Selasa, 19 November 2013

Kedurhakaan Kaum Yahudi kepada Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah Merupakan Pengulangan Kedurhakaan Kaum Yahudi di Zaman Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
                               
Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  76

Kedurhakaan Kaum Yahudi  kepada Nabi Besar Muhammad saw. di Madinah Merupakan          Pengulangan Kedurhakaan Kaum Yahudi di Zaman Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  kemenangan-kemenangan lainnya yang akan diperoleh kaum Muslimin berkenaan pengkhianatan yang berulang-ulang dari orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah:
وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya,  dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:28).

Nubuatan   Kemenangan-kemenangan
yang akan Diraih  oleh Umat Islam

  Yang diisyaratkan  dalam ayat  وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا  -- “dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya   mungkin tanah Khaibar atau mungkin juga kemenangan atas kerajaan Persia dan kerajaan Romawi serta negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
   Dalam kedua firman Allah Swt. tersebut terdapat  pernyataan وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ  -- “Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik,  dari benteng-benteng mereka” (ayat 27) dan kalimat  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ   -- “Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka” (ayat 28), kedua pernyataan Allah Swt. merupakan bantahan atas tuduhan dusta  atau fitnah  dari golongan Ahli Kitab di Akhir Zaman ini,  bahwa penyebaran Islam oleh Nabi Besar Muhammad saw. dilakukan dengan menggunakan pedang (kekerasan dan pemaksaan).
    Selain sebagai bantahan dari Allah Swt. kesuksesan-kesuksesan yang diraih umat Islam di masa awal tersebut pada hakikatnya membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya mengenai izin  berperang kepada umat Islam untuk membela diri  dan untuk menegakkan keadilan di muka bumi serta mengenai pertolongan-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, firman-Nya:
اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.   (Al-Hājj [22]:40). 
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
  الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata: “Tuhan kami Allah.” Dan seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,  dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa.  (Al-Hājj [22]:41).

Nabi Besar Muhammad saw. dan Agama Islam (Al-Quran)
adalah “Rahmat bagi Seluruh Alam

     Sesudah memberikan alasan-alasan  mengapa orang-orang Islam terpaksa mengangkat senjata, ayat ini mengemukakan tujuan dan maksud peperangan yang dilancarkan oleh umat Islam. Tujuannya sekali-kali bukan untuk merampas hak orang-orang lain atas rumah dan milik mereka, atau merampas kemerdekaan mereka serta memaksa mereka tunduk kepada kekuasaan asing, atau untuk menjajagi pasar-pasar yang baru atau memperoleh tanah-tanah jajahan baru, seperti telah diusahakan oleh kekuasaan negara-negara kuat dari barat.
     Yang dimaksudkan ialah mengadakan perang semata-mata untuk membela diri dan untuk menyelamatkan Islam dari kemusnahan, dan untuk menegakkan kebebasan berpikir; begitu juga untuk membela tempat-tempat peribadatan yang dimiliki oleh agama-agama lain — gereja-gereja, rumah-rumah peribadatan Yahudi, kuil-kuil, biara-biara, dan sebagainya (QS.2:194; QS.2:257; QS.8:40 dan QS.8:73).
      Jadi tujuan pertama dan terutama dari perang-perang yang dilancarkan oleh Islam di masa yang lampau --  dan selamanya di masa yang akan datang pun  -- ialah menegakkan kebebasan beragama dan beribadah dan berperang membela negeri, kehormatan, dan kemerdekaan terhadap serangan tanpa dihasut. Apakah ada alasan untuk berperang yang lebih baik daripada ini? Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengeai hal tersebut:
 اَلَّذِیۡنَ  اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ  فِی الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ  نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لِلّٰہِ  عَاقِبَۃُ  الۡاُمُوۡرِ ﴿﴾
Orang-orang yang jika Kami meneguhkannya di bumi mereka mendirikan shalat, membayar zakat,  menyuruh berbuat kebaikan dan melarang dari keburukan. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hājj [22]:40-42).
      Ayat ini mengandung perintah Allah Swt. bagi orang-orang Muslim, bahwa  manakala mereka memperoleh kekuasaan, maka mereka tidak boleh mempergunakannya untuk kemajuan bagi kepentingan diri mereka sendiri, melainkan harus digunakan untuk memperbaiki nasib orang-orang miskin dan orang-orang tertindas dan untuk menegakkan keamanan serta keselamatan di daerah-daerah kekuasaan mereka, dan bahwa mereka harus menghargai dan melindungi tempat-tempat peribadatan, yaitu sesuai dengan missi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.  (Al-Anbiya [21]:108).

Berbagai  Makar Buruk  Orang-orang Yahudi  Madinah
Kepada Nabi Besar Muhammad saw.

       Bukti  bahwa Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar merupakan “rahmat atas seluruh alam“ (QS.21:108) terbukti pada waktu  melakukan pengusiran  yang pertama orang-orang Yahudi dari Madinah sebagai hukuman kepada mereka, padahal mereka itu berulang kali melakukan   pengkhianatan serta kedurhakaan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  – bahkan berusaha untuk membunuh beliau saw. --  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ  لِلّٰہِ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ  لِاَوَّلِ الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ  یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا  اَنَّہُمۡ  مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ  فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭  وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ  الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ  بِاَیۡدِیۡہِمۡ  وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭  فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Menyanjung kesucian    Allah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir di antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama.  Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka pun menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,  maka   Allah datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia  melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan. (Al-Hasyr [59]:1-3). 
     Di Medinah tinggal tiga golongan suku Yahudi – Banu Qainuqa’, Banu Nadhir, dan Banu Quraizhah. Ayat ini mengisyaratkan kepada pengusiran Banu Nadhir dari Medinah. Suku ini sama seperti suku Qainuqa’ sebelum mereka, telah berlaku khianat terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan kaum Muslimin pada beberapa peristiwa. Mereka menjalin jaringan komplotan dan memasuki persekutuan-persekutuan rahasia dengan musuh-musuh Islam untuk tujuan mengadakan perlawanan terhadap  Nabi Besar Muhammad saw. kaum Muslimin.
 Orang-orang Yahudi berulang-ulang melanggar perjanjian mereka dan mengkhianati persetujuan-persetujuan resmi untuk tetap berdiri netral di antara Nabi Besar Muhammad saw.  dengan musuh-musuh beliau saw., dan bahkan telah berkomplot hendak membunuh beliau saw..

Mendustakan Nubuatan yang   Mereka Ketahui
Seperti mengenal Anak-anak Mereka Sendiri

   Pemimpin mereka, Ka'b bin Asyraf, pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan bala bantuan dari kaum Quraisy dan dari suku-suku musyrik lain di sekitar Mekkah untuk mengusir kaum Muslimin dari Medinah.  Mengisyaratkan kepada  adanya persamaan makar-makar buruk   yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Madinah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dengan makar-makar buruk   yang dilakukan  syaitan-syaitan” yang mengajarkan “sihir” di zaman pemerintahan Nabi Sulaiman a.s itulah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ لَقَدۡ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَیۡکَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ ۚ وَ مَا یَکۡفُرُ بِہَاۤ  اِلَّا الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اَوَ کُلَّمَا عٰہَدُوۡا عَہۡدًا نَّبَذَہٗ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ ؕ بَلۡ اَکۡثَرُہُمۡ  لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ  رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ ٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ  ظُہُوۡرِہِمۡ کَاَنَّہُمۡ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫ وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan   sungguh  Kami benar-benar telah menurunkan Tanda-tanda yang nyata kepada engkau,  dan sekali-kali tidak ada yang  kafir kepadanya kecuali orang-orang fasik.   Apakah patut   setiap kali mereka membuat janji, segolongan dari mereka membuangnya? Bahkan kebanyakan dari mereka tidak beriman.   Dan  tatkala datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah,  menggenapi apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang yang diberi Alkitab  membuang Kitab Allah ke belakang punggungnya, se-olah-olah mereka tidak mengetahui. (Al-Baqarah [2]:100-102).
       Ayat-ayat tersebut menerangkan mengenai kedurhakaan dan pengkhianatan golonga Ahli-Kitab – terutama  kaum Yahudi – mengenai kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “Nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:18; QS.26:194-198; QS.46:11), yang mengenai kejelasan  nubuatan-nubuatan   dalam Bible  mereka sangat mengenalnya bagaikan mengenal anak-anak mereka sendiri (QS.2:147-148; QS.6:21).
      Atas  dasar adanya nubuatan-nubuatan itu pulalah   beberapa kabilah (suku) orang-orang Yahudi  berada di  kota Madinah, dan bahkan di kalangan mereka    --yang munafik   --   membenarkan mengenai  adanya nubuatan-nubuatan  tentang Nabi Besar Muhammad saw.  sebagai “Nabi yang seperti Musa” yang datang dari kalangan “saudara Bani Israil” yakni  Bani Isma’il (QS.2:15, 77; QS.3:120; QS.5:60-62), selaras dengan doa Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.  ketika membangun kembali Ka’bah (Baitullah – QS.2:128-130).

Mengulangi Kedurhakaan Nenek-moyang Mereka di Zaman
Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.

        Dalam ayat selanjutnya  Allah Swt. menjelaskan, bahkan orang-orang Yahudi tesebut bukannya beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw., tetapi melakukan berbagai macam makar buruk  sebagaimana yang sebelumnya dilakukan oleh nenek-moyang mereka pada zaman pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.,  firman-Nya:
  وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka mengikuti apa yang diikuti  oleh syaithan-syaitan yakni para pemberontak di masa  kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan  itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Tetapi mereka itu mengaku  mengikuti apa yang telah diturunkan kepada duamalaikat, Harut dan Marut,  di Babil. Padahal  keduanya tidaklah me-ngajar seorang pun hingga  mereka mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan dari Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.”  Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan  mereka ini  belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat  baginya. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui  (Al-Baqarah [2]:100-103).
       Akibat dari kedurhakaan yang orang-orang Yahudi lakukan pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s. tersebut  telah membuat mereka untuk yang pertama kalinya  terusir secara hina dari Palestina oleh serbuan dahsyat belatentara Raja Nezukadnezar dari kerajaan  Babilonia,   dan  para peristiwa  pengusiran yang pertama tersebut kota Yerusalem dihancur-luluhkan, firman-Nya:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ  اللّٰہُ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ  اِلٰی طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ  اَنَّ اللّٰہَ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Atau  seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota  yang  dinding-dindingnya telah runtuh    atas atap-atapnya, kemudian ia berkata: “Kapankah Allah akan menghidupkan kembali kota ini sesudah  kematian  yakni kehancurannya?” Lalu Allah mematikannya seratus tahun  lamanya, kemudian Dia membangkitkan-nya lagi dan berfirman: “Berapa lama-kah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?” Ia berkata: “Aku tinggal sehari atau sebagian hari.  Dia berfirman:  “Tidak, bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya. Tetapi lihatlah makanan engkau dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah keledai engkau, dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia. Dan  lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala kenyataan ini menjadi jelas baginya ia berkata: “Aku mengetahui bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”   (Al-Baqarah [2]:260).
        Penjelasan terinci mengenai  hakikat kedua  firman Allah Swt. yang banyak disalah-tafsirkan berupa cerita khayal   tersebut lihat Bab 26 sd  Bab 29.


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,   7 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar