بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 261
“Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt.
&
Doa Takabbur Abu Jahal dan Pengabulannya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai keunggulan Al-Quran
dan Taurat dibandingkan
kitab-kitab suci lain yang diwahyukan sebelumnya, firman-Nya:
قُلۡ فَاۡتُوۡا بِکِتٰبٍ مِّنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ
اَتَّبِعۡہُ اِنۡ کُنۡتُمۡ
صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکَ فَاعۡلَمۡ اَنَّمَا یَتَّبِعُوۡنَ اَہۡوَآءَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ بِغَیۡرِ ہُدًی مِّنَ
اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah: “Maka datangkanlah
sebuah kitab dari sisi Allah sebagai
petunjuk yang lebih baik daripada keduanya
supaya aku
mengikutinya, jika kamu adalah orang-orang
yang benar.” Tetapi jika mereka tidak menjawab tantangan engkau maka ketahuilah bahwasanya mereka hanya mengikuti hawa nafsunya. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Qashāsh
[28]:50-51).
Ayat فَاۡتُوۡا
بِکِتٰبٍ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ --
“Maka datangkanlah sebuah kitab dari
sisi Allah sebagai petunjuk yang
lebih baik daripada keduanya,” mengisyaratkan kepada kedudukan sangat tinggi yang dimiliki oleh Al-Quran dan Taurat di
antara kitab-kitab samawi, dan Al-Quran adalah yang terbaik dari antara kitab-kitab wahyu, sedang Kitab
Taurat menduduki tempat kedua. Al-kitab
pada khususnya ditujukan kepada Taurat
atau kepada tiap-tiap kitab yang diwahyukan.
Ayat ini
dapat diartikan, baik: (1) mereka yang telah dianugerahi pengertian tepat mengenai kitab itu — Kitab Taurat — dan merenungkannya
pasti mempercayai Al-Quran juga; atau (2) dari antara pengikut-pengikut tiap
kitab yang diwahyukan, segolongan besar akan beriman kepada Al-Quran
dan masuk Islam di setiap
abad.
Bantahan Allah Swt.
Berikut
adalah pernyataan Allah Swt. yang membantah
bahwa Al-Quran merupakan gubahan Nabi
Besar Muhammad saw., sebab bagaimana mungkin beliau saw. mengetahui bahwa setelah beliau saw. terpaksa harus hijrah dari Mekkah ke Madinah
kemudian hanya dalam beberapa tahun saja beliau saw. akan kembali memasuki Mekkah sebagai seeorang “penakluk agung” yang diiringi 10.000
orang pengikut? Firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡ فَرَضَ عَلَیۡکَ
الۡقُرۡاٰنَ لَرَآدُّکَ اِلٰی مَعَادٍ ؕ قُلۡ رَّبِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَنۡ جَآءَ بِالۡہُدٰی وَ مَنۡ ہُوَ
فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sesungguhnya Dia
yang telah mewajibkan Al-Quran atas engkau, pasti Dia akan mengembalikan engkau ke tempat kembali yang
telah dit-tapkan. Katakanlah: “Rabb-ku
(Tuhan-ku) lebih mengetahui siapa yang
membawa petunjuk, dan siapa yang ada
dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Qashash [28]:86).
Ayat ini dianggap
oleh beberapa ulama diturunkan
tatkala Nabi Besar Muhammad saw. sedang dalam perjalanan melakukan hijrah
dari Mekkah ke Medinah ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., yang
ketika keduanya bersembunyi di gua Tsaur, Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. sangat khawatir
kedua akan dapat ditangkap oleh para pemburu mereka dari Mekkah yang sudah
berada di depan mulut gua namun hatinya
ditentramkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.9:40).
Ayat ini mengandung nubuatan besar, yaitu, bahwa pada suatu hari Nabi Besar Muhammad
saw. akan terpaksa meninggalkan Mekkah, tetapi kemudian pada akhirnya beliau saw. akan
kembali lagi ke Mekkah sebagai seorang pemenang
dan penakluk, dengan demikian
sempurnalah “duel makar” yang
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ
عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ
یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, jika
kamu bertakwa kepada Allah یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا -- Dia akan
menjadikan bagi kamu pembeda, dan Dia
akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu, Dia akan mengampuni kamu, dan Allah Memiliki karunia yang sangat besar. Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfal
[9]:30-31).
Dalam ayat pertama Allah Swt. mengingatkan para pengikut
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya ketakwaan kepada Allah Swt.
agar Dia menganugerahkan furqān (pembeda). Sebagaimana telah dijelskan
bahwa furqān berarti: (1)
sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane).
Ayat
selanjutnya mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun
Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika Abu Jahal dan para pemimpin
kaum kafir Mekkah lainnya melihat, bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru
(agama Islam) gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Mekkah telah hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang
terkemuka warga kota berkumpul di Darun
Nadwah untuk membuat rencana ke
arah usaha terakhir guna menghabisi Islam, yakni dengan tiga
kemungkinan: (1). supaya mereka dapat menangkap Nabi Besar Muhammad saw.
atau (2) membunuh beliau saw.atau (3)
mengusir beliau
saw..
“Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt.
Sesudah
diadakan pertimbangan mendalam,
terpikir oleh mereka satu rencana,
yaitu sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah
Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh
beliau saw.. Tetapi tanpa setahu mereka,
Nabi Besar Muhammad saw. secara diam-diam meninggalkan rumah tengah malam
buta, ketika para penjaga dikuasai
oleh kantuk, lalu karena hari telah menjelang malam beliau
saw. berlindung di Gua Tsaur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang
setia, dan akhirnya beberapa hari kemudian keduanya sampai dengan selamat di Medinah dengan selamat,
firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ نَصَرَہُ اللّٰہُ اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
﴿﴾
Jika kamu tidak
menolongnya maka sungguh Allah telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir,
sedangkan ia kedua dari yang dua ketika
keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا -- “Janganlah
engkau sedih sesungguhnya Allah
beserta kita”, lalu Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya
dan menolongnya dengan
lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,
dan Dia menjadikan perkataan
orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (At-Taubah [9]:40).
Menurut Allah
Swt., pada hakikatnya makar
buruk yang dilakukan oleh para pemimpin
kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal
tersebut merupakan pengulangan makar buruk yang dilakukan
oleh para pemimpin kaum Tsamud
terhadap Nabi Shalih a.s. ribuan tahun sebelumnya.
Dengan demikian jelaslah kisah-kisah para Rasul Allah dengan kaum-kaum purbakala dalam Al-Quran
bukanlah merupakan “dongeng”
sebagaimana tuduhan para penentang
Nabi Besar Muhammad saw., karena di
dalamnya terkandung berbagai nubuatan yang pasti akan terjadi lagi, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰی ثَمُوۡدَ اَخَاہُمۡ
صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ
فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ
تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ
اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ﴿﴾ قَالُوا طَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ
طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah mengutus kepada Tsamud
اَخَاہُمۡ صٰلِحًا -- saudara mereka Shalih yang berkata: “Sembahlah
Allah” maka tiba-tiba mereka menjadi
dua golongan yang saling berbantah.
Ia, Shalih, berkata: “Hai kaumku, mengapakah kamu minta disegerakan keburukan sebelum datang kebaikan? Mengapakah kamu tidak memohon ampun kepada Allah supaya kamu
di kasihani?” قَالُوا طَّیَّرۡنَا بِکَ وَ
بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ
اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ -- Mereka berkata: “Hai Shalih, kami
telah mendapatkan nasib malang disebabkan engkau dan orang yang
beserta engkau.” Ia, Shalih, berkata: “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu kaum
yang diuji.” (An-Naml [27]:46-48).
Dari Al-Quran
diketahui, bahwa para penentang rasul Allah di setiap zaman selalu menisbahkan (menuduh) bahwa keberadaan Rasul
Allah dan para pengikutnya merupakan
penyebab mereka ditimpa berbagai macam kemalangan. Tuduhan dusta tersebut dijawab oleh Nabi Shalih a.s.: طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ
اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ -- “Nasib
buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu
kaum yang diuji.”
“Sembilan Orang Pemimpin Kekafiran” di Setiap Zaman Pengutusan Rasul Allah
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai makar-buruk yang dirancang oleh parta penentang Nabi Shalih a.s.
tersebut -- yang diulangi
lagi oleh para penentang Nabi Besar
Muhammad saw. pimpinan Abu Jahal --
firman-Nya:
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ
رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ
لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا
مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ وَ
اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota
itu ada
sembilan orang yang
berbuat kerusuhan di bumi dan tidak
mau meng-adakan perbaikan. Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan
keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: “Kami sekali-kali tidak menyaksikan
keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang benar.”
(An-Naml
[27]:49-50).
Dengan
sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ
تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی
الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ -- “Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat
kerusuhan di bumi dan tidak mau meng-adakan perbaikan” adalah
sembilan orang penentang keras Nabi Besar Muhammad saw. terkemuka. Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya
itu, mati di Mekkah ketika sampai ke telinganya khabar tentang kekalahan di
Badar.
Kedelapan
orang itu adalah Abu Jahal, Muthim bin
Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah, Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka
bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw. Rencana sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy, dan kemudian
mengadakan serangan pembunuhan yang
berencana atas beliau saw., sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab
atas pembunuhan terhadap beliau saw.
itu. Rencana buruk itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu.
Dan tidak mustahil
jumlah "9 orang pembuat kerusakan" di muka bumi yang menentang
para Rasul Allah tersebut pun merupakan nubuatan yang juga
terjadi di Akhir Zaman ini terhadap perjuangan suci Rasul Akhir Zaman
untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).
Waliy dalam ayat ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ
-- “kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya,” berarti: ahli
waris; seseorang yang menuntut balas atas pembunuhan; seorang pembalas dendam
atas pembunuhan (Lexicon Lane).
Namun makar buruk para pemimpin
kekafiran tersebut dihadapi Allah Swt. dengan
”makar tandingan” dan dalam “duel makar” tersebut selalu Allah Swt.
yang unggul, firman-Nya:
وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا
یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ
قَوۡمَہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ
خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّقَوۡمٍ
یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا
یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka membuat makar buruk dan Kami
pun membuat makar tandingan,
tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya
akibat makar buruk mereka,
sesungguhnya Kami memusnahkan mereka
dan kaumnya semua. Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh karena mereka
berbuat zalim. Sesungguhnya dalam
yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang mengetahui. Dan Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertakwa. (An-Naml [27]:51-54).
“Doa Takabbur” Abu Jahal
Walau pun
benar bahwa akibat makar buruk yang
dirancang oleh Abu Jahal dan
kawan-kawannya tersebut telah membuat Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrah beliau saw. itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang
tidak menyadari, bahwa dengan memaksa
Nabi Besar Muhammad saw. hijrah dari
Mekkah, mereka meletakkan dasar
kehancuran bagi mereka sendiri, sebab merupakan Sunnatullah, selama Rasul Allah berada di satu tempat atau kota;
bagaimanapun zalimnya penduduk
tempat tersebut terhadap Rasul Allah yang diutus kepada mereka dan para pengikutnya -- maka Allah Swt. tidak akan menimpakan azab Ilahi yang membinasakan tempat atau kota tersebut.
Tetapi begitu Rasul Allah pergi meninggalkan tempat (kota) yang pendduduknya
zalim tersebut maka tidak ada alasan
lagi bagi Allah Swt. untuk menimpakan azab Ilahi kepada mereka. Berikut adalah
doa takabbur Abu Jahal
-- yang merupakan “Fir’aun”
zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:11-13; QS.8:53-54) -- firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾
وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾
وَ مَا لَہُمۡ اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ ہُمۡ
یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ
ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka,
dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. Dan mengapa Allah tidak akan mengazab mereka,
sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam,
dan mereka sekali-kali bukanlah
orang-orang yang berhak melindunginya? Tidak lain yang
berhak melindunginya melain-kan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl [8]:33-35).
Kira-kira
seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal
mendoa di medan perang Badar (Bukhari
— Kitab Tafsir). Doa takabbur Abu Jahal
tersebut itu dikabulkan secara harfiah. Yakni اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ -- “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang
pedih.” Abu Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan
ke dalam sebuah lubang.
Penyebabnya
yang utama adalah akibat lemparan segenggam
pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu Perang Badar merupakan kenyataan terkabulnya doa takabbur Abu Jahal tersebu dengan
berhembusnya badai gurun, firman-Nya:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ
لٰکِنَّ اللّٰہَ قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا
رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir
ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah
yang telah melempar, dan supaya Dia menganugerahi
orang-orang yang beriman anugerah
yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
(Al-Anfāl
[8]:18).
Nubuatan Penggantian Pemegang
Amanat “Pemelihara” Ka’bah (Baitullah)
Kemenangan
di Perang Badar itu sebenarnya bukan
disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam.
Mereka terlalu sedikit, terlalu lemah, dan terlalu buruk persenjataan mereka untuk memperoleh kemenangan terhadap satu lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya,
jauh lebih baik persenjataannya, lagi
pula jauh lebih terlatih. Perlemparan segenggam
kerikil dan pasir oleh Nabi Besar
Muhammad saw. mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat
oleh Nabi Musa a.s..
Sebagaimana dalam
kejadian yang terakhir, perbuatan
Nabi Musa a.s. itu
seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang
naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya
Fir’aun serta lasykarnya di laut,
demikian pula halnya pelemparan segenggam
kerikil oleh Nabi Besar Muhammad
saw. merupakan satu isyarat untuk angin bertiup kencang dengan membawa pasir dan kerikil yang
mengakibatkan kebinasaan Abu Jahal
(yang pernah disebut oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Fir’aun kaumnya) dan lasykarnya
di padang pasir itu. Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan alam itu, bertepatan
benar dengan tindakan-tindakan kedua nabi
Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt..
Dengan
demikian sempurnalah pengabulan doa
takabbur yang dipanjatkan oleh Abu
Jahal menjelang Perang Badar sebelum ini:
اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ
الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ
ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang
pedih.” (QS.8:33).
Pendek kata,
orang-orang Mekkah mendapat hukuman
setelah Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan Mekkah. Rasul-rasul Allah berfungsi
semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit.
Demikian
pula nubuatan dalam firman-Nya berikut ini pun -- selain menjadi sempurna pada zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan
terjadinya peristiwa Fath Mekkah -- nubuatan
tersebut akan terjadi lagi
di Akhir Zaman ini pada
masa Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10):
وَ مَا لَہُمۡ اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ ہُمۡ
یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ
ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mengapa
Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan mereka
menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang
yang berhak melindunginya? Tidak lain
yang berhak melindunginya melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Al-Anfāl [8]:35).
Para “Pemelihara” Ka’bah
(Baitullah)
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai penyebab
pengalihan “amanat pemeliharaan” Baitullah -- yang dibangun
kembali oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. (QS.2:128-130) –
tersebut:
وَ مَا کَانَ صَلَاتُہُمۡ عِنۡدَ
الۡبَیۡتِ اِلَّا مُکَآءً وَّ
تَصۡدِیَۃً ؕ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ
اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ
تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً ثُمَّ
یُغۡلَبُوۡنَ ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اِلٰی جَہَنَّمَ یُحۡشَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لِیَمِیۡزَ اللّٰہُ
الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ وَ یَجۡعَلَ الۡخَبِیۡثَ بَعۡضَہٗ عَلٰی
بَعۡضٍ فَیَرۡکُمَہٗ جَمِیۡعًا فَیَجۡعَلَہٗ
فِیۡ جَہَنَّمَ ؕ اُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan shalat mereka di Rumah Allah itu tidak lain melainkan siul dan tepuk tangan belaka, karena itu
rasakanlah azab disebabkan
kekafiran kamu.
Sesungguhnya orang-orang
kafir membelanjakan harta mereka
guna menghalang-halangi manusia
dari jalan Allah, maka mereka
akan senantiasa membelanjakannya, kemudian hal itu menjadi penyesalan bagi mereka, sesudah
itu mereka akan dikalahkan, dan orang-orang kafir akan dihimpun ke neraka jahannam, supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan Dia
menjadikan yang buruk itu sebagian di atas sebagian yang lain, lalu Dia menumpukkan semuanya, kemudian mencampakkannya ke dalam Jahannam, mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Anfāl [8]:36-38).
Kata-kata اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ --
“Sesungguhnya orang-orang kafir membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia dari
jalan Allah, maka mereka akan
senantiasa membelanjakannya, kemudian hal
itu menjadi penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan dikalahkan, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ
یُحۡشَرُوۡنَ -- dan orang-orang
kafir akan dihimpun ke neraka jahannam,”
ini mengandung nubuatan bahwa kekayaan yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam, akan terbukti menjadi sumber kesedihan dan duka cita bagi mereka. Karena
upaya-upaya mereka untuk memusnahkan
Islam akan mengalami kegagalan
dan anak-cucu mereka sendiri kelak
akan menerima Islam lalu menafkahkan
harta kekayaannya untuk memajukan
perjuangan Islam.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar