بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 84
Perbedaan Keadaan Kerajaan
Jasmani Nabi Daud a.s. dengan Kerajaan
Jasmani Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
empat tugas utama Nabi Besar
Muhammad Saw. dimana daya pensucian ruhani luarbiasa Nabi
Besar Muhammad saw. bukan saja
memberikan pengaruh suci kepada para Sahabat dari golongan awal
saja tetapi juga kepada orang-orang yang
beriman sesudah mereka, firman-Nya:
وَ
الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَ
لِاِخۡوَانِنَا الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا
بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ فِیۡ
قُلُوۡبِنَا غِلًّا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
رَبَّنَاۤ اِنَّکَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan orang-orang
yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:11).
Suasana “Kehidupan Surgawi”
Mengisyaratkan kepada pengabulan doa-doa tulus dan luhur mereka
itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai gambaran “kehidupan surgawi”,
firman-Nya:
وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا
وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ
الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا
کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا
اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ
اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh Kami tidak membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya. Dan Kami mencabut segala dendam yang ada di dalam dada mereka. Di bawah mereka mengalir
sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allāh Yang telah menunjuki kami kepada surga
ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk
seandainya Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar
telah datang rasul-rasul Tuhan kami dengan haq.” Dan akan diserukan
kepada mereka: “Inilah surga yang
diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:42-43).
Pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga, karena dalam QS.55:47 dikatakan bahwa وَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّہٖ
جَنَّتٰنِ -- “bagi orang yang takut kepada maqam/keagungan
Rabb-nya (Tuhannya) ada dua surga”, dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati
(dengki), dendam-kesumat, dan kegelisahan
mental, sebagaimana diisyaratkan dalam berbagai Surah Al-Quran dalam
kalimat لَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ -- “tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak
pula mereka berduka cita”.
Dengan
demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai keberhasilan
Nabi Besar Muhammad saw. melaksanakan empat macam tugas yang diamanatkan Allah Swt. kepada beliau
saw., yaitu: (1) membacakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah, (2)
mensucikan mereka, (3) mengajarkan Kitab,
dan (4) mengajarkan hikmah, sehingga dalam kehidupan
para Sahabat beliau saw. tercipta
suasana “kehidupan surgawi”,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی
الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa pun yang ada di
seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Yang Maha
Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana. Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah
[62]:1-3).
Keempat
Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. yang dikemukakan ayat 2
berhubungan dengan keempat tugas Nabi Besar Muhammad Saw. yang tercantum di dalam ayat 3 berikutnya. Ada pun keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. tersebut -- yang juga telah diperagakan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. -- adalah (1) Al-Malik
(Raja Yang Maha Berdaulat), (2) Al-Quddus, (Yang Maha Suci);
(3) Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm
(Yang Maha Bijaksana).
Pengabulan
Doa Nabi Ibrahim a.s.
Tugas suci Nabi Besar Muhammad
saw. – sebagai Rasul Allah yang
membawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4) -- meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam QS.62
ayat 3. Tugas agung dan mulia serta sangat berat itulah yang dipercayakan (diamanatkan) Allah Swt.
kepada beliau saw. (QS.33:72), sebab untuk kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta
huruf serta jahiliyah itu, ribuan
tahun sebelumnya leluhur
beliau saw. -- yakni Nabi Ibrahim
a.s. disertai putranya, Nabi
Isma’il a.s. -- telah memanjatkan doa pada saat keduanya meninggikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
Hal yang sangat menakjubkan adalah bahwa keempat tugas utama Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan dalam
firman Allah Swt. sebelum ini (QS.62:3), juga disinggung dalam doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s.
dengan susunan yang sedikit berbeda,
firman-Nya:
رَبَّنَا
وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya
Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang meng-ajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).
Tugas keempat Nabi Besar Muhammad saw. yang diisyaratkan
dalam doa Nabi Ibrahim a.s. --
yakni وَ یُزَکِّیۡہِمۡ (dan akan
mensucikan mereka) -- menjadi urutan
kedua dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah
[62]:3).
Pentingnya Peran “Kesucian Hati”
Salah satu hikmah dari adanya perbedaan
urutan keempat tugas Nabi Besar Muhammad saw. adalah
bahwa susunan yang dikemukakan dalam doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s.
merupakan susunan yang logis dimana kesucian
hati merupakan hasil dari tiga hal sebelumnya (membacakan Ayat-ayat-Nya; mengajarkan Kitab, dan Hikmah).
Sedangkan yang dihasilkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah dengan membacakan Ayat-ayat-Nya pun telah mampu
menimbulkan kesucian akhlak dan ruhani dari para Sahabat beliau saw.. Terlebih lagi untuk
memahami khazanah-khazanah ruhani Al-Quran serta untuk memahami hikmah-hikmah yang terkandung di
dalamnya peran kesucian hati adalah merupakan syarat
yang penting, firman-Nya لَّا یَمَسُّہٗۤ اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- “tidak ada yang dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS.56:80).
Pada hakikatnya
tidak ada Pembaharu (Mushlih
Rabbani/Reformer) dapat benar-benar berhasil
dalam misi sucinya jika ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya
(daya pensuciannya – QS.33:22), suatu jemaat
(jama’ah) yang pengikut-pengikutnya
terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas
ajarannya serta mengajarkan falsafat,
arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas
ajarannya itu, kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya tersebut ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran Islam
yang sempurna itu kepada bangsa lain,
sesuai misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29).
Didikan yang Nabi Besar Muhammad
saw. berikan kepada para pengikut beliau saw.
– baik para Sahabah beliau saw. dari kalangan Muhajirin mau pun Anshar
-- telah memperluas serta mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, demikian pula contoh
mulia beliau saw. (QS.33:22) telah menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh
Surah Al-Jumu’ah ayat 3.
Perbedaan Keadaaan Pemerintahan Kerajaan Ruhani dan Jasmani
Nabi Daud a.s. dan Nabi Besar Muhammad Saw.
Keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut – yakni -- (1) Al-Malik (Raja Yang Maha Berdaulat),
(2) Al-Quddus,
(Yang Maha Suci); (3) Al-‘Azīz
(Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm (Yang Maha Bijaksana) --
mengisyaratkan kepada kedudukan
Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah, yaitu beliau saw. bukan saja sebagai Rasul Allah tetapi juga sebagai seorang Malik (Raja) yang adalah Mālik (Pemilik) kerajaan
seperti halnya Nabi Daud a.s..
Itulah sebabnya
Allah Swt. dalam Surah Shād
ayat 22-27 telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dengan
merujuk kepada masa pemerintahan Nabi Daud a.s., bukan kepada masa Nabi Musa a.s. -- walau pun
Nabi Besar Muhammad saw. disebut sebagai “nabi
yang seperti Musa” (Ulangan 18:18:QS.46:11), sebab nikmat kerajaan di kalangan Bani Israil (QS.5:21) baru
terwujud di masa Nabi Daud a.s.,
bukan di masa Nabi Musa a.s.,
firman-Nya:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ
فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ
الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
“Hai
Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di
bumi maka hakimilah di antara
manusia dengan benar dan janganlah
mengikuti hawa nafsu karena ia akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang
tersesat dari jalan Allah bagi mereka
ada azab yang sangat keras karena mereka
melupakan Hari Perhitungan.(Shād [38]:27).
Walau pun benar kedudukan Nabi Besar Muhammad saw. adalah seperti kedudukan Nabi Daud a.s. – yakni selain sebagai rasul Allah adalah juga raja
kerajaan duniawi -- akan tetapi keadaan kerajaan duniawi kedua Rasul Allah tersebut sangat berbeda, yakni pemerintahan Nabi Daud a.s. mau pun Nabi Sulaiman a.s. didukung (ditunjang) oleh berbagai sarana
duniawi yang tampak nyata – termasuk keberadaan pasukan
militer dan persenjataannya yang
sangat kuat -- sedangkan
keadaan kerajaan Nabi Besar
Muhammad saw. di Madinah sama dengan keadaan
tatanan alam semesta jasmani ciptaan
Allah Swt. yang ditunjang oleh “tiang-tiang
penunjangnya” yang tidak kelihatan
oleh mata jasmani, firman-Nya:
اَللّٰہُ
الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ
وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ﴿﴾
Allah, Dia-lah Yang
telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dan Dia telah menundukkan bagi kamu
matahari dan bulan,
masing-masing beredar menurut
arah perjalanannya hingga suatu masa yang telah ditetapkan. Dia
mengatur segala urusan dan Dia
menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu
berke-yakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Rā’d
[13]:3). Lihat pila QS.31:11.
Komentar Bosworth
Smith Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh karena itu sangat tepat
komentar yang dikemukakan oleh Bosworth
Smith dalam bukunya “Muhammad
and Muhammadanism” berkenaan
dengan kesempurnaan suri-teladan Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai kapasitasnya sebagai Rasul
Allah yang paling sempurna, firman-Nya:
لَقَدۡ
کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya
bagi kamu, yaitu bagi
orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb
[33]:22).
Bosworth
Smith menulis tentang Nabi Besar Muhammad saw.:
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak
berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap,
tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan
tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia
memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau
mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga
dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan
makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah
melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari
dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau
bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu
banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and
Muhammadanism” karya Bosworth
Smith).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 15 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar