Kamis, 30 Oktober 2014

Para 'Ulama Hakiki dan Ahli Bait Nabi Besar Muhammad Saw. di Masa Awal dan di Akhir Zaman



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   348

Para ‘Ulama Hakiki  dan Ahli Bait Nabi Besar Muhammad Saw. di Masa Awal dan di Akhir Zaman   

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan ayat  mengenai  siraman  wahyu Al-Quran -- sebagai air hujan ruhani yang paling sempurna -- benar-benar telah membuat wilayah Arabia yang keadaannya kering-kerontang, seperti halnya kering-kerontang serta kerasnya hati bangsa Arab (QS.17:50:53), hanya dalam waktu 23 tahun melalui Nabi Besar Muhammad saw.  telah berubah menjadi wilayah yang rimbun  berbagai “pohon ruhani” yang sangat menakjubkan, sebagaimana digambarkan oleh firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾  تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ  قَرَارٍ ﴿﴾  یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah engkau melihat, bagaimana Allah mengemukakan مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ -- perumpamaan satu kalimat yang baik? Kalimat itu seperti sebatang pohon yang baik, yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau  langit?  تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا  -- ia memberikan buahnya  setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-Nya); وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan  Allah mengemukakan  perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia, supaya mereka mendapat nasihat.  اجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ  قَرَارٍ  وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ -- dan perumpamaan kalimah yang buruk adalah seperti  pohon buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, ia se-kali-kali tidak   memiliki kemantapan.   یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ  -- Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ  -- dan Allah menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim [14]:25-28).

Perbedaan “Pohon yang Baik” dengan “Pohon yang Buruk

       Firman Allah Swt. dalam ayat-ayat ini – yakni wahyu Al-Quran -- diumpamakan sebatang pohon yang mempunyai empat macam sifat yang penting:
   (a) Kalam Ilahi  itu baik, artinya bersih dari segala ajaran-ajaran yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia atau berlawanan dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
      (b) Seperti sebatang pohon yang baik, akarnya dalam serta buahnya subur; Kalam Ilahi itu mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan menerima hayat serta jaminan hidup yang tetap segar dari sumbernya (QS.15:10); dan laksana sebatang pohon yang kuat  firman Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan angin perlawanan serta kecaman yang timbul dari rasa permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai. Firman Allah itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu sumber yakni Allah Swt. dan oleh karena itu tidak ada ketidak-serasian atau pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya (QS.4:83; QS.47:25) sebagaimana halnya keserasian tatanan alam semesta (QS.21:23; QS.67:1-5).
        (c) Dahan-dahannya menjangkau sampai ke langit, yang berarti bahwa dengan mengamalkannya, orang dapat menanjak ke puncak-puncak kemuliaan ruhani tertinggi (QS.3:32; QS.4:70-71).
      (d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang masa. Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya (QS.3:103-111; QS.61:3-5)  mencapai perhubungan dengan Allah Swt. (QS.3:32; QS.4:70-71),   dan karena kejujurannya serta kesucian dalam tingkah lakunya, menjulang tinggi dan mengatasi orang-orang yang sezaman dengan mereka (QS.62:3-5). Al-Quran memiliki semua sifat itu dalam kadar (ukuran) yang sepenuhnya.
      Berbeda dari pohon yang baik, keadaan kitab yang diciptakan oleh seorang pemalsu, adalah seperti pohon yang buruk. Ia tidak memiliki kekekalan atau kemantapan. Ajarannya tidak didukung oleh akal maupun hukum-hukum alam. Kitab semacam itu tak dapat bertahan terhadap kritikan, dan asas-asas serta cita-citanya terus berubah bersama dengan berubahnya keadaan manusia dan lingkungannya.
        Ia merupakan ajaran yang campur aduk, dikumpulkan dari sumber-sumber yang meragukan.  Kitab semacam itu tidak bisa melahirkan orang-orang yang dapat menda'wakan pernah mengadakan perhubungan yang hakiki dengan Allah Swt.. Kitab seperti itu tidak menerima daya hidup yang baru dari sumber Ilahi dan selamanya terancam keruntuhan dan kemunduran.

Empat Macam   Tugas  Mulia  Nabi Besar Muhammad Saw.

       Penjelasan mengenai gambaran “kalimat yang baik  atau “pohon yang baik” tersebut terangkum dalam firman-Nya berikut ini mengenai 4 tugas mulia Nabi Besar Muhammad saw.:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾    
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ  -- itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
   Tugas suci Nabi Besar Muhammad saw.   meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini, yakni: (1) membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  (2) mensucikan mereka, (3)  mengajarkan kepada me-reka Kitab, (4) mengajarkan Hikmah-hikmahnya.
 Keempat tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada  Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf itu leluhur beliau saw., Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau yaitu  ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s.  beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah, firman-Nya:
رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah  seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab  dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Baqarah [2]:130).
       Perlu dijelaskan, bahwa ada perbedaan urutan  mengenai  keempat macam tugas  mulia Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan dalam doa Nabi Ibrahim a.s. dengan kenyataannya yang berhasil dilakukan   oleh Nabi Besar Muhammad  saw., yakni dalam doa Nabi Ibrahim a.s.  kalimat  yang akan mensucikan mereka  ada pada urutan terakhir, sedang dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut ada pada urutan kedua, seperti juga dalam dua firman Allah Swt. berikut ini:
کَمَاۤ  اَرۡسَلۡنَا فِیۡکُمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡکُمۡ  اٰیٰتِنَا وَ یُزَکِّیۡکُمۡ وَ یُعَلِّمُکُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُعَلِّمُکُمۡ مَّا لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؕۛ فَاذۡکُرُوۡنِیۡۤ اَذۡکُرۡکُمۡ  وَ اشۡکُرُوۡا لِیۡ وَ لَا تَکۡفُرُوۡنِ ﴿﴾٪
Sebagaimana   Kami telah mengutus kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu, yang membacakan Ayat-ayat Kami kepada kamu, mensucikan kamu, mengajar kamu Kitab serta hikmah, dan mengajar kamu apa yang  tidak  pernah kamu ketahui,   maka kamu  ingatlah   Aku, Aku pun akan mengingat kamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kafir  kepada-Ku. (Al-Baqarah [2]:152-153).
      Dalam firman-Nya tersebut  kalimat وَ یُعَلِّمُکُمۡ مَّا لَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡلَمُوۡنَ  -- “dan mengajar kamu apa yang  tidak  pernah kamu ketahuimenggantikan kalimat  وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  -- “walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata”, tetapi memiliki makna yang sama, sebab  kata “kesesatan yang nyata” menunjukkan “ketidak-tahuan akan kebenaran,” sebagaimana dalam firman-Nya berikut ini:
لَقَدۡ مَنَّ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ بَعَثَ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡ اَنۡفُسِہِمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ۚ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
 Sungguh Allah benar-benar telah menganugerahkan karunia kepada orang-orang beriman, ketika Dia  membangkitkan di kalangan mereka seorang Rasul dari antara mereka,  yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka, mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- dan walaupun sebelum itu mereka benar-benar dalam kesesat-an yang nyata. (Ali ‘Imran [3]:165). 

Hikmah Perbedaan Urutan Tugas Mulia Nabi Besar Muhammad Saw.

        Jadi, dengan perubahan sedikit pada urutan kata-katanya,   doa Nabi Ibrahim a.s. dalam QS.2:130 menunjuk kepada karya agung Nabi Besar Muhammad saw.  dalam QS.62:3 dengan kata-kata yang persis sama dengan doa Nabi Ibrahim a.s.  kepada Allah Swt. mengenai kedatangan seorang Rasul Allah  di antara kaum Makkah (QS.2:130). Hal demikian menampakkan dengan jelas bahwa doa Nabi Ibrahim a.s. .  itu telah menjadi sempurna dalam wujud  Nabi Besar Muhammad saw..
       Ada pun salah satu hikmah  adanya perbedaan urutan tugas suci Nabi Besar Muhammad saw. bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. selalu  melebihi   melampau “prediksi” logika secara umum, yaitu dalam makna selalu lebih sempurna daripada yang   telah dilakukan atau telah dihasilkan oleh para Rasul Allah sebelumnya.
        Jadi, kembali kepada keempat tugas agung Nabi Besar Muhammad  saw.  yang dikemukakan dalam keempat firman Allah SWt. tersebut, bahwa pada hakikatnya tidak ada Pembaharu (Reformer/Mushlih) dapat benar-benar berhasil dalam misi sucinya  bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), itilah sebabnya dalam Surah Al-Jumu’ah dan kedua Surah lainnya penyebutan  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ   -- “yang mensucikan mereka” merupakan urutan kedua setelah   یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ    -- “yang membacakan Ayat-ayat-Nya”.
        Suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajaran-nya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
        Didikan (ta'lim dan tarbiyat)  yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.

Makna ‘Ulama yang Hakiki

       Dalam Surah Al-Quran lainnya keberagaman yang muncul  sebagai akibat siraman hujan wahyu   Al-Quran  yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. tersebut digambarkan dalam perumpamaan berikut ini, firman-Nya:
اَلَمۡ  تَرَ  اَنَّ اللّٰہَ  اَنۡزَلَ مِنَ  السَّمَآءِ  مَآءً ۚ فَاَخۡرَجۡنَا بِہٖ ثَمَرٰتٍ  مُّخۡتَلِفًا  اَلۡوَانُہَا ؕ وَ مِنَ الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ  بِیۡضٌ وَّ حُمۡرٌ  مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ غَرَابِیۡبُ سُوۡدٌ ﴿﴾  وَ مِنَ النَّاسِ وَ الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہٗ  کَذٰلِکَ ؕ اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ  الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  غَفُوۡرٌ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat  bahwasanya Allah menurunkan air dari awan, dan Kami mengeluarkan dengan air itu buah-buahan yang ber-aneka warnanya. ؕ وَ مِنَ الۡجِبَالِ جُدَدٌۢ  بِیۡضٌ وَّ حُمۡرٌ  مُّخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہَا وَ غَرَابِیۡبُ سُوۡدٌ  -- dan di gunung-gunung ada garis-garis putih,   merah dengan beraneka macam warnanya, dan ada yang sehitam burung gagak? وَ مِنَ النَّاسِ وَ الدَّوَآبِّ وَ الۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَلۡوَانُہٗ  کَذٰلِکَ  --   Dan demikian juga di antara manusia,  hewan berkaki empat dan binatang ternak bermacam-macam warnanya. اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ  الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  غَفُوۡرٌ  -- sesungguhnya  dari antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah adalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Al-Fāthir [35]:28-29).
       Ayat 28 ini bermaksud mengatakan, bahwa bila hujan turun di atas tanah yang kering dan gersang, maka air hujan itu menimbulkan aneka ragam tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang warna warni serta aneka cita rasa, dan bentuk serta corak yang berlainan. Air hujannya sama tetapi tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan buah-buahan yang dihasilkan sangat berbeda satu sama lain.
       Perbedaan-perbedaan itu mungkin sekali dikarenakan sifat yang dimiliki tanah dan benih. Demikian pula manakala wahyu Ilahi — yang pada beberapa tempat dalam Al-Quran telah diibaratkan air — turun kepada suatu kaum, maka wahyu Ilahi itu menimbulkan berbagai-bagai akibat pada bermacam-macam manusia menurut keadaan “tanah” (hati) mereka dan cara mereka menerimanya.
       Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menjelaskan,  bahwa keragaman yang indah sekali dalam bentuk, warna, dan corak, yang telah dikemukakan dalam ayat sebelumnya tidak hanya terdapat pada bunga, buah, dan batu karang, akan tetapi juga pada manusia, binatang buas dan binatang ternak.
       Kata an-nās (manusia), ad-dawāb (binatang buas) dan al-an’ām (binatang ternak) dapat juga melukiskan manusia dengan bermacam-macam kesanggupan, pembawaan, dan kecenderungan alami. Ungkapan اِنَّمَا یَخۡشَی اللّٰہَ مِنۡ عِبَادِہِ  الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  غَفُوۡرٌ    --  “sesungguhnya dsari antara hamba-hambanya yang takut kepada Allāh dari  adalah para ulama” memberikan bobot arti kepada pandangan,  bahwa ketiga kata  --  an-nās (manusia), ad-dawāb (binatang buas) dan al-an’ām (binatang ternak)  -- itu menggambarkan tiga golongan manusia, yang di antara mereka itu hanya mereka yang dikaruniai ilmu saja yang takut kepada Tuhan.
        Akan tetapi di sini ilmu berkenaan dengan kata ‘ulama (orang-orang yang berilmu)  itu tidak seharusnya selalu berarti ilmu keruhanian atau ilmu agama akan tetapi juga pengetahuan  hukum alam.  Sebab penyelidikan yang seksama terhadap tatanan alam semesta dan hukum-hukumnya niscaya membawa orang kepada makrifat mengenai kekuasaan Maha Besar Allah Ta’ala dan sebagai akibat-nya merasa kagum dan takzim terhadap Tuhan (QS.3:191-195; QS.21:23; QS.67:1-6).

Para Pewaris Al-Quran & Perumpamaan Dalam Taurat dan Injil

       Hamba-hamba Allah yang disebut ‘ulama hakiki itulah yang akan menjadi para pewaris   berbagai khazanah ruhani Al-Quran  yang tak terhingga  -- terutama para wali Allah dan para mujaddid Islam yang dibangkitkan di setiap awal abad, termasuk  kepada  mujaddid ‘azham yang juga rasul Allah di Akhir Zaman ini  (QS.61:10; QS.71:27-29) --   firman-Nya:
ثُمَّ  اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۚ فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾  
Kemudian Kitab itu Kami   wariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari antara hamba-hamba Kami, maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya, dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah, dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar. (Al-Fāthir [35]:33).
     Menurut ayat tersebut seorang beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada tingkat pertama ia melancarkan peperangan yang sungguh-sungguh terhadap keinginan dan nafsu rendahnya (QS.12:54) serta mengamalkan peniadaan diri (fana) secara mutlak. Itulah makna فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ   -- “maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya”. Itulah  peperangan sengit melawan hawa-nafsu pada tingkatan nafs  al- Ammarah.
         Pada tingkat selanjutnya, kemajuan ke arah tujuannya  hanya sebagian saja: وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ   --  dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah”, yang disebut  tingkatan nafs  al- Lawwamah (QS.75:3),  dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata, itulah makna: وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ  - “dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar  yang disebut tingkatan nafs  al-Muthmainnah (QS.89:27-29).
       Mereka itulah para hamba Allah yang   disebut memiliki “bekas-bekas sujud” yang hakiki pada wajah mereka berkat  kebersamaan” mereka dengan Nabi Besar Muhammad saw.., sebagaimana perumpamaan  mereka dalam Taurat dan Injil,  firman-Nya:
 مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ    -- dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,  سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ  -- ciri-ciri pe-ngenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud.  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  -- demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ --  dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh  dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا --  Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28).

Dua Golongan Para “Sahabah” Nabi Besar Muhammad Saw.

   Kata-kata, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ    -- “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible, yakni:  Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Ka-des” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Peny).
  Dan ungkapan وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ  -- “Dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman…“ dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: “Adalah  seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula se-paruh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8). 
       Perumpamaan yang pertama dalam Taurat nampaknya  dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., sedangkan perumpamaan yang kedua dalam Injil dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)   Al-Masih Mau’ud a.s.,  yang Jemaatnya berangkat dari suatu permulaan (tunas tanaman) yang sangat kecil dan tidak berarti telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama (QS.61:10) dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamor  Jemaat Muslim di Akhir Zaman tersebut, yakni Jemaat Ahmadiyah.
      Mengisyaratkan kepada perumpamaan  dalam Taurat dan Injil -- mengenai dua keadaan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan di Akhir Zaman   -- itu pulalah firman-Nya berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
       Makna ayat   وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,” ayat mengisyaratkan kepada perumpamaan umat Islam dalam Injil di Akhir Zaman ini;  yang sekali pun dipisahkan oleh jarak waktu selama 1400 tahun  dengan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.  yang penuh berkat, tetapi pada hakikatnya mereka itu termasuk    golongan para sahabat Nabi Besar Muhammad  saw..
                                       
Ahli Bait Nabi Besar Muhammad Saw.

     Mengapa demikian? Sebab ajaran Nabi Besar Muhammad saw.  ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, tetapi juga   --  yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan sebagaimana diisyaratkan dalam QS.62:3 -- tetapi juga وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”, yakni  misi kerasulan beliau saw. pun untuk  seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga kiamat.
      Atau ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,”  dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan lagi  yang kedua kali secara ruhani di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw..
        Isyarat di dalam ayat ini dan di d-lam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s.  di Akhir Zaman ini. Mengenai hal tersebut  Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.  ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliau saw.  “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ  --  dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”  
        Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.  Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw.  meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
        Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Al-Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi, walau pun dari silsilah salah satu leluhur perempuannya  beliau a.s.   pun termasuk Ahli Bait Nabi Besar Muhammad saw. dari jalur Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.    dan Sayyidah Fatimah r.a.  terlebih lagi dalam salah satu hadits Nabi Besar Muhammad saw.  telah menyatakan bahwa Salman Al-Faris r.a. pun termasuk “Ahli Bait” beliau saw..
      Hadits Nabi Besar Muhammad saw.   lainnya menyebutkan bahwa  kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. tersebut  pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, -- yaitu  jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap  QS.32:6; QS.17:86-89) -- (Baihaqi).
         Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ  --  dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”   menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani  dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s.,  yang misal (perumpamaan) keadaan perkembangan jemaat Muslim  yang didirikannya atas perintah Allah Swt.     dikemukakan dalam Injil (QS.48:23).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                                ***
Pajajaran Anyar,  11  Oktober     2014