بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 251
“Kelahiran
Ruhani Baru” Hamba-hamba Allah dan
Hubungannya dengan “Sujudnya”
Para Malaikat Kepada Adam (Khalifah Allah)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai firman Allah Swt. dalam
Al-Quran, bahwa proses kemunduran ruhani mau pun kebangkitan
ruhani umat manusia atau pun suatu kaum dalam kehidupannya di dunia ini
memiliki persamaan dengan
proses kemunduran ruhani dan kebangkitan
ruhani seorang manusia, firman-Nya:
مَا
خَلۡقُکُمۡ وَ لَا بَعۡثُکُمۡ اِلَّا
کَنَفۡسٍ وَّاحِدَۃٍ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَمِیۡعٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿﴾ اَلَمۡ
تَرَ اَنَّ اللّٰہَ یُوۡلِجُ
الَّیۡلَ فِی النَّہَارِ وَ یُوۡلِجُ النَّہَارَ فِی الَّیۡلِ وَ سَخَّرَ
الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ۫ کُلٌّ یَّجۡرِیۡۤ اِلٰۤی
اَجَلٍ مُّسَمًّی وَّ اَنَّ اللّٰہَ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ ہُوَ الۡحَقُّ وَ اَنَّ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِ
الۡبَاطِلُ ۙ وَ اَنَّ اللّٰہَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡکَبِیۡرُ ﴿٪﴾
Sekali-kali tidaklah penciptaan kamu dan tidak pula kebangkitan
kamu melainkan seperti penciptaan suatu
jiwa. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Apakah
engkau tidak melihat bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia
telah menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar terus sampai masa
yang telah ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan? Hal demikian itu sesungguhnya Allah Dia-lah Yang haq dan bah-wa apa yang mereka seru selain Dia adalah
batil, dan bahwa sesungguhnya Allah
Dia-lah Dzat Yang Maha Tinggi, Maha
Besar. (Luqman [31]:29-31).
Ayat 29 mengandung
arti bahwa seluruh umat manusia
tunduk kepada hukum-hukum alam yang
sama. Ayat ini menunjuk pula kepada kenyataan
bahwa kebangkitan atau keruntuhan bangsa dan masyarakat adalah tunduk kepada hukum-hukum alam yang sama, seperti
halnya kemajuan atau kemunduran perseorangan مَا خَلۡقُکُمۡ وَ
لَا بَعۡثُکُمۡ اِلَّا کَنَفۡسٍ -- “Sekali-kali tidaklah penciptaan kamu dan tidak pula kebangkitan
kamu melainkan seperti penciptaan suatu
jiwa”.
Ayat
selanjutnya اَلَمۡ تَرَ
اَنَّ اللّٰہَ یُوۡلِجُ الَّیۡلَ فِی النَّہَارِ وَ یُوۡلِجُ النَّہَارَ
فِی الَّیۡلِ -- “Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah
memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam” menjelaskan lebih lanjut, bahwa hukum alam mengenai pergantian antara siang
dan malam, dan sebaliknya, bekerja
dengan kekuatan yang sama berkenaan
dengan nasib bangsa-bangsa mau pun perorangan-perorangan.
Jadi, sesudah mati manusia akan dibangkitkan kembali dengan “tubuh
yang baru” agar supaya ia dapat terus membuat kemajuan ruhani dalam kehidupan di akhirat yang tidak
mempunyai kesudahan. Kemajuan yang ia
capai dalam kehidupan di dunia hanya
merupakan tingkat persiapan.
Keadaan kehidupan manusia di dunia
ini seperti seorang anak dalam rahim ibunya.
Sesudah mati ia dilahirkan dalam kehidupan
baru dan lebih lengkap, merupakan
permulaan bagi suatu kemajuan yang tidak akan berakhir di
dalam kehidupan yang disebut surga.
Makna
ayat ﴿﴾ سَبۡعَ طَرَآئِقَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
فَوۡقَکُمۡ -- “
sungguh Kami benar-benar telah
menciptakan di atas kamu tujuh jalan ruhani,” enam tingkat kemajuan ruhani yang dilukiskan dalam
sepuluh ayat pertama surah Al-Mu’minun
ini menjadi tujuh, bila “surga” (ayat
12) dihitung sebagai tingkat terakhir
bagi perkembangan ruhani. Demikian
pula, bila tingkat persiapan sebelum
pembentukan air mani (ayat 13)
ditambahkan kepada enam tingkat perkembangan mudigah, angka ini pun
menjadi tujuh pula. Dengan demikian “tujuh jalan dalam langit ruhani” yang
telah disinggung dalam ayat ini (QS.23:2-12), bersesuaian dengan tujuh tingkat perkembangan jasmani
manusia yang telah disebut dalam ayat-ayat 13-15.
“Kelahiran Ruhani Baru”
Hamba-hamba Allah & Makna “Sujudnya”
Para Malaikat kepada Adam (Khalifah
Allah)
Sejalan dengan berfungsinya seluruh organ
tubuh janin (bayi) dalam rahim ibu ketika dalam tubuh
janin (bayi) tersebut telah timbul
(tercipta) ruh ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ
خَلۡقًا اٰخَرَ -- “kemudian Kami menumbuhkan
dia menjadi makhluk lain”,
demikian juga ketika perkembangan tubuh ruhani seorang hamba Allah yakni telah sempurna, lalu Allah Swt. “meniupkan ruh-Nya”
kepadanya: فَاِذَا
سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِی -- “maka apabila Aku telah membentuknya dengan sempurna, dan Aku
telah meniupkan ruh-Ku ke dalamnya, فَقَعُوۡا لَہٗ
سٰجِدِیۡنَ -- maka sujudlah yakni patuh-taatlah kamu
kepadanya,” hal tersebut memiliki
persamaan dengan perintah Allah Swt. kepada para malaikat untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam. (QS.15:29-32).
Dengan kata “malaikat” dimaksudkan
seluruh makhluk, sebab malaikat-malaikat merupakan mata rantai pertama dari semua kejadian (penciptaan makhluk), karena satu perintah Allah Swt. yang diberikan kepada
mereka, sebenarnya berlaku untuk seluruh makhluk.
Ini merupakan suatu kenyataan, bahwa di mana pada tempat lain Al-Quran menyebutkan perintah Allah Swt. kepada malaikat-malaikat supaya “sujud”
(patuh-taat) kepada “Adam”, maka
dalam ayat sekarang ini dan dalam ayat-ayat berikutnya kata “Adam” diganti dengan kata “basyar”
yaitu “manusia”. Dengan demikian, kedua perkataan ini telah dipergunakan dalam
Al-Quran dalam arti yang sama.
Perintah yang
diberikan Allah Swt. kepada para malaikat
berkenaan dengan Adam a.s, yakni Khalifah
Allah atau Rasul Allah berlaku bagi setiap manusia. Allah Swt. menghembuskan
(meniupkan) ruh-Nya ke dalam wujud
tiap-tiap manusia dan para malaikat
diperintahkan mengkhidmatinya. Sebab manusia merupakan khalifah Allah di atas muka bumi, dan di dalam dirinya ia dapat mencerminkan atau menjelmakan Sifat-sifat Allah, Nabi Besar Muhammad
saw. bersabda mengenai makna dan tujuan
yang harus diraih dari ibadah kepadac Allah (QS.51:57): “Takhallaqu bi-akhlaqillāh -- berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah”.
Pendek kata, peristiwa berfungsinya seluruh organ tubuh bayi dalam rahim ibu -- ketika di
dalam tubuh bayi tersebut telah muncul
atau telah “ditiupkan ruh” oleh Allah
Swt. -- memiliki kesajaran dengan “sujudnya”
para malaikat kepada Adam atau Khalifah Allah atau Rasul
Allah ketika diperintahkan Allah
Swt. kepada mereka ketika Allah Swt. telah “meniupkan
Ruh-Nya” atau telah memperkuatnya
dengan Ruhulqudus atau telah
menurunkan wahyu-Nya kepada Adam,
yang dalam QS. 2:31-35 digambarkan Allah Swt. telah mengajarkan al-Asmā (Nama-nama-Nya atau
Sifat-sifat-Nya) kepada Adam, mengenai
hal tersebut berikut firman-Nya kepada
Nabi Besar Muhammad asw. :
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی
الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ
فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ
الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ
الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ
اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ
لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ
اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ
اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ
قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی وَ اسۡتَکۡبَرَ ٭۫
وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman
kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah
di bumi”, mereka berkata: “Apakah
Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan pujian Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا -- dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama
itu semuanya; ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ -- kemudian Dia mengemukakan mereka itu kepada para malaikat, lalu Dia
berfirman: اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ
بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ -- “beritahukanlah
kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kamu
memang benar.” Mereka berkata: سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا
عَلَّمۡتَنَا
-- Mahasuci Engkau, kami tidak memiliki pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, ؕ
اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ -- sesungguhnya
Engkau benar-benar Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia berfirman: یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِم -- “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama mereka itu”, فَلَمَّاۤ
اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ -- maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama mereka itu, Dia berfirman:
اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- “bukankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia seluruh langit dan
bumi, وَ اَعۡلَمُ مَا
تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ -- dan mengetahui apa pun yang kamu nyatakan dan apa pun yang kamu sembunyikan?” Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ
فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ -- “Sujudlah yakni
tunduk-patuhlah kamu kepada Adam” lalu mereka sujud kecuali iblis, اسۡتَکۡبَرَ ٭۫ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ اَبٰی وَ -- ia
menolak dan takabur, dan
ia termasuk dari antara
orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah
[2]:31-35).
Pembukakan Rahasia-rahasia Gaib Allah Swt. kepada Rasul-Nya & Peniupan Ruh-Nya kepada Maryam binti ‘Imran
Diajarkan-Nya semua nama-nama
(al-Asmā) kepada Adam sejalan dengan
dibukakan-Nya rahasia-rahasia gaib
Allah Swt. kepada Rasul-Nya dalam
Surah berikut ini, firman-Nya:
عٰلِمُ
الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ
ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, maka Dia tidak
menzahirkan rahasia gaib-Nya
kepada siapa pun, kecuali kepada
Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya
barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb
(Tuhan) mereka, dan Dia
meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-29).
Selain sebagai sarana
untuk menyampaikan rahasia-rahasia
gaib-Nya pengutusan Rasul Allah juga
sebagai sarana untuk membedakan atau
untuk melakukan pemisahan yang baik dan yang buruk dari umat beragama --
termasuk umat Islam yang terpecah-belah menjadi
berbagai mazhab dan firqah
– firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam
keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
Semua penjelasan
mengenai “peniupan ruh” oleh Allah
Swt. dan turunnya Ruhulqudus yang dikemukakan sebelumnya memiliki hubungan
erat dengan “peniupan
Ruh” kepada Maryam binti ‘Imran
mengenai kehamilannya dan dengan turunnya
Ruhulqudus kepada Nabi Isa Ibnu Maryam serta dengan tingkatan
ruhani Maryam binti Imran yang kemudian melahirkan Isa Ibnu Maryam, sebelum ini, firman-Nya:
وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ
مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri
‘Imran, yang memelihara
kesuciannya, maka Kami meniupkan ke
dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Rabb-nya (Tuhan-nya)
dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm
[66]:13).
Maryam binti Maryam, ibunda Nabi Isa ibnu
Maryam a.s. melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang
karena telah menutup segala jalan dosa
dan karena telah berdamai dengan Allah
Swt., mereka dikaruniai ilham Ilahi;
kata pengganti hi dalam fīhi (lihat ayat 13, Pent.) menunjuk
kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata
pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah
berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa
dapat masuk.
Tingkatan suluk (perjalanan
ruhani atau pendakian ruhani) pada keadaan ruhani Maryam binti ‘Imran yang
dikemukakan Al-Quran disebut Syeikh Abdul
Qadir al-Jailani sebagai
tingkatan alam malakut (alam malaikat) atau alam jabarut, yang di
dalamnya para salik (para penempuh jalan ruhani) akan mengalami berbagai pengalaman yang ajaib yang keadaannya di luar nalar, yang disebut “karamah”
(kekeramatan) atau khariqul ‘adat (hal
yang luar biasa), terlebih lagi setelah
mengalami kelahiran ruhani yang disebut tingkatan ruhani Isa Ibnu
Maryam a.s. akan lebih banyak mengalami berbagai macam mukjizat
seperti yang terjadi pada diri Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (Yesus Kristus).
Berikut firman-Nya mengenai proses kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. dari Maryam binti ‘Imran tanpa melalui
ayah seorang laki-laki,
karena Maryam binti ‘Imran selain sebagai ibu
juga merangkap sebagai ayah beliau, sehingga disebut
Isa Ibnu Maryam (Isa anak
Maryam), hal tersebut sekali gus sebagai bantahan
Allah Swt. terhadap tuduhan dusta para pemuka agama Yahudi bahwa Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. adalah anak haram karena tidak memiliki seorang ayah laki-laki,
atau bantahan
terhadap pemikiran ekstrim sebaliknya yaitu sebagai
“anak Allah” – na’ūdzubillāhi min
dzālik -- sebagaimana yang
diajarkan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya (QS.4:157;
QS.19:28-38), firman-Nya:
اِذۡ
قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ
٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ
الۡاٰخِرَۃِ وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ یُکَلِّمُ النَّاسَ فِی الۡمَہۡدِ وَ کَہۡلًا وَّ مِنَ
الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata: “Hai Maryam,
sesungguhnya Allah memberi engkau kabar gembira
dengan satu kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak
laki-laki namanya Al-Masih Isa Ibnu Maryam, yang dimuliakan
di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang
didekatkan kepada Allah. Dan ia akan bertutur-kata dengan
manusia dalam buaian dan
ketika sudah setengah umur, dan
ia
dari kalangan orang-orang saleh. (Ali ‘Imran [3]:46-47).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar