ِۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 65
Prinsip Keadilan
Sifat Māliki Yaumid-Dīn (Pemilik Hari
Pembalasan) Allah Swt. Membatalkan Ajaran Paulus Mengenai “Penebusan Dosa”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam
akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan penjelasan Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
mengenai tiga alasan mengapa pengganjaran (pembalasan) yang sempurna dilaksanakan Allah
Swt. di alam akhirat. Beliau bersabda:
“Manifestasi kebenaran akbar
ini bertujuan untuk mencerahkan
hal-hal berikut ini agar menjadi jelas
bagi setiap orang sebagai suatu kepastian:
Pertama, bahwa ganjaran
dan hukuman adalah suatu hal yang
pasti dikenakan kepada semua makhluk oleh Sang
Maha Penguasa, sebagai bagian dari kehendak-Nya. Hal ini tidak
mungkin ditunjukkan (dilakukan) di dunia ini karena merupakan hal-hal yang
tidak jelas bagi rata-rata orang,
yang tidak mengerti mengapa mereka akan mengalami kemaslahatan atau kemudharatan,
mau pun kesenangan atau kesakitan.
Di dunia ini tidak akan ada orang yang mendengar suara
dari mana pun yang menjelaskan bahwa apa yang dialaminya itu adalah ganjaran
dari amal perbuatannya, dan juga tidak
akan ada yang menyadari atau merasa bahwa apa yang sedang
dialaminya adalah sebagai akibat dari tindakannya.
Kedua, penampakan itu
ditujukan untuk memperlihatkan bahwa sarana duniawi itu tidak mempunyai
arti dan bahwa Sang Maha Wujud atau Allah Swt. adalah Sumber dari semua berkat
dan Penguasa dari segala ganjaran.
Ketiga, perlu adanya penegasan
apa itu karunia yang baik (keberuntungan akbar) dan apa yang namanya kemudharatan
besar. Keberuntungan akbar adalah keadaan kemenangan tertinggi
dimana nur, kebahagiaan, kesenangan
dan ketentraman
merasuk di dalam dan di luar dari tubuh dan jiwa
seseorang dimana tidak ada bagian
tubuhnya yang terlewat.
Kemudharatan besar adalah siksaan yang berasal dari akibat
ketidak-patuhan, kekotoran jiwa, menjauhkan diri dari Tuhan-nya, yang akan membakar
hati dan meliputi seluruh tubuh sehingga seluruh dirinya
terasa bagai berada dalam api di neraka.
Manifestasi (perwujudan) seperti ini tidak bisa dilihat di dunia, karena dunia
yang sempit dan picik, yang terselaput oleh
segala keduniawian dan yang
kondisinya tidak sempurna, tidak akan
tahan menanggung manifestasi demikian. Dunia ini adalah ajang ujian
dan cobaan dimana kesenangan dan kesakitan yang ada hanya bersifat
sementara dan tidak sempurna.
Apa pun yang dialami seseorang
dalam hidupnya berada di bawah tabir sarana jasmani yang menyembunyikan Wujud Sang Penguasa Pemberi ganjaran. Dengan demikian dunia ini bukan wadah ganjaran
yang benar dan sempurna. Yang menjadi hari ganjaran yang sempurna dan
terbuka adalah dunia yang akan datang setelah kehidupan dunia sekarang ini.
Dunia yang akan datang
(akhirat) itu akan menjadi wadah manifestasi
akbar dan penampakan dari keagungan dan keindahan yang sempurna.
Kesulitan hidup atau kemudahan, kesenangan atau kesakitan, kesedihan
atau pun kegembiraan, semua yang dialami manusia di dunia yang sekarang tidak
selalu menggambarkan atau merupakan akibat dari karunia Ilahi
atau pun kemurkaan-Nya. Sebagai contoh, seorang yang kaya bukanlah
merupakan bukti bahwa Tuhan berkenan atas dirinya, begitu pula kemiskinan
atau kesulitan dianggap menjadi tanda bahwa Allah Swt. memusuhi dirinya.
Bisa jadi keadaan mereka itu menjadi cobaan agar yang kaya diuji
karena kekayaannya sedangkan yang miskin dicoba karena kemiskinannya.
Semua kebenaran akbar ini dijelaskan secara rinci di dalam Al-Quran.” (Brahin-i-
Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld.
14, hlm. 444-461, London, 1984).
Hubungan Sifat Māliki Yaumiddīn
(Pemilik Hari Pembalasan)
dengan Sikap Adil
Apa yang dijelaskan oleh Mirza Ghulam
Ahmad a.s. mengenai makna Māliki
Yaumiddīn (Pemilik Hari Pembalasan)
sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾
اِذَا زُلۡزِلَتِ الۡاَرۡضُ زِلۡزَالَہَا ۙ﴿۱﴾ وَ اَخۡرَجَتِ الۡاَرۡضُ اَثۡقَالَہَا ۙ﴿﴾ وَ قَالَ الۡاِنۡسَانُ مَا لَہَا ۚ﴿﴾
یَوۡمَئِذٍ تُحَدِّثُ اَخۡبَارَہَا ۙ﴿﴾ بِاَنَّ رَبَّکَ
اَوۡحٰی لَہَا ؕ﴿﴾ یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ
النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ
خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila bumi digoncangkan segoncang-goncangnya, dan bumi mengeluarkan beban-beban berat yang
dikandungnya, dan manusia
berkata: “Apakah yang terjadi
dengannya?” Pada hari itu
bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya
Rabb (Tuhan) engkau telah mewahyukan
kepadanya. Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah supaya
kepada mereka dapat diperlihatkan amal
mereka. Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom
sekali pun ia akan melihatnya.
(Al-Zilzāl [99]:1-9).
Sehubungan dengan ayat:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ
یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا
یَّرَہٗ ٪﴿﴾
“Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya” (Al-Zilzāl [99]:8-9) --
dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ
مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً
اِلَّاۤ
اَحۡصٰہَا ۚ وَ
وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ رَبُّکَ اَحَدًا ﴿٪﴾
Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan
mereka, maka engkau akan melihat orang-orang
yang berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka
akan berkata: "Aduhai celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak
meninggalkan sesuatu, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah
mencatatnya." Dan
mereka menjumpai apa yang telah mereka
kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Rabb (Tuhan) engkau tidak
menzalimi (menganiaya) seorang pun. (Al-Kahf [18]:50).
Atas dasar kenyataan itulah dalam Bab-bab sebelumnya
bahwa Sifat Māliki Yaumiddīn (Pemilik Hari Pembalasan) Allah Swt. tersebut dalam hubungannya dengan firman-Nya berikut ini adalah
berkaitan dengan sikap adil:
اِنَّ اللّٰہَ
یَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَ الۡاِحۡسَانِ وَ اِیۡتَآیِٔ ذِی الۡقُرۡبٰی وَ یَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡبَغۡیِ ۚ یَعِظُکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تَذَکَّرُوۡنَ
﴿﴾
Sesungguhnya Allah
menyuruh berlaku adil, berbuat ihsan
(kebajikan), dan memberi seperti kepada kaum kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan pemberontakan. Dia nasihatkan kepada kamu supaya kamu mengambil pelajaran. (An-Nahl
[16]:91).
Sabda-sabda Nabi
Besar Muhammad Saw.
tentang Pentingnya Sikap Adil
Jadi,
jelaslah bahwa Sifat Māliki Yaumiddīn
(Pemilik Hari Pembalasan) hubungannya dengan 3 tingkatan landasan akhlak baik manusia -- yaitu adil,
berbuat ihsan (kebajikan), dan memberi
seperti kepada kaum kerabat -- adalah dengan sifat adil, yang merupakan tingkatan yang pertama dari landasan akhlak baik yang harus dilakukan manusia.
Mustahil
manusia bisa melakukan tingkatan akhlak baik yang disebut ihsan
(berbuat kebaikan yang lebih)
dan īytā-i-dzil-qurba (memberi seperti terhadap kerabat sendiri)
sebelum bisa mengamalkan tingkatan akhlak
yang disebut adil sebagaimana yang
dilakukan Allah Swt. dalam kapasitas-Nya sebagai Māliki Yaumiddīn (Pemilik Hari Pembalasan), firman-Nya:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ
یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا
یَّرَہٗ ٪﴿﴾
“Maka barangsiapa
berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya, dan barangsiapa
berbuat keburukan seberat atom sekali
pun ia akan melihatnya” (Al-Zilzāl [99]:8-9).
Atas dasar
kenyataan itu pulalah Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai hadits Shahih
telah memberikan nasihat mendasar mengenai pentingnya manusia – terutama
orang-orang yang beriman -- untuk
berlaku adil, baik terhadap dirinya mau pun terhadap orang
lain, di antaranya beliau saw. bersabda
-- yang maknanya adalah – sebagai berikut:
“Jika kalian menginginkan atau tidak
menginginkan orang-orang lain memperlakukan
kalian dengan sesuatu perlakuan,
maka kalian pun harus berbuat yang sama terhadap orang-orang lain”.
Berikut adalah 3
buah hadits Nabi Besar Muhammad
saw. berkenaan pentingnya berlaku adil.
Hadits pertama:
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallāhu ‘anhu berkata:
Bersabda Rasulullah Shalallāhu‘alaihi
wa sallam: “Sesungguhnya
mereka-mereka yang berbuat adil di sisi Allah Ta’ala, kelak mereka akan
berada di atas mimbar dari cahaya, dari tangan kanan Allah Ar-Rahmān ‘Azza wa
Jalla. Dan kedua tangan Allah Ta’ala adalah kanan. Mereka adalah orang-orang
yang adil dalam menghukumi sesuatu bahkan terhadap keluarga mereka
sendiri, juga terhadap orang-orang yang mereka pimpin.” (Hr. Imam Muslim).
Hadits kedua:
مَنْ كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ
فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
Artinya:
“Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada
salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian
tubuhnya miring.”
Takhrij
Hadits-hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Dawud (no. 2133), an-Nasa’i
(2/157), Tirmidzi (1/213), ad-Darimi (2/143), Ibnu Majah (1969), Ibnu Abi
Syaibah (2/66/7), Ibnul Jarud
(no. 722), Ibnu Hibban (no. 1307), al-Hakim (2/186), al-Baihaqi (7/297), ath-Thayalisi
(no. 2454), dan Ahmad (2/347, 471)
melalui jalur Hammam bin Yahya, dari Qatadah, dari an-Nadhr
bin Anas, dari Basyir bin Nuhaik, dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhuma.
Hadits
ketiga:
Dalam memutuskan perkara, keadilan mesti menjadi landasan berpijak. Anas bin Malik radhiyallāhu
‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
bersabda:
إِذَا حَكَمْتُمْ فَاعْدِلُوْا
Artinya:
“Apabila kalian memutuskan hukum maka bersikaplah adil!” (Dinyatakan Hasan
oleh al-Albani dalam ash-Shahihah
[no. 469).
Sifat
Allah Swt. Māliki yawmid-dīn
(Pemilik Hari Pembalasan)
Membatalkan Itikad Palsu
“Trinitas” dan “Penebusan Dosa”
Kembali kepada Sifat Māliki yawmid-dīn (Pemilik Hari Pembalasan) Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah, berikut adalah firman Allah
Swt. dalam Surah Al-Infithār (yang terbelah). Surah ini membahas secara istimewa keadaan-keadaan yang akan merajalela di Akhir Zaman ini, ketika itikad-itikad serta cara-cara hidup bangsa-bangsa
Kristen dari Barat akan sangat mempengaruhi
perilaku dan pandangan-pandangan bangsa-bangsa bukan Kristen, pada khususnya umat Islam.
Semua nubuatan
yang tersebut di dalam Surah ini telah menjadi sempurna secara harfiah. Surah Al-Infithār diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Besar Muhammad saw. di Mekkah dalam awal tahun-tahun nabawi (kenabian), kira-kira pada waktu yang hampir bersamaan
dengan Surah yang mendahuluinya (At-Takwīr), firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اِذَا السَّمَآءُ انۡفَطَرَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ ۙ﴿﴾ عَلِمَتۡ
نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَ اَخَّرَتۡ ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Apabila langit terbelah, dan apabila
bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan-lautan dialirkan, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. Setiap
jiwa akan mengetahui apa yang mereka dahulukan dan apa yang mereka tinggalkan di belakang, (Al-Infithār [82]:1-6).
Seperti
dikemukakan sebelumnya bahwa Surah Al-Infithār ini secara khusus mengupas keadaan ketika agama Kristen -- yakni Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog) -- akan
mencapai kemajuan besar dalam bidang kehidupan duniawi, serta itikad-itikad Kristen Trinitas, Isa anak Tuhan, dan penebusan
dosa akan sangat merajalela
(QS.21:96-99).
Kepada merajalelanya ajaran-ajaran
Kristen yang bertentangan dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
itulah (QS.5:117-119) Al-Quran
mengisyaratkan dengan kata-kata keras
dalam Surah Maryam berikut ini:
وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ
شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ
السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ
ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ دَعَوۡا
لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا
یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ اٰتِی
الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ
وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka berkata: "Tuhan
Yang Maha Pemurah telah mengambil
seorang anak laki-laki." Sungguh
kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu yang
sangat mengerikan.
Hampir-hampir seluruh langit
pecah karenanya, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka
menyatakan bagi Tuhan Yang
Maha Pemurah punya anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan
Yang
Maha Pemurah, mengambil seorang
anak laki-laki. Tidak ada seorang pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba. Sungguh Dia
benar-benar mengetahui jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada
Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam
[19]:91-96). Lihat pula QS.18:1-9).
Itikad “Penebusan Dosa” Bertentangan
dengan Prinsip Keadilan
Allah Swt.
Ayat اِذَا السَّمَآءُ
انۡفَطَرَتۡ --
“Apabila langit terbelah”
menunjuk kepada QS.19:93-94 tersebut,
dan mengandung arti bahwa pada saat itu kepercayaan-kepercayaan Kristen yang palsu itu akan menguasai
dunia, dan sebagai akibatnya akan bangkit amarah (kemurkaan) Allah Swt. serta azab Ilahi akan menimpa dunia dalam berbagai bentuk.
Berbicara dalam
bahasa kiasan, ayat ini وَ اِذَا
الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ -- “dan
apabila bintang-bintang jatuh berserakan” berarti, bahwa di Akhir Zaman ini orang-orang yang memiliki ilmu dan tuntunan ruhani sejati akan hilang
atau akan menjadi sangat langka.
Ayat وَ اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ -- “dan
apabila lautan-lautan dialirkan” berarti bahwa
pada masa itu lautan-lautan raya
dan samudera-samudera besar akan
dibuat mengalir dan berhubungan satu sama lain dengan
perantaraan terusan-terusan; atau teluk-teluknya akan digali menjadi lebar
sehingga kapal-kapal besar dapat
keluar masuk ke sana. Isyarat ini dapat pula tertuju kepada pembuatan Terusan
Panama dan Terusan Suez.
Ayat وَ اِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ
-- “dan apabila kuburan-kuburan dibongkar”, di Akhir Zaman ini kuburan-kuburan
kuno akan digali seperti telah terjadi dengan kuburan-kuburan raja-raja Mesir purba; atau ayat ini
dapat berarti bahwa kota-kota dan tugu-tugu peringatan yang telah terpendam dan telah lama dilupakan akan digali kembali.
Semua peristiwa besar tersebut dilakukan
oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat karena di Akhir Zaman ini mereka itulah yang
berhasil menguasai iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) mutakhir dalam berbagai
bidang kehidupan duniawi.
Dalam ayat selanjutnya
عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ
وَ اَخَّرَتۡ -- “Setiap jiwa akan mengetahui apa yang mereka dahulukan dan apa
yang mereka tinggalkan di belakang”,
ayat ini bersama-sama beberapa
ayat berikutnya pernyataan Allah Swt. – dan
juga merupakan peringatan -- itu
ditujukan kepada para tokoh dan penganjur ajaran Kristen yang keliru itu.
Mereka akhirnya
akan menyadari akan kekejian dan keburukan ajaran palsu mereka itu,
karena bertentangan dengan hukum-hukum alam, bertentangan
dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mereka peroleh, serta bertentangan hukum-hukum yang dibuat
oleh pemerintah mana pun di
dunia ini berkenaan dengan prinsip keadilan.
(B
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 Oktober
2013
ersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar