ۡ
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم ِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 82
“Duel Makar” antara Allah Swt.
dengan “Makar BuruK” Para Penentang
Rasul Allah yang Menggelincirkan
Orang-orang yang “Berhati Bengkok”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai “duel
Makar” yang berulang di setiap
Zaman Rasul Allah, sehingga dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai “duel makar” yang senantiasa berlangsung
antara “makar buruk” para penentang Rasul Allah dengan “makar tandingan” Allah Swt., berikut firman-Nya mengenai “duel
makar” di zaman Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ
الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا
مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا
الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala
Isa
merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya
ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah.
Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang berserah diri. “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan kami mengikuti Rasul
ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” Dan mereka, yakni musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Âli
‘Imran [3]:53-55).
“Duel Makar” Melalui Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
“Duel
makar” yang terjadi pada masa Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. adalah pada peristiwa penyaliban beliau a.s. yang sangat rumit dan misterius karena
telah menggelincirkan dan menyesatkan
berbagai orang yang berhati bengkok, firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ
رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ
ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا
فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا
قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan
tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang
berselisih dalam hal ini niscaya ada
dalam keraguan mengenai ini, mereka
tidak memiliki pengetahuan yang
pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa
[4]:158-159).
Jadi, menurut ayat-ayat tersebut “duel makar” itu terjadi pada peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bahwa menurut
para pemuka Yahudi mereka
berhasil membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. melalui penyaliban -- guna
membuktikan kepada masyarakat Yahudi lainnya bahwa pendakwaan
beliau sebagai Al-Masih adalah dusta, sebab menurut hukum Taurat barangsiapa yang matinya tergantung pada salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
Tetapi dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menjawab kedustaan tuduhan mereka: بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ
کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana”, yakni
memang benar bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat mengalami pemakuan di atas tiang salib selama 3 jam
pada hari Jum’at sore, tetapi beliau tidak sampai terbunuh di tiang salib – sebagaimana
yang mereka kehendaki --
karena peristiwa-peristiwa luar
biasa yang terjadi kemudian memaksa para pemuka Yahudi harus menurunkan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. dari tiang salib, karena menurut hukum
Taurat menjelang Hari Sabat tidak
boleh ada mayat yang tergantung di tiang salib, padahal ketika itu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. belum meninggal dunia melainkan hanya
mengalami pingsan berat atau mati suri atau seperti
telah mati, itulah makna
dari وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ -- “akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di
atas salib.”
Mengisyaratkan kepada keadaan yang tidak pasti itulah
pernyataan Allah Swt. mengenai
para pemuka Yahudi وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا – “Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini
niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,
mereka tidak memiliki
pengetahuan yang pasti mengenai
ini melainkan menuruti dugaan
belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya.”
Memperkuat hal tersebut ,
selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam ayat 159
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana”, yakni: “Hai
para pemuka Yahudi, karena kedengkian kalian merencanakan merendahkan derajat Nabi Isa Ibnu Mayam a.s. melalui kematian terkutuk di atas tiang salib, tetapi makar buruk kalian telah gagal-total
karena Aku telah menyelamatkannya
dari kematian terkutuk yang kalian kehendaki, bahkan sebaliknya, Aku telah mengangkat derajat kehormatannya di hadirat-Ku, sebab ia selain ia
benar-benar adalah Rasul
Allah yang dijanjikan kepada
kalian, juga ia pun harus melaksanakan tugas utamanya sebagai Al-Masih
untuk mencari “sepuluh suku (domba-domba) Israil” yang tersebar di
luar wilayah Palestina (Kanaan).”
“Duel Makar” yang Menggelincirkan Orang-orang
yang “Berhati Bengkok”
“Duel makar” para
peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut
benar-benar sangat menggelincirkan
banyak pihak, bahkan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. sendiri menyatakan kesedihannya
dengan berteriak di atas tiang salib
menjelang pingsan: “Ali, Eli, lama
sabakhtani – Tuhan-tuhan mengapa Engkau meninggalkanku?” (Matius
27:45-46 ), hal tersebut sesuai pula dengan
keadaan yang menggelisahkan
beliau pada saat berdoa kepada Tuhan di Taman Getsemati supaya "Biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku"
(Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42) yang
diajukan sampai tiga kali namun seakan-akan
tidak ada jawaban yang pasti dari Allah Swt.
-- sekali pun doa beliau telah terkabul (Iberani
5:7) -- karena memang melalui peristiwa penyaliban itulah berlangsungnya “duel makar” antara makar buruk para pemuka agama Yahudi
dengan “makar tandingan” Allah Swt.,
dimana Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri tidak mengetahui “rencana” Allah Swt. tersebut.
Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. yang dikemukakan dalam Bab 80
bahwa kecuali “orang-orang yang merugi”, tidak ada seorang pun yang merasa aman
dari “makar” Allah Swt., termasuk
para Rasul Allah, firman-Nya:
اَفَاَمِنَ اَہۡلُ
الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا بَیَاتًا وَّ ہُمۡ
نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ ﴾ اَوَ اَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا
ضُحًی وَّ ہُمۡ یَلۡعَبُوۡنَ ﴿ ﴾ اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri
ini merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di malam
hari selagi mereka tidur? Ataukah penduduk
negeri-negeri ini merasa
aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka, waktu matahari naik sepenggalah
sedangkan mereka bermain-main? Apakah mereka
merasa aman dari makar Allah?
Maka tidak ada yang merasa dirinya aman
dari makar Allah kecuali kaum yang
rugi. (Al-A’rāf [7]:98-100).
Akibat “duel makar” melalui “penyaliban” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
tersebut timbul tiga golongan di kalangan orang-orang Yahudi:
(1) Mereka yang mempercayai bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah mati terkutuk di atas tiang
salib sebagaimana yang mereka rencanakan, sehingga sampai saat ini pun
mereka tidak mempercayai beliau sebagai Al-Masih
(Mesiah/Mesias) yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (Yohanes
I:19-27).
(2) Mereka yang mempercayai
bahwa “kematian sementara” yang
dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di atas tiang salib adalah “kematian
terkutuk” untuk menebusa dosa warisan dari Adam dan Hawa, sebagaimana yang
diajarkan Paulus dalam Surat-surat kirimannya, setelah
selama 3 hari dan 3 malam berada dalam “kuburnya” kemudian Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. bangkit (keluar)
dari dari “kuburnya”, lalu menemui murid-muridnya dan makar bersama mereka,
kemudian “terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah” (Markus
16:19).
(3) Mereka yang mempercayai
bahwa yang disalibkan itu bukan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. melainkan Yudas
Iskariot – murid durhaka beliau --
yang wajahnya “diserupakan”
(disamarkan) Allah Swt. seperti wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri telah diangkat hidup-hidup ke langit dengan jasad kasarnya oleh Allah
Swt., dan di Akhir Zaman beliau akan turun lagi
dari langit serta akan menjadi
Rasul umat Islam.
Itulah jenis-jenis ketergelinciran akibat “duel
makar” melalui penyaliban Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. yang terjadi di
kalangan golongan Ahli KItab (Yahudi dan Nasrani) dan di kalangan
umumnya umat Islam akibat keliru
memahami makna kalimat syubbiha
lahum (disamarkan bagi mereka) dan bal rafa’ahullaahu ilayhi
-- “bahkan Allah mengangkat dia kepada-Nya” (QS.4:158-159).
“Duel Makar” Pada Masa
Nabi Besar Muhammad Saw.
Berikut
ini adalah “duel makar”pada masa
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ
یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka
merancang makar buruk, dan Allah
pun merancang makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar (Al-Anfāl [8]:31).
Ayat
ini mengisyaratkan kepada musyawarah
rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di
Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha
mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama Islam) telah gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu
meninggalkan Mekkah telah hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh
dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota pimpinan Abu Jahal berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana (makar
buruk) ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam, yaitu itu melaksanakan
3 buah rencana (makar) buruk yakni: (1) menangkap Nabi Besar
Muhammad saw. atau (2) membunuh beliau saw.; atau (3) mengusir
beliau saw. dari Mekkah secara hina.
Sesudah diadakan pertimbangan mendalam,
terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari
berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw.. Tetapi tanpa setahu mereka, pada malam pengepungan tersebut
beliau saw. meninggalkan
rumah tengah malam buta, ketika para penjaga
dikuasai oleh kantuk, lalu beliau saw. berlindung di Gua Tsur bersama-sama bersama Abu Bakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang setia (QS.9:40),dan setelah
menempuh beberapa hari perjalanan yang
penuh bahaya akhirnya keduanya sampai di
Medinah dengan selamat.
Merupakan Sunnatullah yang Berulang
Pendek kata, menurut Allah Swt. dalam Al-Quran bahwa terjadinya “duel-duel makar” tersebut merupakan Sunnatullah
yang terjadi antara para Rasul Allah dan para penentang mereka, yang dengan segala cara berusaha untuk menggagalkan
misi suci para Rasul Allah Swt.
tersebut, tetapi yang muncul dari “duel
makar” tersebut adalah para Rasul Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ
مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ
﴿﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ
اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh mereka
telah melakukan makar mereka, tetapi makar
mereka ada di sisi Allah, dan jika sekali pun makar
mereka dapat memindahkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau sekali-kali
menyangka bahwa Allah
akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki
pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48). Lihat
pula QS.13:43; QS.27:46-54.
Akibat dari “duel makar” itu pulalah maka
pihak para rasul Allah -- yang karena tidak memiliki sarana-sarana duniawi yang mendukung perjuangan sucinya -- mereka mendapat penghinaan dan cemoohan dari para penentangnya yang sangat bangga
karena memiliki kekuasaan dan kekayaan duniawi, contohnya Fir’aun dan kaumnya (QS.26:53-60;
QS.43:52-57; QS.44:18-30).
Tetapi
setelah “duel makar” tersebut keadaan menjadi terbalik, yakni sarana-sarana duniawi itu pun mulai
dianugerahkan Allah Swt. kepada para rasul Allah dan para pengikutnya,
sedangkan keadaan kekuasaan serta kekayaan duniawi para penentang para Rasul Allah yang mereka bangga-banggakan menjadi sirna (QS.7:5-8; QS.21:12-16; QS.
22:46-49; QS.28:59-61; QS.65:9-11).
Penganugerahan Fā-i
(Harta Rampasan Perang) di Khaibar
Demikian
juga Sunnatullah tersebut terjadi
pula pada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, setelah
dengan izin dan pertolongan
Allah Swt. mereka berhasil menaklukkan benteng
orang-orang Yahudi di Khaibar,
sehingga mereka memperoleh fā-i
(harta rampasan perang) yang
ditinggalkan orang-orang Yahudi, firman-Nya:
وَ مَاۤ اَفَآءَ اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ
خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾ مَاۤ اَفَآءَ
اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡ
اَہۡلِ الۡقُرٰی فَلِلّٰہِ وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ
الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ کَیۡ لَا یَکُوۡنَ دُوۡلَۃًۢ
بَیۡنَ الۡاَغۡنِیَآءِ مِنۡکُمۡ ؕ وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ۘ﴿﴾ لِلۡفُقَرَآءِ الۡمُہٰجِرِیۡنَ الَّذِیۡنَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ
یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾
وَ
الَّذِیۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ
الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ
ہَاجَرَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَا
یَجِدُوۡنَ فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ
حَاجَۃً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ
یُؤۡثِرُوۡنَ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ
ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا
تَجۡعَلۡ فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا لِّلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا رَبَّنَاۤ اِنَّکَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan harta
rampasan apa pun dari mereka yang Allah berikan kepada Rasul-Nya maka
kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta
untuk harta itu, tetapi Allah memberikan kewenangan kepada
rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang
Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Harta apa pun yang Allah
berikan kepada Rasul-Nya sebagai ghanimah
dari warga kota, itu bagi Allah
dan bagi Rasul dan bagi kaum kerabat dan anak yatim dan orang miskin dan orang
musafir, supaya harta itu tidak hanya
beredar di antara orang-orang kaya dari kamu. Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan
apa
yang dia melarang kamu darinya
maka hindarilah, dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya hukuman Allah sangat keras. Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar.
Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan
sudah beriman sebelum mereka,
mereka mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu ke-inginan
dalam dada mereka terhadap apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir
di atas diri mereka sendiri dan
walaupun kemiskinan menyertai mereka.
Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah yang berhasil. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka,
mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan)
kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang men-dahului kami
dalam keimanan, dan janganlah Engkau
membiarkan ke-dengkian tinggal dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:7-11).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar