بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 83
“Daya Pensucian Ruhani” Nabi Besar Muhammad Saw. Telah Mengubah Bangsa Arab Jahiliyah Menjadi “Manusia-manusia Malaikat”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai terjadinya “duel-duel makar” yang
merupakan Sunnatullah yang terjadi antara
para Rasul Allah dan para penentang mereka -- yang dengan segala cara berusaha untuk menggagalkan
misi suci para Rasul Allah Swt.
tersebut -- tetapi yang muncul dari “duel makar” tersebut adalah para Rasul
Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا
مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ
مِنۡہُ الۡجِبَالُ ﴿﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh mereka
telah melakukan makar mereka, tetapi makar
mereka ada di sisi Allah, dan jika sekali pun makar
mereka dapat memindahkan gunung-gunung.
Maka janganlah engkau sekali-kali menyangka bahwa Allah
akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki
pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48).
Lihat pula QS.13:43; QS.27:46-54.
Akibat dari
“duel makar” itu pulalah maka pihak para rasul
Allah -- yang karena tidak memiliki sarana-sarana duniawi yang mendukung perjuangan sucinya -- mereka
mendapat penghinaan dan
cemoohan dari para penentangnya
yang sangat bangga karena memiliki kekuasaan dan kekayaan duniawi, contohnya Fir’aun
dan kaumnya (QS.26:53-60; QS.43:52-57; QS.44:18-30).
Tetapi setelah “duel makar” tersebut keadaan
menjadi terbalik, yakni sarana-sarana
duniawi itu pun mulai dianugerahkan Allah Swt. kepada para rasul
Allah dan para pengikutnya, sedangkan keadaan kekuasaan serta kekayaan
duniawi para penentang para Rasul
Allah yang mereka bangga-banggakan
menjadi sirna (QS.7:5-8; QS.21:12-16;
QS. 22:46-49; QS.28:59-61; QS.65:9-11).
Penganugerahan Fā-i (Harta Rampasan Perang) di Khaibar
Demikian
juga Sunnatullah tersebut terjadi
pula pada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, setelah
dengan izin dan pertolongan
Allah Swt. mereka berhasil menaklukkan benteng
orang-orang Yahudi di Khaibar,
sehingga mereka memperoleh fā-i
(harta rampasan perang) yang
ditinggalkan orang-orang Yahudi,
firman-Nya:
وَ
مَاۤ اَفَآءَ اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡہُمۡ فَمَاۤ اَوۡجَفۡتُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ
خَیۡلٍ وَّ لَا رِکَابٍ وَّ لٰکِنَّ اللّٰہَ یُسَلِّطُ رُسُلَہٗ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾ مَاۤ اَفَآءَ
اللّٰہُ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ مِنۡ
اَہۡلِ الۡقُرٰی فَلِلّٰہِ وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ
الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ کَیۡ لَا یَکُوۡنَ دُوۡلَۃًۢ
بَیۡنَ الۡاَغۡنِیَآءِ مِنۡکُمۡ ؕ وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ۘ﴿﴾ لِلۡفُقَرَآءِ
الۡمُہٰجِرِیۡنَ الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا
مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ
یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ
الَّذِیۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ
الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ
ہَاجَرَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَا
یَجِدُوۡنَ فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ
حَاجَۃً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ
یُؤۡثِرُوۡنَ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ
ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَ لِاِخۡوَانِنَا الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا
تَجۡعَلۡ فِیۡ قُلُوۡبِنَا غِلًّا لِّلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا رَبَّنَاۤ اِنَّکَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan harta rampasan apa pun dari mereka yang
Allah berikan kepada Rasul-Nya maka kamu tidak mengerahkan kuda maupun unta untuk harta itu, tetapi Allah
memberikan kewenangan kepada rasul-rasul-Nya atas siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta apa pun yang Allah
berikan kepada Rasul-Nya sebagai ghanimah
dari warga kota, itu bagi Allah
dan bagi Rasul dan bagi kaum kerabat dan anak yatim dan orang miskin dan orang
musafir, supaya harta itu tidak hanya
beredar di antara orang-orang kaya dari kamu. Dan apa yang diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan
apa
yang dia melarang kamu darinya
maka hindarilah, dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya hukuman Allah sangat keras. Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan juga untuk orang-orang yang telah mendirikan rumah di Medinah dan
sudah beriman sebelum mereka,
mereka mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan
dalam dada mereka terhadap apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir
di atas diri mereka sendiri dan
walaupun kemiskinan menyertai mereka.
Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah yang berhasil. Dan orang-orang
yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman.
Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:7-11).
Ketakwaan
Luarbiasa Para Sahabat Nabi Besar
Muhammad Saw.
Golongan Muhajirin dan Anshar
Dari firman
Allah Swt. tersebut dapat diketahui mengenai kepatuhtaatan,
keikhlasan dan ketakwaan para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. -- baik dari kalangan Muhajirin
yang hijrah dari Mekkah mau pun
dari kalangan Ansharullah
Madinah -- betapa keimanan
kedua golongan Sahabat Nabi Besar
Muhammad saw. tersebut sama sekali tidak
hubungannya dengan hal-hal yang
bersifat duniawi melainkan
semata-mata mereka itu mencari keridhaan
Allah Swt.
Kedua
golongan Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sepenuhnya melaksanakan
firman-Nya:
وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ
Dan apa yang
diberikan Rasul kepada kamu maka ambillah itu, dan apa
yang dia melarang kamu darinya
maka hindarilah, dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya hukuman Allah sangat keras. (Al-Hasyr
[59]:8).
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai ketakwaan kaum Muhajirin dari Mekkah:
لِلۡفُقَرَآءِ
الۡمُہٰجِرِیۡنَ الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا
مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اَمۡوَالِہِمۡ
یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا وَّ یَنۡصُرُوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصّٰدِقُوۡنَ ۚ﴿﴾
Harta rampasan itu untuk orang-orang miskin yang
berhijrah yang telah diusir dari rumah mereka dan dari harta mereka, mereka mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hasyr
[59]:9).
Sedang
mengenai ketakwaan dari para Sahabat
beliau saw. dari kalangan Anshar
Madinah Allah Swt. berfirman:
وَ
الَّذِیۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَ
الۡاِیۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ یُحِبُّوۡنَ مَنۡ
ہَاجَرَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَا
یَجِدُوۡنَ فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ
حَاجَۃً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَ
یُؤۡثِرُوۡنَ عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ وَ لَوۡ کَانَ بِہِمۡ خَصَاصَۃٌ
ؕ۟ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
ۚ﴿﴾
Dan juga
untuk orang-orang yang telah
mendirikan rumah di Medinah dan sudah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka, dan mereka tidak mendapati suatu keinginan
dalam dada mereka terhadap apa yang diberikan itu, tetapi mereka mengutamakan para muhajir
di atas diri mereka sendiri dan
walaupun kemiskinan menyertai mereka.
Dan barangsiapa dapat mengatasi keserakahan dirinya maka mereka itulah yang berhasil. (Al-Hasyr
[59]:10).
Daya
Pensucian Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. &
Empat Tugas Utama Nabi Besar
Muhammad Saw.
Pengaruh
daya pensucian ruhani
luarbiasa Nabi Besar Muhammad saw. tersebut bukan hanya memberikan pengaruh suci terhadap para Sahabat dari golongan awal saja tetapi
juga kepada orang-orang yang beriman
sesudah mereka, firman-Nya:
وَ
الَّذِیۡنَ جَآءُوۡ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا وَ
لِاِخۡوَانِنَا الَّذِیۡنَ سَبَقُوۡنَا
بِالۡاِیۡمَانِ وَ لَا تَجۡعَلۡ فِیۡ
قُلُوۡبِنَا غِلًّا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
رَبَّنَاۤ اِنَّکَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan orang-orang
yang datang sesudah mereka, mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman.
Hai Rabb (Tuhan kami), sesungguhnya Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]:11).
Dengan
demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai keberhasilan
Nabi Besar Muhammad saw. melaksanakan empat macam tugas yang diamanatkan Allah Swt. kepada beliau
saw., yaitu: (1) membacakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah, (2)
mensucikan mereka, (3) mengajarkan Kitab,
dan (4) mengajarkan hikmah:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یُسَبِّحُ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی
الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa pun yang ada di
seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Yang Maha
Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana. Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah
[62]:1-3).
Keempat
Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. yang dikemukakan ayat 2
berhubungan dengan keempat tugas Nabi Besar Muhammad Saw. yang tercantum di dalam ayat 3 berikutnya. Ada pun keempat Sifat Tasybihiyyah Allah Swt. tersebut -- yang juga telah diperagakan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. -- adalah (1) Al-Malik
(Raja Yang Maha Berdaulat), (2) Al-Quddus, (Yang Maha Suci);
(3) Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa) (4) Al-Hakīm
(Yang Maha Bijaksana).
Pengabulan
Doa Nabi Ibrahim a.s.
Tugas suci Nabi Besar Muhammad
saw. – sebagai Rasul Allah yang
membawa syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4) -- meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat
3. Tugas agung dan mulia serta sangat berat itulah yang
dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau di tengah-tengah
orang-orang Arab buta huruf itu,
sebelumnya leluhur beliau saw.
yakni Nabi Ibrahim a.s. , telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau
ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s.. beliau
mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu (Mushlih Rabbani/Reformer) dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak
menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya –
QS.33:22), suatu jemaat (jama’ah)
yang pengikut-pengikutnya terdiri
dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas
ajarannya serta mengajarkan falsafat,
arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas
ajarannya itu, kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar
negeri untuk mendakwahkan ajaran Islam yang sempurna itu kepada bangsa lain.
Didikan yang Nabi Besar
Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw.
– yakni para Sahabah beliau
saw. -- telah memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah
ajaran beliau saw. menimbulkan dalam
diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22)
menciptakan di dalam diri mereka kesucian
hati. Kenyataan-dasar agama
itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar