Jumat, 28 November 2014

Al-Quran Bukan Saja Merupakan Petunjuk Paling Sempurna Bagi Orang-orang yang Bertakwa Tetapi Juga Mampu Menyesatkan Orang-orang yang "Berhati Bengkok"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   365

 Al-Quran  Bukan Saja Merupakan  Petunjuk Paling Sempurna Bagi Orang-orang yang Bertakwa  Tetapi Juga Mampu  Menyesatkan Orang-orang yang Berhati Bengkok

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir bagian  akhir  Bab sebelumnya  telah dijelaskan  firman Allah Swt.  mengenai orang yang bernasib baik sajalah yang  diberi pengertian  yang benar mengenai dan   dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih, firman-Nya:
اَللّٰہُ  نَزَّلَ  اَحۡسَنَ الۡحَدِیۡثِ کِتٰبًا مُّتَشَابِہًا  مَّثَانِیَ ٭ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡہُ جُلُوۡدُ الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ  رَبَّہُمۡ ۚ ثُمَّ  تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ قُلُوۡبُہُمۡ  اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُدَی اللّٰہِ یَہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ مَنۡ یُّضۡلِلِ اللّٰہُ  فَمَا لَہٗ مِنۡ ہَادٍ ﴿﴾
Allah telah menurunkan sebaik-baik firman, sebuah Kitab  yang ayat-ayatnya saling menguatkan serta  diulang-ulang. تَقۡشَعِرُّ مِنۡہُ جُلُوۡدُ الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ  رَبَّہُمۡ   -- Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabb (Tuhan) mereka, ثُمَّ  تَلِیۡنُ جُلُوۡدُہُمۡ وَ قُلُوۡبُہُمۡ  اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ -- kemudian kulit dan hati mereka menjadi lembut karena   mengingat Allah. Demikianlah petunjuk Allah, dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan barangsiapa disesatkan Allah maka baginya tidak ada seorang pemberi petunjuk. (Az-Zumar [39]:24).
   Wahyu Ilahi telah diungkapkan dengan selengkap-lengkapnya dan sesempurna-sempurnanya dalam Al-Quran. Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran telah disebut kitāban mutasyābihan, yang berarti bahwa Al-Quran itu sebuah kitab yang mudah diberi bermacam-macam penafsiran, yang semuanya saling menyelarasi dan saling menguatkan.  tempat mana pun dalam Al-Quran tidak terdapat pertentangan atau ketidak-serasian (QS.4:83). Hal itu merupakan salah satu dari keutamaan-keutamaannya yang tidak ada tara bandingannya.

Perumpamaan Gambaran Surga

  Keutamaan Al-Quran yang lainnya lagi terletak pada kenyataan bahwa Al-Quran telah menggunakan kiasan, perlambang, dan perumpamaan atau tamsilan. Hal itu menambah keindahan dan keluwesan gaya bahasanya, dan menjamin keluasan arti dalam jumlah perkataan yang seminimal-minimalnya. Tetapi justru hal tersebut menjadi celaan  dan menjadi batu sandungan  bagi orang-orang kafir (QS.2:27).
   Al-Quran pun disebut matsāni, yang maksudnya bahwa Al-Quran menjelaskan kepercayaan-kepercayaan yang asas-asas pokoknya berulang-ulang dan dengan cara dan bentuk yang berbeda untuk menegaskan kepentingan, keperluan, dan tujuannya. Kata matsāni   berarti pula bahwa sebagian ajaran Al-Quran menyerupai ajaran-ajaran Bibel dan Kitab-kitab suci lainnya dan sebagian lagi ada yang menerangkan topik baru dan tidak terjangkau dan tidak tertandingi dalam keutamaan-keutamaan dan keindahan-keindahannya oleh Kitab-kitab suci lainnya, berikut adalah firman-Nya tentang perumpamaan surga:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا --  setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ --  mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, بِہٖ مُتَشَابِہًا وَ اُتُوۡا -- akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ -- dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ  --   dan mereka akan kekal di dalamnya. اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا  --   sesungguhnya Allah  tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu,   ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka,   وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan de-ngannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang,  وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik(Al-Baqarah [2]:26).
      Ayat ini memberikan gambaran singkat berupa perumpamaan (misal/tamsil) mengenai ganjaran yang akan diperoleh orang-orang beriman di akhirat. Para kritikus Islam telah melancarkan berbagai keberatan atas lukisan itu. Kecaman-kecaman itu disebabkan oleh karena sama sekali, tidak memahami ajaran Islam tentang hakikat  nikmat-nikmat surgawi.

Diluar Jangkauan Imajinasi Manusia

     Al-Quran dengan tegas mengemukakan bahwa ada di luar kemampuan alam pikiran manusia untuk dapat mengenal hakikatnya, firman-Nya:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.  (As-Sajdah  [32]:18).
  Sesuai dengan firman Allah Swt. tersebut, sewaktu Nabi Besar Muhammad saw. menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda:
 Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
     Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan. Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian perbuatan dan tingkah-laku baik yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini.
Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan. Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang beriman  yang bertakwa di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah daripada yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat  surgawi itu akan berada jauh di luar batas jangkauan daya cipta manusia.
      Dengan sendirinya timbul pertanyaan:  Mengapa nikmat-nikmat surga diberi nama yang biasa dipakai untuk benda-benda di bumi ini? Hal demikian adalah karena seruan Al-Quran itu tidak hanya semata-mata tertuju kepada orang-orang yang maju dalam bidang ilmu, karena itu Al-Quran mempergunakan kata-kata sederhana yang dapat dipahami semua orang.
      Dalam menggambarkan karunia Ilahi, Al-Quran telah mempergunakan nama benda yang pada umumnya dipandang baik di bumi ini,  dan orang-orang beriman diajari bahwa mereka akan mendapat hal-hal itu semuanya dalam bentuk yang lebih baik di alam yang akan datang.
      Untuk menjelaskan perbedaan penting itulah maka dipakainya kata-kata yang telah dikenal, selain itu tidak ada persamaan antara kesenangan duniawi dengan karunia-karunia ukhrawi. Tambahan pula menurut Islam  kehidupan di akhirat itu tidak ruhaniah dalam artian bahwa hanya akan terdiri atas keadaan ruhani, bahkan dalam kehidupan di akhirat pun ruh manusia akan mempunyai semacam tubuh tetapi tubuh itu tidak bersifat benda.
       Orang dapat membuat tanggapan terhadap keadaan itu dari gejala-gejala mimpi. Pemandangan-pemandangan yang disaksikan orang dalam mimpi tidak dapat disebut keadaan pikiran atau ruhani belaka, sebab dalam keadaan itu pun  ia punya jisim dan kadang-kadang ia mendapatkan dirinya berada dalam kebun-kebun dengan sungainya, makan buah-buahan, dan minum susu.
        Sukar untuk mengatakan bahwa isi mimpi itu hanya keadaan alam pikiran belaka. Susu yang dinikmati dalam mimpi tidak ayal lagi merupakan pengalaman yang sungguh-sungguh, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa  minuman itu susu biasa yang ada di dunia ini dan diminumnya.
     Nikmat-nikmat ruhani kehidupan di akhirat bukan akan berupa  hanya penyuguhan subyektif dari anugerah Allah Swt.  yang kita nikmati di dunia ini, bahkan apa yang kita peroleh di sini hanyalah gambaran anugerah nyata dan benar dari Allah Swt.  yang akan dijumpai orang di akhirat.
       Tambahan pula bahwa “kebun-kebun“ adalah gambaran  (perumpamaan)  iman, sedangkan   sungai-sungai” adalah gambaran amal saleh. Jadi, sebagaimana halnya di dunia ini kebun-kebun tidak dapat tumbuh subur tanpa sungai-sungai, begitu pula iman tidak dapat segar dan sejahtera tanpa perbuatan baik (amal shalih),    dengan demikiam  iman dan amal shalih tidak dapat dipisahkan untuk mencapai najat (keselamatan).
      Di akhirat,  kebun-kebun itu akan mengingatkan orang beriman akan imannya dalam kehidupan ini, sedangkan  sungai-sungai akan mengingatkan kembali kepada amal salehnya maka  ia akan mengetahui bahwa iman dan amal salehnya tidak sia-sia.

