Selasa, 26 November 2013

Perbedaan Keadaan "Kerajaan Jasmani" Nabi Daud a.s. dengan "Kerajaan Jasmani" Nabi Besar Muhammad Saw.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  84

  Perbedaan Keadaan Kerajaan Jasmani Nabi Daud a.s. dengan Kerajaan Jasmani Nabi Besar Muhammad Saw.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  empat tugas utama Nabi Besar Muhammad Saw. dimana   daya pensucian ruhani luarbiasa Nabi Besar Muhammad saw.   bukan  saja  memberikan pengaruh  suci kepada para Sahabat dari golongan awal saja tetapi juga kepada orang-orang yang beriman sesudah mereka, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا  اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا  الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ  فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ رَءُوۡفٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾  
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:11).

Suasana “Kehidupan Surgawi

    Mengisyaratkan  kepada pengabulan doa-doa tulus dan luhur mereka itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai gambaran “kehidupan surgawi”,  firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,  mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.   Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai dan mereka berkata:  Segala puji bagi Allāh Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami  sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul Tuhan kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:42-43).
      Pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga, karena dalam QS.55:47  dikatakan bahwa  وَ  لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ  رَبِّہٖ  جَنَّتٰنِ     -- “bagi orang yang takut kepada maqam/keagungan Rabb-nya (Tuhannya) ada dua surga”,  dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati (dengki),  dendam-kesumat, dan kegelisahan mental, sebagaimana diisyaratkan dalam berbagai Surah Al-Quran dalam kalimat    لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ   -- “tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka berduka cita”.
       Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai  keberhasilan Nabi Besar Muhammad saw.  melaksanakan empat macam tugas  yang diamanatkan Allah Swt. kepada beliau saw., yaitu:  (1) membacakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah, (2) mensucikan mereka, (3) mengajarkan Kitab, dan (4) mengajarkan  hikmah, sehingga dalam kehidupan  para Sahabat beliau saw. tercipta  suasana “kehidupan surgawi”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾    ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
   Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana. Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:1-3).
   Keempat  Sifat  Tasybihiyyah Allah Swt.  yang dikemukakan ayat  2  berhubungan  dengan keempat tugas  Nabi Besar Muhammad Saw.  yang tercantum di dalam ayat 3  berikutnya. Ada pun keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. tersebut   -- yang juga telah diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. --  adalah (1) Al-Malik (Raja Yang Maha Berdaulat), (2) Al-Quddus, (Yang Maha Suci); (3)  Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm (Yang Maha Bijaksana).

Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.

  Tugas suci  Nabi Besar Muhammad saw. – sebagai Rasul Allah yang membawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4) --   meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam QS.62 ayat 3. Tugas agung dan mulia serta sangat berat  itulah yang dipercayakan (diamanatkan) Allah Swt. kepada beliau saw.  (QS.33:72),  sebab untuk kedatangan  Nabi Besar Muhammad saw.  di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta huruf  serta jahiliyah  itu, ribuan tahun  sebelumnya  leluhur beliau saw. --  yakni  Nabi Ibrahim  a.s.  disertai putranya, Nabi Isma’il a.s. -- telah memanjatkan doa  pada saat keduanya    meninggikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
   Hal yang sangat menakjubkan adalah bahwa keempat tugas utama Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan dalam firman Allah Swt. sebelum ini (QS.62:3), juga disinggung dalam doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. dengan susunan yang sedikit berbeda,  firman-Nya:
رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah  seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang meng-ajarkan Kitab  dan hikmah  kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).
      Tugas keempat   Nabi Besar Muhammad saw. yang diisyaratkan dalam doa Nabi Ibrahim a.s.  --  yakni  وَ یُزَکِّیۡہِمۡ      (dan akan mensucikan mereka)  -- menjadi urutan kedua  dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 berikut ini:
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
   Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:3).

Pentingnya Peran “Kesucian Hati

       Salah satu hikmah dari adanya  perbedaan urutan keempat  tugas Nabi Besar Muhammad saw. adalah bahwa susunan yang dikemukakan dalam doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. merupakan susunan yang logis dimana kesucian hati merupakan hasil dari tiga hal sebelumnya (membacakan Ayat-ayat-Nya; mengajarkan Kitab, dan Hikmah).
      Sedangkan yang dihasilkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah dengan membacakan Ayat-ayat-Nya pun telah mampu menimbulkan kesucian akhlak dan ruhani dari para Sahabat beliau saw.. Terlebih lagi untuk memahami  khazanah-khazanah ruhani Al-Quran serta untuk memahami hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya  peran kesucian hati adalah merupakan syarat yang penting,  firman-Nya   لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ      -- “tidak ada yang dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS.56:80).
   Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu (Mushlih Rabbani/Reformer) dapat benar-benar berhasil dalam misi sucinya jika ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya – QS.33:22), suatu jemaat (jama’ah) yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya tersebut  ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran Islam yang sempurna  itu kepada bangsa lain, sesuai misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
   Didikan yang Nabi Besar Muhammad saw.  berikan kepada para pengikut beliau  saw.   – baik  para Sahabah beliau saw. dari kalangan Muhajirin mau pun Anshar -- telah memperluas serta mempertajam kecerdasan mereka, dan  falsafah ajaran beliau  saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, demikian pula  contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) telah menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh Surah Al-Jumu’ah ayat 3.

Perbedaan Keadaaan Pemerintahan Kerajaan Ruhani dan Jasmani
Nabi Daud a.s. dan  Nabi Besar Muhammad Saw.

 Keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut – yakni  -- (1) Al-Malik (Raja Yang Maha Berdaulat), (2) Al-Quddus, (Yang Maha Suci); (3)  Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm (Yang Maha Bijaksana)   --  mengisyaratkan kepada kedudukan Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah, yaitu beliau saw. bukan saja sebagai Rasul Allah tetapi juga sebagai seorang Malik (Raja)  yang adalah Mālik (Pemilik) kerajaan seperti halnya Nabi Daud a.s..
   Itulah sebabnya Allah Swt.  dalam Surah Shād  ayat 22-27 telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dengan merujuk kepada  masa pemerintahan Nabi Daud a.s.,  bukan kepada masa Nabi Musa a.s. --  walau pun Nabi Besar Muhammad saw. disebut sebagai “nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:18:QS.46:11), sebab  nikmat  kerajaan   di kalangan Bani Israil  (QS.5:21) baru terwujud di masa Nabi Daud a.s., bukan di masa Nabi Musa a.s.,  firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.  Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka  melupakan Hari Perhitungan.(Shād  [38]:27).
       Walau pun benar kedudukan Nabi Besar Muhammad saw. adalah seperti kedudukan Nabi Daud a.s.   – yakni selain sebagai rasul Allah  adalah  juga raja kerajaan duniawi --  akan tetapi keadaan kerajaan duniawi kedua Rasul Allah tersebut sangat berbeda, yakni  pemerintahan  Nabi Daud a.s.  mau pun Nabi Sulaiman a.s. didukung (ditunjang) oleh  berbagai sarana duniawi yang tampak nyata – termasuk keberadaan  pasukan militer dan persenjataannya yang sangat kuat   --  sedangkan  keadaan kerajaan Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah sama dengan keadaan  tatanan  alam semesta jasmani  ciptaan Allah Swt. yang ditunjang oleh  tiang-tiang penunjangnya” yang tidak kelihatan oleh mata jasmani, firman-Nya:
   اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾  
Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,  kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.  Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan.  Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berke-yakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Rā’d [13]:3). Lihat pila QS.31:11.

Komentar  Bosworth Smith  Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.

     Oleh karena itu  sangat tepat  komentar  yang dikemukakan oleh  Bosworth Smith  dalam bukunya  Muhammad and Muhammadanism”  berkenaan dengan  kesempurnaan  suri-teladan   Nabi Besar Muhammad saw.  dalam berbagai kapasitasnya sebagai Rasul Allah yang paling sempurna, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb [33]:22).
Bosworth Smith menulis tentang Nabi Besar Muhammad saw.:
 “Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
 Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism” karya Bosworth Smith).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,   15 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar