُ
بِہَاۤ اِلَّا الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اَوَ
کُلَّمَا عٰہَدُوۡا عَہۡدًا نَّبَذَہٗ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ ؕ بَلۡ
اَکۡثَرُہُمۡ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ
مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ
٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ ظُہُوۡرِہِمۡ
کَاَنَّہُمۡ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫ وَ
اتَّبَعُوۡا مَا
تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ
لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ
اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ
حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ
مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ
مَا یَضُرُّہُمۡ وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا
لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
sungguh Kami benar-benar telah menurunkan Tanda-tanda yang nyata kepada engkau, dan sekali-kali
tidak ada yang kafir kepadanya
kecuali orang-orang fasik. Apakah patut setiap
kali mereka membuat janji, segolongan dari mereka membuangnya? Bahkan kebanyakan
dari mereka tidak beriman. Dan
tatkala datang kepada mereka
seorang rasul dari sisi Allah, menggenapi
apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang yang diberi Alkitab membuang Kitab Allah ke belakang
punggungnya, se-olah-olah mereka
tidak mengetahui. (Al-Baqarah
[2]:100-102).
Ayat-ayat tersebut menerangkan kedurhakaan
dan pengkhianatan golongan Ahli-Kitab – terutama kaum
Yahudi – terhadap kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw.
sebagai “Nabi yang seperti Musa” (Ulangan
18:18; QS.26:194-198; QS.46:11), yang mengenai
nubuatan-nubuatan tersebut dalam Bible mereka sangat
mengenalnya bagaikan mengenal anak-anak
mereka sendiri (QS.2:147-148; QS.6:21).
Atas
dasar adanya nubuatan-nubuatan
itu pulalah beberapa kabilah
(suku) orang-orang Yahudi berada di
kota Madinah, dan bahkan di
kalangan mereka -- yang munafik -- membenarkan serta memberitahukan
mengenai adanya nubuatan-nubuatan tentang Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai “Nabi
yang seperti Musa” yang datang dari kalangan “saudara Bani Israil” yakni Bani Isma’il (QS.2:15, 77; QS.3:120;
QS.5:60-62), selaras dengan doa Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.
ketika membangun kembali Ka’bah (Baitullah
– QS.2:128-130).
Mengulangi Kedurhakaan Nenek-moyang Mereka di Zaman
Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menjelaskan, bahwa orang-orang Yahudi tersebut bukannya beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.,
melainkan melakukan berbagai macam makar buruk sebagaimana yang sebelumnya dilakukan oleh nenek-moyang mereka pada zaman
pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., firman-Nya:
وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا
الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ
الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ
عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ
وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا
نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ
بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ
مَا ہُمۡ بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ
مَا یَضُرُّہُمۡ وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا
لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka mengikuti apa yang diikuti oleh syaithan-syaitan yakni para
pemberontak di masa kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Tetapi mereka itu
mengaku mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua malaikat, Harut dan Marut, di Babil.
Padahal keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan dari
Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.” Lalu orang-orang belajar dari keduanya hal yang
dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan
mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan mereka
ini belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak
bermanfaat baginya.
Dan sungguh mereka benar-benar
mengetahui bahwa barangsiapa
berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui (Al-Baqarah [2]:100-103).
Akibat dari kedurhakaan yang orang-orang
Yahudi lakukan pada masa pemerintahan Nabi
Sulaiman a.s. tersebut, sesuai dengan janji mengenai “berkat” dan “kutuk” yang
dikemukakan Nabi Musa a.s. (Ulangan 28:1-68) -- telah membuat mereka untuk yang pertama
kalinya terusir secara hina dari Palestina,
“Negeri yang djanjikan” oleh serbuan
dahsyat belatentara Raja Nezukadnezar
dari kerajaan Babilonia, dan para peristiwa pengusiran
yang pertama tersebut kota Yerusalem
dihancur-luluhkan, firman-Nya:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا
ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ اللّٰہُ
بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ
کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ
لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ اِلٰی
طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ
لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا
ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ اَنَّ اللّٰہَ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Atau seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota yang
dinding-dindingnya telah
runtuh atas atap-atapnya, kemudian
ia berkata: “Kapankah Allah akan
menghidupkan kembali kota ini sesudah kematian yakni kehancurannya?” Lalu Allah
mematikannya seratus tahun lamanya, kemudian Dia membangkitkan-nya lagi dan berfirman: “Berapa lamakah engkau tinggal dalam
keadaan seperti ini?” Ia berkata: “Aku
tinggal sehari atau sebagian hari.
Dia berfirman: “Tidak, bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya.
Tetapi lihatlah makanan engkau
dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah
keledai engkau, dan Kami
melakukan demikian itu supaya Kami
menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia. Dan lihatlah
tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka
tatkala kenyataan ini menjadi
jelas baginya ia berkata: “Aku
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah [2]:260).
Penjelasan terinci mengenai hakikat
kedua firman Allah Swt. yang banyak
disalah-tafsirkan berupa cerita khayal tersebut lihat Bab 26 sd Bab 29.
Nubuatan
Mengenai Pengusiran Orang-orang Yahudi
Setelah Pengusiran Mereka yang Pertama dari Madinah
Sesudah kekalahan sementara yang diderita oleh
kaum Muslimin pada Perang Uhud, kasak-kusuk dan perlawanan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. kian menjadi-jadi (masif). Maka
setelah keaniayaan mereka melampaui batas serta kehadiran mereka di Medinah ternyata
selalu merupakan sumber bahaya kematian
kaum Muslimin dan negara Islam, baru pada saat itulah Nabi Besar Muhammad saw. mengambil
tindakan terhadap mereka. Beliau saw. mengepung
benteng me-reka dan, setelah mereka
dengan sia-sia bertahan selama 21
hari, pada akhirnya mereka menyerah.
Mereka diperintahkan
meninggalkan Medinah lalu mereka semua berangkat ke Siria, kecuali dua keluarga
Yahudi memilih tetap tinggal di Khaibar. Nabi Besar Muhammad saw. luar biasa baik hati dan lemah-lembutnya
terhadap mereka. Pada peristiwa pengusiran mereka tersebut beliau saw. mengizinkan mereka membawa harta benda dan ternak mereka.
Mereka bertolak
dengan aman dari Medinah, tetapi
mereka tidak berbuat demikian, sebelumnya mereka dihinggapi rasa putus asa dari mendapat bantuan yang dinanti-nanti mereka dari sekutu-sekutu mereka di Mekkah dan dari kaum munafikin di Medinah, dan lagi pula
telah terbukti bahwa benteng mereka,
yang mereka duga tidak terbobolkan itu, ternyata tidak dapat menyelamatkan
mereka.
Mengingat rencana jahat dan tipu daya mereka, persekongkolan-persekongkolan
dan perkomplotan-perkomplotan rahasia
mereka, serta perbuatan khianat dan kepalsuan yang dilakukan mereka berulang-ulang,
pula pelanggaran perjanjian-perjanjian
resmi yang terjadi setiap kali, maka hukuman
yang dijatuhkan atas mereka itu sungguh amat ringan sekali.
Isyarat di dalam kata-kata
“pada waktu pengusiran pertama”, dapat
ditujukan kepada pengusiran terhadap Banu Qainuqa’ dari Medinah sesudah
Pertempuran Badar, atau kata-kata itu
dapat pula tertuju kepada pengusiran
dari Medinah terhadap ketiga suku Yahudi
tersebut di atas oleh Nabi Besar
Muhammad saw.. Itulah pengusiran
mereka yang pertama. Tetapi Sayyidina Umar bin Khaththab r.a., Khalifah kedua Nabi Besar Muhammad saw. mengusir
seluruh orang Yahudi dari daerah Arab selebihnya untuk yang kedua kalinya dan yang terakhir.
Jadi, kata-kata ہُوَ الَّذِیۡۤ اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ
الۡحَشۡرِ -- “Dia-lah
Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir
di antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama,” dapat
dianggap mengandung suatu kabar gaib (nubuatan),
bahwa sesudah suku-suku bangsa Yahudi
Medinah diusir oleh Nabi Besar Muhammad saw. maka semua
orang Yahudi akan mengalami nasib
yang sama pada masa mendatang, sebagaimana yang kemudian dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khathtab r.a..
Politik “Bumi Hangus” Kaum Yahudi di Madinah &
Persamaan Bani Israil dengan Bani
Ismail (Umat Islam)
Mengingat akan sumber-sumber daya materi, persekutuan
politik, dan organi-sasi
orang-orang Yahudi di Medinah yang sangat kuat, karena itu kaum Muslim tidak pernah dapat membayangkan betapa orang-orang Yahudi bisa
diusir dari Medinah dengan sangat mudah
tanpa kehilangan jiwa manusia pada
kedua belah pihak. Itulah makna ayat:
مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا
وَ ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ
یَحۡتَسِبُوۡا
“kamu
sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka
akan keluar, dan mereka pun menyangka
bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,
maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَذَفَ
فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
“dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman.”
Sebelum
berangkat dari Medinah, Banu Nadhir
telah membumi-hanguskan dengan tangan
mereka sendiri rumah-rumah mereka
serta kekayaan yang tidak bergerak
lainnya di hadapan mata kaum Muslimin. Padahal Nabi Besar Besar Muhammad saw. telah memberi mereka tempo 10 hari untuk menyelesaikan urusan mereka sebagaimana diinginkan oleh mereka.
Jadi, orang-orang Yahudi
Medinah adalah bangsa yang
pertama-tama menjalankan politik
bumi-hangus, berabad-abad sebelum bangsa
Rusia melakukan serupa itu dalam Perang
Dunia kedua.
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai alasan, mengapa
walau pun dari seluruh kaum-kaum terdahulu
-- sebelum umat Islam – kaum Bani Israil
adalah kaum yang paling banyak mendustakan dan menganiaya para Rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:98-99), tetapi Allah Swt. tidak membinasakan mereka seperti kaum-kaum
purbakala sebelumnya, adalah karena:
(1) Allah
Swt. mentakdirkan mengenai kebangkitan Bani Isma’il yang merupakan “saudara
Bani Israil”, dimana Nabi Besar
Muhammad saw. telah bersabda, bahwa
antara Bani Isma’il (umat Islam)
dengan Bani Israil akan memiliki persamaan seperti “persamaan sepasang sepatu”:
Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah
bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian,
sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak,
niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan
Nasrani?” Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
(2) Persamaan yang baik kedua
kaum keturunan Nabi Ibrahim a.s.
tersebut adalah sebagaimana di kalangan Bani Israil Allah Swt. membangkitkan
Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula
di kalangan Bani Ismail Allah Swt.
membangkitkan “Nabi yang seperti Musa
a.s.” -- yakni Nabi Besar Muhammad saw. (Ulangan
18:18; QS.46:11) dan “Nabi yang seperti (misal) Isa Ibnu Maryam a.s.“
(QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud
a.s. atau Rasul Akhir Zaman yakni
Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.11:18;
QS.63:2-3), sehingga “burung” Nabi Ibrahim a.s. jumlahnya
benar-benar 4 ekor burung (QS.2:261),
bukan 3 ekor burung.
Kenapa demikian?Sebab menurut umumnya kepercayaan umat Islam bahwa Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. diutus dua kali,
pertama sebagai Rasul Allah untuk kalangan Bani Israil, dan pengutusan yang kedua di sebagai Rasul Allah untuk Bani
Isma’il (umat Islam), padahal dengan tegas
Allah Swt. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyatakan bahwa beliau adalah Rasul Allah hanya untuk Bani
Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) serta
beliau sudah wafat (QS.3:56;QS.5:117-119; QS.21:35-36).
(3) Persamaan yang buruk kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah bahwa akibat kedurhakaan mereka kepada Allah
Swt. dan kepada para Rasul Allah maka Allah Swt. telah menghukum Bani Israil dan Bani Isma’il
(umat Islam) dua kali, yakni Bani
Israil – sebagai akibat kutukan Nabi
Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.5:79-81) -- dihukum melalui serbuan dahsyat raja Nebukadnezar dari Babilonia dan Panglima Titus dari kerajaan Romawi;
sedangkan hukuman yang menimpa Bani
Isma’il (umat Islam) adalah pertama
melalui serangan dahsyat bala tentara
bangsa Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku
Khan, cucui Jenghis Khan,
dan hukuman
yang kedua melalui Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen dari Barat (QS.17:5-11).
Sehubungan dengan kenyataan
itulah selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pengusiran
orang-orang
Yahudi dari Madinah:
وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ فِی الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابُ النَّارِ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ
یُّشَآقِّ اللّٰہَ فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Dan seandainya tidak karena Allah telah
menetapkan pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah telah mengazab mereka di dunia ini juga,
dan bagi mereka di akhirat ada azab Api. Hal
demikian itu karena mereka menentang Allah
dan Rasul-Nya, dan barangsiapa
menentang Allah, maka sesungguhnya azab
Allah sangat ke-ras. (Al-Hasyr
[59]:4-5).
Pembuangan Banu
Nadhir dari Medinah atas perintah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan
suatu hukuman yang amat ringan.
Mereka selayaknya mendapat hukuman yang
lebih berat lagi; dan seandainya mereka tidak
dibuang, niscaya mereka telah mendapat hukuman
keras dengan suatu cara lain.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 8 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar