Sabtu, 19 Juli 2014

Nubuatan Berulang Kebebasan Melakukan Ibadah Haji Bagi Seluruh Muslim & Perumpamaan Dua Golongan Pengikut Sejati Nabi Besar Muhammad Saw.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   270

      Nubuatan Berulang   Kebebasan Melakukan Ibadah Haji Bagi Seluruh Muslim &    Perumpamaan  Dua Golongan Pengikut Sejati Nabi Besar Muhammad Saw.

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai salah satu  persamaan antara keadaan Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam di masa awal dengan keadaan yang dialami  Jemaat Muslim Ahmadiyah  di Akhir zaman ini, adalah ketika secara berjama’ah dilarang keras  untuk mengunjungi Ka’bah (Baitullah) oleh pihak yang menganggap diri mereka sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah), yakni mereka dilarang keras  melaksanakan ibadah haji karena dianggap sebagai golongan  Non-Muslim  serta dianggap golongan yang “sesat dan menyesatkan”, dengan  alasan bahwa Jemaat Muslim Ahmadiyah telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada semua umat beragama (QS.61:10; QS.77:12).

Nubuatan Berulang Mengenai Kebebasan Melakukan Ibadah Haji  Ke Baitullah

      Namun  kenyataan membuktikan, bahwa  kebenaran nubuatan yang tercantum dalam firman-Nya berikut ini, insya Allah,  akan kembali terulang sebagaimana yang terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw., ketika beliau saw. bersama  serombongan sahabat beliau saw. dilarang melakukan ‘umrah:, yang kemudian menghasilkan “Perjanjian Hudaibiyah -- yang disebut Allah Swt. sebagai “kemenangan yang nyata” (QS.48:2) -- walau   dilihat selintas   hampir seluruh butir-butir “Perjanjian Hudaibiyah” tersebut sangat  merugikan    Nabi Besar Muhammad saw. -- firman-Nya:
لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ  رَسُوۡلَہُ  الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ  لَتَدۡخُلُنَّ  الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡشَآءَ اللّٰہُ  اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ  رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا  تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ  مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ  دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi  rukya  Rasul-Nya  dengan benar, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepala kamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang  tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagi kamu selain itu satu kemenangan yang dekat. (Al-Fath [48]:28).
     Ayat ini menunjuk kepada rukya  atau kasyaf  (penglihatan  ruhani) yang telah dilihat Nabi Besar Muhammad saw.   yaitu, beliau saw. sedang bertawaf bersama para sahabat (Bukhari).  Untuk menggenapi rukya tersebut lalu beliau saw. bertolak ke Mekkah disertai kurang lebih 1500 sahabat untuk melaksanakan ‘umrah. Tetapi beliau  saw. tidak diizinkan  (dilarang)  oleh orang-orang Quraisy menghampiri Ka’bah, walaupun Surah ini menerangkan dengan tegas bahwa kasyaf atau rukya Nabi Besar Muhammad saw.    tersebut  benar dan bahwa orang-orang Muslim pasti akan memasuki kota Mekkah dan menunaikan ibadah umrah.
   Perjalanan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut,  di samping memenuhi maksud-maksud lain yang bermanfaat dan telah disinggung sebelum ini, menetapkan suatu kenyataan penting,  bahwa nabi-nabi Allah pun kadangkala memberi takwil yang nampaknya keliru mengenai  rukya-rukya mereka, tetapi hal-hal tersebut bukan kesalahan yang menimbulkan kerugian -- sebagaimana kekeliruan Adam menanggapi “tipu-daya Iblis” (QS.7:20-23; QS.20:116-124) -- karena dari “kesalahan” tersebut justru muncul hal-hal lainnya yang penuh hikmah yang sebelumnya tidak terbayangkan.
   Guna lebih menekankan    benarnya nubuatan  yang tercantum dalam firman-Nya tersebut, selanjutnya  Allah Swt. berfirman:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ  لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ  شَہِیۡدًا﴿ؕ﴾
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama.  Dan  cukuplah Allah sebagai Saksi. (Al-Fath [48]:29).

Dua Perumpamaan   “Muslim” Pengikut Nabi Besar Muhammad saw. Dalam Taurat dan Injil

   Ayat ini menyampaikan suatu nubuatan yang berani, bahwa Islam pada akhirnya akan mengungguli bukan saja orang-orang  musyrik Mekkah, bahkan semua agama lain.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai perumpamaan dua “golongan Islam” hakiki yang sama  namun  keduanya dipisahkan oleh jarak waktu yang cukup lama:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud,  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  --  demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ   -- dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya, لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ  --  supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu.  وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا  -- dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).
  Inilah dua macam ciri khas penting bagi suatu bangsa maju dan jaya yang berusaha meninggalkan jejak mereka di atas jalur peristiwa sejarah dunia. Di lain tempat dalam Al-Quran (QS.5:55) orang-orang Muslim sejati dan baik telah dilukiskan sebagai yang baik hati dan rendah hati terhadap orang-orang mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang kafir, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu  murtad dari agamanya maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum,  یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ   -- Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ  -- mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir.   یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  -- mereka akan berjuang di jalan Allah,    وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  --  dan tidak takut akan celaan seorang pencela.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ   -- itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki,   وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ  --  dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ   -- sesungguhnya     Pelindung kamu adalah Allah  dan Rasul-Nya, وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ   -- dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah.  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  -- dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ  --  maka  sesungguhnya   jamaat Allah pasti menang (Al-Māidah [5]:55-57).
    Kembali kepada QS.48:30, kata-kata,   ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ—“demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible, yakni:  Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958).
    Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Peny).
    Dan ungkapan  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ     --  “dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman, “ dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: “Adalah  seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula separuh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8). 
       Perumpamaan yang pertama dalam Taurat  nampaknya  dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., yang karena  oleh  tuntutan keadaan terpaksa harus melakukan peperangan secara fisik guna membela diri dan membela orang-orang yang teraniaya (QS.4:75-76) dan menegakkan kebebasan beragama serta berkeyakinan (QS.22:40; QS.8:40).

Perumpamaan    Muslim  Pengikut Nabi Besar Muhammad saw. Dalam   Injil  & Mereka yang Melanggar Perintah Allah Swt.

        Perumpamaan yang kedua dalam Injil dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),  yaitu  Al-Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah,   yang jama’ahnya  berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti,  telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju  menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama (QS.61:10) tanpa melakukan kekerasan dan paksaan (QS.2:257) sehingga lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamornya.
   Dengan demikian jelaslah,  bahwa pihak-pihak  yang melakukan  pelarangan  melakukan ibadah haji  kepada sesama Muslim -- termasuk Jemaat  Muslim Ahmadiyah -- mereka itu telah menjadi penentang  yang nyata terhadap  perintah  Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya:
وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ  یَاۡتُوۡکَ  رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ﴾
”Dan umumkanlah  kepada manusia untuk ibadah haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh-jauh. (Al-Hājj [22]:28).
     Bahkan, mereka pun telah menjadi penentang perintah Allah Swt.  dalam firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ  اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang  berkaki empat, kecuali  apa yang akan diberitahukan kepada kamu,  dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah,  jangan mencemari Bulan  Haram,  jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang kurban yang ditandai kalung,   وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا   -- dan jangan mencemari yakni menghalangi orang-orang yang   menziarahi Baitul Haram untuk  mencari karunia dan keridhaan dari  Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu.  وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا   -- dan  janganlah kebencian sesuatu kaum kepada kamu  karena mereka telah  menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorong  kamu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa,   ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,  وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  --  dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).

Negeri yang Dijanjikan” Diwarisi oleh Para Pecinta Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

      Sikap mereka sebagai “tuan rumah” bagi   para “tamu Allah” dan  sebagai “pemelihara” Ka’bah (Batullah),   jika melanggar perintah Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut benar-benar tidak sesuai dengan perintah Allah Swt. kepada “tuan rumah” dan “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) yang pertama kali mendapat amanat dari Allah Swt. secara sah,  yaitu Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s., firman-Nya:     
وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا  --  tempat berkumpul  bagi manusia dan tempat yang aman,   وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی   -- dan  jadikanlah maqām  Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il:  اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ -- “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” (Al-Baqarah [2]:126).
         Perintah Allah Swt. dalam ayat    وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا   -- dan  janganlah kebencian sesuatu kaum kepada kamu  karena mereka telah  menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu melampaui batas,” (QS.5:3), di dalamnya terdapat peringatan keras Allah Swt.   ­--  dan juga  merupakan nubuatan yang pasti akan terjadi --  kepada pihak-pihak yang menjadi “pemelihara” Ka’bah (Baitullah), baik mereka yang meraih kedudukan sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) tersebut melalui proses politik, mau pun  mendapat amanat langsung dari Allah Swt. sebagai “pewaris” yang dijanjikan Allah Swt..
       Mengenai “pewaris  hakiki  sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) sebagai amanat dari-Nya,   Allah Swt. berirman:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur,  sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu  akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. (Al-Anbiya [21]:106-107).
       Yang dimaksud dengan “bumi itu” adalah Kanaan atau Palestina. Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan dipusakai” atau “tanah itu akan dipusakai” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan".
        Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan (28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan diberikan kepada Bani Israil.  Dan atas adanya nubuatan itulah Nabi Musa a.s. bersama Nabi Harun a.s. mengajak Bani Israil yang baru lepas dari penjajahan Dinasti Fir’aun selama 400 tahun di Mesir untuk memasuki “negeri yang dijanjikan” tersebut,  tetapi mereka menolaknya karena takut terhadap bangsa-bangsa non-Bani Israil yang berada di dalamnya (QS.5:21-27).
       Selanjutnya   sesuai dengan janji Allah Swt. “negeri yang dijanjikan” tersebut diwarisi oleh bangsa-bangsa Kristen yang mempercayai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  -- walau pun telah diwarnai dengan kemusyrikan -- setelah orang-orang Yahudi terusir dari  negeri yang dijanjikan” tersebut oleh serangan panglima Titus dari kerajaan Romawi (Matius 24:1-28; QS.17:5-11).
        Sejak saat itulah Bani Israil bukan saja telah kehilangan nikmat kenabian akibat  upaya pembunuhan terhadap Nabi isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159; QS.5:79-82), juga mereka pun  selama 2000 tahun telah kehilangan “negeri  mereka  yakni “negeri yang dijanjikan”, dan selama itu  orang-orang Yahudi     menjadi bangsa  tercerai berai di berbagai pelosok dunia.    Palestina tetap di tangan bangsa-bangsa Kristen hingga orang-orang Islam menaklukkannya di masa khilafat Sayyidina Umar bin Khaththab  r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad saw..

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  25 Juni    2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar