بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 78
Hakikat Lepasnya Palestina dari Tangan Umat Islam di Timur Tengah
&
Pewarisan “Negeri
yang Dijanjikan” kepada “Hamba-hamba Allah yang Shaleh”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab-bab sebelumnya
telah dikemukakan pembahasan
mengenai firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ
لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ
الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا
اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ
حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ
اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭
وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭ فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa
pun yang
ada di seluruh langit dan apa
pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang
yang kafir di antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama.
Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar,
dan mereka pun menyangka bahwa
benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan.
(Al-Hasyr
[59]:1-3).
Dalam Bab sebelumnya telah di
bahas ayat 3 yang menerangkan politik “Bumi Hangus” yang dilakukan kaum Yahudi di Madinah, dan juga mengena persamaan Bani Israil dengan Bani
Ismail (Umat Islam).
Firman Allah Swt. tersebut menjelaskan
bahwa mengingat akan sumber-sumber daya
materi, persekutuan politik, dan organisasi orang-orang Yahudi di Medinah
yang sangat kuat, karena itu kaum Muslim tidak pernah dapat membayangkan betapa orang-orang Yahudi bisa
diusir dari Medinah dengan sangat
mudah tanpa kehilangan jiwa
manusia pada kedua belah pihak. Itulah makna ayat:
مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ
مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ
یَحۡتَسِبُوۡا
“kamu
sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka
akan keluar, dan mereka pun
menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan
Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka.” (Al-Hasyr [59]:3).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَذَفَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ
یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ
بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
“dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan rumah
mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman.”
Politik “Bumi Hangus” Kaum Yahudi di Madinah &
Persamaan Bani Israil dengan Bani
Ismail (Umat Islam)
Sebelum berangkat
dari Medinah, Banu Nadhir telah membumi-hanguskan dengan tangan mereka
sendiri rumah-rumah mereka serta kekayaan yang tidak bergerak lainnya di
hadapan mata kaum Muslimin. Padahal Nabi
Besar Besar Muhammad saw. telah
memberi mereka tempo 10 hari untuk
menyelesaikan urusan mereka
sebagaimana diinginkan oleh mereka.
Jadi, orang-orang
Yahudi Medinah adalah bangsa yang
pertama-tama menjalankan politik
bumi-hangus, berabad-abad sebelum bangsa
Rusia melakukan serupa itu dalam Perang
Dunia kedua.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai alasan, mengapa
walau pun dari seluruh kaum-kaum terdahulu
-- sebelum umat Islam – kaum Bani Israil
adalah kaum yang paling banyak mendustakan dan menganiaya para Rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:98-99), tetapi Allah Swt. tidak membinasakan mereka seperti kaum-kaum
purbakala sebelumnya, adalah karena:
(1) Allah Swt. mentakdirkan mengenai
kebangkitan Bani Isma’il yang
merupakan “saudara Bani Israil”, dimana Nabi Besar Muhammad saw. telah
bersabda, bahwa antara Bani Isma’il (umat Islam) dengan Bani Israil akan memiliki persamaan seperti “persamaan sepasang sepatu”:
Dari Abu Sa‘id Al
Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jejak
umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk
ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.” Mereka (para
sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah,
apakah kaum Yahudi dan Nasrani?” Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
(2) Persamaan yang baik kedua kaum keturunan Nabi
Ibrahim a.s. tersebut adalah
sebagaimana di kalangan Bani Israil Allah Swt. membangkitkan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula di kalangan Bani Ismail Allah Swt. membangkitkan “Nabi yang seperti Musa a.s.” -- yakni Nabi
Besar Muhammad saw. (Ulangan
18:18; QS.46:11) dan “Nabi yang seperti (misal) Isa Ibnu Maryam a.s.“
(QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud
a.s. atau Rasul Akhir Zaman yakni
Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.11:18;
QS.63:2-3), sehingga “burung” Nabi Ibrahim a.s. jumlahnya
benar-benar 4 ekor burung (QS.2:261),
bukan 3 ekor burung.
Kenapa demikian?
Sebab menurut umumnya kepercayaan umat Islam bahwa Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. diutus dua kali,
pertama sebagai Rasul Allah untuk kalangan Bani Israil, dan pengutusan yang kedua di sebagai Rasul Allah untuk Bani
Isma’il (umat Islam), padahal dengan tegas
Allah Swt. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyatakan bahwa beliau adalah Rasul Allah hanya untuk Bani
Israil (QS.3:46-50; QS.61:7) serta beliau
sudah wafat
(QS.3:56;QS.5:117-119; QS.21:35-36).
(3) Persamaan yang buruk kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut adalah bahwa akibat kedurhakaan mereka kepada Allah
Swt. dan kepada para Rasul Allah maka Allah Swt. telah menghukum Bani Israil dan Bani Isma’il
(umat Islam) dua kali. Bani Israil – sebagai akibat kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.5:79-81) -- dihukum melalui serbuan dahsyat raja Nebukadnezar dari Babilonia dan Panglima Titus dari kerajaan Romawi.
Terusirnya Umat Islam dari Palestina – “Negeri
yang Dijanjikan”
Ada pun hukuman yang menimpa Bani Isma’il (umat Islam) adalah pertama melalui serangan dahsyat bala tentara bangsa
Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku
Khan, cucui Jenghis Khan, dan hukuman
yang kedua melalui Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen dari Barat (QS.17:5-11;
QS.21:97), yang mencapai puncaknya
dengan terusirnya umat Islam dari Palestina -- “negeri yang dijanjikan” (QS.21:106-107)
-- dan kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina dari pengembaraan
selama 2000 tahun di berbagai pelosok
dunia dan mendirikan “negara Israel”
(QS.17:105) pada tahun 1948 melalui “Balfour Declaration” (Pernyataan Balfour).
Peristiwa
“terusirnya” umat Islam dari Palestina (negeri yang dijanjikan)
tersebut terjadi setelah Allah Swt. mengutus Al-Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih
Akhir Zaman atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah (1835-1908),
seperti halnya terusirnya orang-orang
Yahudi yang kedua kali secara hina dari Palestina setelah
upaya pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.17:5-8; Matius 23:37-39 & 24:1-22)
sebagai kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.5:79-81).
Berikut pernyataan
Allah Swt. mengenai akan diwariskan-Nya “negeri yang dijanjikan”
kepada hamba-hamba-Nya yang hakiki
yaitu mereka yang benar-benar penyembah
Allah Swt. (Tauhid) yang hakiki atau “hamba-hamba Allah yang shalih”,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا
فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ
الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ
عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menuliskan dalam Kitab
Zabur sesudah pemberi peringatan
itu, bahwa negeri itu akan
diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.
Sesungguhnya dalam hal ini
ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. Dan Kami
sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya
[21]:106-108).
Yang dimaksud dengan “pemberi peringatan” adalah Nabi Besar Muhammad saw., sedangkan yang
dimaksud “bumi itu” adalah Palestina yakni “negeri yang dijanjikan”.
Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan dipusakai” atau “tanah
itu akan dipusakai” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan".
Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud”
ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan
(28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina
akan diberikan kepada Bani Israil.
Palestina tetap di tangan umat Kristen
hingga orang Islam menaklukkannya di
masa khilafat
Sayyidina Umar bin Khaththab r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad saw..
Nubuatan
yang terkandung dalam ayat QS.21:106 ini, rupanya menunjuk kepada penaklukan Palestina tersebut oleh lasykar Islam. Palestina tetap berada di
bawah kekuasaan umat Islam selama kira-kira 1350 tahun - kecuali satu masa
pendek yang lamanya 92 tahun, ketika di zaman peperangan salib kekuasaan telah berpindah-tangan — hingga dalam
masa kita ini sebagai akibat rencana-rencana
buruk dari beberapa kekuasaan barat
yang disebut demokrasi, negeri
bernama Palestina itu sama sekali tidak berwujud dan di atas puing-puingnya didirikan negara Israel. Orang-orang Yahudi kembali
ke Palestina setelah mengembara selama hampir 2000 tahun. Tetapi
peristiwa sejarah yang besar ini telah terjadi sebagai pemenuhan suatu nubuatan Al-Quran (QS.17:105).
Nabi Besar Muhammad Saw. dan Agama
Islam
Adalah “Rahmat bagi Seluruh Alam”
Tetapi hal ini hanya merupakan satu babak
sementara saja. Orang-orang Islam
telah ditakdirkan Allah Swt. akan menguasainya kembali. Cepat atau lambat
— malahan lebih cepat daripada lambat
- Palestina akan kembali menjadi milik Islam. Hal ini merupakan keputusan Allah Swt. dan tidak ada seorang pun dapat mengubah keputusan Tuhan.
Ada pun makna firman Allah Swt. وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ --
“Dan Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” adalah
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah pembawa rahmat untuk seluruh umat
manusia, sebab amanat beliau tidak terbatas kepada suatu negeri atau kaum tertentu. Dengan perantaraan beliau saw. bangsa-bangsa dunia telah diberkati,
seperti belum pernah mereka diberkati
sebelum itu.
Dengan
demikian jelaslah bahwa para pengikut
hakiki Nabi Besar Muhammad saw.
-- yang juga merupakan “rahmat bagi seluruh alam” --
itulah yang dimaksud dengan عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ -- “hamba-hamba-Ku yang shaleh”, yang ditakdirkan
Allah Swt. akan menjadi “pewaris” berikutnya dari “negeri yang dijanjikan” (Palestina) tersebut, yakni umat Islam yang beriman
kepada Rasul Akhir Zaman,yakni
Mirza Ghulam Ahmad a.s..
Pewarisan “negeri yang dijanjikan” (Palestina/Kanaan) kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dari kekuasaan kerajaan Kristen
pada masa pemerintahan Khalifah Umarbin Khaththab r.a. sama sekali tidak ada tindakan kekerasan yang
meminta korban jiwa mau pun harta benda, melainkan berlangsung
secara “aman dan damai”, sebab
pada waktu itu keadaan umat Islam
benar-benar merupakan “rahmat bagi
seluruh alam” seperti halnya dengan Nabi Besar Muhammad saw..
Nasihat Khalifatul
Masih V Jemaat Ahmadiyah, Mirza Masroor Ahmad Atba.
Untuk Para Pemimpin Negara-negara Islam dan Penduduknya
Mengisyaratkan kepada kenyataan tersebut Khalifatul
Masih V Jemaat Ahmadiyah, Mirza Masroor Ahmad, dalam khutbah
Jum’at tgl 5 April 2011 di mesjid Baitul
Futuh Morden -- London mengenai pergolakan berdarah yang sedang berlangsung di kawasan negara-negara Islam di Timur Tengah menjelaskan:
“Sekarang, perhatikanlah
kondisi-kondisi yang sedang terjadi.
Tanpa terkecuali, di semua tempat sedang timbul suara bahwa kekayaan bangsa telah dirampas, dan rakyat dimahrumkan (diluputkan) dari hak-hak mereka. Sungguh malang, di antara orang-orang yang secara
khusus mendapatkan nasihat dan peringatan dari Allah Ta’ala itu, justru
yang paling depan dalam melakukan kesalahan-kesalahan tersebut adalah para
pemegang kekuasaan di negara-negara Muslim.
Melindungi nyawa dan harta benda rakyat adalah tanggung jawab pemerintah (pemegang
kekuasaan), kesejahteraan ekonomi
mereka juga merupakan tanggung jawab
pemerintah, kesehatan dan seluruh hak-hak yang lainnya juga merupakan tanggung jawab pemerintah.
Pendek kata, ini semua
merupakan tugas pemerintah (pemegang kekuasaan), hendaklah mereka
melaksanakannya. Dengan tidak melaksanakan tugas-tugas
ini berarti mereka sedang menciptakan kekacauan,
dan dalam pandangan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia berfirman bahwa Dia sangat tidak menyukai kekacauan.
Oleh karena itu, sambil
menghargai kenikmatan-kenikmatan dari
Allah Ta’ala, hendaklan para pemerintah
kita berusaha untuk berjalan di atas asas-asas
dan uswah (contoh) yang telah kami
kemukakan. Ketika Hadhrat Umar r.a.
memerintah, betapa beliau telah menegakkan keadilan,
sehingga ketika pemerintahan Kristen
tegak kembali maka orang-orang Kristen berdoa
sambil menangis, “Semoga orang-orang
Muslim kembali yang memerintah kami.”
Namun, keadaan di sini adalah rakyat
Muslim bangkit untuk menentang pemerintahan
Muslim karena tidak tegaknya keadilan.
Oleh karena itu, ketakwaan yang saat
ini telah habis dan lenyap dari kaum Muslimin
haruslah dicari kembali. Baik pemerintah
ataupun rakyat, jika keduanya
memegang asas itu maka akan berhasil.
Jadi, untuk orang-orang Ahmadi ada perintah yang jelas, yakni hindarkanlah diri sendiri dari dari kekacauan itu. Berdoalah. Jika ada doa-doa
yang terpanjat dari lubuk hati maka suatu saat -- ketika Allah Ta’ala menghendaki -- doa
itu akan dikabulkan, dan akan
mendapatkan keselamatan dari kezaliman-kezaliman jika ada pemerintahan yang zalim, sebagaimana sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Ke depan pun, keadaan
yang nampak setelah pergantian-pergantian
(pemimpin), mungkin menghadirkan keamanan
untuk sementara waktu, ttetapi bukanlah keamanan
untuk selamanya. Demikianlah, pergantian-pergantian yang terjadi, yang merebut kekuasaan setelah melakukan
tindakan zalim, atau membawa revolusi,
maka di antara mereka pun setelah
beberapa waktu akan mulai muncul lagi pemerintahan
yang zalim.
Setelah kepergian
seorang (pemimpin) yang zalim, kemudian datang (pemimpin) zalim
yang lain. Oleh karena itu berdoalah
juga semoga Allah Ta’ala tidak menjadikan pemerintahan
yang zalim
berkuasa atas kita. Semoga Allah menjadikan orang-orang Muslim secara umum dan para pemegang
kekuasaan dapat mengenal kewajiban-kewajiban
dan hak-hak mereka, kemudian mereka
berusaha menunaikannya, dan dapat mengemukakan ajaran Islam yang indah
ke hadapan dunia.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 9 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar