Rabu, 10 Desember 2014

Pengulangan Kisah Monumental "Adam, Malaikat dan Iblis" di Akhir Zaman



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   373 (Tamat)

Pengulangan Kisah Monumental   “Adam, Malaikat  dan Iblis di Akhir Zaman
     

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai Hari Perhitungan, ketika seluruh kaum layak menerima ganjaran atau azab Ilahi  sesuai dengan amal perbuatan mereka. Hari Perhitungan akan datang kepada setiap orang, masyarakat, dan bangsa dalam kehidupan di dunia ini  juga, yakni as-Sā’ah (Kiamat), ketika ajal  (jangka waktu) suatu kaum  telah berakhir dan digantikan dengan “kaum terpilih” berikutnya (QS.7:35-37; QS.5:55-57; QS,62:3-5). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ہٰذَا ؕ وَ  اِنَّ  لِلطّٰغِیۡنَ  لَشَرَّ  مَاٰبٍ ﴿ۙ﴾ جَہَنَّمَ ۚ یَصۡلَوۡنَہَا ۚ فَبِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾ ہٰذَا ۙ فَلۡیَذُوۡقُوۡہُ حَمِیۡمٌ  وَّ غَسَّاقٌ ﴿ۙ﴾ وَّ اٰخَرُ  مِنۡ شَکۡلِہٖۤ  اَزۡوَاجٌ ﴿ؕ﴾
Inilah untuk orang-orang beriman.  Dan sesungguhnya untuk orang-orang durhaka benar-benar seburuk-buruk tempat-kembali,   yaitu neraka Jahannam,  mereka akan masuk ke dalamnya, maka alangkah buruknya tempat tinggal itu!   Inilah balasan mereka, maka   mereka merasakannya,  cairan mendidih dan minuman sangat dingin yang berbau busuk.  Dan berbagai macam lainnya yang  serupa   dengannya. (Shād [38]:56-59).
  Penghuni neraka akan disuruh minum air yang sangat panas atau sangat dingin. Karena mereka tidak memfaedahkan dengan sebaik-baiknya kemampuan mereka yang dianugerahkan Allah Swt. dan menggunakannya sampai batas-batas maksimum serta tidak mengambil jalan-tengah yang sehat, maka mereka akan disuruh minum air yang sangat panas atau air yang sangat dingin.

Saling Hujat dan Saling  Laknat

  Di samping arti yang diberikan dalam terjemahan ayat  -- “Dan berbagai macam lainnya yang  serupa   dengannya  --  ayat   وَّ اٰخَرُ  مِنۡ شَکۡلِہٖۤ  اَزۡوَاجٌ dapat juga berarti “Dan seperti mereka akan ada rombongan-rombongan lain dengan corak yang sama.” (QS.7:39-40; QS.39:72-73), sebagaimana dikemukakan dalam ayat selanjutnya:
ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ ﴿﴾ قَالُوۡا بَلۡ  اَنۡتُمۡ ۟ لَا مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ ؕ اَنۡتُمۡ  قَدَّمۡتُمُوۡہُ   لَنَا ۚ فَبِئۡسَ الۡقَرَارُ ﴿﴾ قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ ﴿﴾
Mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ   -- rombongan  yang  masuk berdesakan beserta kamu.  لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ  -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan  masuk ke dalam Api.  قَالُوۡا بَلۡ  اَنۡتُمۡ ۟ لَا مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ  -- Mereka berkata:  “Tidak, bahkan kamulah yang tidak ada sambutan selamat datang bagi kamu.  اَنۡتُمۡ  قَدَّمۡتُمُوۡہُ   لَنَا --  kamulah yang telah menyiapkannya bagi kami.”  فَبِئۡسَ الۡقَرَارُ  -- maka alangkah buruknya tempat tinggal itu!  قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ  -- Mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi kami, فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- maka tambahkanlah kepadanya azab yang aberlipat-ganda dalam Api.”  (Shād [38]:60-62).
    Ketika para pemimpin kekafiran melihat serombongan pengikut mereka datang ke neraka, mereka akan diberitahu, bahwa serombongan pengikut mereka pun akan masuk ke dalam api bersama-sama mereka. Karena pengikut-pengikut mereka buru memburu mengikuti para pemimpin kekafiran tersebut dengan membabi-buta dan tanpa panjang pikir lagi menolak kebenaran  yang dibawa Rasul Allah maka mereka akan memasuki neraka berdesak-desakan, itulah makna ayat     ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ    -- inilah rombongan  yang  masuk berdesakan beserta kamu.  لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ  -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan  masuk ke dalam Api.”  
  Para pengikut pemimpin-pemimpin keingkaran akan mengutuk para pemimpin mereka dengan kata-kata itu. Jadi, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin akan kutuk-mengutuk:       قَالُوۡا بَلۡ  اَنۡتُمۡ ۟ لَا مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ  -- mereka berkata:  “Tidak, bahkan kamulah yang tidak ada sambutan selamat datang bagi kamu.  اَنۡتُمۡ  قَدَّمۡتُمُوۡہُ   لَنَا --  kamulah yang telah menyiapkannya bagi kami, maka tambahkanlah kepadanya azab yang berlipat-ganda dalam Api.”

Masuk Ke Dalam Neraka Jahannam Berdesakan

  Telah menjadi fitrat manusia bahwa bila manusia dihadapkan kepada akibat-akibat buruk perbuatannya, ia berusaha melemparkan tuduhan kepada orang lain. Tepat seperti itulah umumnya diperbuat orang-orang bersalah ketika mereka berhadapan dengan akibat-akibat perbuatan buruk mereka yang mengerikan itu.
  Para pengikut pemimpin-pemimpin kekafiran akan berseru supaya kutukan Tuhan menimpa para pemimpin mereka dahulu: قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ  -- mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi kami, فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- maka tambahkanlah kepadanya azab yang  berlipat-ganda dalam Api.”
    Ada yang menarik dari firman Allah Swt. dalam Surah Shād [38]:60-62 sebelumnya  yaitu ayat: ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ    -- mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ   -- rombongan  yang  masuk berdesakan beserta kamu.  لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ  -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan  masuk ke dalam Api.”
   Senada dengan pernyataan Allah Swt. tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai perlakuan keras terhadap para calon penghuni neraka jahannam, firman-Nya:
اِنَّ عَذَابَ رَبِّکَ  لَوَاقِعٌ ۙ﴿﴾  مَّا لَہٗ  مِنۡ  دَافِعٍ ۙ﴿﴾  یَّوۡمَ تَمُوۡرُ السَّمَآءُ  مَوۡرًا ۙ﴿﴾  وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا ﴿ؕ﴾  فَوَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ فِیۡ خَوۡضٍ یَّلۡعَبُوۡنَ ﴿ۘ﴾  یَوۡمَ  یُدَعُّوۡنَ  اِلٰی نَارِ  جَہَنَّمَ دَعًّا ﴿ؕ﴾  ہٰذِہِ  النَّارُ الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  بِہَا تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَسِحۡرٌ  ہٰذَاۤ   اَمۡ  اَنۡتُمۡ لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۚ﴾  اِصۡلَوۡہَا فَاصۡبِرُوۡۤا  اَوۡ لَا  تَصۡبِرُوۡا ۚ سَوَآءٌ  عَلَیۡکُمۡ ؕ اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya azab Rabb (Tuhan) engkau niscaya akan  terjadi.   Sekali-kali tidak ada yang dapat menghindarkannya, yaitu   pada Hari  ketika langit  bergoncang-goncang,     dan gunung-gunung berjalan dengan cepat.  Maka celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, الَّذِیۡنَ ہُمۡ فِیۡ خَوۡضٍ یَّلۡعَبُوۡنَ --  yaitu orang-orang yang bermain-main dalam percakapan kosong. یَوۡمَ  یُدَعُّوۡنَ  اِلٰی نَارِ  جَہَنَّمَ دَعًّا --  Hari ketika mereka akan didorong ke dalam Api Jahannam  dengan dorongan keras. ہٰذِہِ  النَّارُ الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  بِہَا تُکَذِّبُوۡنَ  --   Dikatakan: “Inilah Api yang kamu senantiasa mendustakannya. اَفَسِحۡرٌ  ہٰذَاۤ   اَمۡ  اَنۡتُمۡ لَا تُبۡصِرُوۡنَ --            maka apakah ini sihir ataukah kamu tidak melihat? اِصۡلَوۡہَا فَاصۡبِرُوۡۤا  اَوۡ لَا  تَصۡبِرُوۡا ۚ سَوَآءٌ  عَلَیۡکُمۡ  --   masuklah kamu ke dalamnya, maka kamu bersabar ataupun tidak bersabar  sama saja  bagi kamu, اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya kamu dibalas sesuai  apa yang kamu kerjakan.” (Ath-Thūr [52]:8-17).

Hari Perhitungan” di Dunia

 Makna ayat یَّوۡمَ تَمُوۡرُ السَّمَآءُ  مَوۡرًا  --   pada Hari  ketika langit  bergoncang-goncang”, yaitu pada hari itu semua kekuatan Samawi akan bekerja membantu Nabi Besar Muhammad saw. Demikianlah hal itu telah terjadi pada Hari Pertempuran Badar.
Sedangkan makna  ayat  وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا --  dan gunung-gunung berjalan dengan cepat,”   bahwa pada  hari pembalasan itu para pemimpin orang-orang kafir akan menjumpai nasib menyedihkan, mereka akan dibuat berantakan seperti sekam ditiup angin.  Dalam Perang Badar Abu jahal dan tujuh pemimpin kaum kafir Quraisy lainnya mati terbunuh dan mayat  mereka diseret pada jambulnya lalu dimasukkan ke dalam sebuah lobang kuburan, sesuai firman-Nya dalam QS.96:10-20.  Atau, ayat  وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا --  dan gunung-gunung berjalan dengan cepat,”   ini dapat diartikan bahwa kerajaan-kerajaan besar pada masa itu akan dipatahkan dan diporakporandakan oleh  perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw.
   Jadi, ayat ini dan ayat sebelumnya memberikan isyarat halus kepada kelahiran orde baru atau tertib baru  atau “langit baru” dan “bumi baru” (QS.14:49-53) yang menggantikan orde lama yang telah menjadi usang dan lapuk, serta akan disapu bersih. Ayat-ayat ini dapat ditujukan juga kepada Yaumil Hisab, ialah, Hari Peradilan.
   Ayat یَوۡمَ  یُدَعُّوۡنَ  اِلٰی نَارِ  جَہَنَّمَ دَعًّا  -- “  Hari ketika mereka akan didorong ke dalam Api Jahannam  dengan dorongan keras.” menggambarkan keadaan orang-orang kafir sesudah kejahatan mereka terbukti sepenuhnya dan kesempatan bertobat   telah berIalu karena tidak ada alasan  serta helah  yang dapat mereka   kemukakan,  sehingga mereka didorong dengan keras ke dalam neraka jahannam, dan keadaan  mereka “berdesak-desakan”, firman-Nya: ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ    -- mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ  مَّعَکُمۡ   -- rombongan  yang  masuk berdesakan beserta kamu.  لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ  -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan  masuk ke dalam Api.” (Shād [38]:60).

Berita Besar” Pengutusan Para Rasul Allah

   Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai percakapan para penghuni neraka jahannam tersebut berkenaan dengan para pengikut  Rasul Allah yang mereka dustakan:
وَ قَالُوۡا مَا لَنَا لَا نَرٰی رِجَالًا کُنَّا نَعُدُّہُمۡ مِّنَ الۡاَشۡرَارِ ﴿ؕ﴾ اَتَّخَذۡنٰہُمۡ سِخۡرِیًّا  اَمۡ  زَاغَتۡ عَنۡہُمُ الۡاَبۡصَارُ ﴿﴾ اِنَّ  ذٰلِکَ  لَحَقٌّ  تَخَاصُمُ   اَہۡلِ النَّارِ ﴿٪﴾
Dan ahli neraka berkata: “Apa yang terjadi dengan kami sehingga kami tidak melihat orang-orang  yang kami duga  termasuk  orang-orang buruk? Apakah karena kami telah  memperolok-olok mereka, ataukah mata kami  menyimpang dari melihat  mereka?” Sesungguhnya  itu pasti terjadi, yaitu  pertengkaran ahli neraka. (Shād [38]:63-65). 
    Para penghuni neraka akan saling bertanya, “Apakah gerangan yang terjadi atas diri kita ini sehingga kita tidak melihat di sini orang-orang yang kita anggap tidak berarti dan kita cemoohkan itu dalam kehidupan di dunia. Tidak layakkah mereka kita ejek, ataukah mereka sungguh-sungguh orang-orang baik dan kudus, ataukah mereka itu ada di neraka, tetapi kita tidak melihat mereka?”
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai  tugas beliau saw. sebagai “pemberi peringatan”:
قُلۡ  اِنَّمَاۤ  اَنَا مُنۡذِرٌ ٭ۖ وَّ مَا مِنۡ  اِلٰہٍ   اِلَّا اللّٰہُ  الۡوَاحِدُ  الۡقَہَّارُ ﴿ۚ﴾ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفَّارُ ﴿﴾ قُلۡ ہُوَ  نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اَنۡتُمۡ عَنۡہُ  مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾  مَا کَانَ لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ  بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی  اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ یُّوۡحٰۤی اِلَیَّ  اِلَّاۤ  اَنَّمَاۤ  اَنَا نَذِیۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku  hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa,  Maha Unggul. Rabb  (Tuhan) seluruh langit,  bumi, dan apa pun yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Pengampun.” قُلۡ ہُوَ  نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ --  katakanlah: “Itu adalah berita besar, اَنۡتُمۡ عَنۡہُ  مُعۡرِضُوۡنَ --      yang darinya kamu berpaling.  مَا کَانَ لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ  بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی  اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ  --  Aku sekali-kali tidak memiliki  pengetahuan apa pun mengenai بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی    -- dewan malaikat agung   ketika mereka sedang berbahas.   Tidak diwahyukan kepadaku melainkan bahwa sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan  yang nyata.” (Shād [38]:66-71). 
       Naba’ dalam ayat قُلۡ ہُوَ  نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ --  katakanlah: “Itu adalah berita besar, اَنۡتُمۡ عَنۡہُ  مُعۡرِضُوۡنَ --      yang darinya kamu berpaling,”     berarti: suatu pemberitahuan; suatu pengumuman yang sangat penting; amanat; atau khabar yang memenuhi hati seseorang dengan ketakutan (Lexicon Lane). Kata-kata, “berita besar” mungkin menunjuk kepada peristiwa agung waktu Al-Quran turun (diwahyukan) atau kepada kedatangan  Nabi Besar Muhammad saw., yang disebut Lailatul Qadar (Malam Takdir – QS.97:1-6; atau “Malam penuh berkat” QS.44:1-9).

Nabi Besar Muhammad Saw. “Khalifah Allah” (Adam) Paling Sempurna

        Makna ayat مَا کَانَ لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ  بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی  اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ  --  Aku sekali-kali tidak memiliki  pengetahuan apa pun mengenai بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی    -- dewan malaikat agung   ketika mereka sedang berbahas.”    Dari QS.2:31 dan dari hadits nampak, bahwa bila Allah Swt.  menakdirkan untuk membangkitkan seorang Rasul Allah  di bumi,  Dia  menyatakan kehendak-Nya kepada para malaikat yang terdekat kepada-Nya. Mereka memperbincangkan hal yang penting itu di kalangan mereka.
      Para malaikat itu diisyaratkan sebagai Dewan Agung, dan Nabi Besar Muhammad saw.  digambarkan mengatakan bahwa beliau saw. tidak tahu apa yang sedang diperbincangkan dan diperdebatkan di langit, tentang hal beliau saw.  akan diserahi tugas besar dari Allah Swt..
     Jadi,   “dialog” yang terjadi antara Allah Swt. dengan para malaikat   dalam berbagai  “kisah monumental Adam,Malaikat dan Iblis” pada hakikatnya mengisyaratkan kepada Sunnatullah  pengutusan para Rasul Allah di kalangan umat manusia sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi  -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. --  guna menciptakan “langit baru dan bumi baru” apabila kesesatan telah merebak di kalangan umat manusia termasuk di kalangan umat beragama (QS.30:42-46).
      Itulah hubungan antara pembahasan di kalangan “dewan malaikat” dengan  ayat selanjutnya mengenai  “kisah monumental Adam,Malaikat dan Iblis”, firman-Nya:
اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ  اِنِّیۡ خَالِقٌۢ  بَشَرًا مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿﴾ فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا  لَہٗ   سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾   فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  کُلُّہُمۡ  اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada malaikat:  اِنِّیۡ خَالِقٌۢ  بَشَرًا مِّنۡ طِیۡنٍ  -- sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat, فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِی  -- lalu  apabila Aku telah menyempurnakannya dan telah meniupkan wahyu-Ku ke dalamnya  فَقَعُوۡا  لَہٗ   سٰجِدِیۡنَ  -- maka    kamu harus menyungkur  dengan bersujud  kepadanya.”   فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  کُلُّہُمۡ  اَجۡمَعُوۡنَ   -- maka seluruh  malaikat pun bersujud  semuanya, اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ  -- kecuali iblis. Ia sombong, dan ia termasuk orang-orang kafir. (Shād [38]:72-75). 
  Bila seorang Rasul Allah  dibangkitkan di dunia, para malaikat diperintahkan membantu beliau dalam melicinkan perjuangan beliau dan menjadikan segala rencana jahat dan sekongkolan musuh-musuh beliau gagal dan sia-sia, itulah makna lain dari “sujudnya” para malaikat kepada Adam (Khalifah Allah  -- QS. 72:27-29).

Manusia-manusia Malaikat” dan “Manusia-manusia Iblis

   Makna lain dari ayat فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  کُلُّہُمۡ  اَجۡمَعُوۡنَ   -- maka seluruh  malaikat pun bersujud  semuanya” selain tertuju kepada para malaikat, juga kepada orang-orang yang bersifat malaikat. Sedangkan ayat  makna iblis dalam ayat اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ  -- kecuali iblis. Ia sombong, dan ia termasuk orang-orang kafir” mengisyaratkan kepada para penentang  Rasul Allah  yang bersikap takabbur seperti iblis, sebagaimana firman-Nya:
قَالَ یٰۤاِبۡلِیۡسُ مَا مَنَعَکَ اَنۡ تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِیَدَیَّ ؕ اَسۡتَکۡبَرۡتَ اَمۡ کُنۡتَ مِنَ  الۡعَالِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ  اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ  مِنۡ نَّارٍ وَّ  خَلَقۡتَہٗ  مِنۡ  طِیۡنٍ ﴿﴾ قَالَ فَاخۡرُجۡ  مِنۡہَا فَاِنَّکَ  رَجِیۡمٌ ﴿ۚۖ﴾ وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ لَعۡنَتِیۡۤ  اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿﴾
Dia berfirman: “Hai iblis, apakah yang telah melarang engkau  sujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah engkau sombong atau engkau termasuk  orang-orang yang  tinggi?”   قَالَ  اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ  مِنۡ نَّارٍ وَّ  خَلَقۡتَہٗ  مِنۡ  طِیۡنٍ --  Ia (iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia.  Engkau telah menciptakan aku dari api sedangkan dia telah Engkau ciptakan dari tanah liat.” قَالَ فَاخۡرُجۡ  مِنۡہَا فَاِنَّکَ  رَجِیۡمٌ  --   Dia berfirman: “Maka  keluarlah engkau darinya,    karena sesung-guhnya engkau terusir, وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ لَعۡنَتِیۡۤ  اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ --    dan  sesungguhnya, laknat-Ku menimpa atas engkau sampai Hari Pembalasan.” (Shād [38]:76-79). 
  Kata-kata, “dengan kedua tangan-Ku,” dalam ayat یٰۤاِبۡلِیۡسُ مَا مَنَعَکَ اَنۡ تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِیَدَیَّ  -- ““Hai iblis, apakah yang telah melarang engkau  sujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?”  berarti  Aku telah menjadikan dia supaya menampakkan di dalam dirinya segala Sifat-Ku.”
    Para penentang   Rasul Allah senantiasa menganggap diri mereka lebih jaya daripada Rasul Allah   dalam kekuasaan, kedudukan, dan pamor. Dirasakan oleh mereka seperti melukai rasa keangkuhannya untuk bai’at di tangan orang yang dianggap mereka  sama dengan atau bahkan lebih rendah daripada mereka sendiri. Itulah makna jawaban takabbur  Iblis: قَالَ  اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ  مِنۡ نَّارٍ وَّ  خَلَقۡتَہٗ  مِنۡ  طِیۡنٍ --  Ia (iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia.  Engkau telah menciptakan aku dari api sedangkan dia telah Engkau ciptakan dari tanah liat.”

Terusir dari “Surga Keridhaan” Allah Swt. & Penghuni “Surga Keridhaan” Allah Swt.

  Kata pengganti  dalam ungkapan min-hā  dalam ayat قَالَ فَاخۡرُجۡ  مِنۡہَا فَاِنَّکَ  رَجِیۡمٌ  --  Dia berfirman: “Maka  keluarlah engkau darinya,    karena sesung-guhnya engkau terusir”,  tidak mengisyaratkan kepada surga sesudah manusia mengelami kematian, sebab surga  di akhirat itu tempat yang syaitan tidak mungkin dapat masuk ke sana dan tidak ada seorang pun yang sudah masuk ke dalamnya dikeluarkan lagi (QS.15:49).
   Jadi, Kata pengganti itu (min-hā) menunjuk kepada keadaan sebelum kedatangan seorang Rasul Allah, ketika orang-orang pada lahirnya nampak hidup sejahtera dan keadaan itu dalam Al-Quran dilukiskan sebagai jannah (surga), sebagaimana firman-Nya mengenai Fir’aun, yang merupakan “penjelmaan Iblis” di zaman Nabi Musa a.s.  (QS.43:52-57; QS.26:53-69; QS.44:24-30), sebagaimana  permintaan pemberian tangguh  yang diajukan iblis kepada Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ فَاَنۡظِرۡنِیۡۤ  اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ  فَاِنَّکَ مِنَ الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلٰی یَوۡمِ الۡوَقۡتِ الۡمَعۡلُوۡمِ ﴿﴾ قَالَ فَبِعِزَّتِکَ لَاُغۡوِیَنَّہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّا عِبَادَکَ مِنۡہُمُ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾
Ia berkata: “Tuhan-ku,  jika demikian berilah aku tangguh, hingga hari mereka dibangkitkan.  Dia berfirman:  ”Maka sesungguhnya  engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh,   hingga hari yang waktunya telah ditentukan.”  Ia (iblis) berkata: “Maka demi kemuliaan Engkau, niscaya akan aku sesatkan semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang tulus ikhlas di antara mereka.” (Shād [38]:80-84). 
        Makna  hari mereka dibangkitkan” dalam ayat قَالَ رَبِّ فَاَنۡظِرۡنِیۡۤ  اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ     --  Ia (iblis) berkata, “Tuhan-ku,  jika demikian berilah aku tangguh, hingga hari mereka dibangkitkan,   mengisyaratkan kepada  kelahiran ruhani manusia kedua kali — ketika telah mencapai tingkatan “nafs muthmainnah” (jiwa yang berada dalam ketenteraman) — ia menjadi kebal terhadap kemerosotan ruhani, sebab di dunia ini juga secara ruhani mereka telah berada dalam “surga keridhaan” Allah Swt, firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) eng-kau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ   -- maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ   --  dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
   Ini merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus.
 Ia “manunggal” dengan Allah Swt.dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati  perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.

Dialog” Penggambaran Tentang  Keadaan” atau “Sunnatullah

      Ada pun makna kalimat “hari yang waktunya telah ditentukan  dalam ayat  “Dia berfirman:  ”Maka sesungguhnya  engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh, اِلٰی یَوۡمِ الۡوَقۡتِ الۡمَعۡلُوۡمِ --  hingga hari yang waktunya telah ditentukan, mengisyaratkan saat ketika akhirnya kebenaran menang atas kepalsuan dan para pembela kepalsuan dihancurkan sama sekali (QS.17:82; QS.21:19; QS.34:50), sebagaimana firman-Nya:
کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:22). Lihat pula QS.9:63.
   Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran (haqq) senantiasa menang terhadap kepalsuan (bathil). Dengan demikian benarlah pengecualian iblis dalam ayat selanjutnya:  قَالَ فَبِعِزَّتِکَ لَاُغۡوِیَنَّہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ --   “Maka demi kemuliaan Engkau, niscaya akan aku sesatkan semuanya, اِلَّا عِبَادَکَ مِنۡہُمُ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ  --   kecuali hamba-hamba Engkau yang tulus ikhlas di antara mereka.”  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ  فَالۡحَقُّ ۫ وَ الۡحَقَّ  اَقُوۡلُ ﴿ۚ﴾ لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ مِنۡکَ وَ مِمَّنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ  ﴿﴾قُلۡ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ  اَجۡرٍ وَّ مَاۤ  اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ ﴿﴾ اِنۡ  ہُوَ   اِلَّا  ذِکۡرٌ   لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ  لَتَعۡلَمُنَّ  نَبَاَہٗ  بَعۡدَ حِیۡنٍ ﴿٪﴾
 Dia berfirman: “Maka hakikatnya kebenaranlah yang Aku firmankan   bahwa لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ مِنۡکَ وَ مِمَّنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ     --   niscaya  Aku akan memenuhi Jahannam dengan engkau dan dengan semua orang yang meng-ikuti engkau.” قُلۡ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ  اَجۡرٍ وَّ مَاۤ  اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ --     Katakanlah: Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang berpura-pura. اِنۡ  ہُوَ   اِلَّا  ذِکۡرٌ   لِّلۡعٰلَمِیۡنَ --     Ia,  Al-Quran, tidak lain melainkan suatu peringatan untuk seluruh alam.   وَ  لَتَعۡلَمُنَّ  نَبَاَہٗ  بَعۡدَ حِیۡنٍ   -- dan niscaya kamu   akan mengetahui beritanya sesudah suatu masa.”  (Shād [38]:85-89). 
     Percakapan antara Allah Swt.  dan iblis tidak mengisyaratkan kepada suatu percakapan yang sungguh-sungguh telah terjadi, melainkan percakapan itu menampilkan dalam bahasa kiasan  keadaan segala sesuatu seperti adanya pada saat  ketika seorang nabi Allah dibangkitkan.

Pengulangan “Kisah Monumental  Adam, Malaikat dan Iblis”  di Akhir Zaman

    “Manusia” (basyaran) yang disebut dalam ayat 72 itu khususnya yang dimaksudkan ialah seorang nabi Allah pada zaman itu, dan iblis menampakkan sifat orang-orang durjana dan berpikiran buruk yang menentang beliau dan berusaha merintangi serta memperlambat kemajuan tugas yang dilaksanakan beliau (QS.22:53-55).
       Dalam ayat  قُلۡ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ  اَجۡرٍ وَّ مَاۤ  اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ --     Katakanlah: Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang berpura-pura. اِنۡ  ہُوَ   اِلَّا  ذِکۡرٌ   لِّلۡعٰلَمِیۡنَ --     Ia,  Al-Quran, tidak lain melainkan suatu peringatan untuk seluruh alam.   وَ  لَتَعۡلَمُنَّ  نَبَاَہٗ  بَعۡدَ حِیۡنٍ   -- dan niscaya kamu   akan mengetahui beritanya sesudah suatu masa,       Nabi Besar Muhammad saw.   dilukiskan di sini sedang bersabda kepada orang-orang ingkar bahwa mereka tidak lama lagi akan mengenal kebenaran risalat beliau saw., termasuk di Akhir Zaman ini pada kebangkitan (pengutusan)  kedua kali beliau saw. dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Firman-Nya lagi: 
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

TAMAT

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  1 Desember     2014