Kamis, 28 November 2013

Hakikat "Dua Periode Kehidupan" Nabi Besar Muhammad Saw. di Makkah dan di Madinah dan Hubungannya dengan "Suri Teladan Sempurna" Beliau Saw.



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  86

Hakikat Dua Periode Kahidupan Nabi Besar Muhammad Saw. di Makkah dan Di Madinah dan Hubungannya dengan “Suri Teladan Sempurna” Beliau saw.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  tindakan adil  berkenaan pembagian  rezeki duniawi  berupa fā-i (harta rampasan perang)  yang ditinggalkan orang-orang Yahudi  di Khaibar  tersebut  --   bahkan keadilan tersebut dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  terhadap   para istri mulia beliau saw.  -- sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini:

وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا  ﴿ۚ﴾  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾

Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni orang-orang musyrik, dari benteng-benteng mereka dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka. Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan.  Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum menginjaknya, dan Allah berkuasa atas sega-la sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:27-28).



Bahaya Kesenangan Kehidupan Duniawi



  Banu Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan  Nabi Besar Muhammad saw.  bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh menyerang Medinah. Akan tetapi, pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk oleh Huyay, pemimpin Yahudi kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar (al-Ahzāb) itu untuk bersama-sama melawan Islam.

  Ketika serangan mereka menemui kegagalan mutlak, kemudain Nabi Besar Muhammad saw.   bergerak menghantam mereka dan mengepung mereka dalam kubu pertahanan mereka di Khaibar. Pengepungan itu berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata dan lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada keputusan Nabi Besar Muhammad saw..  Sa’d memutuskan perkara itu menurut hukum syariat Nabi Musa a.s. (Ulangan 20:10-15).

  Yang diisyaratkan ayat selanjutnya  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا  -- “Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya,” di sini mungkin tanah Khaibar atau mungkin juga kemenangan atas kerajaan Persia dan kerajaan Romawi dan negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.

  Berbagai kemenangan umat Islam atas pihak para penentang tersebut tidak membuat keadaan ekonomi umumnya umat Islam   -- termasuk Baitul-Mal  -- semakin membaik. Mengisyaratkan bahaya yang  ditimbulkan oleh adanya kemajuan dalam bidang ekonomi (sarana duniawi) itu  itulah firman Allah Swt. berikut ini  berkenaan   para istri Nabi Besar Muhammad saw.:

یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  قُلۡ  لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ  کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ  الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾  وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  فَاِنَّ اللّٰہَ  اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾

Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik.  Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).



Dua Periode Masa Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw.



       Sebelum menjelaskan  makna firman Allah  Swt. mengenai istri-istri mulia Nabi Besar Muhammad saw. yang nampak sangat keras tersebut, terlebih dulu perlu dijelaskan latar belakang dari adanya firman Allah Swt. yang keras seperti itu berkenaan dengan para istri mulia Nabi Besar Muhammad saw.

         Perlu diketahui bahwa dalam rangka menciptakan “bumi baru dan langit baru” (QS.14:36:49) sebagai “bumi lama dan langit lama” yang penuh dengan kegelapan (QS.30:42-44), Nabi Besar Muhammad saw. harus mengalami dua periode kehidupan, yakni selama 13 tahun di Mekkah  dalam posisinya sebagai obyek berbagai  bentuk kezaliman  mengerikan yang dilakukan oleh para penentang beliau saw. pimpinan Abu  Jahal;  dan selama 10 tahun di Madinah dalam kapasitas beliau sebagai seorang raja yang harus menciptakan tatanan “bumi baru dan langit baru.

      Mengisyaratkan kepada  dua periode kehidupan Nabi Besar Muhammad swaw. kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ  الۡفَجۡرِ ۙ﴿﴾  وَ  لَیَالٍ عَشۡرٍ ۙ﴿﴾  وَّ الشَّفۡعِ وَ الۡوَتۡرِ ۙ﴿﴾  وَ الَّیۡلِ  اِذَا یَسۡرِ ۚ﴿﴾  ہَلۡ فِیۡ ذٰلِکَ قَسَمٌ  لِّذِیۡ حِجۡرٍ ؕ﴿﴾

Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi fajar,  dan demi sepuluh malam,  dan demi yang genap serta yang ganjil, dan demi malam itu ketika ia berlalu.  Tidakkah dalam hal itu ada sumpah bagi orang berakal? (Al-Fajr [89]:1-6).

   “Fajar” dapat diartikan hijrah  Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah ke Medinah  -- sebagai hasil dari “duel makar” yang dimenangkan oleh “makar tandingan” Allah Swt. (QS.8:31; QS.17:2)  -- yang mengakhiri malam kelam derita aniaya di Mekkah salama 13 tahun.   

   “Sepuluh malam” dapat menggambarkan masa kegelapan meliputi 10 tahun akhir yang dipenuhi derita aniaya hebat, yang pernah dialami oleh orang-orang Islam di Mekkah, setelah 3 tahun masa awal  pendakwaan  kenabian Nabi Besar Muhammad saw.  

  “Malam” dapat juga menggambarkan tahun pertama hijrah yang menampakkan tiada redanya kecemasan Nabi Besar Muhammad saw., sebab meskipun beliau sww. dan umumnya para Sahabah r.a. sesudah hijrah ke Medinah  seakan-akan “fajar” telah menyingsing bagi orang-orang Islam, namun mereka masih belum sama sekali keluar dari hutan belukar penderitaan, mereka harus menghadapi kesulitan-kesulitan semalam lagi, yaitu  satu tahun kesusahan lagi sesudah lepas dari Pertempuran Badar ketika kaum Quraisy mengalami kekalahan yang meremuk-redamkan, sehingga nubuatan Nabi Yesaya menjadi sempurna secara harfiah:

 Karena demikian inilah firman Tuhan kepadaku: Lagi setahun seperti setahun orang upahan, maka habislah binasa segala kemuliaan Kedar itu.” (Yesaya 21:16).

      Pendek kata, gemblengan penderitaan berat selama 13 tahun di Makkah telah membuktikan  kesempurnaan   akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw., sehingga tidak ada alasan bagi  orang-orang yang beriman kepada beliau saw. – khususnya para Sahabah r.a. – untuk tidak mencontoh suri teladan sempurna  yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22) dalam masa-masa penuh kezaliman di Makkah selama 13 tahun.



Suri Teladan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.

di Masa Kesulitan dan di masa Kemenangan



      Setelah hijrah ke Madinah – terutama setelah  memperoleh kemenangan dalam perang Badar – maka  mulailah babak baru  bagi Nabi Besar Muhammad saw. untuk memperagakan kesempurnaan akhlak dan ruhani beliau saw. dalam masa-masa ketika kekuasaan duniawi  secara berangsur-angsur dianugerahkan Allah Swt. kepada beliau saw., yaitu  dalam kepasitasnya sebagai Rasul Allah dan juga sebagai seorang raja duniawi (Malik/Mālik),  untuk memperagakan   keempat  Sifat utama Tasybihiyyah Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah -- (Rabubiyyat, Rahmaniyyat, Rahimiyyat dan Malikiyyat) -- serta pelaksanaan sifat-sifat adil, ihsan dan iyta-i dzil-qurba (memberi seperti kepada kerabat  (QS.16:91).

      Sejarah membuktikan kebenaran firman Allah Swt. mengenai kesempurnaan akhlak dan ruhani yang telah diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam dua periode  di Mekkah dan di Madinah yang keadaannya sangat bertolak-belakang tersebut, firman-Nya:

لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾

Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab [33]:22). 

  Pengepungan kota Madinah  oleh golongan  persekutuan (al-Ahzab) dalam Perang  Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw., tetapi beliau saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi.

    Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  -- baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.

  Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak beliau yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak  Nabi Besar Muhammad saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..

   Ketika  Nabi Besar Muhammad saw. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, -- setelah peristiwa  penaklukkan  kota Mekkah -- sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.”

   Demikian pula sebaliknya,  tatkala kota Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak  Nabi Besar Muhammad saw.. Beliau saw. menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau saw., yakni memaafkan orang-orang yang telah berbuat zalim terhadap beliau saw. dan para sahabah beliau saw. di Mekkah selama 13 tahun.



Kesaksian Pribadi-pribadi yang Paling Akrab



  Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw.  selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai Nabi Besar Muhammad saw.  dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau saw., yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau saw., Ali bin Abu Thalib r.a., dan bekas budak beliau  saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a..   Nabi Besar Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.

Dalam segala segi kehidupan dan watak  Nabi Besar Muhammad saw. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.

 Nabi Besar Muhammad saw. mengawali kehidupan beliau sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak  Nabi Besar Muhammad saw. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya  Nabi Besar Muhammad saw. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat.

   Nabi Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw..

  Sebagai ayah,  Nabi Besar Muhammad saw. penuh dengan kasih-sayang, dan sebagai sahabat beliau sangat setia dan murah hati. Ketika beliau diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur, dan hanya dalam waktu 23 tahun saja di jazirah Arabia telah muncul “langit baru dan bumi baru yang penuh cahaya (QS.14:49-53; QS.39:70-71),  menggantikan “langit lama dan bumi lama” yang penuh kegelapan zaman jahiliyah (QS.30:42).



Kesaksian Seorang Penulis Non-Muslim



     Nabi Besar Muhammad saw.  bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan – misalnya dalam Perang Uhud – dan beliau saw. memperoleh kemenangan-kemenangan. Nabi Besar Muhammad saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin. Sehubungan dengan hal tersebut  Boswort  Smith  menulis:

Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah, tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.

Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.” (Muhammad and Muhammadanism).

       Demikianlah  gambaran dua keadaan yang dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam upaya beliau saw. melaksanakan amanat dari Allah Swt. untuk menciptakan “bumi baru dan langit baru” dalam kehidupan seluruh umat manusia, yang keadaannya paling sempurna jika dibandingkan dengan  upaya yang sama yang pernah dilakukan oleh para Rasul Allah sebelumnya di  lingkungan kaum mereka masing-masing.



(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid



***

Pajajaran Anyar,   17 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar