بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 262
“Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt. &
Doa Takabbur Abu Jahal dan
Pengabulannya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai keunggulan Al-Quran
dan Taurat dibandingkan
kitab-kitab suci lain yang diwahyukan sebelumnya, firman-Nya:
قُلۡ
فَاۡتُوۡا بِکِتٰبٍ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ اَتَّبِعۡہُ
اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
فَاِنۡ
لَّمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکَ فَاعۡلَمۡ
اَنَّمَا یَتَّبِعُوۡنَ
اَہۡوَآءَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ اَضَلُّ
مِمَّنِ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ بِغَیۡرِ ہُدًی مِّنَ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا
یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah:
“Maka datangkanlah sebuah kitab dari
sisi Allah sebagai petunjuk yang lebih baik daripada keduanya
supaya aku
mengikutinya, jika kamu adalah orang-orang
yang benar.” Tetapi jika mereka tidak menjawab tantangan engkau maka ketahuilah bahwasanya mereka hanya mengikuti hawa nafsunya. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Qashāsh
[28]:50-51).
Ayat فَاۡتُوۡا
بِکِتٰبٍ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ --
“Maka datangkanlah sebuah kitab dari
sisi Allah sebagai petunjuk yang
lebih baik daripada keduanya,” mengisyaratkan kepada kedudukan sangat tinggi yang dimiliki oleh Al-Quran dan Taurat di
antara kitab-kitab samawi, dan Al-Quran adalah yang terbaik dari antara kitab-kitab wahyu, sedang Kitab
Taurat menduduki tempat kedua. Al-kitab pada khususnya ditujukan
kepada Taurat atau kepada tiap-tiap kitab yang diwahyukan.
Ayat ini dapat diartikan, baik: (1) mereka yang telah dianugerahi
pengertian tepat mengenai kitab itu — Kitab Taurat — dan merenungkannya
pasti mempercayai Al-Quran juga; atau (2) dari antara pengikut-pengikut tiap kitab yang diwahyukan, segolongan besar akan beriman kepada Al-Quran
dan masuk Islam di setiap
abad.
Bantahan Allah Swt.
Berikut adalah pernyataan Allah Swt. yang membantah bahwa Al-Quran merupakan gubahan Nabi Besar Muhammad saw., sebab
bagaimana mungkin beliau saw. mengetahui
bahwa setelah beliau saw. terpaksa harus
hijrah dari Mekkah ke Madinah kemudian hanya dalam beberapa tahun saja beliau
saw. akan kembali memasuki Mekkah
sebagai seeorang “penakluk agung”
yang diiringi 10.000 orang pengikut? Firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡ فَرَضَ عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ لَرَآدُّکَ اِلٰی مَعَادٍ ؕ قُلۡ
رَّبِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَنۡ جَآءَ
بِالۡہُدٰی وَ مَنۡ ہُوَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan Al-Quran atas engkau, pasti Dia akan mengembalikan engkau ke tempat
kembali yang telah dit-tapkan. Katakanlah: “Rabb-ku (Tuhan-ku) lebih mengetahui siapa yang membawa petunjuk, dan siapa yang ada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Qashash [28]:86).
Ayat
ini dianggap oleh beberapa ulama
diturunkan tatkala Nabi Besar Muhammad
saw. sedang dalam perjalanan melakukan hijrah dari Mekkah ke Medinah ditemani
oleh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., yang ketika keduanya bersembunyi di gua Tsaur, Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. sangat khawatir
kedua akan dapat ditangkap oleh para pemburu mereka dari Mekkah yang sudah
berada di depan mulut gua namun hatinya
ditentramkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.9:40).
Ayat ini mengandung nubuatan besar, yaitu, bahwa pada suatu hari Nabi Besar Muhammad saw. akan terpaksa meninggalkan Mekkah, tetapi kemudian pada akhirnya beliau saw. akan
kembali lagi ke Mekkah sebagai seorang pemenang
dan penakluk, dengan demikian
sempurnalah “duel makar” yang
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ
یُکَفِّرۡ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ
یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah
یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا -- Dia akan
menjadikan bagi kamu pembeda, dan Dia
akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu, Dia akan mengampuni kamu, dan Allah Memiliki karunia yang sangat
besar. Dan ingatlah ketika
orang-orang kafir merancang makar
terhadap engkau, supaya mereka
dapat menangkap engkau atau membunuh
engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfal
[9]:30-31).
Dalam
ayat pertama Allah Swt. mengingatkan para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. mengenai
pentingnya ketakwaan kepada Allah Swt. agar Dia menganugerahkan furqān
(pembeda). Sebagaimana telah dijelskan bahwa furqān
berarti: (1) sesuatu yang membedakan
antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti
atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan,
dan (4) fajar (Lexicon Lane).
Ayat selanjutnya mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai
Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika Abu
Jahal dan para pemimpin kaum kafir
Mekkah lainnya melihat, bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama Islam) gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu
meninggalkan Mekkah telah hijrah
ke Medinah dan mereka sudah jauh dari
bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana
ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam, yakni dengan tiga
kemungkinan: (1). supaya mereka dapat menangkap Nabi Besar Muhammad saw.
atau (2) membunuh beliau saw.atau (3) mengusir beliau
saw..
“Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt.
Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, yaitu sejumlah orang-orang
muda dari berbagai kabilah Quraisy
harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh
beliau saw.. Tetapi tanpa setahu mereka,
Nabi Besar Muhammad saw. secara diam-diam meninggalkan rumah tengah malam buta,
ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, lalu karena hari telah menjelang malam beliau
saw. berlindung di Gua Tsaur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang
setia, dan akhirnya beberapa hari kemudian keduanya sampai dengan selamat di Medinah dengan selamat, firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ
فَقَدۡ نَصَرَہُ اللّٰہُ اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی
الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ
لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ
اِنَّ اللّٰہَ
مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ
اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ
اللّٰہُ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka sungguh
Allah telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir,
sedangkan ia kedua dari yang dua ketika
keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ
مَعَنَا -- “Janganlah
engkau sedih sesungguhnya Allah
beserta kita”, lalu Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya
dan menolongnya dengan
lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,
dan Dia menjadikan perkataan
orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (At-Taubah [9]:40).
Menurut Allah Swt., pada hakikatnya makar
buruk yang dilakukan oleh para pemimpin
kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal
tersebut merupakan pengulangan makar buruk yang dilakukan
oleh para pemimpin kaum Tsamud
terhadap Nabi Shalih a.s. ribuan tahun sebelumnya.
Dengan
demikian jelaslah kisah-kisah para Rasul Allah dengan kaum-kaum
purbakala dalam Al-Quran bukanlah merupakan “dongeng” sebagaimana tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw.,
karena di dalamnya terkandung berbagai
nubuatan yang pasti akan terjadi lagi, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰی ثَمُوۡدَ اَخَاہُمۡ
صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ
فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ
لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ﴿﴾ قَالُوا طَّیَّرۡنَا
بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ
اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah mengutus kepada
Tsamud اَخَاہُمۡ صٰلِحًا -- saudara mereka Shalih yang berkata: “Sembahlah
Allah” maka tiba-tiba mereka menjadi
dua golongan yang saling berbantah. Ia, Shalih, berkata: “Hai kaumku,
mengapakah kamu minta disegerakan
keburukan sebelum datang kebaikan? Mengapakah kamu tidak memohon ampun kepada Allah supaya kamu
di kasihani?” قَالُوا
طَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ
اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ -- Mereka berkata: “Hai Shalih, kami
telah mendapatkan nasib malang disebabkan engkau dan orang yang
beserta engkau.” Ia, Shalih, berkata: “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu kaum
yang diuji.” (An-Naml [27]:46-48).
Dari Al-Quran diketahui, bahwa para penentang rasul Allah di setiap zaman selalu menisbahkan (menuduh) bahwa
keberadaan Rasul Allah dan para pengikutnya
merupakan penyebab mereka ditimpa berbagai macam kemalangan. Tuduhan dusta tersebut dijawab oleh Nabi Shalih a.s.: طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ
بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ -- “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah,
bahkan kamu kaum yang diuji.”
“Sembilan Orang Pemimpin
Kekafiran”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai makar-buruk yang dirancang
oleh parta penentang Nabi Shalih a.s. tersebut -- yang
diulangi lagi oleh para penentang Nabi Besar Muhammad saw.
pimpinan Abu Jahal -- firman-Nya:
وَ کَانَ
فِی الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا
یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ
اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat
kerusuhan di bumi dan tidak mau meng-adakan perbaikan. Mereka
berkata: “Hendaklah kamu sekalian
bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami akan menyerbu pada
malam hari kepada dia dan keluarganya,
kemudian kami niscaya akan berkata
kepada pelindungnya: “Kami sekali-kali tidak menyaksikan
keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang benar.”
(An-Naml
[27]:49-50).
Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat
وَ کَانَ فِی
الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا
یُصۡلِحُوۡنَ -- “Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat
kerusuhan di bumi dan tidak mau meng-adakan perbaikan” adalah
sembilan orang penentang keras Nabi Besar Muhammad saw. terkemuka. Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya
itu, mati di Mekkah ketika sampai ke telinganya khabar tentang kekalahan di
Badar.
Kedelapan orang itu adalah Abu
Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah,
Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka
bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw. Rencana
sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy, dan kemudian mengadakan serangan pembunuhan yang berencana atas beliau saw., sehingga tidak
ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu. Rencana buruk itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu.
Dan tidak mustahil jumlah "9 orang pembuat kerusakan" di muka bumi yang menentang para Rasul Allah tersebut pun merupakan nubuatan yang juga terjadi di Akhir Zaman ini terhadap perjuangan suci Rasul Akhir Zaman untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).
Waliy
dalam ayat ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ --
“kemudian kami niscaya akan berkata
kepada pelindungnya,” berarti: ahli waris; seseorang yang menuntut
balas atas pembunuhan; seorang pembalas dendam atas pembunuhan (Lexicon Lane). Namun makar buruk para pemimpin kekafiran
tersebut dihadapi Allah Swt. dengan ”makar tandingan” dan dalam “duel makar” tersebut selalu Allah Swt.
yang unggul, firman-Nya:
وَ
مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا
مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ
اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ قَوۡمَہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً
لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka membuat makar buruk dan Kami
pun membuat makar tandingan,
tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya
akibat makar buruk mereka,
sesungguhnya Kami memusnahkan mereka
dan kaumnya semua. Maka
itulah rumah-rumah mereka yang telah
runtuh karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang mengetahui. Dan Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertakwa. (An-Naml [27]:51-54).
“Doa Takabbur” Abu Jahal
Walau pun benar bahwa akibat makar buruk yang dirancang oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya tersebut
telah membuat Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrah
beliau saw. itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang
tidak menyadari, bahwa dengan memaksa Nabi Besar Muhammad saw. hijrah dari Mekkah, mereka meletakkan dasar kehancuran bagi mereka sendiri,
sebab merupakan Sunnatullah,
selama Rasul Allah berada di satu tempat
atau kota; bagaimanapun zalimnya penduduk tempat tersebut
terhadap Rasul Allah yang diutus kepada mereka dan para pengikutnya -- maka Allah Swt. tidak akan menimpakan azab Ilahi yang membinasakan tempat atau kota tersebut.
Tetapi begitu Rasul Allah pergi
meninggalkan tempat (kota) yang pendduduknya zalim tersebut maka tidak
ada alasan lagi bagi Allah Swt.
untuk menimpakan azab Ilahi kepada mereka. Berikut adalah doa takabbur Abu Jahal -- yang merupakan “Fir’aun” zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:11-13; QS.8:53-54) --
firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ
فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لَہُمۡ اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ ہُمۡ
یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ
ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah,
jika Al-Quran ini benar-benar kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang
pedih.” Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka selama engkau berada di
tengah-tengah mereka, dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. Dan mengapa Allah tidak akan mengazab mereka,
sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam,
dan mereka sekali-kali bukanlah
orang-orang yang berhak melindunginya? Tidak lain yang
berhak melindunginya melain-kan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl [8]:33-35).
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa takabbur
Abu Jahal tersebut itu dikabulkan
secara harfiah. Yakni اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ
الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ
ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang
pedih.” Abu
Jahal bersama beberapa pemimpin
Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Penyebabnya yang utama adalah akibat lemparan segenggam pasir oleh Nabi Besar Muhammad
saw. pada waktu Perang Badar
merupakan kenyataan terkabulnya doa
takabbur Abu Jahal tersebu dengan berhembusnya badai gurun, firman-Nya:
فَلَمۡ
تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ
لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan
kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar,
melainkan Allah-lah yang telah melempar, dan supaya Dia menganugerahi orang-orang yang beriman anugerah yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allāh Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).
Penggantian Pemegang
Amanat Pemelihara Baitullah
Kemenangan di Perang Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu
lemah, dan terlalu buruk persenjataan
mereka untuk memperoleh kemenangan
terhadap satu lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya, lagi pula jauh lebih
terlatih. Perlemparan segenggam kerikil
dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw.
mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat
oleh Nabi Musa a.s..
Sebagaimana dalam kejadian yang
terakhir, perbuatan Nabi Musa a.s.
itu seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan
bagi air-pasang naik kembali sehingga
membawa akibat tenggelamnya Fir’aun
serta lasykarnya di laut, demikian
pula halnya pelemparan segenggam kerikil
oleh Nabi Besar Muhammad saw. merupakan satu isyarat untuk angin bertiup
kencang dengan membawa pasir dan kerikil yang mengakibatkan kebinasaan Abu Jahal (yang pernah disebut oleh Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai Fir’aun kaumnya) dan lasykarnya di padang pasir itu. Dalam
kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan
alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan
kedua nabi Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt..
Dengan demikian sempurnalah pengabulan doa takabbur yang dipanjatkan oleh Abu Jahal menjelang
Perang Badar sebelum ini: اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ -- “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang
pedih.” (QS.8:33).
Pendek kata, orang-orang Mekkah mendapat hukuman setelah Nabi Besar Muhammad saw.
meninggalkan Mekkah. Rasul-rasul Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit.
Demikian pula nubuatan dalam firman-Nya berikut ini pun -- selain menjadi sempurna pada zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan
terjadinya peristiwa Fath Mekkah -- nubuatan
tersebut akan terjadi lagi
di Akhir Zaman ini pada
masa Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10):
وَ مَا
لَہُمۡ اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ ہُمۡ
یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ
ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mengapa Allah tidak akan mengazab mereka,
sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam,
dan mereka sekali-kali bukanlah
orang-orang yang berhak melindunginya? Tidak lain yang
berhak melindunginya melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl [8]:35).
Nubuatan Mengenai Pergantian
“Pemelihara Baitullah”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penyebab pengalihan “amanat pemeliharaan” Baitullah -- yang dibangun
kembali oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. (QS.2:128-130) – tersebut:
وَ مَا
کَانَ صَلَاتُہُمۡ عِنۡدَ الۡبَیۡتِ اِلَّا مُکَآءً وَّ تَصۡدِیَۃً ؕ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ
یُحۡشَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾
لِیَمِیۡزَ اللّٰہُ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ وَ یَجۡعَلَ
الۡخَبِیۡثَ بَعۡضَہٗ عَلٰی بَعۡضٍ فَیَرۡکُمَہٗ جَمِیۡعًا فَیَجۡعَلَہٗ فِیۡ جَہَنَّمَ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan shalat
mereka di Rumah Allah itu
tidak lain melainkan siul dan tepuk tangan belaka, karena itu rasakanlah
azab disebabkan kekafiran kamu. Sesungguhnya orang-orang kafir membelanjakan
harta mereka guna menghalang-halangi
manusia dari jalan Allah, maka mereka akan senantiasa membelanjakannya,
kemudian hal itu menjadi penyesalan
bagi mereka, sesudah itu mereka akan dikalahkan, dan orang-orang
kafir akan dihimpun ke neraka jahannam,
supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan Dia
menjadikan yang buruk itu sebagian di atas sebagian yang lain, lalu Dia menumpukkan semuanya, kemudian mencampakkannya ke dalam Jahannam,
mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Anfāl [8]:36-38).
Kata-kata اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ -- “Sesungguhnya
orang-orang kafir membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia dari
jalan Allah, maka mereka akan senantiasa
membelanjakannya, kemudian hal itu
menjadi penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan dikalahkan, وَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ
یُحۡشَرُوۡنَ -- dan orang-orang
kafir akan dihimpun ke neraka jahannam,”
ini mengandung nubuatan bahwa kekayaan yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam, akan terbukti menjadi sumber kesedihan dan duka cita bagi mereka. Karena upaya-upaya
mereka untuk memusnahkan Islam akan
mengalami kegagalan dan anak-cucu mereka sendiri kelak akan menerima Islam lalu menafkahkan harta
kekayaannya untuk memajukan perjuangan
Islam.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar