Selasa, 31 Desember 2013

Bal'am bin Baura (Billeam bin Beor) & Misal Keadaan Para Pecinta Kehidupan Duniawi




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  114

Bal’am bin Baura (Bileam bin Beor)   & Misal Keadaan Para Pecinta Kehidupan Duniawi  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   tekad Iblis untuk melakukan berbagai macam penghadangan  terhadap perjuangan suci Adam (Rasul Allah) dan para pengikutnya yang hakiki, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا  لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا  اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ  یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ مَا مَنَعَکَ  اَلَّا  تَسۡجُدَ   اِذۡ   اَمَرۡتُکَ ؕ قَالَ  اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ ۚ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ  وَّ  خَلَقۡتَہٗ  مِنۡ  طِیۡنٍ ﴿﴾  قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ  اِنَّکَ مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ  اَنۡظِرۡنِیۡۤ   اِلٰی  یَوۡمِ  یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾  قَالَ   اِنَّکَ  مِنَ  الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ فَبِمَاۤ  اَغۡوَیۡتَنِیۡ لَاَقۡعُدَنَّ  لَہُمۡ صِرَاطَکَ  الۡمُسۡتَقِیۡمَ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ لَاٰتِیَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مِنۡ خَلۡفِہِمۡ  وَ عَنۡ اَیۡمَانِہِمۡ وَ عَنۡ شَمَآئِلِہِمۡ ؕ وَ لَا  تَجِدُ اَکۡثَرَہُمۡ شٰکِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ اخۡرُجۡ مِنۡہَا مَذۡءُوۡمًا مَّدۡحُوۡرًا ؕ لَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ  مِنۡکُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian  Kami memberi kamu bentuk,  lalu Kami berfirman kepada para malaikat:  Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya  kamu kepada Adam", maka mereka bersujud kecuali iblis, ia tidak termasuk orang-orang yang sujud.   Dia  berfirman:  Apa  yang telah menghalangi engkau sehingga engkau tidak  sujud yakni patuh sepenuhnya ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (Iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia dari tanah liat.”  Dia berfirman:  ”Jika demikian, pergilah engkau darinya,  karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang hina.”  Ia, Iblis, berkata: “Berilah aku tangguh sampai hari mereka dibangkitkan.” Dia berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh.”    Ia, Iblis, berkata: “Karena  Engkau telah menyatakan  aku  sesat, niscaya aku akan menghadang mereka di jalan Engkau yang lurus,   kemudian  niscaya  akan ku-datangi mereka dari depan  mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka, dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati keba-nyakan mereka bersyukur.”   Dia berfirman: “Keluarlah engkau darinya dengan  terhina dan terusir, barangsiapa dari mereka mengikuti engkau, niscaya akan Aku penuhi Jahannam dengan kamu semua.” (Al-A’rāf [7]:12-19).

Macam-macam Penghadangan Iblis di Jalan Allah

  Mengenai jenis-jenis penghadangan yang akan dilakukan Iblis dan para pengikutnya terhadap perjuangan suci   Rasul Allah dan para pengikutnya yang hakiki dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:
قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ  جَزَآؤُکُمۡ  جَزَآءً  مَّوۡفُوۡرًا ﴿﴾  وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ   اِلَّا  غُرُوۡرًا ﴿﴾  اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی  بِرَبِّکَ  وَکِیۡلًا  ﴿﴾
Dia berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu,  suatu balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta  dan anak-anak mereka, dan berikanlah janji-janji kepada mereka.” Tetapi syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya   Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan  atas mereka, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pelindung. (Bani Isrāil [17]:65-67).
     Ayat  66   menguraikan tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan – yakni Iblis atau syaitan -- untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran yang diajarkan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37):
     (1) mereka berusaha menakut-nakuti   orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka;
     (2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara gertak sambal (ancaman), yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara;
      (3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
 Makna ayat   اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ  --   “Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan  atas mereka”, bahwa  manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama ruhaninya   belum “dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang sempurna yang disebut tingkatan nafs Muthmainnah, firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb ( Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia  pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku,   dan masuklah ke dalam surga-Ku.  (Al-Fajr [89]:27-29). 

Makna Kiasan ‘Anāq (Leher) dan Banān (Jari-jari Tangan)

 Mengisyaratkan kepada manusia golongan jin  atau  iblis dan  ins  itu pulalah makna ‘anāq (leher) dan banān (jari-jari tangan) sehubungan dengan firman Allah Swt. yang telah dibahas dalam  Bab 110 dan Bab 111 sebelumnya:
اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوا الرُّعۡبَ فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ  کُلَّ  بَنَانٍ ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَاقِقِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  ﴿﴾ذٰلِکُمۡ فَذُوۡقُوۡہُ وَ اَنَّ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Ketika Rabb (Tuhan) engkau mewahyukan kepada malaikat-malaikat: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman. Aku akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah pada leher  mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.”   Hal demikian itu karena sesungguhnya mereka telah menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya pembalasan Allah sangat keras.  Itulah hukuman bagi kamu, maka rasakanlah itu, dan sesungguhnya bagi orang-orang kafir  tersedia siksaan Api. (Al-Anfāl [8]:13-15). 
      ‘Anaq adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah kepala dan dianggap tempat paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak. Dalam arti kiasan  maknanya  sama dengan wujuh (wajah-wajah)  yaitu   para pemimpin kaum (QS.34:32-37), sedangkan banān (jari-jari tangan)  melambangkan “para pengikut” mereka, sebab  pada dasarnya gerakan tangan hanyalah mengikuti perintah  otak dalam  kepala.
 Ada pun makna kalimat وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا  مَا  ہُمۡ  مُّقۡتَرِفُوۡنَ  -- “dan mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan” (QS.6:114),  yakni mereka terus bertahan dalam jalan kejahatan mereka. Kata-kata itu berarti pula bahwa mereka mengalami akibat-akibat buruk  dari apa yang dikerjakan mereka.

Bal’am Bin Baura (Bileam bin Beor)

       Sehubungan dengan jenis ancaman iblis  yang ketiga terhadap para pengikut Rasul Allah  yang dikemukakan sebelum ini (QS.17:65-66), yakni   mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran, firman-Nya: وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ   --  “dan berserikatlah dengan mereka dalam harta  dan anak-anak mereka, dan berikanlah janji-janji kepada mereka” (QS.17:66).
      Contoh  keberhasilan ancaman Iblis tersebut adalah terhadap  Bal’am Bin Baura (Bileam bin Beor -    Bilangan 22-24), konon ia adalah seorang wali Allah yang doa-doanya maqbul, ia  hidup sezaman dengan Nabi Musa a.s. namun karena ia ditipu oleh Balak bin Zipor    -- raja Moab – akhirnya  ia menjadi penentang Nabi Musa a.s. dan  pada akhir hidupnya ia  mengalami kehinaan, firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ  نَبَاَ الَّذِیۡۤ  اٰتَیۡنٰہُ  اٰیٰتِنَا فَانۡسَلَخَ مِنۡہَا فَاَتۡبَعَہُ الشَّیۡطٰنُ فَکَانَ مِنَ  الۡغٰوِیۡنَ﴿﴾  وَ لَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰہُ بِہَا وَ لٰکِنَّہٗۤ اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ ۚ فَمَثَلُہٗ  کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ  تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ یَلۡہَثۡ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا ۚ فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  سَآءَ مَثَلَاۨ الۡقَوۡمُ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اَنۡفُسَہُمۡ کَانُوۡا یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  
Dan ceritakanlah kepada mereka  berita orang-orang yang telah Kami berikan Tanda-tanda Kami kepadanya, lalu ia melepaskan diri darinya maka syaitan mengikutinya dan jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.    Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami meninggikan derajatnya dengan itu, akan tetapi ia cenderung ke bumi dan mengikuti hawa nafsunya, maka keadaannya seperti seekor anjing yang kehausan, jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia tetap menjulurkan lidahnya. Demikianlah misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, maka kisahkanlah kisah ini supaya mereka merenungkannya. Sangat buruk misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (Al-A’rāf [7]:176-178).

Para Pecinta Kehidupan Duniawi &
Anjing yang Selalu Menjulurkan Lidah

   Yang dimaksudkan   ayat الَّذِیۡۤ  اٰتَیۡنٰہُ  اٰیٰتِنَا فَانۡسَلَخَ مِنۡہَا   -- “orang-orang yang telah Kami berikan Tanda-tanda Kami kepadanya   lalu ia melepaskan diri darinya” bukanlah seseorang tertentu melainkan semua orang yang kepada mereka Allah Swt.   memperlihatkan Tanda-tanda melalui seorang nabi  (rasul) Allah tetapi mereka menolaknya. Ungkapan semacam itu terdapat di tempat lain dalam Al-Quran  seperti QS.2:18.
 Namun demikian ayat- tersebut  telah dikenakan secara khusus kepada seorang yang bernama Bal’am bin Ba’ura, yang menurut kisah pernah hidup di zaman Nabi Musa a.s.   dan konon dahulunya ia seorang wali Allah, tetapi kesombongan merusak pikirannya dan ia mengakhiri hidupnya dalam kenistaan.
Ayat itu dapat juga dikenakan kepada Abu Jahal – pemimpin kaum kafir Mekkah, atau kepada Abdullah bin Ubbay bin Salul --- pemimpin kaum munafik Madinah; atau dapat pula kepada tiap-tiap pemimpin kekafiran  di setiap zaman pengutusan Rasul Allah (QS.7:35-37), termasuk di Akhir Zaman ini.
 Makna “bumi” dan “hawa-nafsu” dalam ayat   وَ لٰکِنَّہٗۤ اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ  -- “akan tetapi ia cenderung ke bumi dan mengikuti hawa nafsunya” adalah  hal-hal yang bersifat kebendaan  -- pada khususnya kecintaan akan uang -- sebab pada hakikatnya  hanya semata-mata karena  alasan keuntungan duniawi itulah  para pemuka kaum melakukan pendustaan dan penentangan terhadap para  Rasul Allah mengikuti keinginan  hawa-nafsunya.
  Makna yalhats  dalam ayat  فَمَثَلُہٗ  کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ  تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ یَلۡہَثۡ   --    maka keadaannya seperti seekor anjing yang kehausan, jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia tetap menjulurkan   lidahnya,  berasal dari kata   lahatsa. yang berarti “nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan atau kepenatan”, maksudnya  adalah  baik diminta ataupun tidak untuk berkorban pada jalan agama, orang semacam itu nampaknya terengah-engah seperti seekor anjing kehausan, seakan-akan beban pemberian pengorbanan yang terus menerus bertambah membuatnya amat penat sekali.

Kekikiran Orang-orang Yahudi  dan 
Orang-orang yang  Sejenis dengan Mereka

Itulah sebabnya ketika  Nabi Besar Muhammad saw.  mengimbau kepada orang-orang Yahudi untuk melakukan pengorbanan   harta mereka menjawab, “Apakah Allah itu miskin sedangkan kami kaya?”  firman-Nya:
لَقَدۡ سَمِعَ اللّٰہُ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّ اللّٰہَ فَقِیۡرٌ وَّ نَحۡنُ اَغۡنِیَآءُ ۘ سَنَکۡتُبُ مَا قَالُوۡا وَ قَتۡلَہُمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ ۙ وَّ نَقُوۡلُ ذُوۡقُوۡا عَذَابَ الۡحَرِیۡقِ ﴿﴾  ذٰلِکَ بِمَا قَدَّمَتۡ اَیۡدِیۡکُمۡ وَ اَنَّ اللّٰہَ لَیۡسَ بِظَلَّامٍ  لِّلۡعَبِیۡدِ  ﴿﴾ۚ
Sungguh  Allah benar-benar telah mendengar ucapan orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya  Allah miskin sedangkan kami kaya.”  Kami segera  akan mencatat apa yang mereka katakan, dan mereka   berusaha membunuh nabi-nabi tanpa  haq dan Kami berfirman: “Rasakanlah  olehmu  azab yang membakar!    Yang demikian itu disebabkan oleh apa yang telah didahulukan oleh  tangan kamu sendiri.” Dan sesungguhnya  Allah sekali-kali tidak zalim terhadap hamba-hamba-Nya. (Ali ‘Imran [3]:182-183).
       Ketika orang-orang Yahudi diseru untuk membelanjakan kekayaan mereka di jalan Allah (QS.3:181), mereka mengejek kaum Muslimin dengan mengatakan: “Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kalimat itu melukiskan pula perasaan batin orang-orang kikir yang menggabungkan diri kepada suatu gerakan baru pimpinan Rasul Allah,  tetapi mereka merasa sangat berat untuk memenuhi keperluan-keperluan keuangan yang semakin membesar itu.  Firman-Nya lagi:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ  اَنۡفِقُوۡا  مِمَّا رَزَقَکُمُ  اللّٰہُ ۙ قَالَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنُطۡعِمُ مَنۡ لَّوۡ  یَشَآءُ  اللّٰہُ   اَطۡعَمَہٗۤ ٭ۖ اِنۡ اَنۡتُمۡ   اِلَّا  فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Belanjakanlah dari apa yang telah  Allqh rezekikan kepada kamu,”   orang-orang kafir itu berkata kepada  orang-orang yang beriman:  Apakah kami harus memberi makan kepada orang yang  jika Allah menghendaki,  Dia akan memberinya makan? Tidaklah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata.” (Yā Sīn [36]:48).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   12 Desember    2013