Senin, 18 November 2013

Nubuatan "Pewarisan" Berbagai Wilayah Kekuasaan Para Penentang Nabi Besar Muhammad Saw. kepada Umat Islam & Pembelaan Allah Swt.






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
                               
Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  75

Nubuatan Mengenai “Pewarisan” Berbagai Wilayah Kekuasaan Para Penentang  Nabi Besar Muhammad Saw. kepada Umat Islam &  Pembelaan Allah Swt.        

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir  Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai perbandingan perkataan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.:  ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ   -- “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami,  dan Allah serta  Rasul-Nya telah mengatakan yang benar  (QS.33:21) dengan ucapan para pengikut Nabi Musa a.s.   yang sangat pengecut berikut ini, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ  ﴿﴾ یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ  کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی  اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ  یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah  nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa.  Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagi kamu,  dan janganlah kamu berbalik ke belakangmu lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.”   Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum  yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah memasukinya  hingga mereka keluar sendiri darinya, lalu  jika mereka keluar darinya maka kami   akan memasukinya.”  (Al-Māidah [5]:21-23).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keteguhan iman  para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  ketika menghadapi peperangan  melawan orang-orang kafir yang  jumlahnya dan kekuatannya berkali lipat daripada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.:
مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allah,  maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,  dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun, supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. Se-sungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).
     Ayat ini merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan   iman para pengikut   (Sahabat) Nabi Besar Muhammad saw.. Tidak pernah para pengikut nabi yang mana jua pun menerima dari Allah surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.
Seperti halnya wujud junjungan mereka tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas beliau sebagai nabi, begitu pula para sahabat beliau tiada bandingannya dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka.

Kembali dengan Membawa Kemarahan dan Kekecewaan

   Mengenai kegagalan missi  golongan persekutuan (al-Ahzāb) dalam perang Khandak selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ رَدَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ  لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ  اللّٰہُ   قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾
Dan Allah telah mengembalikan orang-orang kafir dalam kemarahan mereka,  mereka tidak memperoleh kebaikan apapun. Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam perang itu, dan Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Ahzāb [33]:26).
  Allah Swt.  menangkis serangan-serangan lasykar persekutuan orang-orang Arab. Mereka terpaksa membatalkan pengepungan dan, dengan hati kesal dan marah atas kegagalan mutlak dalam usaha mereka yang rendah dan buruk itu,  mereka pulang ke rumah mereka dan tidak pernah mempunyai kemampuan lagi menyerang Medinah.
Semenjak itu inisiatip beralih ke tangan orang-orang Islam. Pertempuran Khandak menandai titik-balik dalam sejarah Islam. Dari suatu golongan yang tadinya sangat kecil lagi lemah, pula terus menerus diganggu dan dianiaya, Islam telah menjadi suatu kekuatan raksasa di tanah Arab.
Salah satu gerakan yang dilancarkan Nabi Besar Muhammad saw. setelah Perang Khandak adalah menghukum pengkhianatan  orang-orang Yahudi Banu Quraizhah, firman-Nya:
وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡقُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا  ﴿ۚ﴾
Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik,  dari benteng-benteng mereka dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka. Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan. (Al-Ahzāb [33]:27).
Banu Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan Nabi Besar Muhammad saw.   bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh menyerang Medinah. Akan tetapi pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk oleh Huyay, pemimpin   Yahudi kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar (al-Ahzāb) itu untuk bersama-sama melawan Islam.
Ketika serangan mereka menemui kegagalan mutlak,  Nabi Besar Muhammad saw. bergerak menghantam mereka dan mengepung mereka dalam kubu pertahanan (benteng) mereka. Pengepungan itu berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata (menyerah) dan lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada keputusan Nabi Besar Muhammad saw.. Sa’d memutuskan perkara itu menurut hukum syariat Nabi Musa a.s. (Ulangan 20:10-15).

Nubuatan Kemenangan-kemenangan Umat Islam &
Pembelaan (Bantahan) Allah Swt.

 Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kemenangan-kemenangan lainnya yang akan diperoleh kaum Muslimin berkenaan pengkhianatan yang berulang-ulang dari orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah:
وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya,  dan Allah berkuasa atas sega-la sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:28).
  Yang diisyaratkan  dalam ayat  وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا  -- “dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya   mungkin tanah Khaibar atau mungkin juga kemenangan atas kerajaan Persia dan kerajaan Romawi serta negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
   Dalam kedua firman Allah Swt. tersebut terdapat  pernyataan وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ  -- “Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik,  dari benteng-benteng mereka” (ayat 27) dan kalimat  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ   -- “Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka” (ayat 28), kedua pernyataan Allah Swt. merupakan bantahan atas tuduhan dusta  atau fitnah  dari golongan Ahli Kitab di Akhir Zaman ini,  bahwa penyebaran Islam oleh Nabi Besar Muhammad saw. dilakukan dengan menggunakan pedang (kekerasan dan pemaksaan).
    Selain sebagai bantahan dari Allah Swt. kesuksesan-kesuksesan yang diraih umat Islam di masa awal tersebut pada hakikatnya membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya mengenai izin  berperang kepada umat Islam untuk membela diri  dan untuk menegakkan keadilan di muka bumi, firman-Nya:
اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.   (Al-Hājj [22]:40). 
     Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab sebelumnya, dengan ayat ini mulai diperkenalkan masalah jihad.  Ayat ini menerangkan dengan sangat jelas tentang pandangan Islam mengenai jihad. Sebagaimana ayat ini menunjukkan  bahwa jihad  adalah berperang untuk membela kebenaran. Tetapi di mana Islam tidak mengizinkan perang agresi macam apa pun  maka perang yang diadakan untuk membela kehormatan sendiri, negara, atau agama itu, dianggap suatu amal shalih yang amat tinggi nilainya.

Kebebasan Menyatakan Kata Hati &
Memelihara Rumah-rumah Ibadat Agama-agama Lain

     Manusia merupakan hasil karya Allah Swt.  yang paling mulia. Ia adalah puncak ciptaan-Nya, tujuan dan maksud-Nya.  Manusia  adalah khalifah (wakil) Allah di bumi dan raja seluruh makhluk-Nya (QS.2:31). Inilah pandangan Islam mengenai kemuliaan manusia di alam raya ini. Oleh sebab itu wajar sekali  bahwa agama yang telah mengangkat manusia ke taraf yang begitu tinggi harus pula menempatkan jiwa manusia pada kedudukan yang sangat penting dan suci.
     Menurut Allah Swt. dalam Al-Quran, dari segala sesuatu manusialah yang paling mulia dan tidak boleh diganggu. Merenggut nyawanya merupakan perkosaan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat langka, dan Al-Quran telah menyebutkan hal tersebut  secara khusus (QS.5:33; QS.17:34).
     Tetapi menurut Islam, kebebasan menyatakan kata hati merupakan hal yang tidak kurang pentingnya. Hal ini merupakan pusaka manusia yang paling berharga — mungkin lebih berharga daripada jiwa manusia sendiri. Al-Quran yang telah memberi kedudukan yang semulia-mulianya kepada kehidupan manusia, tidak mungkin tidak mengakui, dan menyatakan bahwa kesucian dan haknya yang tidak boleh diganggu, sebagai hak asasi yang paling berharga. Untuk membela milik mereka yang paling berharga itulah, orang-orang Muslim telah diberi izin  oleh Allah Swt. untuk mengangkat senjata.
    Ayat ini menetapkan asas-asas yang menurut itu, orang-orang Muslim boleh mengadakan perang untuk membela diri, dan bersama-sama dengan ayat-ayat berikutnya mengemukakan alasan-alasan yang membawa orang-orang Islam yang amat sedikit jumlahnya itu — tanpa persenjataan dan alat-alat duniawi lainnya — untuk berperang membela diri.
     Hal itu mereka lakukan sesudah mereka tidak henti-hentinya mengalami penderitaan dan kezaliman luar biasa selama bertahun-tahun di Mekkah, dan sesudah mereka dikejar-kejar sampai ke Medinah dengan kebencian yang tidak ada reda-redanya dan di sini pun mereka diusik dan diganggu juga. Alasan pertama yang dikemukakan dalam ayat ini  yaitu bahwa mereka diperlakukan secara zalim. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
  الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata: “Tuhan kami Allah.” Dan seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,  dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa.  (Al-Hājj [22]:41).
      Ayat  ini  memberi alasan kedua, yaitu bahwa orang-orang Islam telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang adil dan sah, satu-satunya “kesalahan” yang dituduhkan kepada  mereka ialah hanya karena mereka beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ajaran Islam (Al-Quran) Tidak Mengizinkan Perang Agresi

      Bertahun-tahun lamanya orang-orang Muslim ditindas di Mekkah, kemudian mereka diusir dari sana (QS.8:31; QS.9:40) dan tidak pula dibiarkan hidup dengan aman di tempat pembuangan mereka di Medinah. Islam diancam dengan kemusnahan total oleh suatu serangan gabungan suku-suku Arab di sekitar Medinah, yang terhadapnya orang Quraisy mempunyai pengaruh yang besar, mengingat kedudukan mereka sebagai penjaga Ka’bah.
     Kota Medinah sendiri menjadi sarang kekacauan dan pengkhianatan. Orang-orang Yahudi bersatu-padu memusuhi  Nabi Besar Muhammad saw., sehingga  dengan hijrah tersebut kesulitan  Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam bukannya berkurang, bahkan makin bertambah.
       Di tengah-tengah keadaan yang amat tidak menguntungkan itulah orang-orang Muslim terpaksa mengangkat senjata untuk menyelamatkan diri mereka, agama mereka, dan wujud  Nabi Besar Muhammad saw.   dari kemusnahan.  Oleh karena itu jika ada suatu kaum yang pernah mempunyai alasan yang sah untuk berperang, maka kaum itu adalah  Nabi Besar Muhammad saw.  dan para sahabat beliau saw., namun para kritisi Islam yang tidak mau mempergunakan akal telah menuduh, bahwa beliau saw. melancarkan peperangan agresi untuk memaksakan agama beliau saw. kepada orang-orang yang tidak menghendakinya.
     Sesudah memberikan alasan-alasan  mengapa orang-orang Islam terpaksa mengangkat senjata, ayat ini mengemukakan tujuan dan maksud peperangan yang dilancarkan oleh umat Islam. Tujuannya sekali-kali bukan untuk merampas hak orang-orang lain atas rumah dan milik mereka, atau merampas kemerdekaan mereka serta memaksa mereka tunduk kepada kekuasaan asing, atau untuk menjajagi pasar-pasar yang baru atau memperoleh tanah-tanah jajahan baru, seperti telah diusahakan oleh kekuasaan negara-negara kuat dari barat.
     Yang dimaksudkan ialah mengadakan perang semata-mata untuk membela diri dan untuk menyelamatkan Islam dari kemusnahan, dan untuk menegakkan kebebasan berpikir; begitu juga untuk membela tempat-tempat peribadatan yang dimiliki oleh agama-agama lain — gereja-gereja, rumah-rumah peribadatan Yahudi, kuil-kuil, biara-biara, dan sebagainya (QS.2:194; QS.2:257; QS.8:40 dan QS.8:73).

Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam (Al-Quran)
ddalah “Rahmat bagi Seluruh Alam

      Jadi tujuan pertama dan terutama dari perang-perang yang dilancarkan oleh Islam di masa yang lampau --  dan selamanya di masa yang akan datang pun  -- ialah menegakkan kebebasan beragama dan beribadah dan berperang membela negeri, kehormatan, dan kemerdekaan terhadap serangan tanpa dihasut. Apakah ada alasan untuk berperang yang lebih baik daripada ini? Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengeai hal tersebut:
 اَلَّذِیۡنَ  اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ  فِی الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَ اَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ  نَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ لِلّٰہِ  عَاقِبَۃُ  الۡاُمُوۡرِ ﴿﴾
Orang-orang yang jika Kami meneguhkannya di bumi mereka mendirikan shalat, membayar zakat,  menyuruh berbuat kebaikan dan mela-rang dari keburukan. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hājj [22]:40-42).
      Ayat ini mengandung perintah Allah Swt. bagi orang-orang Muslim, bahwa  manakala mereka memperoleh kekuasaan, maka mereka tidak boleh mempergunakannya untuk kemajuan bagi kepentingan diri mereka sendiri, melainkan harus digunakan untuk memperbaiki nasib orang-orang miskin dan orang-orang tertindas dan untuk menegakkan keamanan serta keselamatan di daerah-daerah kekuasaan mereka, dan bahwa mereka harus menghargai dan melindungi tempat-tempat peribadatan, yaitu sesuai dengan missi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.  (Al-Anbiya [21]:108).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,   6 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar