Jumat, 22 November 2013

Hakikat Lepasnya "Palestina" dari Tangan Umat Islam di Timur Tengah & Pewarisan "Negeri yang Dijanjikan" kepada "Hamba-hamba Allah yang Shaleh"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
                               
Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  78

Hakikat  Lepasnya Palestina dari Tangan Umat Islam di Timur Tengah
&
 Pewarisan “Negeri yang Dijanjikan” kepada   “Hamba-hamba Allah yang Shaleh”
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   Bab-bab  sebelumnya  telah dikemukakan  pembahasan mengenai firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ  لِلّٰہِ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ  لِاَوَّلِ الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ  یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا  اَنَّہُمۡ  مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ  فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭  وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ  الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ  بِاَیۡدِیۡہِمۡ  وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭  فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Menyanjung kesucian    Allah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir di antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama.  Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka pun menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,  maka   Allah datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia  melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan. (Al-Hasyr [59]:1-3). 
       Dalam Bab sebelumnya telah di bahas ayat 3 yang menerangkan   politik “Bumi Hangus” yang dilakukan kaum Yahudi di Madinah,   dan juga mengena persamaan Bani Israil dengan Bani Ismail (Umat Islam).
     Firman Allah Swt. tersebut menjelaskan bahwa mengingat akan sumber-sumber daya materi, persekutuan politik, dan organisasi orang-orang Yahudi di Medinah yang sangat kuat, karena itu   kaum Muslim tidak pernah dapat membayangkan betapa orang-orang Yahudi bisa diusir dari Medinah dengan sangat mudah tanpa kehilangan jiwa manusia pada kedua belah pihak. Itulah makna ayat:
مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ  یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا  اَنَّہُمۡ  مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ  فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا
“kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka pun menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,  maka   Allah datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka.   (Al-Hasyr [59]:3). 
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ  الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ  بِاَیۡدِیۡہِمۡ  وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
“dan Dia  melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman.

Politik “Bumi Hangus” Kaum Yahudi di Madinah &
Persamaan Bani Israil dengan Bani Ismail (Umat Islam)

  Sebelum berangkat dari Medinah, Banu Nadhir telah membumi-hanguskan dengan tangan mereka sendiri rumah-rumah mereka serta kekayaan yang tidak bergerak lainnya di hadapan mata kaum Muslimin.  Padahal Nabi Besar Besar Muhammad saw.  telah memberi mereka tempo 10 hari untuk menyelesaikan urusan mereka sebagaimana diinginkan oleh mereka.
 Jadi, orang-orang Yahudi Medinah adalah bangsa yang pertama-tama menjalankan politik bumi-hangus, berabad-abad sebelum bangsa Rusia melakukan serupa itu dalam Perang Dunia kedua. 
    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai alasan,  mengapa  walau pun dari seluruh kaum-kaum  terdahulu  --  sebelum umat Islam – kaum Bani Israil adalah kaum yang paling banyak mendustakan dan menganiaya para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:98-99),  tetapi Allah Swt. tidak membinasakan mereka seperti kaum-kaum purbakala sebelumnya, adalah karena:
     (1) Allah Swt. mentakdirkan  mengenai kebangkitan Bani Isma’il yang merupakan “saudara Bani Israil”,  dimana Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda,  bahwa antara Bani Isma’il (umat Islam) dengan Bani Israil  akan memiliki persamaan seperti “persamaan sepasang sepatu”:
Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.” Mereka (para sahabat) bertanya:  “Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?” Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  (2) Persamaan yang baik kedua kaum keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut  adalah sebagaimana  di kalangan Bani Israil   Allah Swt. membangkitkan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula di kalangan Bani Ismail Allah Swt. membangkitkan “Nabi yang seperti Musa a.s.” --  yakni Nabi Besar Muhammad saw.  (Ulangan 18:18; QS.46:11) dan “Nabi yang seperti (misal) Isa Ibnu Maryam a.s.    (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.11:18; QS.63:2-3), sehingga    burung” Nabi Ibrahim a.s. jumlahnya benar-benar 4 ekor burung (QS.2:261), bukan 3 ekor burung.
 Kenapa demikian? Sebab   menurut umumnya kepercayaan umat Islam  bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diutus dua kali,  pertama  sebagai Rasul Allah untuk kalangan Bani Israil, dan pengutusan yang  kedua di sebagai Rasul Allah untuk Bani Isma’il (umat Islam), padahal dengan tegas  Allah Swt. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyatakan  bahwa beliau adalah Rasul Allah hanya untuk Bani Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) serta  beliau  sudah wafat (QS.3:56;QS.5:117-119; QS.21:35-36).
 (3) Persamaan yang buruk kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah  bahwa akibat kedurhakaan mereka kepada Allah Swt. dan kepada  para Rasul Allah  maka Allah Swt.  telah menghukum Bani Israil dan Bani Isma’il (umat Islam) dua kali.   Bani Israil – sebagai akibat kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.5:79-81)  -- dihukum melalui serbuan dahsyat raja Nebukadnezar dari Babilonia dan Panglima Titus dari kerajaan Romawi.

Terusirnya Umat Islam dari Palestina – “Negeri yang Dijanjikan

  Ada pun hukuman yang menimpa Bani Isma’il (umat Islam) adalah  pertama melalui serangan dahsyat bala tentara bangsa Mongol dan Tartar pimpinan  Hulaku Khan, cucui Jenghis Khan, dan  hukuman yang kedua melalui Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen dari Barat (QS.17:5-11; QS.21:97), yang mencapai puncaknya dengan terusirnya umat Islam dari Palestina  -- “negeri yang dijanjikan” (QS.21:106-107) --  dan kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina dari pengembaraan selama 2000 tahun di berbagai pelosok dunia dan mendirikan “negara Israel” (QS.17:105) pada tahun 1948 melalui “Balfour Declaration” (Pernyataan Balfour).
  Peristiwa “terusirnya” umat Islam dari Palestina (negeri yang dijanjikan) tersebut terjadi setelah Allah Swt. mengutus Al-Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman  atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah (1835-1908), seperti halnya terusirnya orang-orang Yahudi yang kedua kali secara hina dari Palestina  setelah   upaya pembunuhan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.17:5-8; Matius 23:37-39 & 24:1-22) sebagai   kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.5:79-81).
   Berikut  pernyataan   Allah Swt. mengenai akan diwariskan-Nya “negeri  yang dijanjikan” kepada hamba-hamba-Nya yang hakiki  yaitu mereka yang benar-benar penyembah Allah Swt. (Tauhid) yang hakiki  atau “hamba-hamba Allah yang shalih”, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya [21]:106-108). 
      Yang dimaksud dengan “pemberi peringatan” adalah Nabi Besar Muhammad saw., sedangkan yang dimaksud  “bumi itu” adalah Palestina yakni “negeri yang dijanjikan”. Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan dipusakai” atau “tanah itu akan dipusakai” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan".
       Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan (28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan diberikan kepada Bani Israil. Palestina tetap di tangan umat Kristen hingga orang Islam menaklukkannya di masa khilafat Sayyidina Umar bin Khaththab r.a., Khalifah ke-II  Nabi Besar Muhammad saw..
  Nubuatan yang terkandung dalam ayat QS.21:106 ini, rupanya menunjuk kepada penaklukan Palestina tersebut oleh lasykar Islam. Palestina tetap berada di bawah kekuasaan umat Islam selama kira-kira 1350 tahun - kecuali satu masa pendek yang lamanya 92 tahun, ketika di zaman peperangan salib kekuasaan telah berpindah-tangan — hingga dalam masa kita ini sebagai akibat rencana-rencana buruk dari beberapa kekuasaan barat yang disebut demokrasi, negeri bernama Palestina itu sama sekali tidak berwujud dan di atas puing-puingnya didirikan negara Israel. Orang-orang Yahudi kembali  ke Palestina setelah mengembara selama hampir 2000 tahun. Tetapi peristiwa sejarah yang besar ini telah terjadi sebagai pemenuhan suatu nubuatan Al-Quran (QS.17:105).

Nabi Besar Muhammad Saw. dan Agama Islam
Adalah “Rahmat bagi Seluruh Alam

    Tetapi hal ini hanya merupakan satu babak sementara saja. Orang-orang Islam telah ditakdirkan Allah Swt. akan menguasainya kembali. Cepat atau lambat — malahan lebih cepat daripada lambat - Palestina akan kembali menjadi milik Islam. Hal ini merupakan keputusan Allah Swt.  dan tidak ada seorang pun dapat mengubah keputusan Tuhan.
      Ada pun makna firman Allah Swt.  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ  --   “Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” adalah bahwa    Nabi Besar Muhammad saw.  adalah pembawa rahmat untuk seluruh umat manusia, sebab amanat beliau tidak terbatas kepada suatu negeri atau kaum tertentu. Dengan perantaraan beliau saw. bangsa-bangsa dunia telah diberkati, seperti belum pernah mereka diberkati sebelum itu.
 Dengan  demikian jelaslah bahwa para pengikut hakiki Nabi Besar Muhammad saw. --  yang juga    merupakan “rahmat bagi seluruh alam  -- itulah yang dimaksud dengan عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ  -- “hamba-hamba-Ku yang shaleh”,    yang ditakdirkan Allah Swt. akan menjadi “pewaris  berikutnya dari “negeri yang dijanjikan” (Palestina) tersebut, yakni umat Islam  yang beriman  kepada Rasul Akhir Zaman,yakni  Mirza Ghulam Ahmad a.s..  
     Pewarisan   negeri yang dijanjikan” (Palestina/Kanaan) kepada Nabi Besar Muhammad saw.  dari kekuasaan kerajaan Kristen pada masa pemerintahan Khalifah  Umarbin Khaththab r.a.  sama sekali tidak ada tindakan kekerasan yang  meminta korban jiwa  mau pun harta benda, melainkan berlangsung secara  aman dan damai”, sebab pada waktu itu keadaan umat Islam benar-benar merupakan “rahmat bagi seluruh alam” seperti halnya dengan Nabi Besar Muhammad saw..

Nasihat Khalifatul Masih V Jemaat Ahmadiyah, Mirza Masroor Ahmad Atba.
Untuk Para Pemimpin Negara-negara Islam dan Penduduknya

 Mengisyaratkan kepada kenyataan tersebut Khalifatul Masih V Jemaat Ahmadiyah, Mirza Masroor Ahmad, dalam khutbah Jum’at tgl 5 April 2011 di mesjid Baitul Futuh  Morden --  London mengenai pergolakan berdarah yang sedang berlangsung di kawasan negara-negara Islam di Timur Tengah menjelaskan:
“Sekarang, perhatikanlah kondisi-kondisi yang sedang terjadi. Tanpa terkecuali, di semua tempat sedang timbul suara  bahwa kekayaan bangsa telah dirampas, dan rakyat dimahrumkan (diluputkan) dari hak-hak mereka. Sungguh malang, di antara orang-orang yang secara khusus mendapatkan nasihat dan peringatan dari Allah Ta’ala itu, justru yang paling depan dalam melakukan kesalahan-kesalahan tersebut adalah para pemegang kekuasaan di negara-negara Muslim.
Melindungi nyawa dan harta benda rakyat adalah tanggung jawab pemerintah (pemegang kekuasaan), kesejahteraan ekonomi mereka juga merupakan tanggung jawab pemerintah, kesehatan dan seluruh hak-hak yang lainnya juga merupakan tanggung jawab pemerintah.
Pendek kata, ini semua merupakan tugas pemerintah (pemegang kekuasaan), hendaklah mereka melaksanakannya. Dengan tidak melaksanakan tugas-tugas ini berarti mereka sedang menciptakan kekacauan, dan dalam pandangan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia berfirman  bahwa Dia sangat tidak menyukai kekacauan.
Oleh karena itu, sambil menghargai kenikmatan-kenikmatan dari Allah Ta’ala, hendaklan para pemerintah kita berusaha untuk berjalan di atas asas-asas dan uswah (contoh) yang telah kami kemukakan. Ketika Hadhrat Umar r.a. memerintah, betapa beliau telah menegakkan keadilan, sehingga ketika pemerintahan Kristen tegak kembali  maka orang-orang Kristen berdoa sambil menangis, “Semoga orang-orang Muslim kembali yang memerintah kami.
Namun, keadaan di sini adalah  rakyat Muslim bangkit untuk menentang pemerintahan Muslim karena tidak tegaknya keadilan. Oleh karena itu, ketakwaan yang saat ini telah habis dan lenyap dari kaum Muslimin haruslah dicari kembali. Baik pemerintah ataupun rakyat, jika keduanya memegang asas itu  maka akan berhasil.
 Jadi, untuk orang-orang Ahmadi ada perintah yang jelas, yakni hindarkanlah diri sendiri dari dari kekacauan itu. Berdoalah. Jika ada doa-doa yang terpanjat dari lubuk hati  maka suatu saat --  ketika Allah Ta’ala menghendaki --  doa itu akan dikabulkan, dan akan mendapatkan keselamatan dari kezaliman-kezaliman jika ada pemerintahan yang zalim, sebagaimana sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Ke depan pun, keadaan yang nampak setelah pergantian-pergantian (pemimpin), mungkin menghadirkan keamanan untuk sementara waktu, ttetapi bukanlah keamanan untuk selamanya. Demikianlah, pergantian-pergantian yang terjadi, yang merebut kekuasaan setelah melakukan tindakan  zalim, atau membawa revolusi, maka di antara mereka pun  setelah beberapa waktu akan mulai muncul lagi pemerintahan yang  zalim.
Setelah kepergian seorang (pemimpin) yang  zalim, kemudian datang (pemimpin)  zalim yang lain. Oleh karena itu berdoalah juga semoga Allah Ta’ala tidak menjadikan pemerintahan yang  zalim berkuasa atas kita. Semoga Allah menjadikan orang-orang Muslim secara umum dan para pemegang kekuasaan dapat mengenal kewajiban-kewajiban dan hak-hak mereka, kemudian mereka berusaha menunaikannya, dan dapat mengemukakan ajaran Islam yang indah ke hadapan dunia.”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   9 November    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar