بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 85
Pelaksanaan Sifat Malikiyyat dan Adil oleh Nabi Besar
Muhammad Saw. Terhadap Lawan Mau pun Terhadap Keluarga
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai Surah Shād
ayat 22-27 dimana Allah Swt.
telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dengan merujuk kepada masa pemerintahan Nabi Daud a.s., bukan kepada
masa Nabi Musa a.s. -- walau pun Nabi Besar Muhammad saw. disebut
sebagai “nabi yang seperti Musa” (Ulangan
18:18:QS.46:11) -- sebab nikmat
kerajaan di kalangan Bani Israil (QS.5:21) baru
terwujud di masa Nabi Daud a.s., bukan
di masa Nabi Musa a.s., karena beliau
tidak sempat memasuki “negeri yang
dijanjikan” (QS.5:21-27),
firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ
فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ
الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami
telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras
karena mereka melupakan Hari Perhitungan.(Shād
[38]:27).
Komentar Bosworth
Smith Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa walau pun benar kedudukan Nabi Besar Muhammad saw.
adalah seperti kedudukan Nabi Daud
a.s. – yakni selain sebagai rasul Allah adalah
juga raja kerajaan duniawi -- akan tetapi keadaan kerajaan duniawi kedua Rasul
Allah tersebut sangat berbeda,
yakni pemerintahan Nabi Daud
a.s. mau pun Nabi Sulaiman a.s. didukung (ditunjang) oleh berbagai sarana
duniawi yang tampak nyata – termasuk keberadaan pasukan
militer dan persenjataannya yang
sangat kuat -- sedangkan
keadaan kerajaan Nabi Besar
Muhammad saw. di Madinah sama dengan keadaan
tatanan alam semesta jasmani ciptaan
Allah Swt. yang ditunjang oleh “tiang-tiang
penunjangnya” yang tidak kelihatan
oleh mata jasmani, firman-Nya:
اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا
ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ
سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ
الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾
Allah, Dia-lah Yang
telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dan Dia telah menundukkan bagi kamu
matahari dan bulan,
masing-masing beredar menurut arah
perjalanannya hingga suatu masa yang telah ditetapkan. Dia
mengatur segala urusan dan Dia
menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu
berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Rā’d
[13]:3). Lihat pila QS.31:11.
Oleh karena itu sangat tepat
komentar yang dikemukakan oleh Bosworth
Smith dalam bukunya “Muhammad and Muhammadanism” berkenaan dengan kesempurnaan suri-teladan Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai kapasitasnya sebagai Rasul
Allah yang paling sempurna, firman-Nya:
لَقَدۡ
کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh
dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat asuri teladan
yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb
[33]:22).
Sehubungan dengan firman Allah Swt. Bosworth
Smith menulis tentang Nabi Besar Muhammad saw.:
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak
berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara
tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan
tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia
memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau
mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga
dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan
makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah
melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari
dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak.
Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah
berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism”
karya Bosworth Smith).
Pelaksanaan Sifat Malikiyyat dan Tindakan Adil
oleh Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan demikian
jelaslah, bahwa sehubungan dengan
keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah – Rabbubiyyat, Rahmaniyyat, Rahimiyyat,
dan Maalikiyyat --
tindakan yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah
terhadap orang-orang Yahudi di Madinah adalah dalam kapasitas beliau saw. sebagai seorang raja (kepala negara), yang
harus menegakkan tiga tingkatan ketentuan
(perintah) Allah Swt. dalam Al-Quran dalam hubungannya dengan haququl ‘ibad atau hablun-minan- naas (hubungan antara
sesama manusia), yaitu adil, ihsan, dan iyta-i- dzil qurba (memberi seperti terhadap kerabat), firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ یَاۡمُرُ
بِالۡعَدۡلِ وَ الۡاِحۡسَانِ
وَ اِیۡتَآیِٔ ذِی الۡقُرۡبٰی وَ یَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡبَغۡیِ ۚ
یَعِظُکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Allah menyuruh berlaku adil, berbuat
ihsan, dan memberi
seperti kepada kaum kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, mungkar,
dan pemberontakan. Dia nasihat kepada kamu supaya kamu mengambil pelajaran. (An-Nahl
[16]:91).
Dalam beberapa Bab sebelumnya telah
dijelaskan bahwa sehubungan dengan keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah, tindakan adil hubungannya dengan Sifat Mālikiyyat Allah Swt. (Māliki
yaumid- Diin – Pedmilik Hari Pembalasan).
Dalam kedudukan sebagai Malik (Mālik) itulah Nabi Besar Muhammad
saw. telah memerintahkan pengusiran
terhadap ketiga suku orang-orang Yahudi
di Madinah atas berulangkalinya pengkhianatan
dan makar buruk yang mereka lakukan
terhadap beliau saw. dan umat Islam
(masyarakat Muslim) di Madinah, sebab
jika tidak, maka keberadaan mereka di
Madinah akan sangat membahayakan
pertumbuhan (perkembangan) “pemerintahan” Negara
Islam atau pembangunan “bumi baru
dan langit baru” (QS.14:49) yang diamanatkan Allah Swt. kepada Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.33:73).
Begitu juga ketika Sunnatullah mengenai
pemberian rezeki duniawi berupa fā-i
(harta rampasan perang) yang
ditinggalkan orang-orang Yahudi di Khaibar
-- setelah dengan izin
dan pertolongan Allah
Swt. pasukan Muslim pimpinan Sayyidina
Ali bin Abi Thalib r.a. berhasil
menaklukkan benteng orang-orang Yahudi di Khaibar -- Nabi Besar Muhammad saw. melaksanakan pembagiannya dengan melaksanakan asas keadilan
dalam kepasitas beliau
saw. sebagai seorang Malik (Mālik –
Raja atau Pemilik), firman-Nya:
وَ مَاۤ اَفَآءَ اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ
خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
مَاۤ اَفَآءَ
اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡ
اَہۡلِ الۡقُرٰی فَلِلّٰہِ وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ
الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ کَیۡ لَا یَکُوۡنَ دُوۡلَۃًۢ
بَیۡنَ الۡاَغۡنِیَآءِ مِنۡکُمۡ ؕ وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ۘ﴿﴾
لِلۡفُقَرَآءِ الۡمُہٰجِرِیۡنَ الَّذِیۡنَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ
یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ الۡاِیۡمَانَ مِنۡ
قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ ہَاجَرَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَا یَجِدُوۡنَ فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ حَاجَۃً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ یُؤۡثِرُوۡنَ عَلٰۤی
اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ
نَفۡسِہٖ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا
تَجۡعَلۡ فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا لِّلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا رَبَّنَاۤ اِنَّکَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan harta
rampasan apa pun dari mereka yang Allah berikan kepada Rasul-Nya maka
kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta
untuk harta itu, tetapi Allah memberikan kewenangan kepada
rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang
Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Harta apa
pun yang Allah berikan kepada Rasul-Nya sebagai ghanimah dari warga kota, itu bagi
Allah dan bagi Rasul dan bagi kaum kerabat dan anak yatim dan orang miskin dan orang
musafir, supaya harta itu tidak hanya
beredar di antara orang-orang kaya dari kamu. Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan
apa
yang dia melarang kamu darinya
maka hindarilah, dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya hukuman Allah sangat keras. Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan
sudah beriman sebelum mereka,
mereka mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan
dalam dada mereka terhadap apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir
di atas diri mereka sendiri dan
walaupun kemiskinan menyertai mereka.
Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah yang berhasil. Dan orang-orang
yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman.
Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:7-11).
Tindakan Adil Nabi Besar Muhammad
Saw.
Terhadap Para Istri Beliau
saw.
Tindakan adil berkenaan
pembagian rezeki duniawi berupa fā-i (harta rampasan perang) yang ditinggalkan orang-orang Yahudi di
Khaibar tersebut bahkan dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad
saw. terhadap para istri
beliau saw., sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini:
وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ
ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا
﴿ۚ﴾ وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ
اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari
antara Ahlikitab yang menolong
mereka, yakni orang-orang
musyrik, dari benteng-benteng
mereka dan melontarkan rasa gentar ke dalam hati mereka.
Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan
rumah-rumah mereka dan harta mereka,
dan suatu
daerah yang kamu belum menginjaknya, dan Allah berkuasa atas sega-la sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:27-28).
Banu Quraizhah
yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan Nabi Besar Muhammad saw. bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh
menyerang Medinah. Akan tetapi, pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk oleh Huyay, pemimpin Yahudi kaum Banu Nadhir, untuk melanggar
ikrar janji mereka dan menggabungkan
diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar (al-Ahzāb) itu untuk bersama-sama melawan Islam.
Ketika serangan
mereka menemui kegagalan mutlak,
kemudain Nabi Besar Muhammad saw.
bergerak menghantam mereka dan mengepung
mereka dalam kubu pertahanan mereka
di Khaibar. Pengepungan itu
berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata dan lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku
Aus, daripada keputusan Nabi Besar
Muhammad saw.. Sa’d memutuskan perkara
itu menurut hukum syariat Nabi Musa
a.s. (Ulangan 20:10-15).
Yang diisyaratkan ayat selanjutnya وَ اَوۡرَثَکُمۡ
اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- “Dan
Dia mewariskan kepada kamu tanah
mereka dan rumah-rumah mereka dan harta
mereka, dan suatu daerah yang kamu belum
menginjaknya,” di sini mungkin tanah
Khaibar atau mungkin juga kemenangan
atas kerajaan Persia dan kerajaan Romawi dan negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
Berbagi
kemenangan umat Islam atas pihak para penentang tersebut tidak membuat keadaan ekonomi umumnya umat Islam -- termasuk Baitul-Mal -- semakin membaik. Mengisyaratkan bahaya yang ditimbulkan oleh adanya kemajuan dalam bidang ekonomi
(sarana duniawi) itu itulah firman Allah
Swt. berikut ini berkenaan para istri Nabi Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ قُلۡ
لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ
تُرِدۡنَ الۡحَیٰوۃَ الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ
اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾
وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ
الۡاٰخِرَۃَ فَاِنَّ اللّٰہَ اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah
aku akan memberikannya kepada kamu dan aku
akan menceraikan kamu dengan cara yang baik. Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya,
dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan
ganjaran yang besar bagi siapa di
antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar