Minggu, 10 November 2013

Prinsip "Keadilan" Sifat "Maaliki Yawmiddiin" (Pemilik Hari Pembalasan) Membatalkan Ajaran Paulus Mengenai "Penebusan Dosa"



ِۡ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab  65

     Prinsip Keadilan Sifat Māliki Yaumid-Dīn (Pemilik Hari Pembalasan) Allah Swt.  Membatalkan  Ajaran Paulus Mengenai “Penebusan Dosa
 
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan penjelasan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., mengenai  tiga  alasan mengapa pengganjaran (pembalasan) yang sempurna dilaksanakan Allah Swt.  di alam akhirat. Beliau bersabda:
      “Manifestasi kebenaran akbar ini bertujuan untuk mencerahkan hal-hal berikut ini agar menjadi jelas bagi setiap orang sebagai suatu kepastian:
      Pertama, bahwa ganjaran dan  hukuman adalah suatu hal yang pasti   dikenakan kepada semua makhluk oleh Sang Maha Penguasa, sebagai bagian dari kehendak-Nya. Hal ini tidak mungkin ditunjukkan (dilakukan) di dunia ini karena merupakan hal-hal yang tidak jelas bagi rata-rata orang,  yang tidak mengerti mengapa mereka akan mengalami kemaslahatan atau kemudharatan, mau pun kesenangan atau kesakitan.
      Di dunia ini tidak akan ada orang yang mendengar suara dari mana pun yang menjelaskan bahwa apa yang dialaminya itu adalah ganjaran dari amal perbuatannya, dan juga tidak akan ada yang menyadari atau merasa bahwa apa yang sedang dialaminya adalah sebagai akibat dari tindakannya.
       Kedua, penampakan itu ditujukan untuk memperlihatkan bahwa sarana duniawi itu tidak mempunyai arti dan bahwa Sang Maha Wujud atau Allah Swt.  adalah Sumber dari semua berkat dan Penguasa dari segala ganjaran.
      Ketiga, perlu adanya penegasan apa itu karunia yang baik (keberuntungan akbar) dan apa yang namanya kemudharatan besar. Keberuntungan akbar adalah keadaan kemenangan tertinggi dimana nur, kebahagiaan, kesenangan dan  ketentraman merasuk di dalam dan di luar dari tubuh dan jiwa seseorang dimana tidak ada bagian tubuhnya yang terlewat.
      Kemudharatan besar adalah siksaan yang berasal dari akibat ketidak-patuhan, kekotoran jiwa, menjauhkan diri dari Tuhan-nya, yang akan membakar hati dan meliputi seluruh tubuh sehingga seluruh dirinya terasa bagai berada dalam api di neraka.
     Manifestasi (perwujudan) seperti ini tidak bisa dilihat di dunia,  karena dunia yang sempit dan picik,  yang terselaput oleh segala keduniawian dan yang kondisinya tidak sempurna, tidak akan tahan menanggung manifestasi demikian. Dunia ini adalah ajang ujian dan cobaan dimana kesenangan dan kesakitan yang ada hanya bersifat sementara dan tidak sempurna.
      Apa pun yang dialami seseorang dalam hidupnya berada di bawah tabir sarana jasmani yang menyembunyikan Wujud Sang Penguasa Pemberi ganjaran. Dengan demikian dunia ini bukan wadah ganjaran yang benar dan sempurna. Yang menjadi hari ganjaran yang sempurna dan terbuka adalah dunia yang akan datang setelah kehidupan dunia sekarang ini.  Dunia yang akan datang (akhirat)  itu akan menjadi wadah manifestasi akbar dan penampakan dari keagungan dan keindahan yang sempurna.
      Kesulitan hidup atau kemudahan, kesenangan atau kesakitan, kesedihan atau pun kegembiraan, semua yang dialami manusia di dunia yang sekarang tidak selalu menggambarkan atau merupakan akibat dari karunia Ilahi atau pun kemurkaan-Nya. Sebagai contoh, seorang yang kaya bukanlah merupakan bukti bahwa Tuhan berkenan atas dirinya, begitu pula kemiskinan atau kesulitan dianggap menjadi tanda bahwa Allah Swt.  memusuhi dirinya.
      Bisa jadi keadaan mereka itu menjadi cobaan agar yang kaya diuji karena kekayaannya sedangkan yang miskin dicoba karena kemiskinannya. Semua kebenaran akbar ini dijelaskan secara rinci di dalam Al-Quran.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. 14, hlm. 444-461, London, 1984).

Hubungan  Sifat  Māliki Yaumiddīn
(Pemilik Hari Pembalasan)  dengan Sikap Adil

      Apa yang dijelaskan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengenai makna  Māliki Yaumiddīn (Pemilik Hari Pembalasan)  sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾  اِذَا  زُلۡزِلَتِ الۡاَرۡضُ  زِلۡزَالَہَا  ۙ﴿۱﴾ وَ اَخۡرَجَتِ الۡاَرۡضُ اَثۡقَالَہَا ۙ﴿﴾  وَ  قَالَ الۡاِنۡسَانُ مَا لَہَا ۚ﴿﴾ یَوۡمَئِذٍ تُحَدِّثُ  اَخۡبَارَہَا ۙ﴿﴾ بِاَنَّ  رَبَّکَ اَوۡحٰی لَہَا ؕ﴿﴾  یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾  فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Apabila bumi digoncangkan segoncang-goncangnya,  dan bumi  mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya,  dan manusia berkata: “Apakah yang  terjadi dengannya?” Pada hari itu bumi  menceritakan beritanya,  karena sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau telah mewahyukan kepadanya.  Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka.  Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihatnya,    dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya.  (Al-Zilzāl  [99]:1-9).
      Sehubungan dengan ayat:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
“Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya” (Al-Zilzāl  [99]:8-9) --  dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
   وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ  مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً  اِلَّاۤ  اَحۡصٰہَا ۚ وَ  وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ  رَبُّکَ  اَحَدًا ﴿٪﴾  
Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan mereka, maka engkau akan melihat orang-­orang yang berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka akan berkata: "Aduhai  celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak meninggalkan sesuatu, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah mencatatnya."  Dan mereka menjumpai apa yang telah mereka kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Rabb (Tuhan) engkau tidak menzalimi (menganiaya) seorang pun. (Al-Kahf [18]:50).
       Atas  dasar kenyataan itulah dalam Bab-bab  sebelumnya  bahwa   Sifat  Māliki Yaumiddīn  (Pemilik Hari Pembalasan)   Allah Swt. tersebut  dalam hubungannya  dengan firman-Nya berikut ini  adalah  berkaitan dengan sikap adil:  
اِنَّ اللّٰہَ یَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَ الۡاِحۡسَانِ وَ اِیۡتَآیِٔ ذِی الۡقُرۡبٰی وَ یَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ  وَ الۡمُنۡکَرِ وَ الۡبَغۡیِ ۚ یَعِظُکُمۡ   لَعَلَّکُمۡ   تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan memberi  seperti kepada kaum kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan pemberontakan.  Dia nasihatkan kepada kamu  supaya kamu mengambil pelajaran. (An-Nahl [16]:91).

Sabda-sabda Nabi Besar Muhammad Saw.
tentang  Pentingnya Sikap Adil

   Jadi, jelaslah bahwa  Sifat Māliki Yaumiddīn (Pemilik Hari Pembalasan) hubungannya dengan 3 tingkatan landasan akhlak baik manusia  -- yaitu adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan  memberi  seperti kepada kaum kerabat --  adalah dengan sifat adil, yang merupakan tingkatan yang pertama dari landasan akhlak baik  yang harus dilakukan manusia.
      Mustahil manusia bisa melakukan tingkatan akhlak baik yang disebut ihsan  (berbuat kebaikan yang lebih) dan īytā-i-dzil-qurba  (memberi seperti terhadap kerabat sendiri) sebelum bisa mengamalkan tingkatan akhlak yang disebut adil sebagaimana yang dilakukan Allah Swt. dalam kapasitas-Nya sebagai  Māliki Yaumiddīn  (Pemilik Hari Pembalasan), firman-Nya:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
“Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihatnya” (Al-Zilzāl  [99]:8-9).
      Atas dasar kenyataan itu pulalah Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai hadits Shahih telah memberikan nasihat mendasar mengenai pentingnya manusia – terutama orang-orang yang beriman --  untuk berlaku adil,   baik terhadap dirinya mau pun terhadap orang lain, di antaranya beliau saw. bersabda  -- yang maknanya adalah – sebagai berikut:
“Jika kalian  menginginkan atau tidak menginginkan  orang-orang lain memperlakukan kalian dengan sesuatu  perlakuan, maka kalian pun harus berbuat yang sama terhadap orang-orang lain”.
Berikut adalah 3  buah hadits  Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan pentingnya berlaku adil.  Hadits pertama:
        Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallāhuanhu berkata: Bersabda Rasulullah Shalallāhualaihi wa  sallam: “Sesungguhnya mereka-mereka yang berbuat adil di sisi Allah Ta’ala, kelak mereka akan berada di atas mimbar dari cahaya, dari tangan kanan Allah Ar-Rahmān ‘Azza wa Jalla. Dan kedua tangan Allah Ta’ala adalah kanan. Mereka adalah orang-orang yang adil dalam menghukumi sesuatu bahkan terhadap keluarga mereka sendiri, juga terhadap orang-orang yang mereka pimpin.” (Hr. Imam Muslim).
      Hadits kedua:
مَنْ كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
Artinya: “Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring.”
      Takhrij Hadits-hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2133), an-Nasa’i (2/157), Tirmidzi (1/213), ad-Darimi (2/143), Ibnu Majah (1969), Ibnu Abi Syaibah (2/66/7), Ibnul Jarud (no. 722), Ibnu Hibban (no. 1307), al-Hakim (2/186), al-Baihaqi (7/297), ath-Thayalisi (no. 2454), dan Ahmad (2/347, 471) melalui jalur Hammam bin Yahya, dari Qatadah, dari an-Nadhr bin Anas, dari Basyir bin Nuhaik, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma.
Hadits ketiga:
       Dalam memutuskan perkara, keadilan mesti menjadi landasan berpijak. Anas bin Malik radhiyallāhu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
إِذَا حَكَمْتُمْ فَاعْدِلُوْا
Artinya: “Apabila kalian memutuskan hukum maka bersikaplah adil!” (Dinyatakan Hasan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah [no. 469).

Sifat  Allah Swt. Māliki yawmid-dīn (Pemilik Hari Pembalasan)
Membatalkan  Itikad Palsu   Trinitas” dan “Penebusan Dosa” 

      Kembali kepada Sifat Māliki yawmid-dīn (Pemilik Hari Pembalasan) Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah, berikut adalah firman Allah Swt. dalam Surah Al-Infithār  (yang terbelah). Surah ini membahas secara istimewa keadaan-keadaan yang akan merajalela di Akhir Zaman ini, ketika itikad-itikad serta cara-cara hidup bangsa-bangsa Kristen dari Barat akan sangat mempengaruhi perilaku dan pandangan-pandangan bangsa-bangsa bukan Kristen, pada khususnya umat Islam.
      Semua nubuatan yang tersebut di dalam Surah ini telah menjadi sempurna secara harfiah. Surah Al-Infithār   diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Besar Muhammad saw. di Mekkah dalam awal tahun-tahun nabawi (kenabian), kira-kira pada waktu yang hampir bersamaan dengan Surah yang mendahuluinya (At-Takwīr), firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِذَا  السَّمَآءُ  انۡفَطَرَتۡ ۙ﴿﴾   وَ  اِذَا الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ ﴿ۙ﴾   وَ  اِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ ۙ﴿﴾  عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَ اَخَّرَتۡ ؕ﴿﴾  
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh  berserakan,  dan apabila lautan-lautan dialirkan,  dan apabila kuburan-kuburan dibongkar.   Setiap jiwa akan mengetahui apa yang mereka dahulukan dan apa yang mereka tinggalkan di belakang, (Al-Infithār   [82]:1-6).
  Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa  Surah    Al-Infithār ini secara khusus mengupas keadaan ketika agama Kristen  --  yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- akan mencapai kemajuan besar dalam bidang kehidupan duniawi,  serta itikad-itikad Kristen Trinitas, Isa anak Tuhan, dan penebusan dosa  akan sangat merajalela (QS.21:96-99).
Kepada merajalelanya ajaran-ajaran Kristen yang bertentangan dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itulah (QS.5:117-119)   Al-Quran mengisyaratkan dengan kata-kata keras dalam Surah Maryam  berikut ini:
وَ قَالُوا  اتَّخَذَ  الرَّحۡمٰنُ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾   لَقَدۡ  جِئۡتُمۡ  شَیۡئًا  اِدًّا ﴿ۙ﴾   تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾   اَنۡ  دَعَوۡا  لِلرَّحۡمٰنِ  وَلَدًا ﴿ۚ﴾  وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ  یَّتَّخِذَ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  اِلَّاۤ اٰتِی  الرَّحۡمٰنِ  عَبۡدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  اَحۡصٰہُمۡ  وَ عَدَّہُمۡ  عَدًّا ﴿ؕ﴾  وَ  کُلُّہُمۡ  اٰتِیۡہِ  یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ   فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka  berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah meng­ambil seorang anak laki-laki."   Sungguh  kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu  yang  sangat mengerikan.   Hampir-hampir seluruh langit pecah   karenanya, bumi terbelah, dan gunung­-gunung runtuh berkeping-keping,  karena mereka menyatakan bagi Tuhan Yang Maha Pemurah punya  anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang  Maha Pemurah, mengambil seorang anak laki-laki.  Tidak  ada seorang pun di se­luruh  langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.   Sungguh Dia benar-benar  mengetahui jumlah  mereka dan menghitung mereka dengan   menyeluruh.   Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.  (Maryam [19]:91-96). Lihat pula QS.18:1-9).

Itikad “Penebusan Dosa” Bertentangan
dengan Prinsip  Keadilan Allah Swt.

 Ayat   اِذَا  السَّمَآءُ  انۡفَطَرَتۡ    --  “Apabila langit terbelah” menunjuk kepada  QS.19:93-94 tersebut,  dan mengandung arti bahwa pada saat itu kepercayaan-kepercayaan Kristen yang palsu itu akan menguasai dunia, dan sebagai akibatnya akan bangkit amarah (kemurkaan) Allah Swt. serta azab Ilahi akan menimpa dunia dalam berbagai bentuk.
  Berbicara dalam bahasa kiasan, ayat ini  وَ  اِذَا الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ    --  dan apabila bintang-bintang jatuh  berserakan” berarti, bahwa di Akhir Zaman ini  orang-orang yang memiliki ilmu dan tuntunan ruhani sejati akan hilang atau akan menjadi sangat  langka.
 Ayat  وَ  اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ   -- “dan apabila lautan-lautan dialirkan  berarti bahwa  pada masa itu lautan-lautan raya dan samudera-samudera besar akan dibuat mengalir dan berhubungan satu sama lain dengan perantaraan terusan-terusan; atau teluk-teluknya akan digali menjadi lebar sehingga kapal-kapal besar dapat keluar masuk ke sana. Isyarat ini dapat pula tertuju kepada pembuatan  Terusan Panama dan Terusan Suez. 
  Ayat  وَ  اِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ  -- “dan apabila kuburan-kuburan dibongkar”, di Akhir Zaman ini  kuburan-kuburan kuno akan digali seperti telah terjadi dengan kuburan-kuburan raja-raja Mesir purba; atau ayat ini dapat berarti bahwa kota-kota dan tugu-tugu peringatan yang telah terpendam dan telah lama dilupakan akan digali kembali.
  Semua  peristiwa besar tersebut  dilakukan   oleh  bangsa-bangsa Kristen dari Barat karena  di Akhir Zaman ini mereka itulah yang berhasil  menguasai iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) mutakhir dalam berbagai bidang kehidupan duniawi.
   Dalam ayat  selanjutnya  عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَ اَخَّرَتۡ    -- “Setiap jiwa akan mengetahui  apa yang mereka dahulukan dan apa yang mereka tinggalkan di belakang”,  ayat  ini bersama-sama beberapa ayat berikutnya  pernyataan Allah Swt.  – dan juga merupakan peringatan --  itu ditujukan kepada para tokoh dan penganjur ajaran Kristen yang keliru itu.
 Mereka akhirnya akan menyadari akan kekejian dan keburukan ajaran palsu mereka itu,  karena bertentangan dengan hukum-hukum alam, bertentangan dengan  kaidah-kaidah  ilmu pengetahuan  dan teknologi yang mereka peroleh, serta bertentangan hukum-hukum  yang dibuat  oleh pemerintah mana pun di dunia ini  berkenaan dengan prinsip keadilan.
(B
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  28 Oktober    2013
ersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar