Rabu, 23 Juli 2014

Fatwa Nabi Besar Muhammad Saw. Tentang Kemungkinan Munculnya "Dua Khalifah" Sebagai Imam (Pemimpin) Umat Islam Dalam Satu Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   275

      Fatwa Nabi Besar Muhammad Saw. Tentang  Kemungkinan Munculnya “Dua Khalifah” Sebagai Imam (Pemimpin) Umat Islam Dalam Satu Zaman

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai  nubuatan  tentang “makar buruk  yang dirancang oleh “sembilan orang” tokoh penentang para Rasul Allah (QS.27:49-50; QS.5:55-57) dan hubungannya dengan  Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) Tahun 1974” yang “penuh kebohongan dan fitnah” tersebut berkenaan dengan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) dan  Hizbullah  (Golongan Allah) hakiki (QS.5:55-57; QS.58:21-23) yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad a.s. atas perintah Allah Swt, yakni Jemaat Muslim Ahmadiyah:

Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) Tahun 1974”

         Qadianiyah atau Ahmadiyah: adalah sebuah gerakan bawah tanah yang melawan Islam dan Muslim dunia, dengan penuh kepalsuan dan kebohongan mengaku sebagai sebuah aliran Islam; yang berkedok sebagai Islam dan untuk kepentingan keduniaan berusaha menarik perhatian dan merencanakan untuk merusak fondamen Islam. Penyimpangan-penyimpangan nyata dari prinsip-prinsip dasar Islam adalah sebagai berikut :
1.  Pendirinya mengaku dirinya sebagai nabi.
2.  Mereka dengan sengaja menyimpangkan pengertian ayat-ayat suci Al-Quran.
3.  Mereka menyatakan bahwa jihad telah dihapus.
       Qadianiyah semula dibantu perkembangannya oleh imperialisme Inggris. Oleh sebab itu, Qadiani telah tumbuh dengan subur di bawah bendera Inggris. Gerakan ini telah sepenuhnya berkhianat dan berbohong dalam berhubungan dengan ummat Islam. Agaknya, mereka setia kepada Imperialisme dan Zionisme. Mereka telah begitu dalam menjalin hubungan dan bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan anti-Islam dan menyebarkan ajaran khususnya melalui metode-metode jahat berikut ini :
1.        Membangun mesjid dengan bantuan dari kekuatan anti Islam di mana pemikiran-pemikiran Qadiani yang menyesatkan ditanamkan kepada orang.
2.        Membuka sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan panti asuhan di mana didalamnya orang diajarkan dan dilatih untuk bagaimana agar mereka dapat lebih menjadi anti-Islam dalam setiap kegiatan-kegiatan mereka.
3.     Mereka juga menerbitkan versi Al-Qur’an yang merusak dalam berbagai macam bahasa lokal dan internasional.
       Untuk menanggulangi keadaan bahaya ini, Konferensi Liga Muslim Dunia telah merekomendasikan dan mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1.  Seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia harus tetap mewaspadai setiap kegiatan-kegiatan orang-orang Ahmadiyah di masing-masing negara dan membatasi sekolah-sekolah dan panti-panti asuhan mereka. Selain itu, kepada seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia, harus dapat menunjukkan kepada setiap Muslim di seluruh dunia tentang gambaran asli orang Qadiani dan memberikan laporan/data tentang berbagai macam taktik mereka sehingga kaum Muslim di seluruh dunia terlindung dari rencana-rencana mereka.
2.      Mereka harus dianggap sebagai golongan Non-Muslim dan keluar dari Islam dan juga dilarang keras untuk memasuki Tanah Suci.
3.      Tidak berurusan dengan orang-orang Ahmadiyah Qadiani, dan memutuskan hubungan sosial, ekonomi, dan budaya. Tidak melakukan pernikahan dengan mereka, serta mereka tidak diizinkan untuk dikubur di pemakaman Muslim serta diperlakukan seperti layaknya orang-orang non-Muslim yang lainnya.
4.   Seluruh negara-negara Muslim di dunia harus mengadakan pelarangan keras terhadap aktivitas para pengikut Mirza Ghulam Ahmad. Dan harus menganggap mereka sebagai minoritas non Muslim dan melarang mereka untuk jabatan yang sensitif dalam negara.
5.      Menyiarkan semua penyelewengan Ahmadiyah yang mereka lakukan terhadap Kitab Suci Al-Qur’an disertai inventarisasi terjemahan-terjemahan Al-Qur’an yang dibuat oleh Ahmadiyah dan memperingatkan umat Islam mengenai karya-karya tulis mereka.
6.     Semua golongan yang menyeleweng dari Islam diperlakukan sama seperti Ahmadiyah.
 
Fatwa Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai “Dua Khalifah” Pada Masa yang Sama

     Dua sabda Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini cukup sebagai jawaban mengenai  adanya hubungan erat antara Deklarasi Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) Tahun 1974”  yang penuh fitnah dan kedustaan mengenai Jemaat Ahmadiyah,  dengan terbunuhnya Raja Faisal  oleh keponakannya,  sebagaimana dikemukakan dalam “copas” berikut ini, yang telah dibahas dalam Bab 272 & 273:

Resensi Buku: KUDETA MEKKAH-Sejarah Yang Tak Terkuak
Permasalahan Saudi ternyata sangat kompleks…
===
Judul Buku : KUDETA MEKKAH-Sejarah Yang Tak Terkuak
Pengarang : Yaroslav Trofimov
Penerbit : Pustaka Alvabet, Jakarta
Cetakan ke : 2 (saya memperoleh cetakan ke-1 Des 2007)
Tebal : 384 hal
Genghis Khun

        Mengapa demikian? Sebab telah  disepakati oleh  Dunia Islam  yang tergabung dalam Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami),  untuk mengukuhkan Raja Faisal dari kerajaan Saudi Arabia   sebagai Khalifah seluruh umat Islam, padahal    saat itu  satu-satunya golongan (jama’ah) Muslim  yang mendakwakan dipimpin secara berkesinambungan oleh seorang Khalifah Ruhani  Internasional    -- yakni para Khalifah dari   Al-Masih Mau’ud a.s. yang disebut Khalifatul-Masih   -- adalah Jemaat Muslim Ahmadiyah.
       Berkenaan dengan kemungkinan adanya dua orang “Khalifah” di kalangan Muslim dalam satu zaman, Nabi Besar Muhammad saw. telah berfatwa:  Bunuh salah satunya.  Artinya adalah “khalifah” yang tidak benar pasti akan mati  dengan  cara apa pun yang dikehendaki Allah Swt., sebab  Tauhid Ilahi  tidak menginginkan adanya syirik (kemusyrikan) dengan adanya 2 “Khalifah  di Akhir Zaman ini, sebab akan menyebabkan perpecahan umat. Mengenai hal tersebut berikut  adalah keterangan dari Imam al- Mawardi:
وَذَهَبَ الْجُمْهُورُ إلَى أَنَّ إقَامَةَ إمَامَيْنِ فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ لاَ يَجُوزُ شَرْعًا لِمَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: {إذَا بُويِعَ أَمِيرَانِ فَاقْتُلُوا أَحَدَهُمَا}. وَرُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: {إذَا وَلَّيْتُمْ أَبَا بَكْرٍ تَجِدُوهُ قَوِيًّا فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ضَعِيفًا فِي بَدَنِهِ. وَإِذَا وَلَّيْتُمْ عُمَرَ تَجِدُوهُ قَوِيًّا فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَوِيًّا فِي بَدَنِهِ، وَإِنْ وَلَّيْتُمْ عَلِيًّا تَجِدُوهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا}. فَبَيَّنَ بِظَاهِرِ هَذَا الْكَلاَمِ أَنَّ إقَامَةَ جَمِيعِهِمْ فِي عَصْرٍ وَاحِدٍ لاَ يَصِحُّ، وَلَوْ صَحَّ لاَشَارَ إلَيْهِ، وَلَنَبَّهَ عَلَيْهِ.
“Dan mayoritas ulama mengadopsi pendapat bahwa mengangkat dua orang penguasa dalam satu masa tidak diperbolehkan secara syar’i berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Jika diangkat dua orang pemimpin maka bunuhlah salah satunya (yang terakhir dari keduanya-pen.).” Dan diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “Jika kalian mengangkat Abu Bakr menjadi pemimpin maka kalian temukan dirinya kuat dalam Dīn Allah dan lemah fisiknya, dan jika kalian mengangkat ‘Umar menjadi pemimpin maka kalian temukan dirinya kuat dalam Din Allah dan kuat fisiknya, dan jika kalian mengangkat ‘Ali sebagai pemimpin maka akan kalian temukan bahwa ia adalah orang yang menyampaikan petunjuk dan dianugerahi petunjuk.”  (Aadab al-Dunyaa’ wa al-Diin, Imam ‘Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Syafi’i (Imam al-Mawardi).

Genapnya Nubuatan Mengenai Janji Allah Swt. Mengenai   adanya Khilafat dan Perumpamaan Dalam Injil

       Jadi,  dengan “dibunuhnya Raja Faisal oleh keponakannya” merupakan dalil dan  bukti yang sangat kuat mengenai kebenaran   sabda Nabi Besar Muhammad saw. إذَا بُويِعَ أَمِيرَانِ فَاقْتُلُوا أَحَدَهُمَا     “Jika diangkat dua orang pemimpin maka bunuhlah salah satunya.” Sebab silsilah Khilafat di lingkungan Jemaat Ahmadiyah telah berlangsung sejak  wafatnya Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang atas perintah Allah Swt. beliau  telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi a.s. dan juga Al-Masih Mau’ud a.s.  -- pada tahun 1908 (1835-1908), secara berturut-turut Jemaat Muslim Ahmadiyah dipimpin oleh:
(1)  Al-Hajj Hakim Nuruddin  r.a.  sebagai Khalifatul Masih I (1908-1914);
(2)  Al-Hajj Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.  (Al-Mushlih Mau’ud r.a)  - Khalifatul Masih II  (1914-1965);
(3)  Mirza  Nasir Ahmad r.a.Khalifatul Masih III (1965-1983)   
(4)  Mirza Tahir Ahmad r.h.Khalifatul Masih IV  (1983-2003);
(5)  Mirza Masroor Ahmad   -- Khalifatul Masih V    (2003- sekarang)
         Usia panjang dari Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. (73 tahun),  demikian juga masa pendakwaan kenabian beliau  sekitar 23 tahun, dan keberlangsungan silsilah Khilafat penerus beliau sampai saat ini, membuktikan benarnya firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿ ﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan keamanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka. (An-Nūr [24]:46).
      Dan juga membuktikan benarnya  perumpamaan dalam Injil mengenai para pengikut hakiki Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman yang telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud,  ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  --  demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ   -- dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya, لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ  --  supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu.  وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا  -- dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).

Senjata Makan TuanDeklarasi “Fitnah” Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islamy) Tentang  Jemaat Muslim Ahmadiyah

        Kemudian mengenai kehinaan yang akan menimpa para penentang Rasul Allah Dia berfirman:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan:  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِی  -- “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
    Berbagai bentuk kehinaan yang dialami orang-orang yang secara zalim melontarkan berbagai fitnah keji terhadap Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan para anggota Jemaat Ahmadiyah  merupakan bukti nyata kebenaran firman Allah Swt.  tersebut, sebab Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa berbagai fitnah dan tuduhan   terhadap orang lain   -- terutama terhadap sesama  Muslim   -- jika fitnah dan tuduhan   tersebut tidak benar   akan berbalik kepada fihak yang melontarkan fitnah dan tuduhan dusta tersebut:
      Sebagaimana diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Abi Dzar r.a.,  bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa yang memanggil seseorang dengan kata-kata kafir, atau berkata: “Wahai musuh Allah”, sedangkan tidaklah demikian halnya, maka tuduhan dan kata-kata itu kembali dan berlaku kepada dirinya." (HR Bukhari dan Muslim).
        Berikut “copas” dari internet mengenai “Silsilah Dinasti Saudi” dengan judul:

Dinasti Saudi: Dari Mana Asal Mereka? dan Siapa Sesungguhnya Nenek-Moyangnya?

Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info

Penelitian dan pemaparan Mohammad Sakher:
Setelah menemukan fakta-fakta di bawah ini, Rejim Saudi memerintahkan untuk membunuhnya.
Raja Saud-1957
Apakah anggota keluarga Saudi berasal dari Suku Anza bin Wa'il seperti pengakuannya?
Apakah agama mereka Islam?
Apakah mereka asli Bangsa Arab?
      Di Najd, pada tahun 851 H serombongan bani Al-Masalikh, keturunan Suku Anza, membentuk sebuah kafilah dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul, ditugaskan untuk membeli bahan makanan, biji-bijian gandum dan jagung ke Iraq. Ketika sampai di Bashra, mereka langsung menuju ke sebuah toko pakan yang pemiliknya seorang Yahudi bernama Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe.
      Ketika sedang berlangsung tawar-menawar, Yahudi si pemilik toko bertanya kepada mereka: "Berasal dari suku manakah Anda?". Mereka menjawab: "Kami berasal dari Bani Anza", salah satu Suku Al-Masalikh". Mendengar nama suku itu disebut, orang Yahudi itu memeluk mereka dengan mesra sambil mengatakan bahwa dirinya juga berasal dari Suku Al-Masalikh, namun menetap di Bashra, Iraq karena permusuhan keluarga antara ayahnya dengan anggota Suku Anza lainnya.
       Setelah Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe mengatakan kepada mereka ceritera yang direkayasa mengenai dirinya, dia kemudian memerintahkan kepada pembantunya untuk menaikkan barang-barang belanjaan kafilah itu ke atas Unta-unta mereka. Sikap Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe yang dinilai baik dan tulus itu membuat kagum rombongan bani Masalikh dan sekaligus menimbulkan kebanggaan mereka karena bertemu saudara sesama suku di Iraq - dimana mereka mendapatkan bahan makanan yang sangat mereka perlukan, mereka percaya kepada setiap kata yang diucapkan Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe, karena dia seorang pedagang kaya komoditi pakan, mereka menyukai Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe (walaupun sebenarnya dia bukan orang Arab dari suku Al-Masalikh, tapi seorang Yahudi yang berpura-pura)
       Saat kafilah sudah siap akan kembali ke Najd, pedagang orang Yahudi itu meminta ijin menumpang dengan mereka pergi ke tempat asalnya, Najd. Permintaan pedagang Yahudi itu diterima dengan senang hati oleh rombongan bani Al-Masalikh.
      Akhirnya Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe sampai di Najd. Di Najd ia mulai menyebarluaskan propaganda dirinya dibantu beberapa orang dari bani Al-Masalikh yang baru tiba bersama-'sama dia dari Bashra. Propagandanya berhasil, sejumlah orang mendukungnya, tetapi ditentang oleh yang lain dipimpin oleh Shaikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, ulama di kota Al-Qasim, yang wilayah dakwahnya meliputi Najd, Yaman dan Hijaz. Ia mengusir Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe (nenek moyang Keluarga Saudi yang saat ini berkuasa) dari kota Al-Qasim ke kota Al-Ihsa, di sana ia mengganti namanya menjadi Markhan bin Ibrahim Musa.
      Kemudian dia pindah ke daerah Dir´iya dekat Al-Qatif. Di daerah ini dia mulai menyebarkan ceritera rekayasa kepada penduduk mengenai Perisai Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang dirampas sebagai rampasan perang oleh orang musyrik Arab sewaktu Perang Uhud. Perisai itu kemudian dijual oleh orang musyrik Arab kepada Suku Yahudi Bani Qunaiqa dan menyimpannya sebagai koleksi barang berharga.
       Perlahan tapi pasti, Markhan bin Ibrahim Musa menanamkan pengaruhnya di antara orang-orang Badui melalui ceritera fiktif yang hal ini memberitahu kita bagaimana berpengaruhnya suku-suku Yahudi di Arab dengan menempati kedudukan terhormat. Dia menjadi orang penting diantara suku Badui dan memutuskan untuk tetap tinggal di kota Dir´iya, dekat Al-Qatif kemudian memutuskan menjadikannya sebagai ibukota di Teluk Persia. Ia bercita-cita menjadikan kota itu sebagai batu loncatan untuk membangun kerajaan Yahudi di Tanah Arab.
       Dalam rangka memenuhi ambisisnya, dia mulai mendekati dan mempengaruhi suku Arab Badui padang pasir untuk mendukung posisinya, kemudian menobatkan dirinya sebagai raja mereka.Pada saat yang genting ini, Suku Ajaman bersama-sama dengan Suku Bani Khalid mencium bahaya Yahudi licik ini dan sangat mengkhawatirkan rencana jahatnya, karena dia telah dapat mengukuhkan identitasnya sebagai orang Arab. Mereka sepakat untuk menghentikannya, kemudian menyerang kota Dar'iya dan berhasil menaklukannya, tetapi sebelum menawan Markhan bin Ibrahim Musa, dia melarikan diri.
       Dalam pelariannya, Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai) mencari perlindungan di sebuah perkebunan Al-Malibiid-Ghusaiba dekat Al-Arid, milik orang Arab. Sekarang kota itu bernama Al-Riyadh. Mordakhai meminta perlindungan politik kepada pemilik perkebunan. Pemiliknya yang ramah itu kemudian segera memberikan tempat perlindungan.
      Namun belum juga sampai sebulan dia tinggal di perkebunan itu, Mordakhai membunuh pemilik beserta anggota keluarganya, kemudian mengarang ceritera bahwa mereka dibunuh oleh perampok. Dia juga mengaku telah membeli real estate dari pemiliknya sebelum kejadian tragis itu. Maka tinggallah dia disana sebagai pemilik tanah yang baru, kemudian daerah itu diberi nama baru Al-Di'riya, nama yang sama dengan tempat sebelumnya yang ia tinggalkan.
       Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai) segera membangun sebuah "Guest House" yang disebutnya "Madaffa" di atas tanah yang direbut dari korbannya. Kemudian berkumpullah disekelilinya kelompok munafik yang mulai menyebarkan propaganda bohong bahwa Mordakhai adalah seorang Seikh Arab terkemuka. Mereka merencanakan membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, musuh bebuyutan Mordakhai dan berhasil membunuhnya di sebuah mesjid di kota Al-Zalafi.
       Mordakhai puas telah berhasil membunuh Sheikh Saleh Salman Abdullah Al- Tamimi, kemudian menjadikan Al-Dir'iya sebagai tempat tinggalnya. Di Al-Dir'iya dia berpoligami dan beranak'pinak, anak-anaknya diberi nama asli Arab. Sejak saat itu keturunan dan kekuasaan mereka tumbuh berkembang di bawah nama Suku Saudi, mereka juga mengikuti jejak Mordakhai dan kegiatannya dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi serta berkonspirasi melawan bangsa Arab.
        Secara ilegal mereka menguasai daerah pedalaman dan tanah-tanah perkebunan, membunuh setiap orang yang mencoba menghalangi rencana jahat mereka. Untuk mempengaruhi penduduk di wilayah itu, mereka menggunakan segala macam jenis tipu daya untuk mencapai tujuannya: mereka suap orang-orang yang tidak sefaham dengan uang dan perempuan. Mereka suap penulis sejarah untuk menuliskan biografi sejarah keluarganya yang bersih dari kejahatan, dibuatkannya silsilah keluarga bersambung kepada Suku Arab terhormat seperti Rabi'?  Anza dan Al-Masalikh.
       Seorang munafik zaman kiwari bernama Mohammad Amin Al-Tamimi - Direktur/Manager Perpustakaan Kontemporer Kerajaan Saudi, menyusun garis keturunan (Family Tree) untuk Keluarga Yahudi ini (Keluarga Saudi), menghubungkan garis keturunan mereka kepada Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam . Sebagai imbalan pekerjaannnya itu, ia menerima imbalan sebesar 35.000 (Tiga Puluh Lima Ribu) Pound Mesir dari Duta Besar Saudi Arabia di Kairo pada tahun 1362 H atau 1943 M. Nama Duta Besar Saudi Arabia itu adalah Ibrahim Al-Fadel.
       Seperti disebutkan di atas, Yahudi nenek moyang Keluarga Saudi (Mordakhai), yang berpoligami dengan wanita-wanita Arab melahirkan banyak anak, saat ini pola poligami Mordakhai dilanjutkan oleh keturunannya, dan mereka bertaut kepada warisan perkawinan itu. Salah seorang anak Mordakhai bernama Al-Maqaran, (Yahudi: Mack-Ren) mempunyai anak bernama Muhammad, dan anak yang lainnya bernama Saud, dari keturunan Saud inilah Dinasti Saudi saat ini.
        Keturunan Saud (Keluarga Saud) memulai melakukan kampanye pembunuhan pimpinan terkemuka suku-suku Arab dengan dalih mereka murtad, mengkhianati agama Islam, meninggalkan ajaran-ajaran Al-Quran, dan keluarga Saud membantai mereka atas nama Islam.
       Di dalam buku sejarah Keluarga Saudi halaman 98-10, penulis pribadi sejarah keluarga Saudi menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap semua penduduk Najd menghina tuhan, oleh karena itu darah mereka halal, harta-bendanya dirampas, wanita-wanitanya dijadikan selir, tidak seorang islampun dianggap benar, kecuali pengikut sekte Muhammad bin Abdul Wahhab (yang aslinya juga keturunan Yahudi Turki).
     Doktrin Wahhabi memberikan otoritas kepada Keluarga Saudi untuk menghancurkan perkampungan dan penduduknya, termasuk anak-anak dan memperkosa wanitanya, menusuk perut wanita hamil, memotong tangan anak-anak, kemudian membakarnya. Selanjutnya mereka diberikan kewenangan dengan Ajarannya yang Kejam ( Brutal Doctrin ) untuk merampas semua harta kekayaan milik orang yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran agama karena tidak mengikuti ajaran Wahhabi.
       Keluarga Yahudi yang jahat dan mengerikan ini melakukan segala jenis kekejaman atas nama sekte agama palsu mereka (sekte Wahhabi) yang sebenarnya diciptakan oleh seorang Yahudi untuk menaburkan benih-benih teror di dalam hati penduduk di kota-kota dan desa-desa. Pada tahun 1163 H, Dinasti Yahudi ini mengganti nama Semenanjung Arabia dengan nama keluarga mereka, menjadi Saudi Arabia, seolah-olah seluruh wilayah itu milik pribadi mereka, dan penduduknya sebagai bujang atau budak mereka, bekerja keras siang dan malam untuk kesenangan tuannya, yaitu Keluarga Saudi.
       Mereka dengan sepenuhnya menguasai kekayaan alam negeri itu seperti miliknya pribadi. Bila ada rakyat biasa mengemukakan0 (sembilan pukuh) Suite rooms di Grand Hotel dengan harga $1 juta semalamnya. Dapatkah kita memberikan komentar terhadap pemborosan yang dilakukan keluarga kerajaan seperti itu, yang pantas adalah: Dihukum pancung di lapangan terbuka.
          Pada tahun 1960'an, pemancar radio "Sawt Al-Arab" di Kairo, Mesir, dan pemancar radio di Sana'a, Yaman, membuktikan bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi.
Kesaksian bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi:
       - Raja Faisal Al-Saud tidak bisa menyanggah bahwa keluarganya adalah keluarga Yahudi ketika memberitahukan kepada the WASHINGTON POST pada tanggal 17 September 1969, dengan menyatakan bahwa:
        "Kami, Keluarga Saudi, adalah keluarga Yahudi: Kami sepenuhnya tidak setuju dengan setiap penguasa Arab atau Islam yang memperlihatkan permusuhannya kepada Yahudi, sebaliknya kita harus tinggal bersama mereka dengan damai. Negeri kami, Saudi Arabia merupakan sumber awal Yahudi dan nenek-moyangnya, dari sana menyebar ke seluruh dunia". Itulah pernyataan Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
         Hafb, kakekku, Saud Awal, menceriterakan saat menawez Wahbi, Penasihat Hukum Keluarga Kerajaan Saudi menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul "Semenanjung Arabia" bahwa Raja Abdul Aziz yang mati tahun 1953 mengatakan: "Pesan Kami (Pesan Saudi) dalam menghadapi oposisi dari Suku-suku Araan sejumlah Shaikh dari Suku Mathir, dan ketika kelompok lain dari suku yang sama datang untuk menengahi dan meminta membebaskan semua tawanannya, Saud Awal memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk memenggal kepala semua tawanannya, kemudian mempermalukan dan menurunkan nyali para penengah dengan cara mengundang mereka ke jamuan makan, makanan yang dihidangkan adalah daging manusia yang sudah dimasak, potongan kepala tawanan diletakkannya di atas piring.  Para penengah menjadi terkejut dan menolak untuk makan daging saudara mereka sendiri, karena mereka menolak untuk memakannya, Saud Awal memerintahkan memenggal kepala mereka juga.”
        Itulah kejahatan yang sangat mengerikan yang telah dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai raja kepada rakyat yang tidak berdosa, kesalahan mereka karena menentang terhadap kebengisannya dan memerintah dengan sewenang-wenang.
        Hafez Wahbi selanjutnya menyatakan bahwa, “Berkaitan dengan kisah nyata berdarah yang menimpa Shaikh suku Mathir, dan sekelompok suku Mathir yang mengunjunginya dalam rangka meminta pembebasan pimpinan mereka yang menjadi tawanan Raja Abdul Aziz Al-Saud bernama Faisal Al-Darwis. Diceriterakannya kisah itu kepada utusan suku Mathir dengan maksud mencegah agar mereka tidak meminta pembebasan pimpinan mereka, bila tidak, mereka akan diperlakukan sama. Dia bunuh Shaikh Faisal Darwis dan darahnya dipakai untuk berwudlu sebelum dia shalat. (melaksanakan ajaran menyimpang Wahhabi). Kesalahan Faisal Darwis waktu itu karena dia mengkritik Raja Abul Aziz Al-Saud, ketika raja menandatangani dokumen yang disiapkan penguasa Inggris pada tahun 1922 sebagai pernyataan memberikan Palestina kepada Yahudi, tandatangannya dibubuhkan dalam sebuah konferensi di Al-Qir tahun 1922.
        Sistem rejim Keluarga Yahudi (Keluarga Saudi) dulu dan sekarang masih tetap sama: Tujuan-tujuannya adalah: merampas kekayaan negara, merampok, memalsukan, melakukan semua jenis kekejaman, ketidakadilan, penghujatan dan penghinaan, yang kesemuanya itu dilaksanakan sesuai dengan ajarannya Sekte Wahhabi yang membolehkan memenggal kepala orang yang menentang ajarannya.”

Kehinaan yang Pasti Menimpa para Penentang Allah Swt. dan Rasul-Nya

      Jadi, siapakah sebenarnya  yang akan menghancurkan Islam? Jemaat Ahmadiyah ataukah para penyebar fitnah tentang Jemaat Ahmadiyah dan Pendirinya,   yang disponsori oleh Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami)? Benarlah firman-Nya:    
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ  لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ  شَہِیۡدًا﴿ؕ﴾
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama.  Dan  cukuplah Allah sebagai Saksi. (Al-Fath [48]:29).
Firman-Nya lagi:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik membenci (AshShaff [61]:10).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kehinaan yang akan menimpa orang-orang yang menentang Allah Swt. dan Rasul-Nya, termasuk di Akhir Zaman ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan:  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِی  -- “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  30 Juni    2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar