Selasa, 08 Juli 2014

Tiga "Mukjizat Utama" Nabi Besar Muhammad Saw. & "Syaitan-syaitan" Penebar "Fitnah" di Jalan Para Rasul Allah




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   258

    Tiga Mukjizat Utama Nabi Besar Muhammad Saw. & “Syaitan-syaitan” Penerbar Fitnah di Jalan Para Rasul Allah

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai berbagai mukjizat Nabi  Musa a.s., yakni , sebagaimana di zaman Nabi Musa a.s. ketika beliau  berada di Mesir   bersama  Bani Israil   kedudukan tukang-tukang sihir -- dengan kemampuan sihir yang mereka miliki  -- sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah kerajaan Fir’aun, demikian juga pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan para penyair  bangsa Arab Jahiliyah  -- dengan  syair-syair mereka yang mampu “menyihir” para pendengarnya  -- mereka sangat dihormati.
         Sesuai dengan kenyataan itulah maka kedua Rasul Allah pembawa syariat itu pun   --  selain mendapat amanat Ilahi   yang utama untuk mengajak kaumnya kepada Tauhid Ilahi  -- kedua Rasul Allah itu  pun telah dibekali pula dengan berbagai mukjizat, sebagai bukti bahwa mereka benar-benar  orang-orang yang diutus  oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.
       Kenapa demikian? Sebab salah satu dari sekian banyak  tuntutan dari para penentang para Rasul Allah  adalah mereka  menuntut agar para Rasul Allah tersebut memperlihatkan mukjizat  sebagaimana yang mereka kehendaki.  Walau pun sebenarnya tuntutan para penentang Rasul Allah tersebut merupakan alasan yang   dibuat-buat belaka, sebab dalam kenyataan ketika para Rasul Allah  tersebut benar-benar memperlihatkan berbagai mukjizat tetapi mereka tetap saja tidak melepaskan kekafiran  dan penentangan mereka  kepada para Rasul Allah tersebut.

Tiga  Mukjizat   Utama  Nabi Besar Muhammad Saw.

      Berikut firman-Nya mengenai  berbagai mukjizat  yang  atas izin Allah Swt. telah diperlihatkan Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan para pembesarnya  di Mesir:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسٰی تِسۡعَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ فَسۡـَٔلۡ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ اِذۡ جَآءَہُمۡ فَقَالَ لَہٗ  فِرۡعَوۡنُ  اِنِّیۡ لَاَظُنُّکَ یٰمُوۡسٰی مَسۡحُوۡرًا ﴿﴾  قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَاۤ  اَنۡزَلَ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ  وَ الۡاَرۡضِ  بَصَآئِرَ ۚ وَ  اِنِّیۡ  لَاَظُنُّکَ یٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُوۡرًا ﴿﴾  فَاَرَادَ  اَنۡ یَّسۡتَفِزَّہُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ فَاَغۡرَقۡنٰہُ  وَ مَنۡ  مَّعَہٗ  جَمِیۡعًا ﴿﴾ۙ
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah memberi Musa sembilan buah Tanda yang terang,  maka tanyakanlah kepada Bani Israil. Ketika ia datang kepada mereka  maka Fir’aun berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku menganggap engkau, hai Musa, seorang yang kena sihir.”  Ia (Musa) berkata: “Sungguh engkau benar-benar telah mengetahui bahwa sama sekali  tidak ada yang menurunkan Tanda-tanda ini, melainkan  Rabb (Tuhan) seluruh langit dan bumi sebagai bukti-bukti nyata,  dan sesungguhnya aku benar-benar  yakin  engkau, hai Fir’aun, orang yang akan binasa.” Maka  ia  (Fir’aun) telah bertekad mengusir mereka dari negeri itu,  tetapi Kami menenggelamkannya  dan orang-orang yang beserta dia semuanya. (Bani Israil [17]:102-104). Lihat pula  QS.27:12.
     Sembilan Tanda  (mukjizat) Nabi Musa a.s.   yang telah tersebut di tempat lain dalam Al-Quran ialah (a) tongkat (QS.7:108); (b) tangan putih (QS.7:109; QS.27:13); (c) musim kering dan kekurangan buah-buahan (QS.7:131); (d) badai; (e) belalang; (f) kutu; (g) katak; dan (h) azab darah (QS.7:134).
    Dari  9 mukjizat Nabi Musa a.s. tersebut yang paling utama adalah “mukjizat tongkat” karena  dengan perantaraannya Nabi Musa a.s. telah mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun secara telak, sehingga mereka menyatakan beriman kepada Tauhid Ilahi, dan sebagai tanda bahwa  laut yang ada di hadapan Nabi Musa a.s. dan Bani Israil akan segera “terbelah”.
      Demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun – sebagai rekan sejawat Nabi Musa  a.s. sebagai Rasul pembawa syariat   --  dianugerahi pula berbagai jenis mukjizat yang jumlahnya tidak terhitung serta tidak bisa disamai oleh para  Rasul Allah sebelumnya   -- termasuk oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
      Namun demikian ada tiga mukjizat paling besar dari semua mukjizat Nabi Besar Muhammad saw. yang tak tertandingi dari segi kuantitas dan kualitasnya tersebut, yaitu:
      (1) Mukjizat berupa  kesempurnaan Kitab Suci Al-Quran  sebagai KItab suci terakhir dan tersempurna (QS.2:3; QS.15:10; QS.41:42-43);
      (2) kesempurnaan martabat  akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22-25; QS.53:1-19; QS.68:1-8) sebagai bukti kebenaran mukjizat pertama,  
       (3) terciptanya “umat terbaik bagi kemanfaatan seluruh umat manusia hanya dalam waktu 23 tahun saja, yakni umat Islam sebagai bukti kebenaran mukjizat yang pertama dan mukjizat yang kedua (QS.2:144; QS.3:111).

Syaitan-syaitan” Penebar Fitnah di  Jalan Para Rasul Allah

       Namun demikian,   bagaimana pun jelasnya mukjizat-mukjizat  para rasul Allah tersebut  -- terutama mukjizat-mukjizat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut -- tetapi mereka secara zalim senantiasa mendustakannya  dan menganggapnya sebagai  sihir yang nyata (QS.5:111) atau  sihir yang dibuat-buat (QS.28:37);  sihir yang terus berulang (QS.54:3) dan sihir yang diwariskan (QS.74:25).
         Mengapa demikian? Sebab  mukjizat-mukjizat yang dituntut oleh para penentang Rasul Allah tersebut adalah yang berdasarkan keinginan hawa-nafsu mereka yang  bathil (QS.17:91-94). Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ  اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ  الۡجِنِّ  یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا  مَا  ہُمۡ  مُّقۡتَرِفُوۡنَ﴿﴾
Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka, dan   orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpul-kan segala sesuatu berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyak-an mereka  berlaku jahil.    Dan  dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara ins (manusia) dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan, dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, dan mereka menyukainya,  dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan.  (Al-An’ām [6]:112-114).

Kesia-siaan Fitnah dan Tuduhan-tuduhan Dusta Para Penentang Rasul Allah

        Mengisyaratkan kepada mereka itulah para pendosa besar di tiap-tiap negeri  yang dikemukakan firman-Nya berikut ini:
اَوَ مَنۡ کَانَ مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ  اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ اِذَا جَآءَتۡہُمۡ اٰیَۃٌ  قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ حَتّٰی نُؤۡتٰی مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِیَ رُسُلُ اللّٰہِ ؕۘؔ اَللّٰہُ اَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَہٗ ؕ سَیُصِیۡبُ الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا صَغَارٌ عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا کَانُوۡا یَمۡکُرُوۡنَ﴿ ﴾
Dan apakah  orang yang telah mati lalu Kami menghidupkannya dan Kami menjadikan baginya cahaya dan ia berjalan dengan cahaya itu  di tengah-tengah manusia, sama  seperti keadaan  orang yang berada di dalam berbagai macam kegelapan  dan ia  sekali-kali tidak  dapat keluar darinya?  Demikianlah telah ditampakkan indah bagi orang-orang kafir apa yang senantiasa mereka kerjakan.   Dan demikianlah Kami  menjadikan di dalam tiap negeri pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang terkena makar mereka kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menyadarinya.   Dan apabila datang kepada mereka suatu Tanda, mereka berkata:  Kami   tidak akan pernah beriman hingga kami diberi seperti apa yang telah diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah Maha Mengetahui di mana Dia akan menempatkan risalah-Nya. yakni tugas kerasulan,  dan kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras segera akan ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan karena mereka senantiasa melakukan makar. (Al-An’ām [6]:123-125).
      Mengisyaratkan kepada mereka itu pulalah yang dimaksud dengan syaitan-syaitan yang menebar berbagai macam  penghalang  berupa fitnah-fitnah  dan tuduhan-tuduhan dusta lainnya di jalan para Rasul Allah, sehingga banyak orang-orang yang bernasib malang menjadi korban makar buruk mereka, firman-Nya: 
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾  وَّ لِیَعۡلَمَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اِلٰی  صِرَاطٍ  مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan rintangan yang diletakkan oleh syaitan,  dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.    Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai fitnah (ujian) bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit  dan mereka yang hatinya keras, dan se-sungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat.    Dan supaya  diketahui oleh orang-orang yang diberi ilmu  sesung-guhnya Al-Quran itu adalah haq (kebenaran) dari Rabb (Tuhan) engkau lalu  mereka beriman kepadanya dan hati mereka tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah pasti memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman ke jalan yang lu-rus. (Al-Hajj [22]:53-55).

Kesempurnaan Wujud dan Sifat-sifat Allah Swt. & Arti Al-Furqān

        Berikut adalah firman Allah Swt.  dalam Surah Al-Furqān mengenai  kesia-siaan  berbagai fitnah dan  tuduhan  dusta para penentang Nabi Besar Muhammad saw. terhadap beliau saw., dimana tuduhan-tuduhan bathil mereka itu terus berubah-ubah sejalan dengan kesadaran mereka sendiri mengenai betapa   lemahnya tuduhan-tuduhan dusta yang mereka lontarkan  sebelumnya   kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ  لِلۡعٰلَمِیۡنَ  نَذِیۡرَا ۙ﴿﴾  ۣالَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَمۡ  یَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّ لَمۡ  یَکُنۡ لَّہٗ شَرِیۡکٌ فِی الۡمُلۡکِ وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾    وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً  لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا  وَّ لَا حَیٰوۃً   وَّ  لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾ 
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Beberkat Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya, supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan seluruh langit dan bumi,  dan Dia tidak mengambil anak,   tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan,  Dia telah menciptakan segala sesuatu  dan telah menetapkan ukurannya dengan sebaik-baiknya.  Dan  mereka telah mengambil tuhan-tuhan selain Dia  yang tidak menciptakan sesuatu pun bahkan me-reka yang diciptakan, dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula  manfaat kepada diri mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan.  (Al-Furqān (25]:1-4).
      Pernyataan Allah Swt. dalam keempat ayat Surah Al-Furqān  tersebut benar-benar telah “menelanjangi” kesia-siaan  agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang diwarnai dengan berbagai bentuk kemusyrikan.
  Kata tabāraka dalam ayat تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ   --  Maha Beberkat  Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya,” berarti:  bahwa Allah Swt. adalah Wujud Tuhan yang benar-benar sangat mulia sekali; jauh sekali dari segala keaiban, kekotoran, ketidak-sempurnaan, dan segala macam sifat yang cemar; dan memiliki kebaikan yang berlimpah-limpah (QS.6:156 & QS.21:51).
   Karena Al-Quran sepenuhnya merupakan firman (kalam) Allah Swt.  maka sebagaimana halnya Allah Swt., demikian pula Al-Quran pun – sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4)  -- memiliki semua nilai dan sifat yang terkandung dalam kata tabāraka ini.
    Al-Quran tidak hanya bebas sepenuhnya dari segala keaiban dan ketidak-sempurnaan, bahkan juga memiliki semua nilai luhur yang dapat dibayangkan dan yang seharusnya dipunyai oleh syariat terakhir bagi seluruh umat manusia (QS.5:4), dan Al-Quran memilikinya itu dengan sepenuh-sepenuhnya  (QS.4:83; QS.41:42-43; QS.47:25) dan tetap  mendapat pemeliharaan Allah Swt. dalam segala seginya (QS.15:10).
       Dalam ayat tersebut Al-Quran disebut Al-Furqān, kata furqan berarti: sesuatu yang membedakan antara yang benar (haq) dan yang palsu (bathil); keterangan, bukti atau kesaksian, sebab keterangan atau bukti itu gunanya membedakan antara yang benar dan yang salah.
       Kata furqān itu pun mengandung arti pagi atau fajar, sebab fajar memisahkan siang  dari malam. Al-Quran adalah furqan (pembeda) yang paripurna. Di antara seribu satu macam keindahan dan kebagusan yang membedakan Al-Quran dari kitab-kitab wahyu lainnya, dan yang menegakkan keunggulannya di atas kitab-kitab itu semuanya, dua macam nampak jelas sekali, yakni:
      (a) Al-Quran tidak membuat pernyataan atau pengakuan yang tidak didukung oleh bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang sehat dan kuat,
     (b) Al-Quran membuat kebenaran itu begitu nyata bedanya dari kepalsuan sebagaimana nyata benar bedanya siang hari dari malam hari.
      Oleh karena hanya Al-Quran sajalah yang benar-benar merupakan peringatan yang paling sempurna bagi seluruh umat manusia,  yang merupakan kewajiban Nabi Besar Muhammad saw. untuk menyampaikannya  kepada seluruh alam, firman-Nya:  لِیَکُوۡنَ  لِلۡعٰلَمِیۡنَ  نَذِیۡرَا  -- “supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam,” firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  اِنَّاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ  نَذِیۡرًا ﴿ۙ﴾ وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ  بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿﴾  وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan  sebagai penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya.   Dan berilah kabar gembira  kepada orang-orang beriman  bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah. (Al-Ahzāb [33]:46-48).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  15 Juni    2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar