Selasa, 12 November 2013

Mencari "Rumah Akhirat" Melalui Pembelanjaan "Harta Kekayaan" di Jalan Allah Swt.



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  68

       Mencari “Rumah Akhirat” dalam Pembelanjaan Harta Kekayaan di jalan Allah Swt.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  hubungan Sifat Rahīmiyyat (Maha Penyayang) Allah Swt. dengan ihsan, sebagaimana yang dilakukan Allah Swt. kepada Qarun   sehubungan dengan ayat ِ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ مَاۤ  -- ”yang sesungguhnya  kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat  (QS.28:77), kata   mafatih  adalah jamak dari dua kata maftah dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua berarti anak kunci (Lexicon Lane).
       Pendek kata, dari segi kehidupan duniawinya  Qarun – secara tidak disadarinya -- telah berhasil menyelaraskan upaya duniawinya  dengan  Sifat Sifat Rahīmiyyat (Maha Penyayang) Allah Swt., sehingga Allah Swt. pun menganugerahkan ihsan  (kebaikan yang lebih) kepada upaya Qarun; tetapi  berkenaan dengan urusan kehidupan di alam akhirat  dia (Qarun) tidak mau  membalas  ihsan  Allah Swt. dengan perbuatan ihsan  kepada kaumnya. Itulah makna perkataan kaumnya:
لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
“….Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.   Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  tetapi  janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia dan berbuat  ihsan-lah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78).

Qarun dan Kaum-kaum Purbakala yang Tidak Mensyukuri
Ihsan Allah Swt. kepada Mereka

     Jadi, menurut orang yang berilmu di kalangan kaumnya  -- yakni Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.   – bahwa kesuksesan  yang diraih Qarun adalah semata-mata karena ihsan  Allah Swt., yakni Qarun secara tidak disadarinya telah menyelaraskan  upayanya dengan Sifat Rahīmiyyat  (Maha Penyayang) Allah Swt., yaitu  Qarun  telah memanfaatkan rangkaian hukum “sebab-akibat” yang berlaku dalam kehidupan di dunia ini,  yang dalam ayat  selanjutnya diakui Qarun sebagai “ilmu pengetahuan yang dimilikinya, firman-Nya: 
قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ
Ia berkata: “Sesungguhnya khazanah ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.”   (Al-Qashash [28]:79).
      Dalam kalimat selanjutnya Allah Swt. menjelaskan,  bahwa  sikap buruk yang diperagakan Qarun serta akibat buruk   yang menimpanya sebagai balasannya telah pula terjadi pada kaum-kaum purbakala yang jauh lebih kaya dan lebih berkuasa daripada Qarun,  sebagai  akibat mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang diutus Allah Swt. kepada mereka:       
  اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah ia mengetahui bahwa sungguh Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:79).
       Makna ayat  وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ   -- “Dan  orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka  yaitu bahwa kesalahan kaum kafir akan begitu nyata sehingga pengusutan lebih lanjut akan dianggap tidak perlu untuk membuktikannya; atau artinya ialah orang-orang yang bersalah tidak akan diberi peluang membela diri, karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka telah begitu nyata sekali. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ فِیۡ زِیۡنَتِہٖ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ یُرِیۡدُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا یٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ  اُوۡتِیَ  قَارُوۡنُ ۙ اِنَّہٗ  لَذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ وَیۡلَکُمۡ ثَوَابُ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّمَنۡ  اٰمَنَ وَ عَمِلَ صَالِحًا ۚ وَ لَا  یُلَقّٰہَاۤ   اِلَّا الصّٰبِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka ia (Qarun) keluar di hadapan kaumnya dengan kemegahan. Berkata orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Alangkah baiknya, apabila kami pun mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun! Sesungguhnya ia mempunyai bagian harta yang besar.” Tetapi orang-orang yang diberi pengetahuan berkata: “Celakalah kamu, ganjaran dari Allah adalah lebih baik bagi siapa yang beriman dan beramal saleh, dan itu tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Qashash [28]:80-81).
     Kemudian  Allah Swt.  berfirman mengenai akibat buruk  yang  yang menimpa Qarun dan seluruh harta kekayaannya  -- termasuk tempat tinggalnya   --  karena ia tidak mensyukuri ihsān atau Sifat Rahīmiyyat (Maha Penyayang) Allah Swt.:
فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ  الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا  کَانَ لَہٗ  مِنۡ فِئَۃٍ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا  کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿﴾  وَ اَصۡبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ مَّنَّ  اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ  لَا  یُفۡلِحُ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka  Kami membenamkan dia   beserta rumahnya ke dalam bumi,  dan  selain Allah tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya, dan tidak pula ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri.  Dan jadilah orang-orang yang kemarin ingin mendapat kedudukannya itu berkata: “Celakalah bagi engkau!  Sesungguhnya Allah-lah Yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkan. Seandainya Allah tidak menganugerahkan kemurahan-Nya kepada kami niscaya Dia akan membenamkan kami juga.  Celakalah bagi engkau! Orang-orang yang kafir tidak akan berhasil.” (Al-Qashash [28]:82-83).

“Rumah Akhirat”   & “Bahan Bakar Api Neraka”

     Sehubungan “rumah akhirat” yang dikemukakan oleh orang-orang yang berilmu  ketika menasihati   kaum Qarun sebelum ini   yakni firman-Nya:
لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
“….Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.   Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  tetapi  janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia dan berbuat  ihsan-lah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78).
      Dari kalimat  وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا -- “Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  tetapi  janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia  dapat diketahui bahwa pada hakikatnya harta kekayaan duniawi merupakan salah satu sarana  untuk memperoleh “rumah di akhirat  yaitu “kehidupan surgawi”, sebab jika tidak maka harta kekayaan tersebut akan berubah menjadi “bahan bakar api neraka” yang akan membakar pemiliknya (QS.9:34-35; QS. 102:1-9; QS.104:1-10).
       Berkenaan “rumah akhirat” tersebut  selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai cara memperolehnya:
  تِلۡکَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ  نَجۡعَلُہَا لِلَّذِیۡنَ لَا یُرِیۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فَسَادًا ؕ وَ الۡعَاقِبَۃُ  لِلۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾  مَنۡ جَآءَ بِالۡحَسَنَۃِ فَلَہٗ  خَیۡرٌ  مِّنۡہَا ۚ وَ مَنۡ جَآءَ بِالسَّیِّئَۃِ  فَلَا یُجۡزَی الَّذِیۡنَ عَمِلُوا السَّیِّاٰتِ  اِلَّا مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Inilah rumah akhirat itu, Kami menjadikannya bagi orang-orang yang tidak menghendaki kesombongan di bumi, dan tidak pula kerusakan. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.   Barangsiapa berbuat hasanah (ihsan/kebaikan) maka baginya ada balasan yang lebih baik dari itu, dan barangsiapa yang berbuat kejahatan maka tidak akan dibalas orang-orang yang berbuat kejahatan-kejahatan melainkan sesuai apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Qashash [28]:84-85). 

“Rumah Keselamatan” (Kehidupan Surgawi)

       Sehubungan dengan ayat  مَنۡ جَآءَ بِالۡحَسَنَۃِ فَلَہٗ  خَیۡرٌ  مِّنۡہَا  -- “Barangsiapa berbuat hasanah (ihsan/kebaikan) maka baginya ada balasan yang lebih baik dari itu,” dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ ؕ وَ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾   لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ ؕ وَ لَا یَرۡہَقُ وُجُوۡہَہُمۡ قَتَرٌ وَّ لَا ذِلَّۃٌ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَسَبُوا السَّیِّاٰتِ جَزَآءُ سَیِّئَۃٍۭ بِمِثۡلِہَا ۙ وَ تَرۡہَقُہُمۡ ذِلَّۃٌ ؕ مَا لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ مِنۡ عَاصِمٍ ۚ کَاَنَّمَاۤ  اُغۡشِیَتۡ وُجُوۡہُہُمۡ قِطَعًا مِّنَ الَّیۡلِ مُظۡلِمًا ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾
Dan  Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan  dan memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.    Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik  serta tambahan-tambahan   yang lain. Dan  wajah  mereka tidak akan ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan, mereka itu penghuni surga, mereka akan kekal  di dalamnya.   Dan  orang-orang yang mengerjakan keburukan, balasan kejahatan adalah setimpal dengan itu, dan  kehinaan akan menutupi mereka. Sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka dari Allah, wajah mereka seolah-olah telah ditutupi dengan bagian-bagian  malam yang gelap. Mereka itu penghuni Api, mereka  kekal di dalamnya.  (Yunus [10]:26-28). 
     Kata   salām  dalam  ungkapan “dārus-salām  - rumah keselamatan)”    yakni “kehidupan surgawi”   dalam ayat  وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلٰی دَارِ السَّلٰمِ -- “Dan  Allah menyeru manusia ke rumah keselamatan” berarti: keselamatan, keamanan, kekekalan atau kebebasan dari kesalahan-kesalahan kekurangan-kekurangan cacat-cacat noda-noda keburukan-keburukan; atau berarti pula: kedamaian, kepatuhan; surga. Salām (As-Salām) adalah salah satu nama Sifat Allah Swt.   juga  lihat  QS.59:23-25 (Lexicon Lane). 

Makna Kata Ziyādah (Tambahan-tambahan)  &
Sabda  Nabi Besar Muhammad Saw. tentang Ihsān

      Berhubung al-husna dalam ayat  لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوا الۡحُسۡنٰی وَ زِیَادَۃٌ -- “Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik serta tambahan-tambahan   yang lain ” berarti kesudahan yang menggembirakan, kemenangan; kecerdasan dan kegesitan, maka anak kalimat lilladziina ahsanul-husna (bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan yang lebih baik) berarti: (1) bahwa orang-orang beriman akan sampai kepada kesudahan yang menyenangkan; (2) bahwa mereka akan mencapai sukses dan (3) bahwa Allah Swt. .  akan menjadikan mereka cerdas dan terampil.
        Kata ziyādah (tambahan lebih banyak lagi) mengandung arti  bahwa orang-orang beriman akan mendapatkan Allah Swt.   Sendiri sebagai ganjarannya, dan kata al-husna (yang berarti juga penglihatan kepada Tuhan) menguatkan kesimpulan itu.
     Surah Yunus ayat 26-28  tersebut  mengandung beberapa kebenaran yang penting:
  (a) Di mana ganjaran kebaikan itu berlipat-ganda (lihat ayat sebelumnya), pembalasan terhadap keburukan itu hanya setimpal,
  (b) mereka yang melanggar hukum-hukum Tuhan, kehilangan dorongan untuk mencapai cita-cita tinggi  dan hasrat-hasrat mulia dan hanya menjadi peniru kelakuan orang-orang lain belaka, lalu mereka kehilangan segala prakarsa dan tidak pernah bercita-cita untuk menjadi pemimpin manusia.
   (c) Sesudah demikian rupa jatuhnya dan memperoleh kemurkaan Tuhan, mereka kehilangan dan terluput dari pertolongan Ilahi.
   (d) Ketidak-adilan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku-pelaku keburukan itu tak mungkin tersembunyi untuk selama-lamanya; cepat atau lambat akan terbuka juga.
      Ringkasnya, hukum pembalasan dari Allah Swt.   bekerja dengan cara ini, yaitu  untuk amal-amal yang baik ganjarannya beberapa kali lipat lebih besar, sedangkan hukuman atas amal buruk kurang dari apa yang harus diterima atas perbuatan orang yang berdosa itu, atau paling banyak setimpal dengan itu.
      Sehubungan dengan  ihsan,      diriwayatkan dalam sebuah hadits tentang dialog antara Malaikat Jibril a.s. dengan Nabi Besar Muhammad saw. tentang arti    Islam, iman dan ihsan yang ditanyakan oleh Malaikat Jibril a.s., dalam rangka memberikan pelajaran agama kepada para  sahabah r.a. yang hadir:
Dari Umar radhiallāhu ‘anhu   dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallāhu ’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallāhu ’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallāhu ’alaihi wasallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ Anda benar“.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “Anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”.
Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata:  “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda:  “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“  Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar, lalu beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“  Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  30 Oktober    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar