Selasa, 15 Juli 2014

"Duel Makar" yang Dimenangkan Allah Swt. & "Doa Takabbur" Abu Jahal dan Pengabulannya




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


 Bab 261  

Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt. &
Doa Takabbur Abu Jahal   dan Pengabulannya

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai  keunggulan Al-Quran dan Taurat   dibandingkan  kitab-kitab suci lain yang diwahyukan sebelumnya, firman-Nya:
قُلۡ فَاۡتُوۡا بِکِتٰبٍ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ  اَتَّبِعۡہُ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکَ فَاعۡلَمۡ  اَنَّمَا یَتَّبِعُوۡنَ  اَہۡوَآءَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ اَضَلُّ  مِمَّنِ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ بِغَیۡرِ ہُدًی مِّنَ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا  یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah: “Maka datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah  sebagai petunjuk yang lebih baik daripada keduanya   supaya aku mengikutinya, jika kamu adalah orang-orang yang benar.”   Tetapi jika mereka tidak menjawab tantangan engkau  maka ketahuilah  bahwasanya mereka hanya mengikuti hawa nafsunya. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.  (Al-Qashāsh [28]:50-51).
         Ayat فَاۡتُوۡا بِکِتٰبٍ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ہُوَ اَہۡدٰی مِنۡہُمَاۤ  -- “Maka datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah sebagai petunjuk yang lebih baik daripada keduanya,   mengisyaratkan kepada kedudukan sangat tinggi yang dimiliki oleh Al-Quran dan Taurat di antara kitab-kitab samawi, dan Al-Quran adalah yang terbaik dari antara kitab-kitab wahyu, sedang Kitab Taurat menduduki tempat kedua.   Al-kitab pada khususnya ditujukan kepada Taurat atau kepada tiap-tiap kitab yang diwahyukan.  
         Ayat ini dapat diartikan, baik: (1) mereka yang telah dianugerahi pengertian tepat mengenai kitab itu — Kitab Taurat — dan merenungkannya pasti mempercayai  Al-Quran juga; atau  (2) dari antara pengikut-pengikut tiap kitab yang diwahyukan, segolongan besar akan beriman kepada Al-Quran dan masuk Islam  di setiap  abad.

Bantahan Allah Swt.

      Berikut adalah pernyataan Allah Swt. yang membantah bahwa Al-Quran merupakan gubahan Nabi Besar Muhammad saw., sebab bagaimana mungkin beliau saw. mengetahui bahwa setelah beliau saw.  terpaksa harus hijrah dari Mekkah ke Madinah kemudian hanya dalam beberapa tahun saja beliau saw. akan kembali memasuki Mekkah sebagai seeorang “penakluk agung” yang diiringi 10.000 orang pengikut? Firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡ فَرَضَ عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ لَرَآدُّکَ اِلٰی مَعَادٍ ؕ قُلۡ رَّبِّیۡۤ  اَعۡلَمُ مَنۡ جَآءَ بِالۡہُدٰی وَ مَنۡ ہُوَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan Al-Quran atas engkau, pasti Dia akan mengembalikan engkau ke tempat kembali yang telah dit-tapkan. Katakanlah: “Rabb-ku (Tuhan-ku) lebih mengetahui siapa yang membawa petunjuk, dan siapa yang ada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Qashash [28]:86).
      Ayat ini dianggap oleh beberapa ulama diturunkan tatkala  Nabi Besar Muhammad saw.  sedang dalam perjalanan melakukan hijrah dari Mekkah ke Medinah ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., yang ketika keduanya bersembunyi di gua Tsaur,  Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a.   sangat khawatir kedua akan dapat ditangkap oleh para pemburu mereka dari Mekkah yang sudah berada di depan mulut gua namun hatinya ditentramkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.9:40).
        Ayat    ini mengandung nubuatan besar, yaitu, bahwa pada suatu hari  Nabi Besar Muhammad saw.  akan terpaksa meninggalkan Mekkah, tetapi kemudian pada akhirnya beliau saw. akan kembali lagi ke Mekkah sebagai seorang pemenang dan penakluk, dengan demikian sempurnalah “duel makar” yang dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ  الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾  وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  jika kamu bertakwa kepada Allah  یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا  -- Dia akan menjadikan  bagi kamu   pembeda,  dan Dia akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu, Dia akan mengampuni kamu, dan Allah Memiliki  karunia yang sangat besar. Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau.    Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfal [9]:30-31).
     Dalam  ayat pertama Allah Swt. mengingatkan  para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya ketakwaan kepada Allah Swt. agar Dia menganugerahkan furqān  (pembeda). Sebagaimana telah dijelskan bahwa   furqān berarti: (1) sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane).
          Ayat selanjutnya  mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika Abu Jahal dan  para pemimpin kaum kafir Mekkah lainnya  melihat,  bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru  (agama Islam) gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Mekkah telah   hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam, yakni dengan tiga kemungkinan: (1). supaya mereka dapat menangkap  Nabi Besar Muhammad saw. atau (2)  membunuh beliau saw.atau (3)  mengusir  beliau saw..  

Duel Makar” yang Dimenangkan Allah Swt.
    
       Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, yaitu  sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap  Nabi Besar Muhammad saw.  lalu membunuh beliau saw.. Tetapi tanpa setahu  mereka, Nabi Besar Muhammad saw. secara diam-diam meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, lalu  karena hari telah menjelang malam beliau saw.   berlindung di Gua Tsaur bersama-sama   Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang setia, dan akhirnya beberapa hari kemudian keduanya sampai  dengan selamat di Medinah dengan selamat, firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ  نَصَرَہُ  اللّٰہُ  اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka  sungguh Allah  telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya:  لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا  -- “Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, lalu  Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepadanya dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,  dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (At-Taubah [9]:40). 
        Menurut Allah Swt.,  pada hakikatnya  makar buruk  yang dilakukan oleh  para pemimpin kafir Quraisy pimpinan Abu Jahal tersebut    merupakan pengulangan makar buruk yang dilakukan  oleh para pemimpin kaum Tsamud terhadap Nabi Shalih a.s.  ribuan tahun sebelumnya.
      Dengan demikian jelaslah kisah-kisah para Rasul Allah dengan  kaum-kaum purbakala dalam Al-Quran bukanlah merupakan “dongeng” sebagaimana tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw.,  karena di dalamnya terkandung berbagai  nubuatan yang pasti akan  terjadi lagi, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَاۤ  اِلٰی ثَمُوۡدَ  اَخَاہُمۡ  صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ  فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ﴿﴾  قَالُوا طَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ  بَلۡ  اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ﴿﴾ 
Dan sungguh Kami benar-benar telah mengutus kepada Tsamud  اَخَاہُمۡ  صٰلِحًا  -- saudara mereka Shalih yang berkata: “Sembahlah Allah” maka tiba-tiba mereka menjadi dua golongan yang saling berbantah.   Ia, Shalih, berkata: “Hai kaumku, mengapakah kamu minta disegerakan keburukan sebelum datang kebaikan? Mengapakah kamu tidak memohon ampun kepada Allah  supaya kamu di kasihani?”    قَالُوا طَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ  بَلۡ  اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ  --  Mereka berkata: “Hai Shalih,   kami telah mendapatkan nasib malang disebabkan engkau dan orang yang beserta engkau.” Ia, Shalih, berkata: “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu  kaum yang diuji.” (An-Naml [27]:46-48).
        Dari Al-Quran diketahui,  bahwa para penentang rasul Allah di setiap zaman selalu menisbahkan  (menuduh) bahwa keberadaan  Rasul Allah dan para pengikutnya merupakan penyebab  mereka ditimpa berbagai macam kemalangan. Tuduhan dusta tersebut dijawab oleh Nabi Shalih  a.s.:  طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ  بَلۡ  اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ  --  Nasib buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu  kaum yang diuji.”

Sembilan Orang Pemimpin Kekafiran” di Setiap Zaman Pengutusan Rasul Allah

         Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai makar-buruk yang dirancang oleh parta penentang Nabi Shalih  a.s. tersebut   -- yang  diulangi lagi oleh para penentang Nabi Besar Muhammad saw. pimpinan Abu Jahal --  firman-Nya:
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  تِسۡعَۃُ  رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ  اَہۡلِہٖ  وَ  اِنَّا  لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota itu ada  sembilan orang   yang  berbuat kerusuhan di bumi  dan tidak mau meng-adakan perbaikan. Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami  akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah     orang-orang yang benar.” (An-Naml [27]:49-50).
      Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat   وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  تِسۡعَۃُ  رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ   -- “Dan dalam kota itu ada  sembilan orang   yang  berbuat kerusuhan di bumi  dan tidak mau meng-adakan perbaikan   adalah  sembilan  orang penentang keras  Nabi Besar Muhammad saw.  terkemuka.  Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya itu, mati di Mekkah ketika sampai ke telinganya khabar tentang kekalahan di Badar.
         Kedelapan orang itu adalah Abu Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah, Umayah  bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol untuk membunuh  Nabi Besar Muhammad saw. Rencana sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy, dan kemudian mengadakan serangan pembunuhan yang berencana atas beliau saw., sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu. Rencana buruk  itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu.
          Dan tidak mustahil jumlah "9 orang pembuat kerusakan" di muka bumi  yang menentang para Rasul Allah tersebut  pun merupakan nubuatan yang juga terjadi di Akhir Zaman ini terhadap perjuangan suci Rasul Akhir Zaman untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).
       Waliy  dalam ayat ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ   -- “kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya,”  berarti: ahli waris; seseorang yang menuntut balas atas pembunuhan; seorang pembalas dendam atas pembunuhan (Lexicon Lane). Namun makar buruk para pemimpin kekafiran tersebut dihadapi Allah Swt. dengan  makar tandingan” dan dalam “duel makar” tersebut selalu Allah Swt. yang unggul, firman-Nya:
وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ  مَکَرۡنَا مَکۡرًا  وَّ ہُمۡ لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾  فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ  وَ  قَوۡمَہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾  فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّقَوۡمٍ  یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka membuat makar buruk  dan Kami pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menyadari.   Maka perhatikanlah bagaimana buruknya akibat makar buruk mereka, sesungguhnya Kami memusnahkan mereka dan kaumnya semua.   Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh  karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang mengetahui.   Dan Kami menyelamatkan  orang-orang yang beriman dan bertakwa. (An-Naml [27]:51-54).

Doa Takabbur” Abu Jahal

        Walau pun benar bahwa akibat makar buruk yang dirancang oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya tersebut telah membuat Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrah beliau saw.  itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa Nabi Besar Muhammad saw. hijrah dari Mekkah, mereka meletakkan dasar kehancuran bagi mereka sendiri, sebab merupakan Sunnatullah, selama  Rasul Allah berada di satu tempat  atau kota;  bagaimanapun zalimnya penduduk tempat tersebut terhadap Rasul Allah  yang diutus kepada mereka dan para pengikutnya  -- maka Allah Swt. tidak akan menimpakan azab Ilahi yang membinasakan tempat atau kota tersebut.
        Tetapi begitu Rasul Allah   pergi meninggalkan tempat (kota)  yang pendduduknya zalim tersebut maka tidak ada alasan lagi bagi Allah Swt. untuk  menimpakan azab Ilahi kepada mereka. Berikut adalah doa takabbur Abu  Jahal     -- yang merupakan “Fir’aun” zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:11-13; QS.8:53-54) -- firman-Nya:
وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”  Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka,  dan  Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan  mereka  meminta ampun.   Dan mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya?  Tidak lain  yang berhak melindunginya  melain-kan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  (Al-Anfāl [8]:33-35).
        Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa takabbur Abu Jahal tersebut itu dikabulkan secara harfiah. Yakni اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ  -- “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar   kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”    Abu Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
        Penyebabnya yang utama adalah akibat lemparan segenggam pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu Perang Badar merupakan kenyataan terkabulnya  doa takabbur Abu Jahal tersebu dengan berhembusnya badai gurun, firman-Nya:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  مِنۡہُ  بَلَآءً  حَسَنًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan  kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar, dan supaya Dia menganugerahi  orang-orang yang beriman  anugerah yang baik dari-Nya,  sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).

Nubuatan Penggantian  Pemegang Amanat “Pemelihara”  Ka’bah (Baitullah)

    Kemenangan di Perang Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu lemah, dan terlalu buruk persenjataan mereka untuk memperoleh kemenangan terhadap satu lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya, lagi pula jauh lebih terlatih. Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw.  mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat oleh Nabi Musa a.s..
       Sebagaimana dalam kejadian yang terakhir, perbuatan Nabi Musa a.s.  itu seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut, demikian pula halnya pelemparan segenggam kerikil oleh  Nabi Besar Muhammad saw.   merupakan satu isyarat untuk angin bertiup kencang dengan membawa pasir dan kerikil yang mengakibatkan kebinasaan Abu Jahal (yang pernah disebut oleh Nabi Besar Muhammad saw.   sebagai Fir’aun kaumnya) dan lasykarnya di padang pasir itu. Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan kedua nabi Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt..
         Dengan demikian sempurnalah pengabulan doa takabbur  yang dipanjatkan oleh Abu Jahal menjelang Perang Badar sebelum ini:   اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ  -- “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar   kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”   (QS.8:33).
    Pendek kata, orang-orang Mekkah mendapat hukuman setelah Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan Mekkah. Rasul-rasul  Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit.
      Demikian pula  nubuatan  dalam firman-Nya berikut ini pun  -- selain menjadi sempurna pada zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan terjadinya peristiwa Fath Mekkah  --   nubuatan  tersebut  akan terjadi  lagi  di Akhir Zaman ini pada masa  Rasul Akhir Zaman (QS.61:10): 
وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya? Tidak lain  yang berhak melindunginya  melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  (Al-Anfāl [8]:35).

Para “Pemelihara”  Ka’bah (Baitullah)

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penyebab pengalihan “amanat pemeliharaanBaitullah  -- yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. (QS.2:128-130) – tersebut:
وَ مَا کَانَ صَلَاتُہُمۡ عِنۡدَ الۡبَیۡتِ اِلَّا مُکَآءً   وَّ تَصۡدِیَۃً ؕ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ  تَکۡفُرُوۡنَ﴿﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً  ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی  جَہَنَّمَ  یُحۡشَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لِیَمِیۡزَ اللّٰہُ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ وَ یَجۡعَلَ الۡخَبِیۡثَ بَعۡضَہٗ عَلٰی بَعۡضٍ فَیَرۡکُمَہٗ جَمِیۡعًا فَیَجۡعَلَہٗ  فِیۡ جَہَنَّمَ ؕ اُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  shalat mereka di Rumah  Allah itu tidak lain melainkan siul dan tepuk tangan belaka, karena itu    rasakanlah azab  disebabkan   kekafiran kamu.    Sesungguhnya orang-orang kafir  membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia  dari jalan Allah, maka mereka akan senantiasa membelanjakannya, kemudian hal itu menjadi penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan dikalahkan, dan orang-orang kafir  akan dihimpun ke neraka jahannam,   supaya Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan Dia menjadikan yang buruk itu sebagian di atas sebagian yang lain, lalu Dia menumpukkan semuanya, kemudian mencampakkannya ke dalam  Jahannam, mereka itulah orang-orang yang  rugi. (Al-Anfāl [8]:36-38).
        Kata-kata   اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕفَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً  ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ  -- “Sesungguhnya orang-orang kafir  membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia  dari jalan Allah, maka mereka akan senantiasa membelanjakannya, kemudian hal itu menjadi penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan dikalahkan, وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی  جَہَنَّمَ  یُحۡشَرُوۡنَ  --  dan orang-orang kafir  akan dihimpun ke neraka jahannam,” ini mengandung nubuatan bahwa kekayaan yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam, akan terbukti menjadi sumber kesedihan dan duka cita bagi mereka. Karena upaya-upaya mereka untuk memusnahkan Islam akan mengalami kegagalan dan anak-cucu mereka sendiri kelak akan menerima Islam lalu menafkahkan harta kekayaannya untuk memajukan perjuangan Islam.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  17 Juni    2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar