Rabu, 30 Juli 2014

Hubungan kata "Shaffan" (Berjajar-jajar) dengan "Nagara Pajajaran Anyar" & Orang-orang yang "Berwajah Putih" dan Orang-orang yang "Berwajah Hitam" di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   279

Hubungan Kata Shaffan (Berjajar-jajar) dengan “Nagara Pajajaran Anyar” & Orang-orang  yang “Berwajah Putih” dan Orang-orang yang “Berwajah Hitam  di Akhir Zaman


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai   firman Allah Swt. dalam QS.3:103-104 tentang pentingnya  orang-orang yang beriman memiliki ketakwaan yang hakiki, dan pentingnya mereka berpegang teguh kepada “tali Allah”, selanjutnya dalam firman-Nya berikut  ini adalah gambaran  segolongan umat Islam yang  berpegang-teguh kepada “Tali Allah  dalam dalam makna selain berpegang teguh kepada “Al-Quran”, juga  mereka beriman kepada “Rasul Allah” yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5),  firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ
Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu  yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,  menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ   -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar. (Ali ‘Imran [3]:105-106).

Bahaya Perselisihan dan Perpecahan Umat

        Al-khair dalam ayat یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ – “menyeru manusia kepada kebaikan” artinya di sini Islam, sebab  kebajikan  pada umumnya tercakup dalam kata makruf yang datang segera sesudah itu. Nabi BesarMuhammad saw.: “Bila seseorang dari antara kamu melihat suatu kejahatan, hendaklah melenyapkan kejahatan itu dengan tangannya. Bila ia tidak dapat melenyapkan dengan tangannya, maka ia hendaknya melarang dengan lidahnya. Bila ia tidak dapat berbuat hal itu juga, maka hendaknya paling sedikit membenci di dalam hati, dan itulah iman yang paling lemah” (Muslim).
        Peringatan Allah Swt. dalam ayat selanjutnya .  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ   -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka,   وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ  -- dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar”,         menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan di tengah-tengah para Ahlul Kitab untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya ketidak-serasian dan ketidaksepakatan, sebagaimana  yang marak terjadi di Akhir Zaman ini.
 Mengisyaratkan kepada bahaya terjadinya perpecahan   akibat  tidak adanya keselarasan antara ucapan dan perbuatan itu pulalah  peringatan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan.     اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff [61]:3-5).
        Firman Allah Swt.  selanjutnya    اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat” tersebut     menggambar “kesatuan dan persatuan  atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.

Makna Kata “Shaffan   &  Negara “Pajajaran Anyar” Dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi

 Kata  صَفًّا   -- (berjajar-jajar) mengingatkan penulis kepada Wangsit Uga Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) tentang akan berdirinya kembali   kerajaan “Pajajaran Anyar”, sebab kata shaffan (berjajar-jajar atau berbaris-baris) mengisyaratkan  kepada suatu jama’ah  yang bersifat internasional  yang dipimpin oleh seorang  imam, yang dalam bagian akhir dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi disebut dengan Ratu Adil  sering  yang dihubungkan dengan kemunculan Imam Mahdi di Akhir Zaman ini. Sehubungan dengan hal itu Prabu Siliwangi berkata:
       "Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN." (bait 5-8).
Terjemahannya:
     "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).  Walau pun kalian semua berlaku setia kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami  hidup susah, berpakaian compang-camping, dan kelaparan.  Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.  Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN." (bait 5-8).
       Selanjutnya dalam bagian akhir Uga Wangsit  tersebut dijelaskan mengenai Ratu Adil yang memerintah nagara “Pajajaran Anyar”:
      "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA DISARAMBAT. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.  RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU [ADIL], engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA." (bait 69-72).
Terjemahannya:
     Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA akan "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya). Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya]. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat." (bait 69-72).
 Sebutan Ratu  dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi mengenai  kerajaan “Pajajaran Anyar” tersebut bukan merujuk kepada raja perempuan  melainkan lebih mengisyaratkan kepada  sifat “lemah-lembut” dan “kasih-sayang” serta ”keindahan”sesuai dengan  makna sifat  Ahmad Nabi Besar Muhammad saw. yang disebutkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Surah Ash-Shaff (61):7, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata:  ”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah  sihir yang nyata.”
       Berbagai bentuk tindakan keras  dengan mengatasnamakan “jihad di jalan Allah” yang dilaksanakan  segolongan Muslim penganut “garis keras  di berbagai kawasan negeri Muslim di Akhir Zaman ini terbukti tidak membawa manfaat apa pun bagi umumnya umat Islam, bahkan sebaliknya, yakni penderitaan di atas penderitaan seperti contohnya yang saat ini terjadi di Palestina yang menimpa para warga Muslim di jalur Gaza.
      Berbagai makna Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut dijelaskan  selengkapnya dalam Blog “Pajajaran Anyar” –  Hakikat “Mesianisme” (ke-Almasih-an) dalam Al-Quran & Makna “Nagara Pajajaran Anyar” dan “Urang Sunda” Dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi.

 Makna “Tali Allah” dan Pentingnya Berpegang Teguh Pada “Tali Allah

         Kembali kepada  firman-Nya mengenai pentingnya umat Islam  di Akhir zaman ini agar menjadi “satu umat  yang dipimpin oleh seorang imam (pemimpin) yang hakiki:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan.     اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff [61]:3-5).
  Suatu kaum yang berusaha menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia,  pemikiran, gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran, gerakan dan tujuan  Imam mereka yakni Khalifatul Masih, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. dalam  firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ    کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا  -- dan  berpegangteguhlah ka-mu sekalian pada tali Allah   dan  janganlah kamu berpecah-belah,  وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ   -- dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu,   اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ   --  ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا --  maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara. وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  -- dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.   کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ  -- demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104).

Mereka yang “Berwajah Putih” dan yang “Berwajah Hitam

      Peringatan Allah Swt. tersebut terbukti kebenarannya di Akhir Zaman ini di umumnya wilayah umat Islam – terutama di Timur Tengah     --  sehingga  dengan demikian benarlah peringatan Allah Swt. selanjutnya mengenai keadaan orang-orang yang melepaskan pegangan mereka kepada “tali Allah” dan lebih suka mentaati para “thāghūt” sembahan mereka,  yang mengeluarkan mereka dari “cahaya” (keamanan dan ketentraman hidup) kepada berbagai bentuk  kegelapan” (pertentangan dan peperangan),  dan mereka tidak bisa keluar lagi dari berbagai  kegelapan” tersebut,  firman-Nya:
 یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
Pada hari  ketika  wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya   menjadi hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka:  اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ  --  “Apakah  kamu kafir  sesudah beriman?  فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ  -- maka rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu."  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ   --  dan  ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ   -- maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal  di dalamnya.   تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ  -- itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan haq,   وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ   -- dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.   وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ     -- dan  milik Allah-lah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. (Ali ‘Imran [3]:107-110).
      Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan” (QS.3:107, 108; QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila seseorang melakukan perbuatan yang karenanya ia mendapat pujian, orang Arab mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu, yakni “wajah orang itu menjadi putih”. Dan bila ia melakukan suatu pekerjaan yang patut disesali, maka dikatakan  mengenai dia iswadda wajhuhu, yakni  wajahnya telah menjadi hitam.”  
       Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. berikut ini mengenai kesia-siaan melakukan pemaksaan kehendak  melalui tindakan  kekerasan, firman-Nya:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾٪
Tidak ada paksaan  dalam agama. Sungguh  jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan,  فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی  -- karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt   dan beriman kepada Allah, maka sungguh  ia btelah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat  لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ  -- lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ  --   Allah adalah Pelindung orang-orang beriman,  Dia menge-luarkan mereka dari berbagai kege-lapan kepada cahaya, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ -- “dan orang-orang kafir  pelindung mereka adalah thāghūt,  yang   mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai kegelapan,  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- “mereka itu  penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:257-258).
        Thāghūt adalah: orang-orang yang bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala. Kata itu dipakai dalam arti mufrad dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Juli     2014