Hikmah Berbagai Perumpamaan (Misal) Dalam Al-Quran

        Jadi, keliru sekali mengambil kesimpulan dari kata-kata: ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- "Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu", bahwa di surga orang-orang beriman  akan dianugerahi buah-buahan semacam yang dinikmati mereka di bumi ini, sebab seperti telah diterangkan di atas keduanya tidak sama. Buah-buahan di akhirat sesungguhnya akan berupa gambaran mutu keimanannya sendiri.
       Ketika mereka hendak memakannya mereka segera akan mengenali dan ingat kembali bahwa buah-buahan surgawi itu adalah hasil imannya di dunia, dan karena rasa syukur atas nikmat itu mereka akan berkata: “inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu.” Ungkapan ini dapat pula berarti “apa yang telah dijanjikan kepada kami dahulu.”
      Kata-kata “yang hampir serupa” dalam ayat بِہٖ مُتَشَابِہًا وَ اُتُوۡا – “akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya”,  tertuju kepada persamaan antara amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang beriman di bumi ini dan buah atau hasilnya di surga.
     Amal ibadah dalam kehidupan sekarang akan nampak kepada orang-orang beriman  sebagai hasil atau buah di akhirat. Makin sungguh-sungguh dan makin sepadan ibadah manusia, makin banyak pula ia menikmati buah-buah yang menjadi bagiannya di surga dan  makin baik pula buah-buah itu dalam nilai dan mutunyaJadi untuk meningkatkan mutu buah-buahan  surgawi yang dikehendakinya terletak pada kekuatannya sendiri.
      Ayat  ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- "Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu"  berarti pula bahwa makanan ruhani orang-orang beriman di surga akan sesuai dengan selera tiap-tiap orang dan taraf kemajuan serta tingkat perkembangan ruhaninya masing-masing.
       Makna ayat وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ – “dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci”,  bahwa orang-orang beriman juga akan  mempunyai jodoh-jodoh suci di surga. Istri yang baik adalah  sumber kegembiraan dan kesenangan. Orang-orang beriman  berusaha mendapatkan istri yang baik di dunia ini dan mereka akan mempunyai jodoh-jodoh baik dan suci di akhirat.
      Kata-kata  وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  mereka akan kekal di dalamnya” berarti bahwa orang-orang beriman di surga tidak akan pernah mengalami sesuatu perubahan atau kemunduran. Orang akan mati hanya jika ia tidak dapat menyerap zat makanan atau bila orang lain membunuhnya. Tetapi  karena makanan surgawi akan benar-benar cocok untuk setiap orang dan karena orang-orang di sana akan mempunyai kawan-kawan yang suci dan suka damai (QS.7:43-44; QS.10:10-11) maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan lenyap.
      Meskipun demikian kesenangan di surga tidak bersifat kebendaan. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sifat dan hakikat nikmat-nikmat surga, lihat pula Surah Al-Thūr, Al-Rahmān, dan Al-Wāqi’ah.

Menjawab Kritikan Pihak Non-Muslim

      Setelah mengemukakan perumpamaan mengenai  surga, selanjutnya Allah Swt. menjawab keberatan (kritikan) para pengkritik Al-Quran (ajaran Islam) dari kalangan Non-Muslim, firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk فَمَا فَوۡقَہَا  --    bahkan  yang lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ   --    ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka,   وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang,  وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik. (Al-Baqarah [2]:27).
      Dharaba al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon Lane; Taj-al-‘Arus, dan QS.14:46). Jadi,   Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran  dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
         Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik.
       Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian. Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya  "ia lebih lemah dari nyamuk".
   Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan  gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang  beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah dalam kesalahan dan kesesatan, firman-Nya: وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang,  وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik.   (Al-Baqarah [2]:27).
    Dengan demikian benarlah firman-Nya berikut ini mengenai orang-orang yang  buta mata ruhaninya, walau pun setiap hari “menggeluti” Al-Quran jika mereka itu dalam kenyataannya bukan saja tidak mampu mengenali    -- bahkan mendustakan serta menentang -- Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37; QS.61:10), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan  takabur berpaling darinya,   لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ  -- tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa.  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ -- bagi mereka ada hamparan  Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ  -- dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

                                                               ***
Pajajaran Anyar, 14 November    2014