Rabu, 27 November 2013

Pelaksanaan Sifat Maalikiyyat Allah Swt. dan Adil Nabi Besar Muhammad Swa. Terhadap Lawan Maupun Terhadap Keluarga




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  85

Pelaksanaan Sifat Malikiyyat dan Adil  oleh Nabi Besar Muhammad Saw.    Terhadap Lawan Mau pun Terhadap  Keluarga

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai    Surah Shād  ayat 22-27  dimana Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dengan merujuk kepada  masa pemerintahan Nabi Daud a.s.,  bukan kepada masa Nabi Musa a.s. --  walau pun Nabi Besar Muhammad saw. disebut sebagai “nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:18:QS.46:11) -- sebab  nikmat  kerajaan   di kalangan Bani Israil  (QS.5:21) baru terwujud di masa Nabi Daud a.s., bukan di masa Nabi Musa a.s., karena   beliau tidak sempat memasuki “negeri yang dijanjikan  (QS.5:21-27), firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.  Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka  melupakan Hari Perhitungan.(Shād  [38]:27).

Komentar  Bosworth Smith  Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.

     Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  bahwa walau pun benar kedudukan Nabi Besar Muhammad saw. adalah seperti kedudukan Nabi Daud a.s.   – yakni selain sebagai rasul Allah  adalah  juga raja kerajaan duniawi --  akan tetapi keadaan kerajaan duniawi kedua Rasul Allah tersebut sangat berbeda, yakni  pemerintahan  Nabi Daud a.s.  mau pun Nabi Sulaiman a.s. didukung (ditunjang) oleh  berbagai sarana duniawi yang tampak nyata – termasuk keberadaan  pasukan militer dan persenjataannya yang sangat kuat   --  sedangkan  keadaan kerajaan Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah sama dengan keadaan  tatanan  alam semesta jasmani  ciptaan Allah Swt. yang ditunjang oleh  tiang-tiang penunjangnya” yang tidak kelihatan oleh mata jasmani, firman-Nya:
   اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾  
Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,  kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.  Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan.  Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Rā’d [13]:3). Lihat pila QS.31:11.
     Oleh karena itu  sangat tepat  komentar  yang dikemukakan oleh  Bosworth Smith dalam bukunya  Muhammad and Muhammadanism”  berkenaan dengan kesempurnaan  suri-teladan   Nabi Besar Muhammad saw.  dalam berbagai kapasitasnya sebagai Rasul Allah yang paling sempurna, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat asuri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb [33]:22).
       Sehubungan dengan firman Allah Swt. Bosworth Smith menulis tentang Nabi Besar Muhammad saw.:
 “Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
 Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism” karya Bosworth Smith).

Pelaksanaan Sifat Malikiyyat dan Tindakan Adil 
oleh Nabi Besar Muhammad Saw.

 Dengan demikian jelaslah,  bahwa sehubungan dengan keempat Sifat utama  Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah – Rabbubiyyat, Rahmaniyyat, Rahimiyyat, dan Maalikiyyat  --  tindakan yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah terhadap  orang-orang Yahudi  di Madinah adalah dalam kapasitas beliau saw. sebagai seorang raja (kepala negara),   yang harus menegakkan  tiga tingkatan  ketentuan (perintah) Allah Swt. dalam Al-Quran dalam hubungannya dengan haququl ‘ibad  atau  hablun-minan- naas (hubungan antara sesama manusia), yaitu adil, ihsan, dan iyta-i- dzil qurba (memberi seperti terhadap kerabat), firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ یَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَ الۡاِحۡسَانِ وَ اِیۡتَآیِٔ ذِی الۡقُرۡبٰی وَ یَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ  وَ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡبَغۡیِ ۚ یَعِظُکُمۡ   لَعَلَّکُمۡ   تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat ihsan, dan  memberi  seperti kepada kaum kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan pemberontakan.  Dia nasihat kepada kamu  supaya kamu mengambil pelajaran. (An-Nahl [16]:91).
     Dalam beberapa Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa sehubungan dengan keempat Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah,   tindakan adil  hubungannya dengan Sifat Mālikiyyat Allah Swt. (Māliki yaumid- Diin – Pedmilik Hari Pembalasan).
      Dalam kedudukan sebagai Malik (Mālik) itulah Nabi Besar Muhammad saw. telah memerintahkan pengusiran terhadap ketiga  suku orang-orang Yahudi di Madinah atas berulangkalinya pengkhianatan dan makar buruk yang mereka lakukan terhadap beliau  saw. dan umat Islam (masyarakat Muslim) di Madinah, sebab jika tidak, maka keberadaan mereka di Madinah akan sangat membahayakan pertumbuhan (perkembangan) “pemerintahan” Negara Islam atau pembangunan “bumi baru dan langit baru” (QS.14:49) yang diamanatkan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:73).
       Begitu juga ketika Sunnatullah  mengenai pemberian rezeki duniawi  berupa fā-i (harta rampasan perang)  yang ditinggalkan orang-orang Yahudi  di Khaibar  -- setelah  dengan izin  dan pertolongan Allah Swt.  pasukan Muslim pimpinan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.   berhasil menaklukkan benteng  orang-orang Yahudi di Khaibar  --  Nabi Besar Muhammad saw. melaksanakan pembagiannya dengan melaksanakan asas keadilan   dalam kepasitas beliau saw. sebagai seorang Malik (Mālik – Raja atau Pemilik), firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَفَآءَ اللّٰہُ  عَلٰی رَسُوۡلِہٖ  مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ  عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾  مَاۤ  اَفَآءَ  اللّٰہُ  عَلٰی رَسُوۡلِہٖ  مِنۡ  اَہۡلِ الۡقُرٰی  فَلِلّٰہِ  وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ  لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ کَیۡ لَا یَکُوۡنَ  دُوۡلَۃًۢ  بَیۡنَ الۡاَغۡنِیَآءِ مِنۡکُمۡ ؕ وَ مَاۤ  اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ  فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ  عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ  اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ۘ﴿﴾  لِلۡفُقَرَآءِ  الۡمُہٰجِرِیۡنَ  الَّذِیۡنَ  اُخۡرِجُوۡا  مِنۡ  دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ یَبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ  تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ  ہَاجَرَ  اِلَیۡہِمۡ وَ لَا یَجِدُوۡنَ  فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ حَاجَۃً  مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ یُؤۡثِرُوۡنَ  عَلٰۤی  اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ۚ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا  اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا  الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ  فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ رَءُوۡفٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan  harta rampasan apa pun dari mereka yang Allah berikan kepada Rasul-Nya maka kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta untuk harta itu,  tetapi Allah memberikan kewenangan kepada rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.   Harta apa pun  yang Allah berikan kepada Rasul-Nya sebagai ghanimah dari warga kota, itu bagi Allah dan bagi Rasul dan bagi kaum kerabat dan anak yatim dan orang miskin dan orang musafir, supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya dari kamu. Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan apa   yang dia melarang kamu darinya  maka hindarilah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya  hukuman Allah sangat keras.  Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.   Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan sudah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang-orang yang  hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan dalam dada mereka terhadap  apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir di atas diri mereka sendiri dan walaupun kemiskinan menyertai mereka.  Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah  yang berhasil.   Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:7-11).

Tindakan Adil  Nabi Besar Muhammad Saw. 
Terhadap Para Istri Beliau saw.

      Tindakan adil  berkenaan pembagian  rezeki duniawi  berupa fā-i (harta rampasan perang)  yang ditinggalkan orang-orang Yahudi  di Khaibar  tersebut  bahkan dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  terhadap   para istri beliau saw., sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini:
وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا  ﴿ۚ﴾  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik, dari benteng-benteng mereka dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka. Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan.  Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum menginjaknya, dan Allah berkuasa atas sega-la sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:27-28).
  Banu Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan  Nabi Besar Muhammad saw.  bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh menyerang Medinah. Akan tetapi, pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk oleh Huyay, pemimpin Yahudi kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar (al-Ahzāb) itu untuk bersama-sama melawan Islam.
  Ketika serangan mereka menemui kegagalan mutlak, kemudain Nabi Besar Muhammad saw.   bergerak menghantam mereka dan mengepung mereka dalam kubu pertahanan mereka di Khaibar. Pengepungan itu berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata dan lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada keputusan Nabi Besar Muhammad saw..  Sa’d memutuskan perkara itu menurut hukum syariat Nabi Musa a.s. (Ulangan 20:10-15).
  Yang diisyaratkan ayat selanjutnya  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا  -- “Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya,” di sini mungkin tanah Khaibar atau mungkin juga kemenangan atas kerajaan Persia dan kerajaan Romawi dan negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
  Berbagi kemenangan umat Islam atas pihak para penentang tersebut tidak membuat keadaan ekonomi umumnya umat Islam   -- termasuk Baitul-Mal  -- semakin membaik. Mengisyaratkan bahaya yang  ditimbulkan oleh adanya kemajuan dalam bidang ekonomi (sarana duniawi) itu  itulah firman Allah Swt. berikut ini  berkenaan   para istri Nabi Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  قُلۡ  لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ  کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ  الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾  وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  فَاِنَّ اللّٰہَ  اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik.  Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,   16 November    2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar