بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 258
Tiga Mukjizat
Utama Nabi Besar Muhammad Saw. & “Syaitan-syaitan”
Penerbar Fitnah di Jalan Para Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai berbagai mukjizat
Nabi Musa a.s., yakni , sebagaimana di
zaman Nabi Musa a.s. ketika
beliau berada di Mesir bersama
Bani Israil kedudukan tukang-tukang sihir -- dengan kemampuan
sihir yang mereka miliki -- sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah
kerajaan Fir’aun, demikian juga pada
masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
kedudukan para penyair bangsa Arab Jahiliyah -- dengan
syair-syair mereka yang mampu
“menyihir” para pendengarnya -- mereka
sangat dihormati.
Sesuai dengan kenyataan itulah maka
kedua Rasul Allah pembawa syariat itu pun --
selain mendapat amanat Ilahi yang utama untuk mengajak kaumnya kepada Tauhid Ilahi -- kedua Rasul
Allah itu pun telah dibekali pula dengan berbagai mukjizat, sebagai bukti bahwa mereka benar-benar
orang-orang yang diutus oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.
Kenapa demikian? Sebab salah satu dari sekian banyak tuntutan
dari para penentang para Rasul Allah adalah mereka
menuntut agar para Rasul Allah tersebut memperlihatkan mukjizat
sebagaimana yang mereka kehendaki. Walau pun sebenarnya tuntutan para penentang Rasul
Allah tersebut merupakan alasan
yang dibuat-buat belaka, sebab dalam
kenyataan ketika para Rasul Allah tersebut benar-benar memperlihatkan berbagai mukjizat tetapi mereka tetap saja tidak melepaskan kekafiran dan penentangan
mereka kepada para Rasul Allah tersebut.
Tiga Mukjizat Utama Nabi Besar Muhammad Saw.
Berikut firman-Nya mengenai
berbagai mukjizat yang
atas izin Allah Swt. telah
diperlihatkan Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun
dan para pembesarnya di Mesir:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسٰی تِسۡعَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ
فَسۡـَٔلۡ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِذۡ
جَآءَہُمۡ فَقَالَ لَہٗ فِرۡعَوۡنُ اِنِّیۡ لَاَظُنُّکَ یٰمُوۡسٰی مَسۡحُوۡرًا ﴿﴾ قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَاۤ
اَنۡزَلَ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا رَبُّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ بَصَآئِرَ ۚ وَ اِنِّیۡ
لَاَظُنُّکَ یٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُوۡرًا ﴿﴾ فَاَرَادَ اَنۡ یَّسۡتَفِزَّہُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ
فَاَغۡرَقۡنٰہُ وَ مَنۡ مَّعَہٗ
جَمِیۡعًا ﴿﴾ۙ
Dan sungguh Kami
benar-benar telah memberi Musa sembilan buah Tanda yang terang, maka tanyakanlah kepada Bani Israil. Ketika ia datang kepada mereka maka
Fir’aun berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku menganggap engkau, hai
Musa, seorang yang kena sihir.” Ia (Musa)
berkata: “Sungguh engkau benar-benar
telah mengetahui bahwa sama sekali tidak ada yang menurunkan Tanda-tanda ini,
melainkan Rabb (Tuhan) seluruh langit
dan bumi sebagai bukti-bukti nyata, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin engkau, hai Fir’aun, orang yang akan binasa.” Maka
ia (Fir’aun) telah bertekad mengusir mereka dari negeri itu, tetapi Kami menenggelamkannya dan orang-orang yang beserta dia semuanya.
(Bani
Israil [17]:102-104). Lihat pula
QS.27:12.
Sembilan Tanda (mukjizat) Nabi Musa
a.s. yang telah tersebut di tempat lain dalam
Al-Quran ialah (a) tongkat (QS.7:108); (b) tangan putih (QS.7:109;
QS.27:13); (c) musim kering dan kekurangan buah-buahan (QS.7:131); (d)
badai; (e) belalang; (f) kutu; (g) katak; dan (h)
azab darah (QS.7:134).
Dari 9 mukjizat Nabi Musa a.s. tersebut yang
paling utama adalah “mukjizat tongkat”
karena dengan perantaraannya Nabi Musa
a.s. telah mengalahkan tukang-tukang
sihir Fir’aun secara telak, sehingga mereka menyatakan beriman kepada Tauhid Ilahi,
dan sebagai tanda bahwa laut yang ada di hadapan Nabi Musa a.s.
dan Bani Israil akan segera “terbelah”.
Demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun – sebagai rekan sejawat Nabi Musa a.s. sebagai Rasul pembawa syariat --
dianugerahi pula berbagai jenis mukjizat
yang jumlahnya tidak terhitung serta tidak bisa disamai oleh para Rasul
Allah sebelumnya -- termasuk oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Namun demikian ada tiga mukjizat
paling besar dari semua mukjizat Nabi
Besar Muhammad saw. yang tak tertandingi dari segi kuantitas dan kualitasnya
tersebut, yaitu:
(1) Mukjizat berupa kesempurnaan
Kitab Suci Al-Quran sebagai KItab suci terakhir dan tersempurna (QS.2:3;
QS.15:10; QS.41:42-43);
(2) kesempurnaan martabat akhlak
dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.33:22-25; QS.53:1-19; QS.68:1-8) sebagai bukti kebenaran mukjizat pertama,
(3)
terciptanya “umat terbaik” bagi kemanfaatan seluruh umat manusia hanya dalam waktu 23 tahun saja, yakni umat Islam sebagai bukti kebenaran mukjizat yang pertama dan mukjizat yang kedua (QS.2:144;
QS.3:111).
“Syaitan-syaitan” Penebar Fitnah di Jalan
Para Rasul Allah
Namun demikian, bagaimana pun
jelasnya mukjizat-mukjizat para rasul
Allah tersebut -- terutama mukjizat-mukjizat Nabi Besar Muhammad
saw. tersebut -- tetapi mereka secara zalim
senantiasa mendustakannya dan menganggapnya sebagai sihir
yang nyata (QS.5:111) atau sihir yang dibuat-buat (QS.28:37); sihir
yang terus berulang (QS.54:3) dan sihir yang diwariskan (QS.74:25).
Mengapa demikian? Sebab mukjizat-mukjizat yang dituntut oleh para penentang Rasul Allah
tersebut adalah yang berdasarkan keinginan hawa-nafsu
mereka yang bathil (QS.17:91-94). Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.
berikut ini:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ
الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ
حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا
کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی
بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ
لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ
لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ﴿﴾
Dan seandainya pun Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat
kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpul-kan segala sesuatu
berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyak-an mereka berlaku jahil. Dan dengan
cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara ins (manusia) dan
jin, sebagian mereka membisikkan
kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan, dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman
kepada akhirat cenderung kepada bisikan
itu, dan mereka menyukainya, dan supaya
mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’ām
[6]:112-114).
Kesia-siaan Fitnah dan Tuduhan-tuduhan Dusta Para Penentang Rasul Allah
Mengisyaratkan kepada
mereka itulah para pendosa besar di
tiap-tiap negeri yang dikemukakan firman-Nya berikut ini:
اَوَ مَنۡ کَانَ
مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ
بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ
مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِذَا جَآءَتۡہُمۡ اٰیَۃٌ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ حَتّٰی نُؤۡتٰی
مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِیَ رُسُلُ اللّٰہِ ؕۘؔ اَللّٰہُ اَعۡلَمُ
حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَہٗ ؕ سَیُصِیۡبُ الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا صَغَارٌ عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا کَانُوۡا یَمۡکُرُوۡنَ﴿ ﴾
Dan apakah orang yang telah mati lalu Kami
menghidupkannya dan Kami menjadikan
baginya cahaya dan ia
berjalan dengan cahaya itu di
tengah-tengah manusia, sama seperti keadaan orang
yang berada di dalam berbagai macam kegelapan dan ia sekali-kali
tidak dapat keluar darinya?
Demikianlah telah ditampakkan indah bagi orang-orang
kafir apa yang senantiasa mereka kerjakan. Dan demikianlah Kami menjadikan di dalam tiap negeri
pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka
melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang terkena makar mereka
kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menyadarinya. Dan
apabila datang kepada mereka suatu Tanda, mereka berkata: ”Kami tidak akan pernah beriman
hingga kami diberi seperti apa yang
telah diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah Maha Mengetahui di mana Dia
akan menempatkan risalah-Nya. yakni tugas kerasulan, dan kehinaan
di sisi Allah dan azab yang keras
segera akan ditimpakan kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan karena mereka senantiasa melakukan makar. (Al-An’ām [6]:123-125).
Mengisyaratkan kepada mereka
itu pulalah yang dimaksud dengan syaitan-syaitan yang menebar berbagai macam penghalang berupa fitnah-fitnah
dan tuduhan-tuduhan dusta lainnya di jalan para Rasul Allah, sehingga banyak orang-orang yang bernasib malang menjadi korban makar
buruk mereka, firman-Nya:
وَ مَاۤ
اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ اِلَّاۤ
اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ
اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ
یُحۡکِمُ اللّٰہُ اٰیٰتِہٖ ؕ وَ
اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡعَلَ مَا
یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ
الۡقَاسِیَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾ وَّ لِیَعۡلَمَ
الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ
فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Dan Kami tidak
pernah mengirim seorang rasul dan tidak
pula seorang nabi melainkan apabila
ia menginginkan sesuatu maka syaitan
meletakkan hambatan pada
keinginannya, tetapi Allah
melenyapkan rintangan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Supaya
Dia menjadikan rintangan yang
diletakkan oleh syaitan sebagai fitnah
(ujian) bagi orang-orang yang dalam
hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan se-sungguhnya orang-orang yang zalim itu
benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan supaya diketahui
oleh orang-orang yang diberi ilmu
sesung-guhnya Al-Quran itu
adalah haq (kebenaran) dari Rabb (Tuhan) engkau lalu mereka
beriman kepadanya dan hati mereka
tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah
pasti memberi petunjuk kepada orang-orang
yang beriman ke jalan yang lu-rus.
(Al-Hajj
[22]:53-55).
Kesempurnaan
Wujud dan Sifat-sifat Allah Swt. & Arti Al-Furqān
Berikut adalah firman Allah Swt.
dalam Surah Al-Furqān
mengenai kesia-siaan berbagai fitnah dan tuduhan dusta para
penentang Nabi Besar Muhammad saw.
terhadap beliau saw., dimana tuduhan-tuduhan
bathil mereka itu terus berubah-ubah
sejalan dengan kesadaran mereka
sendiri mengenai betapa lemahnya tuduhan-tuduhan dusta yang
mereka lontarkan sebelumnya kepada Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی
عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ لِلۡعٰلَمِیۡنَ نَذِیۡرَا ۙ﴿﴾ ۣالَّذِیۡ لَہٗ
مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَمۡ
یَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّ لَمۡ یَکُنۡ
لَّہٗ شَرِیۡکٌ فِی الۡمُلۡکِ وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا ﴿﴾ وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ
اٰلِہَۃً لَّا یَخۡلُقُوۡنَ
شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا
نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا وَّ
لَا حَیٰوۃً وَّ لَا نُشُوۡرًا ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Maha Beberkat Dia, Yang
telah menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya, supaya ia menjadi
pemberi peringatan bagi seluruh alam. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan seluruh langit dan bumi, dan Dia tidak mengambil anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan, Dia
telah menciptakan segala sesuatu dan
telah menetapkan ukurannya dengan sebaik-baiknya. Dan mereka
telah mengambil tuhan-tuhan selain Dia yang tidak menciptakan sesuatu pun bahkan me-reka yang diciptakan, dan mereka
tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula manfaat kepada diri
mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas
kebangkitan. (Al-Furqān (25]:1-4).
Pernyataan
Allah Swt. dalam keempat ayat Surah Al-Furqān tersebut benar-benar telah “menelanjangi” kesia-siaan agama-agama
dan kepercayaan-kepercayaan yang
diwarnai dengan berbagai bentuk kemusyrikan.
Kata tabāraka
dalam ayat تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ
الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ -- “Maha
Beberkat Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān kepada
hamba-Nya,” berarti: bahwa Allah Swt. adalah Wujud Tuhan yang benar-benar sangat
mulia sekali; jauh sekali dari segala keaiban,
kekotoran, ketidak-sempurnaan, dan segala macam sifat yang cemar; dan memiliki kebaikan
yang berlimpah-limpah (QS.6:156 & QS.21:51).
Karena Al-Quran sepenuhnya merupakan firman (kalam) Allah Swt. maka sebagaimana
halnya Allah Swt., demikian pula Al-Quran pun – sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) -- memiliki semua nilai dan sifat yang
terkandung dalam kata tabāraka ini.
Al-Quran tidak hanya bebas sepenuhnya dari segala keaiban
dan ketidak-sempurnaan, bahkan juga memiliki semua nilai luhur yang dapat dibayangkan dan yang seharusnya dipunyai oleh syariat
terakhir bagi seluruh umat manusia (QS.5:4), dan Al-Quran memilikinya itu dengan sepenuh-sepenuhnya (QS.4:83; QS.41:42-43; QS.47:25) dan
tetap mendapat pemeliharaan Allah Swt. dalam segala seginya (QS.15:10).
Dalam
ayat tersebut Al-Quran disebut Al-Furqān, kata furqan berarti: sesuatu yang membedakan
antara yang benar (haq) dan yang palsu (bathil); keterangan, bukti atau kesaksian, sebab keterangan atau bukti itu
gunanya membedakan antara yang benar dan yang salah.
Kata furqān
itu pun mengandung arti pagi atau fajar, sebab fajar memisahkan siang
dari malam. Al-Quran adalah furqan
(pembeda) yang paripurna. Di antara seribu satu macam keindahan dan kebagusan
yang membedakan Al-Quran dari kitab-kitab wahyu lainnya, dan yang
menegakkan keunggulannya di atas kitab-kitab itu semuanya, dua macam
nampak jelas sekali, yakni:
(a) Al-Quran tidak membuat pernyataan atau pengakuan yang tidak didukung oleh bukti-bukti dan keterangan-keterangan
yang sehat dan kuat,
(b) Al-Quran membuat kebenaran itu begitu nyata bedanya dari kepalsuan sebagaimana nyata benar bedanya siang hari dari malam hari.
Oleh karena hanya Al-Quran sajalah yang benar-benar merupakan peringatan yang paling sempurna
bagi seluruh umat manusia, yang merupakan kewajiban Nabi Besar Muhammad saw. untuk menyampaikannya kepada
seluruh alam, firman-Nya: لِیَکُوۡنَ لِلۡعٰلَمِیۡنَ نَذِیۡرَا -- “supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh
alam,” firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ اِنَّاۤ
اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ
نَذِیۡرًا ﴿ۙ﴾ وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ
بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿﴾ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Wahai Nabi,
sesungguhnya Kami mengutus engkau
sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan sebagai
penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
beriman bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah.
(Al-Ahzāb
[33]:46-48).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 15 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar