بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 275
Fatwa Nabi Besar Muhammad Saw. Tentang Kemungkinan Munculnya “Dua Khalifah” Sebagai Imam
(Pemimpin) Umat Islam Dalam Satu Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai nubuatan tentang “makar
buruk” yang dirancang oleh “sembilan orang” tokoh penentang para Rasul Allah (QS.27:49-50; QS.5:55-57) dan hubungannya dengan “Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam
Islami) Tahun 1974” yang “penuh
kebohongan dan fitnah” tersebut berkenaan dengan Rasul Akhir Zaman
(QS.61:10) dan Hizbullah (Golongan Allah) hakiki (QS.5:55-57;
QS.58:21-23) yang didirikan Mirza Ghulam
Ahmad a.s. atas perintah Allah Swt, yakni Jemaat Muslim Ahmadiyah:
“Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam
Islami) Tahun 1974”
Qadianiyah atau Ahmadiyah: adalah sebuah gerakan bawah tanah yang melawan Islam dan Muslim dunia, dengan penuh kepalsuan
dan kebohongan mengaku sebagai sebuah
aliran Islam; yang berkedok sebagai Islam dan untuk kepentingan keduniaan berusaha menarik perhatian dan merencanakan untuk merusak fondamen Islam.
Penyimpangan-penyimpangan nyata dari prinsip-prinsip
dasar Islam adalah sebagai berikut :
1. Pendirinya mengaku
dirinya sebagai nabi.
2. Mereka dengan sengaja
menyimpangkan pengertian ayat-ayat suci Al-Quran.
3. Mereka menyatakan bahwa
jihad telah dihapus.
Qadianiyah
semula dibantu perkembangannya oleh imperialisme
Inggris. Oleh sebab itu, Qadiani
telah tumbuh dengan subur di bawah bendera
Inggris. Gerakan ini telah sepenuhnya berkhianat
dan berbohong dalam berhubungan
dengan ummat Islam. Agaknya, mereka
setia kepada Imperialisme dan Zionisme. Mereka telah begitu dalam
menjalin hubungan dan bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan anti-Islam dan menyebarkan ajaran khususnya melalui metode-metode
jahat berikut ini :
1.
Membangun mesjid dengan bantuan dari kekuatan anti Islam di mana pemikiran-pemikiran Qadiani yang menyesatkan ditanamkan kepada orang.
2.
Membuka
sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan panti asuhan di mana didalamnya orang
diajarkan dan dilatih untuk bagaimana agar mereka dapat lebih menjadi anti-Islam dalam setiap
kegiatan-kegiatan mereka.
3. Mereka juga
menerbitkan versi Al-Qur’an yang merusak dalam berbagai macam bahasa
lokal dan internasional.
Untuk menanggulangi keadaan bahaya ini, Konferensi
Liga Muslim Dunia telah merekomendasikan
dan mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia
harus tetap mewaspadai setiap
kegiatan-kegiatan orang-orang Ahmadiyah
di masing-masing negara dan membatasi
sekolah-sekolah dan panti-panti asuhan mereka. Selain itu, kepada seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia,
harus dapat menunjukkan kepada setiap Muslim di seluruh dunia tentang gambaran asli orang Qadiani dan memberikan laporan/data tentang berbagai macam taktik mereka sehingga kaum Muslim di
seluruh dunia terlindung dari rencana-rencana mereka.
2.
Mereka harus dianggap sebagai golongan Non-Muslim dan keluar
dari Islam dan juga dilarang
keras untuk memasuki Tanah Suci.
3.
Tidak
berurusan dengan orang-orang Ahmadiyah
Qadiani, dan memutuskan hubungan sosial, ekonomi, dan budaya. Tidak
melakukan pernikahan dengan mereka, serta mereka tidak diizinkan untuk dikubur di
pemakaman Muslim serta diperlakukan seperti layaknya orang-orang
non-Muslim yang lainnya.
4. Seluruh negara-negara Muslim di dunia harus
mengadakan pelarangan keras terhadap aktivitas para pengikut Mirza Ghulam Ahmad.
Dan harus menganggap mereka sebagai minoritas non Muslim dan melarang mereka untuk jabatan yang sensitif dalam negara.
5.
Menyiarkan
semua penyelewengan Ahmadiyah yang
mereka lakukan terhadap Kitab Suci
Al-Qur’an disertai inventarisasi
terjemahan-terjemahan Al-Qur’an yang dibuat oleh Ahmadiyah dan memperingatkan umat Islam mengenai
karya-karya tulis mereka.
6. Semua golongan yang menyeleweng dari Islam
diperlakukan sama seperti Ahmadiyah.
Fatwa Nabi Besar Muhammad
Saw. Mengenai “Dua Khalifah” Pada
Masa yang Sama
Dua
sabda Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini cukup sebagai jawaban mengenai adanya hubungan erat antara “Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam
Islami) Tahun 1974” yang penuh fitnah
dan kedustaan mengenai
Jemaat Ahmadiyah, dengan terbunuhnya
Raja Faisal oleh keponakannya,
sebagaimana dikemukakan dalam
“copas” berikut ini, yang telah dibahas dalam Bab 272 & 273:
Resensi Buku: KUDETA MEKKAH-Sejarah Yang Tak Terkuak
Permasalahan Saudi ternyata
sangat kompleks…
===
Judul Buku : KUDETA MEKKAH-Sejarah
Yang Tak Terkuak
Pengarang : Yaroslav Trofimov
Penerbit : Pustaka Alvabet, Jakarta
Cetakan ke : 2 (saya memperoleh cetakan ke-1 Des 2007)
Tebal : 384 hal
Pengarang : Yaroslav Trofimov
Penerbit : Pustaka Alvabet, Jakarta
Cetakan ke : 2 (saya memperoleh cetakan ke-1 Des 2007)
Tebal : 384 hal
Genghis Khun
Mengapa demikian? Sebab telah disepakati oleh Dunia
Islam yang tergabung dalam Liga
Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami),
untuk mengukuhkan Raja Faisal dari kerajaan
Saudi Arabia sebagai
Khalifah
seluruh umat Islam, padahal saat itu
satu-satunya golongan (jama’ah) Muslim
yang mendakwakan dipimpin secara berkesinambungan oleh
seorang Khalifah Ruhani Internasional
-- yakni para Khalifah dari Al-Masih Mau’ud a.s. yang disebut
Khalifatul-Masih -- adalah Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Berkenaan dengan kemungkinan adanya dua orang “Khalifah”
di kalangan Muslim dalam satu zaman,
Nabi Besar Muhammad saw. telah berfatwa: “Bunuh
salah satunya.” Artinya adalah “khalifah” yang tidak benar pasti akan mati dengan
cara apa pun yang dikehendaki
Allah Swt., sebab Tauhid Ilahi tidak menginginkan adanya syirik (kemusyrikan) dengan adanya 2 “Khalifah” di Akhir
Zaman ini, sebab akan menyebabkan perpecahan
umat. Mengenai hal tersebut berikut adalah keterangan dari Imam al- Mawardi:
وَذَهَبَ الْجُمْهُورُ إلَى أَنَّ إقَامَةَ إمَامَيْنِ فِي
عَصْرٍ وَاحِدٍ لاَ يَجُوزُ شَرْعًا لِمَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم أَنَّهُ قَالَ: {إذَا بُويِعَ أَمِيرَانِ فَاقْتُلُوا أَحَدَهُمَا}. وَرُوِيَ
عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: {إذَا وَلَّيْتُمْ أَبَا
بَكْرٍ تَجِدُوهُ قَوِيًّا فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ضَعِيفًا فِي
بَدَنِهِ. وَإِذَا وَلَّيْتُمْ عُمَرَ تَجِدُوهُ قَوِيًّا فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ قَوِيًّا فِي بَدَنِهِ، وَإِنْ وَلَّيْتُمْ عَلِيًّا تَجِدُوهُ هَادِيًا
مَهْدِيًّا}. فَبَيَّنَ بِظَاهِرِ هَذَا الْكَلاَمِ أَنَّ إقَامَةَ جَمِيعِهِمْ
فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ لاَ يَصِحُّ، وَلَوْ صَحَّ لاَشَارَ إلَيْهِ، وَلَنَبَّهَ
عَلَيْهِ.
“Dan mayoritas ulama mengadopsi
pendapat bahwa mengangkat dua orang
penguasa dalam satu masa tidak diperbolehkan secara syar’i berdasarkan apa
yang diriwayatkan dari Nabi saw.
bahwa beliau bersabda: “Jika diangkat
dua orang pemimpin maka bunuhlah salah satunya (yang terakhir dari
keduanya-pen.).” Dan diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “Jika
kalian mengangkat Abu Bakr menjadi
pemimpin maka kalian temukan dirinya kuat dalam Dīn Allah dan lemah fisiknya,
dan jika kalian mengangkat ‘Umar
menjadi pemimpin maka kalian temukan dirinya kuat dalam Din Allah dan kuat
fisiknya, dan jika kalian mengangkat ‘Ali
sebagai pemimpin maka akan kalian temukan bahwa ia adalah orang yang menyampaikan
petunjuk dan dianugerahi petunjuk.” (Aadab al-Dunyaa’ wa al-Diin, Imam ‘Ali bin Muhammad bin
Habib al-Mawardi al-Syafi’i (Imam al-Mawardi).
Genapnya Nubuatan
Mengenai Janji Allah Swt. Mengenai adanya Khilafat
dan Perumpamaan Dalam Injil
Jadi, dengan “dibunuhnya
Raja Faisal oleh keponakannya” merupakan dalil dan bukti
yang sangat kuat mengenai kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw. إذَا بُويِعَ
أَمِيرَانِ فَاقْتُلُوا أَحَدَهُمَا – “Jika
diangkat dua orang pemimpin maka bunuhlah salah satunya.” Sebab silsilah Khilafat
di lingkungan Jemaat Ahmadiyah telah berlangsung sejak wafatnya
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang atas
perintah Allah Swt. beliau telah mendakwakan diri sebagai Imam
Mahdi a.s. dan juga Al-Masih
Mau’ud a.s. -- pada tahun
1908 (1835-1908), secara berturut-turut Jemaat
Muslim Ahmadiyah dipimpin oleh:
(1)
Al-Hajj Hakim Nuruddin r.a. sebagai Khalifatul
Masih I (1908-1914);
(2)
Al-Hajj Mirza Basyiruddin Mahmud
Ahmad r.a. (Al-Mushlih Mau’ud r.a) - Khalifatul
Masih II (1914-1965);
(3)
Mirza Nasir Ahmad r.a. – Khalifatul Masih III (1965-1983)
(4)
Mirza Tahir Ahmad r.h. – Khalifatul Masih IV (1983-2003);
(5)
Mirza Masroor Ahmad
-- Khalifatul Masih V
(2003- sekarang)
Usia panjang dari Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(73 tahun), demikian juga masa pendakwaan kenabian beliau sekitar 23 tahun, dan keberlangsungan silsilah Khilafat
penerus beliau sampai saat ini, membuktikan benarnya
firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ
قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿ ﴾
Allah
telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman dan beramal
saleh di antara kamu niscaya
Dia akan menjadikan mereka itu khalifah
di bumi ini sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,
dan niscaya Dia akan mengubah keadaan
mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu
dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah
itu mereka
itulah orang-orang durhaka. (An-Nūr
[24]:46).
Dan juga
membuktikan benarnya perumpamaan dalam Injil mengenai para pengikut hakiki Nabi Besar Muhammad saw.
di Akhir Zaman yang telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud
mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas
sujud, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ
-- demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ -- dan perumpaman
mereka dalam Injil adalah
laksana tanaman yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian menjadi kuat,
kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya, لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ
-- supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir
dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا -- dan Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan berbuat amal saleh
di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath
[48]:30).
“Senjata Makan Tuan” Deklarasi “Fitnah” Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islamy) Tentang Jemaat Muslim Ahmadiyah
Kemudian mengenai kehinaan yang akan menimpa para penentang
Rasul Allah Dia berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِی -- “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
Berbagai bentuk kehinaan yang dialami orang-orang yang secara zalim melontarkan berbagai fitnah
keji terhadap Pendiri Jemaat
Ahmadiyah dan para anggota Jemaat
Ahmadiyah merupakan bukti nyata kebenaran firman Allah
Swt. tersebut, sebab Nabi Besar Muhammad
saw. telah bersabda bahwa berbagai fitnah
dan tuduhan terhadap orang lain -- terutama terhadap sesama Muslim -- jika fitnah
dan tuduhan tersebut tidak
benar akan berbalik kepada fihak yang melontarkan fitnah dan tuduhan dusta
tersebut:
Sebagaimana diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari
Abi Dzar r.a., bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: "Barang siapa yang
memanggil seseorang dengan kata-kata kafir, atau berkata: “Wahai musuh Allah”,
sedangkan tidaklah demikian halnya, maka tuduhan
dan kata-kata itu kembali dan berlaku kepada dirinya."
(HR Bukhari dan Muslim).
Berikut “copas” dari internet mengenai “Silsilah Dinasti Saudi” dengan judul:
Dinasti Saudi: Dari Mana Asal Mereka? dan Siapa Sesungguhnya
Nenek-Moyangnya?
Diterjemahkan
oleh: akhirzaman.info
Penelitian
dan pemaparan Mohammad Sakher:
Setelah menemukan fakta-fakta di bawah ini, Rejim Saudi memerintahkan untuk membunuhnya.
Setelah menemukan fakta-fakta di bawah ini, Rejim Saudi memerintahkan untuk membunuhnya.
Raja Saud-1957
Apakah anggota keluarga Saudi
berasal dari Suku Anza bin Wa'il seperti pengakuannya?
Apakah agama mereka Islam?
Apakah mereka asli Bangsa Arab?
Apakah agama mereka Islam?
Apakah mereka asli Bangsa Arab?
Di Najd, pada tahun 851 H serombongan bani Al-Masalikh, keturunan Suku
Anza, membentuk sebuah kafilah dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul, ditugaskan
untuk membeli bahan makanan, biji-bijian gandum dan jagung ke Iraq. Ketika
sampai di Bashra, mereka langsung menuju ke sebuah toko pakan yang pemiliknya
seorang Yahudi bernama Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe.
Ketika sedang berlangsung tawar-menawar, Yahudi si pemilik toko bertanya
kepada mereka: "Berasal dari suku manakah Anda?". Mereka menjawab:
"Kami berasal dari Bani Anza", salah satu Suku Al-Masalikh".
Mendengar nama suku itu disebut, orang Yahudi itu memeluk mereka dengan mesra
sambil mengatakan bahwa dirinya juga berasal dari Suku Al-Masalikh, namun
menetap di Bashra, Iraq karena permusuhan keluarga antara ayahnya dengan
anggota Suku Anza lainnya.
Setelah Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe
mengatakan kepada mereka ceritera yang direkayasa mengenai dirinya, dia
kemudian memerintahkan kepada pembantunya untuk menaikkan barang-barang
belanjaan kafilah itu ke atas Unta-unta mereka. Sikap Mordakhai bin Ibrahim bin
Moshe yang dinilai baik dan tulus itu membuat kagum rombongan bani Masalikh dan
sekaligus menimbulkan kebanggaan mereka karena bertemu saudara sesama suku di
Iraq - dimana mereka mendapatkan bahan makanan yang sangat mereka perlukan,
mereka percaya kepada setiap kata yang diucapkan Mordakhai bin Ibrahim bin
Moshe, karena dia seorang pedagang kaya komoditi pakan, mereka menyukai
Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe (walaupun sebenarnya dia bukan orang Arab dari
suku Al-Masalikh, tapi seorang Yahudi yang berpura-pura)
Saat kafilah sudah siap akan kembali ke
Najd, pedagang orang Yahudi itu meminta ijin menumpang dengan mereka pergi ke
tempat asalnya, Najd. Permintaan pedagang Yahudi itu diterima dengan senang
hati oleh rombongan bani Al-Masalikh.
Akhirnya Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe sampai di Najd. Di Najd ia
mulai menyebarluaskan propaganda dirinya dibantu beberapa orang dari bani
Al-Masalikh yang baru tiba bersama-'sama dia dari Bashra. Propagandanya
berhasil, sejumlah orang mendukungnya, tetapi ditentang oleh yang lain dipimpin
oleh Shaikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, ulama di kota Al-Qasim, yang
wilayah dakwahnya meliputi Najd, Yaman dan Hijaz. Ia mengusir Mordakhai bin
Ibrahim bin Moshe (nenek moyang Keluarga Saudi yang saat ini berkuasa) dari
kota Al-Qasim ke kota Al-Ihsa, di sana ia mengganti namanya menjadi Markhan bin
Ibrahim Musa.
Kemudian dia pindah ke daerah Dir´iya dekat Al-Qatif. Di daerah ini dia
mulai menyebarkan ceritera rekayasa kepada penduduk mengenai Perisai Nabi
Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang dirampas sebagai rampasan perang
oleh orang musyrik Arab sewaktu Perang Uhud. Perisai itu kemudian dijual oleh
orang musyrik Arab kepada Suku Yahudi Bani Qunaiqa dan menyimpannya sebagai
koleksi barang berharga.
Perlahan tapi pasti, Markhan bin Ibrahim
Musa menanamkan pengaruhnya di antara orang-orang Badui melalui ceritera fiktif
yang hal ini memberitahu kita bagaimana berpengaruhnya suku-suku Yahudi di Arab
dengan menempati kedudukan terhormat. Dia menjadi orang penting diantara suku
Badui dan memutuskan untuk tetap tinggal di kota Dir´iya, dekat Al-Qatif
kemudian memutuskan menjadikannya sebagai ibukota di Teluk Persia. Ia
bercita-cita menjadikan kota itu sebagai batu loncatan untuk membangun kerajaan
Yahudi di Tanah Arab.
Dalam rangka memenuhi ambisisnya, dia
mulai mendekati dan mempengaruhi suku Arab Badui padang pasir untuk mendukung
posisinya, kemudian menobatkan dirinya sebagai raja mereka.Pada saat yang
genting ini, Suku Ajaman bersama-sama dengan Suku Bani Khalid mencium bahaya
Yahudi licik ini dan sangat mengkhawatirkan rencana jahatnya, karena dia telah
dapat mengukuhkan identitasnya sebagai orang Arab. Mereka sepakat untuk
menghentikannya, kemudian menyerang kota Dar'iya dan berhasil menaklukannya,
tetapi sebelum menawan Markhan bin Ibrahim Musa, dia melarikan diri.
Dalam pelariannya, Yahudi nenek moyang
Keluarga Saudi (Mordakhai) mencari perlindungan di sebuah perkebunan
Al-Malibiid-Ghusaiba dekat Al-Arid, milik orang Arab. Sekarang kota itu bernama
Al-Riyadh. Mordakhai meminta perlindungan
politik kepada pemilik perkebunan. Pemiliknya yang ramah itu kemudian
segera memberikan tempat perlindungan.
Namun belum juga sampai sebulan dia tinggal di perkebunan itu, Mordakhai membunuh pemilik beserta anggota keluarganya, kemudian mengarang
ceritera bahwa mereka dibunuh oleh perampok. Dia juga mengaku telah membeli
real estate dari pemiliknya sebelum kejadian tragis itu. Maka tinggallah dia
disana sebagai pemilik tanah yang baru, kemudian daerah itu diberi nama baru
Al-Di'riya, nama yang sama dengan tempat sebelumnya yang ia tinggalkan.
Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi
(Mordakhai) segera membangun sebuah "Guest House" yang disebutnya
"Madaffa" di atas tanah yang direbut dari korbannya. Kemudian
berkumpullah disekelilinya kelompok munafik yang mulai menyebarkan propaganda
bohong bahwa Mordakhai adalah seorang Seikh Arab terkemuka. Mereka merencanakan
membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah
Al-Tamimi, musuh bebuyutan Mordakhai
dan berhasil membunuhnya di sebuah
mesjid di kota Al-Zalafi.
Mordakhai puas telah berhasil membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah Al-
Tamimi, kemudian menjadikan Al-Dir'iya sebagai tempat tinggalnya. Di Al-Dir'iya
dia berpoligami dan beranak'pinak, anak-anaknya diberi nama asli Arab. Sejak
saat itu keturunan dan kekuasaan mereka tumbuh berkembang di bawah nama Suku
Saudi, mereka juga mengikuti jejak Mordakhai dan kegiatannya dilaksanakan
secara sembunyi-sembunyi serta berkonspirasi melawan bangsa Arab.
Secara ilegal mereka menguasai daerah
pedalaman dan tanah-tanah perkebunan, membunuh setiap orang yang mencoba
menghalangi rencana jahat mereka. Untuk mempengaruhi penduduk di wilayah itu,
mereka menggunakan segala macam jenis tipu daya untuk mencapai tujuannya:
mereka suap orang-orang yang tidak sefaham dengan uang dan perempuan. Mereka
suap penulis sejarah untuk menuliskan biografi sejarah keluarganya yang bersih
dari kejahatan, dibuatkannya silsilah keluarga bersambung kepada Suku Arab
terhormat seperti Rabi'? Anza dan
Al-Masalikh.
Seorang munafik zaman kiwari bernama
Mohammad Amin Al-Tamimi - Direktur/Manager Perpustakaan Kontemporer Kerajaan
Saudi, menyusun garis keturunan (Family Tree) untuk Keluarga Yahudi ini
(Keluarga Saudi), menghubungkan garis keturunan mereka kepada Nabi Muhammad
Shallalahu 'Alaihi wa Sallam . Sebagai imbalan pekerjaannnya itu, ia menerima
imbalan sebesar 35.000 (Tiga Puluh Lima Ribu) Pound Mesir dari Duta Besar Saudi
Arabia di Kairo pada tahun 1362 H atau 1943 M. Nama Duta Besar Saudi Arabia itu
adalah Ibrahim Al-Fadel.
Seperti disebutkan di atas, Yahudi nenek
moyang Keluarga Saudi (Mordakhai), yang berpoligami dengan wanita-wanita Arab
melahirkan banyak anak, saat ini pola poligami Mordakhai dilanjutkan oleh
keturunannya, dan mereka bertaut kepada warisan perkawinan itu. Salah seorang
anak Mordakhai bernama Al-Maqaran, (Yahudi: Mack-Ren) mempunyai anak bernama
Muhammad, dan anak yang lainnya bernama Saud, dari keturunan Saud inilah
Dinasti Saudi saat ini.
Keturunan Saud (Keluarga Saud) memulai
melakukan kampanye pembunuhan pimpinan terkemuka suku-suku Arab dengan dalih
mereka murtad, mengkhianati agama
Islam, meninggalkan ajaran-ajaran Al-Quran, dan keluarga Saud membantai mereka atas nama Islam.
Di dalam buku sejarah Keluarga Saudi halaman 98-10, penulis
pribadi sejarah keluarga Saudi menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap semua
penduduk Najd menghina tuhan, oleh karena itu darah mereka halal, harta-bendanya
dirampas, wanita-wanitanya dijadikan selir, tidak seorang islampun dianggap
benar, kecuali pengikut sekte Muhammad bin Abdul Wahhab (yang aslinya juga
keturunan Yahudi Turki).
Doktrin Wahhabi memberikan otoritas kepada Keluarga Saudi untuk
menghancurkan perkampungan dan penduduknya, termasuk anak-anak dan memperkosa
wanitanya, menusuk perut wanita hamil, memotong tangan anak-anak, kemudian
membakarnya. Selanjutnya mereka diberikan kewenangan dengan Ajarannya yang
Kejam ( Brutal Doctrin ) untuk merampas semua harta kekayaan milik orang yang
dianggapnya telah menyimpang dari ajaran agama karena tidak mengikuti ajaran
Wahhabi.
Keluarga Yahudi yang jahat dan
mengerikan ini melakukan segala jenis kekejaman atas nama sekte agama palsu mereka
(sekte Wahhabi) yang sebenarnya diciptakan oleh seorang Yahudi untuk menaburkan
benih-benih teror di dalam hati penduduk di kota-kota dan desa-desa. Pada tahun
1163 H, Dinasti Yahudi ini mengganti nama Semenanjung Arabia dengan nama
keluarga mereka, menjadi Saudi Arabia, seolah-olah seluruh wilayah itu milik
pribadi mereka, dan penduduknya sebagai bujang atau budak mereka, bekerja keras
siang dan malam untuk kesenangan tuannya, yaitu Keluarga Saudi.
Mereka dengan sepenuhnya menguasai
kekayaan alam negeri itu seperti miliknya pribadi. Bila ada rakyat biasa
mengemukakan0 (sembilan pukuh) Suite rooms di Grand Hotel dengan harga $1 juta
semalamnya. Dapatkah kita memberikan komentar terhadap pemborosan yang
dilakukan keluarga kerajaan seperti itu, yang pantas adalah: Dihukum pancung di
lapangan terbuka.
Pada tahun 1960'an, pemancar radio "Sawt
Al-Arab" di Kairo, Mesir, dan pemancar radio di Sana'a, Yaman, membuktikan
bahwa nenek moyang Keluarga Saudi
adalah Yahudi.
Kesaksian bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi:
- Raja Faisal Al-Saud tidak bisa menyanggah bahwa keluarganya
adalah keluarga Yahudi ketika
memberitahukan kepada the WASHINGTON POST pada tanggal 17 September 1969,
dengan menyatakan bahwa:
"Kami,
Keluarga Saudi, adalah keluarga Yahudi: Kami sepenuhnya tidak setuju dengan
setiap penguasa Arab atau Islam yang memperlihatkan permusuhannya kepada
Yahudi, sebaliknya kita harus tinggal bersama mereka dengan damai. Negeri kami,
Saudi Arabia merupakan sumber awal Yahudi dan nenek-moyangnya, dari sana
menyebar ke seluruh dunia". Itulah pernyataan Raja Faisal
Al-Saud bin Abdul Aziz.
Hafb, kakekku, Saud Awal,
menceriterakan saat menawez Wahbi, Penasihat Hukum Keluarga Kerajaan Saudi
menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul "Semenanjung Arabia" bahwa
Raja Abdul Aziz yang mati tahun 1953
mengatakan: "Pesan Kami (Pesan Saudi) dalam menghadapi oposisi dari Suku-suku Araan sejumlah
Shaikh dari Suku Mathir, dan ketika kelompok lain dari suku yang sama datang
untuk menengahi dan meminta membebaskan semua tawanannya, Saud Awal memberikan
perintah kepada orang-orangnya untuk memenggal
kepala semua tawanannya, kemudian mempermalukan dan menurunkan nyali para
penengah dengan cara mengundang
mereka ke jamuan makan, makanan yang
dihidangkan adalah daging manusia
yang sudah dimasak, potongan kepala
tawanan diletakkannya di atas piring.
Para penengah menjadi terkejut dan menolak untuk makan daging saudara
mereka sendiri, karena mereka menolak untuk memakannya, Saud Awal memerintahkan
memenggal kepala mereka juga.”
Itulah kejahatan yang sangat mengerikan
yang telah dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai raja kepada rakyat yang tidak berdosa, kesalahan mereka karena menentang terhadap kebengisannya dan memerintah
dengan sewenang-wenang.
Hafez Wahbi selanjutnya menyatakan
bahwa, “Berkaitan dengan kisah nyata berdarah yang menimpa Shaikh suku Mathir,
dan sekelompok suku Mathir yang mengunjunginya dalam rangka meminta pembebasan
pimpinan mereka yang menjadi tawanan Raja
Abdul Aziz Al-Saud bernama Faisal
Al-Darwis. Diceriterakannya kisah itu kepada utusan suku Mathir dengan
maksud mencegah agar mereka tidak meminta pembebasan pimpinan mereka, bila
tidak, mereka akan diperlakukan sama. Dia bunuh
Shaikh Faisal Darwis dan darahnya dipakai untuk berwudlu sebelum dia shalat. (melaksanakan ajaran menyimpang
Wahhabi). Kesalahan Faisal Darwis
waktu itu karena dia mengkritik Raja
Abul Aziz Al-Saud, ketika raja menandatangani dokumen yang disiapkan penguasa
Inggris pada tahun 1922 sebagai pernyataan memberikan Palestina kepada
Yahudi, tandatangannya dibubuhkan dalam sebuah konferensi di Al-Qir tahun 1922.
Sistem rejim Keluarga Yahudi (Keluarga
Saudi) dulu dan sekarang masih tetap sama: Tujuan-tujuannya adalah: merampas kekayaan negara, merampok,
memalsukan, melakukan semua jenis kekejaman, ketidakadilan, penghujatan dan
penghinaan, yang kesemuanya itu dilaksanakan sesuai dengan ajarannya Sekte Wahhabi yang membolehkan memenggal kepala orang yang menentang
ajarannya.”
Kehinaan yang Pasti Menimpa
para Penentang Allah Swt. dan
Rasul-Nya
Jadi, siapakah sebenarnya yang
akan menghancurkan
Islam? Jemaat Ahmadiyah ataukah para penyebar fitnah tentang Jemaat Ahmadiyah dan Pendirinya, yang disponsori oleh Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami)? Benarlah firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ
الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا﴿ؕ﴾
Dia-lah Yang telah mengutus
Rasul-Nya
dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama. Dan cukuplah
Allah sebagai Saksi. (Al-Fath
[48]:29).
Firman-Nya lagi:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang telah mengutus
Rasul-Nya
dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama
walau pun orang-orang musyrik membenci (AshShaff [61]:10).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai kehinaan
yang akan menimpa orang-orang yang menentang
Allah Swt. dan Rasul-Nya, termasuk di Akhir
Zaman ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِی -- “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar