بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 270
Nubuatan Berulang Kebebasan Melakukan Ibadah
Haji Bagi Seluruh Muslim
& Perumpamaan Dua Golongan Pengikut Sejati Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai salah satu persamaan antara keadaan
Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam
di masa awal dengan keadaan yang
dialami Jemaat Muslim Ahmadiyah di
Akhir zaman ini, adalah ketika secara berjama’ah dilarang keras untuk
mengunjungi Ka’bah (Baitullah) oleh pihak yang menganggap diri mereka
sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah),
yakni mereka dilarang keras melaksanakan ibadah haji karena dianggap sebagai golongan Non-Muslim
serta dianggap golongan yang “sesat dan menyesatkan”, dengan alasan
bahwa Jemaat Muslim Ahmadiyah telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada semua
umat beragama (QS.61:10; QS.77:12).
Nubuatan
Berulang Mengenai Kebebasan Melakukan
Ibadah Haji Ke Baitullah
Namun kenyataan membuktikan, bahwa kebenaran nubuatan
yang tercantum dalam firman-Nya berikut ini, insya Allah, akan kembali terulang sebagaimana yang terjadi di
masa Nabi Besar Muhammad saw., ketika beliau saw. bersama serombongan sahabat beliau saw. dilarang
melakukan ‘umrah:, yang kemudian
menghasilkan “Perjanjian Hudaibiyah” -- yang disebut Allah Swt. sebagai “kemenangan yang nyata” (QS.48:2) --
walau dilihat selintas hampir seluruh butir-butir “Perjanjian Hudaibiyah” tersebut
sangat merugikan Nabi
Besar Muhammad saw. -- firman-Nya:
لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ
الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ
لَتَدۡخُلُنَّ الۡمَسۡجِدَ
الۡحَرَامَ اِنۡشَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ
ۙ مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ
مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ
فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ
مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿﴾
Sungguh Allah
benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya
dengan benar, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan
aman jika Allah menghendaki,
dengan mencukur habis rambut kepala kamu
atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagi kamu selain
itu satu kemenangan yang dekat. (Al-Fath
[48]:28).
Ayat ini menunjuk kepada rukya
atau kasyaf (penglihatan
ruhani) yang telah dilihat
Nabi Besar Muhammad saw. yaitu,
beliau saw. sedang bertawaf bersama
para sahabat (Bukhari). Untuk menggenapi rukya tersebut lalu beliau saw. bertolak ke Mekkah disertai kurang
lebih 1500 sahabat untuk melaksanakan
‘umrah. Tetapi beliau saw. tidak
diizinkan (dilarang) oleh
orang-orang Quraisy menghampiri Ka’bah, walaupun Surah ini menerangkan
dengan tegas bahwa kasyaf atau rukya Nabi Besar Muhammad saw. tersebut benar dan bahwa orang-orang Muslim pasti akan memasuki kota Mekkah dan menunaikan ibadah umrah.
Perjalanan Nabi Besar Muhammad
saw. tersebut, di samping memenuhi
maksud-maksud lain yang bermanfaat
dan telah disinggung sebelum ini, menetapkan suatu kenyataan penting, bahwa nabi-nabi
Allah pun kadangkala memberi takwil
yang nampaknya keliru mengenai rukya-rukya
mereka, tetapi hal-hal tersebut bukan kesalahan
yang menimbulkan kerugian --
sebagaimana kekeliruan Adam menanggapi “tipu-daya Iblis” (QS.7:20-23;
QS.20:116-124) -- karena dari “kesalahan”
tersebut justru muncul hal-hal lainnya yang penuh hikmah yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Guna
lebih menekankan benarnya nubuatan yang tercantum dalam firman-Nya tersebut,
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ
الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا﴿ؕ﴾
Dia-lah Yang telah mengutus
Rasul-Nya
dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama. Dan cukuplah
Allah sebagai Saksi. (Al-Fath
[48]:29).
Dua Perumpamaan “Muslim”
Pengikut Nabi Besar Muhammad saw. Dalam Taurat
dan Injil
Ayat ini menyampaikan suatu nubuatan yang berani, bahwa Islam pada akhirnya akan mengungguli bukan saja orang-orang
musyrik Mekkah, bahkan semua agama
lain. Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai perumpamaan dua “golongan Islam” hakiki yang sama
namun keduanya dipisahkan oleh jarak waktu yang cukup lama:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud
mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas
sujud, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ
-- demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ -- dan perumpaman
mereka dalam Injil adalah
laksana tanaman yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian menjadi kuat,
kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya, لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ
-- supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir
dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا -- dan Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan berbuat amal saleh
di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath
[48]:30).
Inilah dua macam ciri khas penting bagi suatu bangsa
maju dan jaya yang berusaha
meninggalkan jejak mereka di atas
jalur peristiwa sejarah dunia. Di
lain tempat dalam Al-Quran (QS.5:55) orang-orang Muslim sejati dan baik telah dilukiskan
sebagai yang baik hati dan rendah hati terhadap orang-orang mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang
kafir, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ
بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ
اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang
yang beriman, barangsiapa di antara
kamu murtad dari
agamanya maka Allah segera akan
mendatangkan suatu kaum, یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- Dia akan mencintai mereka
dan mereka pun akan mencintai-Nya,
اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap
orang-orang beriman dan keras
terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ
-- mereka akan berjuang di jalan Allah, وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- dan tidak takut akan celaan
seorang pencela. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ
یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ -- itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan
Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ -- sesungguhnya Pelindung
kamu adalah Allah dan Rasul-Nya,
وَ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ -- dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا -- dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya
dan mereka yang beriman sebagai pelindung, فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡغٰلِبُوۡنَ --
maka sesungguhnya jamaat
Allah pasti menang (Al-Māidah
[5]:55-57).
Kembali kepada QS.48:30, kata-kata, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ—“demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang
diberikan oleh Bible, yakni: “Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya
dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades” (Terjemahan ini
dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia”
tahun 1958).
Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran
and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari
gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Peny).
Dan ungkapan وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ -- “dan
perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman, “ dapat ditujukan
kepada perumpamaan lain dalam Bible,
yaitu: “Adalah seorang penabur keluar hendak menabur benih;
maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah
burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang
berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh,
sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan
sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak
dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula
separuh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus,
ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8).
Perumpamaan yang pertama dalam Taurat nampaknya
dikenakan kepada para sahabat Nabi
Besar Muhammad saw., yang karena
oleh tuntutan keadaan terpaksa harus melakukan peperangan secara fisik guna membela diri
dan membela orang-orang yang teraniaya (QS.4:75-76) dan menegakkan kebebasan beragama serta berkeyakinan (QS.22:40; QS.8:40).
Perumpamaan Muslim Pengikut Nabi Besar Muhammad saw. Dalam Injil & Mereka yang Melanggar Perintah Allah Swt.
Perumpamaan yang kedua dalam Injil
dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yaitu Al-Masih
Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, yang jama’ahnya berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil
dan tidak berarti, telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur
tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang
atas semua agama (QS.61:10) tanpa
melakukan kekerasan dan paksaan (QS.2:257) sehingga lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan
dan pamornya.
Dengan demikian jelaslah, bahwa pihak-pihak yang melakukan
pelarangan melakukan ibadah
haji kepada sesama Muslim -- termasuk Jemaat
Muslim Ahmadiyah -- mereka itu
telah menjadi penentang yang nyata
terhadap perintah Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya:
وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ
رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ
﴿ۙ﴾
”Dan umumkanlah
kepada manusia untuk ibadah haji,
mereka akan datang kepada engkau
berjalan kaki dan menunggang unta
yang kurus, datang dari segenap
penjuru yang jauh-jauh. (Al-Hājj [22]:28).
Bahkan,
mereka pun telah menjadi penentang
perintah Allah Swt. dalam firman-Nya
berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا
بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی
الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا
شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا
الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ
اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ
صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا
عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ
الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang
berkaki empat, kecuali apa yang akan diberitahukan kepada
kamu, dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama
kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah
menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki. Hai orang-orang
yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah, jangan
mencemari Bulan Haram, jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang
kurban yang ditandai kalung,
وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا -- dan jangan
mencemari yakni menghalangi orang-orang
yang menziarahi Baitul Haram untuk mencari karunia dan keridhaan
dari Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila
kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu. وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ
عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan
janganlah kebencian
sesuatu kaum kepada kamu
karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorong kamu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی
الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ -- dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).
“Negeri
yang Dijanjikan” Diwarisi oleh Para Pecinta
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Sikap
mereka sebagai “tuan rumah” bagi para “tamu
Allah” dan sebagai “pemelihara” Ka’bah (Batullah), jika melanggar perintah Allah Swt. dalam
firman-Nya tersebut benar-benar tidak
sesuai dengan perintah Allah Swt.
kepada “tuan rumah” dan “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) yang
pertama kali mendapat amanat dari
Allah Swt. secara sah, yaitu Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.,
firman-Nya:
وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ
اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ
اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ
وَ اَمۡنًا -- tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی --
dan jadikanlah
maqām Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ -- “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” (Al-Baqarah
[2]:126).
Perintah Allah Swt. dalam ayat وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ
عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan
janganlah kebencian
sesuatu kaum kepada kamu
karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorongmu melampaui batas,”
(QS.5:3), di dalamnya terdapat peringatan
keras Allah Swt. -- dan juga
merupakan nubuatan yang pasti
akan terjadi -- kepada pihak-pihak yang
menjadi “pemelihara” Ka’bah
(Baitullah), baik mereka yang meraih kedudukan sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) tersebut melalui
proses politik, mau pun mendapat amanat langsung dari Allah Swt.
sebagai “pewaris” yang dijanjikan Allah Swt..
Mengenai “pewaris”
hakiki sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) sebagai amanat dari-Nya, Allah Swt. berirman:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Dan sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam Kitab
Zabur, sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang
shalih. Sesungguhnya dalam hal ini
ada suatu amanat bagi kaum yang
beribadah. (Al-Anbiya [21]:106-107).
Yang dimaksud dengan “bumi itu”
adalah Kanaan atau Palestina. Para pujangga Kristen
menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan
dipusakai” atau “tanah itu akan
dipusakai” dalam Mazmur
dalam artian mewarisi Kanaan menurut
“janji dalam perjanjian Tuhan".
Isyarat
dalam kata-kata “dalam kitab Daud”
ditujukan kepada Mazmur 37:9,
11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan
dalam Kitab Ulangan (28:11
dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan
diberikan kepada Bani Israil. Dan atas adanya nubuatan itulah Nabi Musa a.s. bersama Nabi Harun a.s. mengajak Bani Israil yang baru lepas dari
penjajahan Dinasti Fir’aun selama 400
tahun di Mesir untuk memasuki “negeri
yang dijanjikan” tersebut, tetapi
mereka menolaknya karena takut terhadap bangsa-bangsa non-Bani Israil yang berada di dalamnya
(QS.5:21-27).
Selanjutnya sesuai dengan janji Allah Swt. “negeri yang dijanjikan” tersebut diwarisi oleh bangsa-bangsa
Kristen yang mempercayai Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. -- walau pun telah diwarnai dengan kemusyrikan -- setelah orang-orang
Yahudi terusir dari ”negeri yang dijanjikan” tersebut oleh
serangan panglima Titus dari kerajaan
Romawi (Matius 24:1-28;
QS.17:5-11).
Sejak saat
itulah Bani Israil bukan saja telah
kehilangan nikmat kenabian
akibat upaya pembunuhan terhadap Nabi isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159; QS.5:79-82),
juga mereka pun selama 2000 tahun telah
kehilangan “negeri” mereka
yakni “negeri yang dijanjikan”,
dan selama itu orang-orang Yahudi menjadi bangsa tercerai
berai di berbagai pelosok dunia. Palestina tetap di tangan bangsa-bangsa Kristen hingga orang-orang Islam menaklukkannya di masa
khilafat Sayyidina Umar bin
Khaththab r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad saw..
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 25 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar