Selasa, 26 November 2013

"Daya Pensucian Ruhani" Nabi Besar Muhammad saw. Telah Mengubah Bangsa Arab Jahiliyah Menjadi "Manusia-manusia Malaikat"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  83

Daya Pensucian Ruhani” Nabi Besar Muhammad Saw. Telah Mengubah Bangsa Arab Jahiliyah Menjadi “Manusia-manusia Malaikat

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  terjadinya “duel-duel makar  yang  merupakan  Sunnatullah  yang terjadi antara para Rasul Allah dan para penentang mereka --  yang dengan segala cara berusaha untuk menggagalkan misi suci para Rasul Allah Swt. tersebut --  tetapi yang muncul dari “duel makar” tersebut adalah para  Rasul Allah, sebagaimana  firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ ﴿﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah,  dan  jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung.   Maka janganlah engkau   sekali-kali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48).  Lihat pula  QS.13:43;  QS.27:46-54.
       Akibat dari “duel makar” itu pulalah  maka pihak para  rasul Allah  -- yang   karena tidak memiliki sarana-sarana duniawi yang mendukung perjuangan sucinya  -- mereka mendapat penghinaan  dan cemoohan dari para penentangnya yang sangat bangga karena memiliki kekuasaan dan kekayaan duniawi, contohnya Fir’aun dan kaumnya (QS.26:53-60; QS.43:52-57; QS.44:18-30).
       Tetapi  setelah “duel makar” tersebut  keadaan menjadi terbalik, yakni  sarana-sarana duniawi itu pun mulai dianugerahkan Allah Swt. kepada   para rasul Allah dan para pengikutnya, sedangkan keadaan kekuasaan serta kekayaan duniawi para penentang para Rasul Allah  yang mereka bangga-banggakan menjadi sirna (QS.7:5-8; QS.21:12-16; QS. 22:46-49; QS.28:59-61; QS.65:9-11).

Penganugerahan Fā-i (Harta Rampasan Perang) di Khaibar

       Demikian juga Sunnatullah tersebut terjadi pula pada Nabi Besar Muhammad saw.  dan umat Islam,  setelah  dengan izin  dan pertolongan Allah Swt.  mereka berhasil menaklukkan benteng  orang-orang Yahudi di Khaibar, sehingga mereka memperoleh fā-i (harta rampasan perang)  yang ditinggalkan orang-orang Yahudi, firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَفَآءَ اللّٰہُ  عَلٰی رَسُوۡلِہٖ  مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ  عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾  مَاۤ  اَفَآءَ  اللّٰہُ  عَلٰی رَسُوۡلِہٖ  مِنۡ  اَہۡلِ الۡقُرٰی  فَلِلّٰہِ  وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ  لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ کَیۡ لَا یَکُوۡنَ  دُوۡلَۃًۢ  بَیۡنَ الۡاَغۡنِیَآءِ مِنۡکُمۡ ؕ وَ مَاۤ  اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ  فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ  عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ  اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ۘ﴿﴾  لِلۡفُقَرَآءِ  الۡمُہٰجِرِیۡنَ  الَّذِیۡنَ  اُخۡرِجُوۡا  مِنۡ  دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ یَبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ  تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ  ہَاجَرَ  اِلَیۡہِمۡ وَ لَا یَجِدُوۡنَ  فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ حَاجَۃً  مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ یُؤۡثِرُوۡنَ  عَلٰۤی  اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ۚ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا  اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا  الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ  فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ رَءُوۡفٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan  harta rampasan apa pun dari mereka yang Allah berikan kepada Rasul-Nya maka kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta untuk harta itu,  tetapi Allah memberikan kewenangan kepada rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.   Harta apa pun  yang Allah berikan kepada Rasul-Nya sebagai ghanimah dari warga kota, itu bagi Allah dan bagi Rasul dan bagi kaum kerabat dan anak yatim dan orang miskin dan orang musafir, supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya dari kamu. Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan apa   yang dia melarang kamu darinya  maka hindarilah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya  hukuman Allah sangat keras.  Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.   Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan sudah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang-orang yang  hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan dalam dada mereka terhadap  apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir di atas diri mereka sendiri dan walaupun kemiskinan menyertai mereka.  Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah  yang berhasil.   Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:7-11).

Ketakwaan Luarbiasa Para Sahabat  Nabi Besar Muhammad Saw.
Golongan Muhajirin dan Anshar

       Dari firman Allah Swt. tersebut dapat  diketahui  mengenai kepatuhtaatan, keikhlasan dan ketakwaan para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. --  baik dari kalangan  Muhajirin yang hijrah dari Mekkah mau pun dari kalangan Ansharullah Madinah   -- betapa  keimanan kedua golongan Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sama sekali tidak  hubungannya dengan hal-hal yang bersifat duniawi melainkan semata-mata mereka itu mencari keridhaan Allah Swt.
      Kedua golongan Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sepenuhnya melaksanakan firman-Nya:
وَ مَاۤ  اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ  فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ  عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ  اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ
Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan apa   yang dia melarang kamu darinya  maka hindarilah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya  hukuman Allah sangat keras. (Al-Hasyr [59]:8).
     Selanjutnya  Allah Swt. berfirman  mengenai ketakwaan  kaum Muhajirin   dari Mekkah:
   لِلۡفُقَرَآءِ  الۡمُہٰجِرِیۡنَ  الَّذِیۡنَ  اُخۡرِجُوۡا  مِنۡ  دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ یَبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾
Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hasyr [59]:9).
       Sedang mengenai ketakwaan dari para Sahabat beliau saw. dari kalangan Anshar Madinah Allah Swt. berfirman:
وَ الَّذِیۡنَ  تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ  ہَاجَرَ  اِلَیۡہِمۡ وَ لَا یَجِدُوۡنَ  فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ حَاجَۃً  مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ یُؤۡثِرُوۡنَ  عَلٰۤی  اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ۚ﴿﴾ 
Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan sudah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang-orang yang  hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan dalam dada mereka terhadap  apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir di atas diri mereka sendiri dan walaupun kemiskinan menyertai mereka.  Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah  yang berhasil. (Al-Hasyr [59]:10).

Daya Pensucian Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. &
Empat Tugas Utama Nabi Besar Muhammad Saw.

       Pengaruh  daya pensucian ruhani luarbiasa Nabi Besar Muhammad saw. tersebut bukan hanya  memberikan pengaruh  suci terhadap  para Sahabat dari golongan awal saja tetapi juga kepada orang-orang yang beriman sesudah mereka, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا  اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا  الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ  فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ رَءُوۡفٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:11).
      Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai  keberhasilan Nabi Besar Muhammad saw.  melaksanakan empat macam tugas  yang diamanatkan Allah Swt. kepada beliau saw., yaitu:  (1) membacakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah, (2) mensucikan mereka, (3) mengajarkan Kitab, dan (4) mengajarkan  hikmah:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾    ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾

   Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana. Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:1-3).
   Keempat  Sifat  Tasybihiyyah Allah Swt.  yang dikemukakan ayat  2  berhubungan  dengan keempat tugas  Nabi Besar Muhammad Saw.  yang tercantum di dalam ayat 3  berikutnya. Ada pun keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. tersebut   -- yang juga telah diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. --  adalah (1) Al-Malik (Raja Yang Maha Berdaulat), (2) Al-Quddus, (Yang Maha Suci); (3)  Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm (Yang Maha Bijaksana).

Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.

  Tugas suci  Nabi Besar Muhammad saw. – sebagai Rasul Allah yang membawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4) --   meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat 3. Tugas agung dan mulia serta sangat berat  itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf itu, sebelumnya  leluhur beliau saw. yakni  Nabi Ibrahim  a.s. , telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s.. beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
 Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu (Mushlih Rabbani/Reformer) dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya – QS.33:22), suatu jemaat (jama’ah) yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran Islam yang sempurna  itu kepada bangsa lain.
  Didikan yang Nabi Besar Muhammad saw.  berikan kepada para pengikut beliau  saw.   – yakni para Sahabah beliau saw. -- telah memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau  saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***
Pajajaran Anyar,   14 November    2013



 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar