Sabtu, 16 November 2013

Nabi Besar Muhammad Saw. dan Pengamalan Sifat-sifat Tasybihiyyah Allah SwWt. dalam Surah Al-Fatihah




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  72

            Nabi Besar Muhammad saw. dan Pengamalan Sifat-sifat Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah    

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai kemurnian kecintaan para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dari golongan muhajirin mau pun golongan Anshar, sehubungan dengan  harapan sia-sia ‘Abdullah bin Ubay, pemimpin kaum munafik Madinah, firman-Nya:

ہُمُ  الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ  لَا تُنۡفِقُوۡا عَلٰی مَنۡ عِنۡدَ  رَسُوۡلِ اللّٰہِ  حَتّٰی  یَنۡفَضُّوۡا ؕ وَ لِلّٰہِ خَزَآئِنُ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ  لَا  یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾  یَقُوۡلُوۡنَ  لَئِنۡ  رَّجَعۡنَاۤ  اِلَی  الۡمَدِیۡنَۃِ لَیُخۡرِجَنَّ الۡاَعَزُّ  مِنۡہَا الۡاَذَلَّ ؕ وَ لِلّٰہِ الۡعِزَّۃُ  وَ لِرَسُوۡلِہٖ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ لٰکِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾

Merekalah orang-orang yang berkata: “Janganlah kamu membelanjakan harta bagi orang yang bersama Rasul Allah, supaya mereka lari karena kelaparan.  Padahal kepunyaan Allah khazanah-khazanah seluruh langit dan bumi,  tetapi orang-orang munafik itu tidak mengerti.  Mereka berkata: “Jika kita kembali ke Medinah, niscaya  orang yang paling mulia akan mengeluarkan orang yang paling hina darinya.” Padahal kemuliaan hakiki itu milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman,  tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (Al-Munāfiqūn [63):8-9).



Para Sahabat  Nabi Besar Muhammad Saw. 

Tidak  Mencari Keuntungan  dan Kehormatan Duniawi



  Karena tidak ada ketulusan dan kejujuran dalam dirinya maka   orang munafik memandang orang-orang lain seperti dirinya sendiri. Kaum munafikin Medinah pimpinan ‘Abdullah bin Ubay membuat pikiran totol dan keliru sama sekali mengenai ketulusan tujuan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab mereka menyangka para sahabat  beliau saw. telah berkumpul di sekitar beliau  saw. karena pertimbangan kepentingan duniawi, dan mereka menyangka apabila mereka (para sahabat) itu menyadari bahwa harapan mereka itu tidak terlaksana, mereka itu akan meninggalkan Nabi Besar Muhammad saw., tetapi terbukti perjalanan masa membatalkan sama sekali segala harapan sia-sia  pemimpin orang-orang munafik  itu.

 Dalam ayat selanjutnya dikemukakan mengenai harapan sia-sia lainnya dari ‘Abdullah bin Ubay tersebut,  yakni dalam suatu gerakan pasukan  -- mungkin gerakan pasukan menggempur orang-orang Yahudi Banu Musthaliq --  yang di dalamnya  ikut serta pula  pemimpin kaum munafik Medinah tersebut,  yang harapan besarnya menjadi pemimpin kaum Medinah telah hancur berantakan dengan kedatangan Nabi Besar Muhammad saw..

 Pada peristiwa itu diriwayatkan pernah mengatakan bahwa sekembali ke Medinah  “ia yang paling mulia dari antara penduduknya” –  maksudnya  dirinya  – “akan mengusir dia yang paling hina dari antara mereka,” maksudnya  Nabi Besar Muhammad saw..  

  Ketika anak laki-laki ‘Abdullah bin Ubay  -- yang juga bernama ‘Abdullah -- mendengar kecongkakan kotor ayahnya tersebut,  ia meminta izin kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk membunuh ayahnya,  dengan alasan bahwa  orang lain yang membunuh ayahnya  maka mungkin ia akan dendam kepada orang tersebut.

 Tetapi  Nabi Besar Muhammad saw. tidak mengizinkan  maksud ‘Abduullah, namun  demikian   ketika rombongan ayahnya sampai ke Medinah, ia menghunus pedangnya  dan menghalangi ayahnya masuk kota, sebelum ayahnya mau mengakui dan menyatakan bahwa ayahnya sendirilah yang paling hina di antara penduduk kota Medinah, dan bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  adalah yang paling mulia di antara mereka. Dengan demikian keangkuhan  ‘Abdullah bin Ubay telah berbalik menimpa kepalanya sendiri.

    Kecintaan anak laki-laki ‘Abdullah bin Ubay     kepada Nabi Besar Muhammad saw. tersebut membuktikan benarnya firman Allah Swt. berikut ini mengenai kecintaan  luar biasa para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  kepada beliau saw.,  baik dari kalangan kaum Muhajirin  dari Mekkah  mau pun  dari kalangan Anshar   Madinah, firman-Nya:

اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾   کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).

Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah kenabian bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan.



Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki  &

Suri Teladan Terbaik Nabi Besar Muhammad Saw.



Selanjutnya Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kecintaan para  pengikut beliau saw.  kepada beliau saw.,  bahkan melebihi kecintaan mereka kepada  kedua orang tua mereka dan saudara-saudara sekandung mereka sendiri, sebagaimana yang diperfagakan   oleh ‘Abdullah bin ‘Abdullah bin Ubay:

لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾

Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir  namun demikian mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,  walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allāh  itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:23). 

 Tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman  dengan  orang-orang kafir karena  cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain.

 Karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat, maka dalam ayat tersebut orang-orang beriman  diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir. Ikatan agama mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan   (larangan) itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam keadaan berperang dengan kaum Muslim.

  ‘Abdullah – yakni anak laki-laki ‘Abdullah bin Ubay, pemimpin kaum munafik Madinah --   merupakan bukti kebenaran pernyataan Allah Swt. tersebut mengenai kecintaan luar biasa para sahabat kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Allah Swt. menyebut mereka itu Hizbullāh (golongan Allah) yang perjuangan sucinya pasti sukses.

  Pendek kata, itulah  beberapa  bukti persamaan antara proses  penciptaan tatanan kerajaan alam semesta jasmani tanpa tiang penunjang yang kelihatan oleh mata jasmani  oleh Allah Swt. (QS.13:3; QS.31:11) dengan penciptaan tatanan “bumi baru dan langit baru” oleh Nabi Besar Muhammad saw. yang juga  sama sekali tidak ditopang dengan sarana-sarana jasmani   berupa kekayaan dan kekuasaan duniawi, melainkan hanya ditunjang oleh kecintaan hakiki  para sahabat beliau saw. kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya,  mereka semua  siap melaksanakan apa pun yang diperintahkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada mereka, termasuk mengorbankan jiwa mereka di jalan Allah,  firman-Nya:

لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾

Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah.  (Al-Ahzāb [33]:22).



Pengamalan Sempurna Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat  dan  Mālikiyyat Allah Swt.  & Pengamalan   Adil, Ihsan,  dan Memberi Seperti kepada Kerabat



  Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw.,  dan beliau  saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah --   yakni ketika di sekitar gelap gelita --  atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan --  yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya -- watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi Besar Muhammad saw.,  baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan, tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.

  Jadi, pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak Nabi Besar Muhammad saw.  yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau  saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..

  Ketika  Nabi Besar Muhammad saw.    tertinggal   hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain    -- akibat ketergesa-gesaan pasukan yang berasal dari penduduk Mekkah yang baru masuk Islam  melakukan penyerangan terhadap musuh (QS.9:25-27) dan terpukul-mundurnya  mereka  itu  telah mengacaukan pasukan Muslim lainnya  yang sedang bergerak maju --  dan pada waktu  itu  nasib Islam berada di antara hidup dan mati, tetapi  Nabi Besar Muhammad saw.  tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.”

  Demikian pula  tatkala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak  akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw.  Beliau saw. menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau saw. yang sangat zalim, yakni memaafkan mereka, sebagaimana yang juga telah dilakukan oleh Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya (QS.12:92-93).

  Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw.      selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau saw. dan yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang pertama-tama percaya (beriman) akan misi beliau saw., yakni, istri beliau saw.yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.,  ; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali bin Abu Thalib r.a., dan bekas budak beliau yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a..  Nabi Besar Muhammad saw.      merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.

  Dalam segala segi kehidupan dan watak Nabi Besar Muhammad saw. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.

 Nabi Besar Muhammad saw.    mengawali kehidupan beliau saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau saw.  penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau saw, mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau  saw. terbukti paling jujur dan cermat.

 Nabi Besar Muhammad saw.     menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw, sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw..

 Sebagai ayah, Nabi Besar Muhammad saw.  penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah hati. Ketika  Nabi Besar Muhammad saw. diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak (QS.33:73; QS.30:42; QS.62:3) beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.

   Nabi Besar Muhammad saw.  bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau  saw. menghadapi kekalahan dan beliau saw. memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.

Sehubungan hal tersebut  Bosworth Smith  dalam bukunya Muhammad and Muham-madanism menulis:

Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”

  Pendek kata, semua kenyataan mengenai suri teladan terbaik Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut merupakan pengamalan sempurna dari Sifat-sifat Rabbubiyyat, Rahmāniyyat, Rahīmiyyat  dan   Mālikiyyat  Allah Swt. serta pengamalan  akhlak adil, ihsan dan iyta-i dzil- Qurba (memberi seperti kepada kerabat).



(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,   4 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar