Senin, 07 Juli 2014

Kesempurnaan "Mukjizat" Al-Quran dalam Berbagai Seginya Dibandingkan "Syair-syair" Terbaik Para Penyair Bangsa Arab Jahiliyah




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   257

Kesempurnaan Mukjizat Al-Quran Dalam Berbagai Seginya Dibandingkan Syair-syair Terbaik Para Penyair Bangsa Arab Jahiliyah

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai makna kehebatan  pengaruh syair-syair  para penyair bangsa Arab Jahiliyah.  Di zaman Nabi Besar Muhammad saw.   – yang merupakan misal Nabi Musa a.s. (QS.1:18; QS.26:193-198;QS.46:11; QS.73:16-17)  -- beliau saw. selain harus menghadapi duplikat Fir’aun dalam hal ketakaburan, kekejaman dan kelicikan, yakni Abu Jahal dan 8 orang pemuka kaum kafir Quraisy  lainnya termasuk Abu Lahab  (QS.27:49), beliau saw. juga harus menghadapi para ahli sya’ir bangsa Arab yang sangat terkenal  syair-syair mereka  memiliki kemampuan untuk “menyihir   orang-orang yang mendengarkan lantunan  syair-syair yang mereka bacakan, karena itu  para ahli syair tersebut memiliki kedudukan yang  sangat terhormat di kalangan bangsa Arab jahiliyah.

Ketakaburan Walid bin Mughirah

 Salah seorang di antara  mereka  adalah Walid bin Mughirah  yang sangat terkenal kalangan kaum kafir Mekkah, berikut firman Allah Swt. mengenai ketakaburan Walid bin Mughirah   mengenai ayat-ayat Al-Quran:
ذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا ﴿ۙ﴾  وَّ  جَعَلۡتُ لَہٗ  مَالًا  مَّمۡدُوۡدًا ﴿ۙ﴾  وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ  مَہَّدۡتُّ لَہٗ  تَمۡہِیۡدًا ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  یَطۡمَعُ  اَنۡ  اَزِیۡدَ ﴿٭ۙ﴾  کَلَّا ؕ اِنَّہٗ  کَانَ  لِاٰیٰتِنَا عَنِیۡدًا ﴿ؕ﴾ سَاُرۡہِقُہٗ  صَعُوۡدًا ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  فَکَّرَ  وَ  قَدَّرَ ﴿ۙ﴾  فَقُتِلَ  کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  قُتِلَ  کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  نَظَرَ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  عَبَسَ  وَ  بَسَرَ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  اَدۡبَرَ  وَ  اسۡتَکۡبَرَ ﴿ۙ﴾  فَقَالَ  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  یُّؤۡثَرُ﴿ۙ﴾  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  قَوۡلُ الۡبَشَرِ﴿ؕ﴾  سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ ﴿﴾
Biarkanlah Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri.   Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah,  dan anak-anak yang hadir bersamanya, dan Aku lapangkan rezeki baginya selapang-lapangnya,   kemudian ia ingin sekali   supaya Aku menambahnya.  Sekali-kali tidak! Sesungguhnya  dia selalu menentang Tanda-tanda Kami.  Segera Aku akan menimpakan kepadanya azab yang terus meningkat. Sesungguhnya  ia memikirkan dan menetapkan.  Maka kebinasaan menyergapnya. Bagaimana ia telah menetapkanKemudian kebinasaan menyergapnya lagi. Bagaimana ia telah menetapkan? Kemudian ia memandang,  kemudian ia bermasam muka dan merengut,  kemudian ia berpaling dan menyombongkan diri,  lalu ia berkata:  Tidaklah Al-Quran ini melainkan sihir yang diwariskan!   Al-Quran ini tidak lain melainkan perkataan manusia!         Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar. (Al-Muddatstsīr [74]:12-27).
   Kata-kata ذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا   selain  berarti  “Biarlah Aku berurusan dengan orang yang telah Aku ciptakan Sendiri”  juga berarti  Biarlah Aku berurusan dengan dia yang karena kekayaan besar, kekuasaan, dan kedudukannya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, menganggap dirinya sendiri tiada tara bandingannya di tengah-tengah sesama bangsanya,” sebab kata  wahid dalam ayat ذَرۡنِیۡ  وَ  مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا  berarti pula unik (mandiri), tanpa bandingan (Lexicon Lane).
       Meskipun ayat 12 ini dan beberapa ayat berikutnya berlaku bagi setiap orang kafir yang congkak dan sombong, ayat-ayat itu teristimewa berlaku bagi Walid bin Mughirah, yang adalah seorang pribadi terkemuka di antara kaum Quraisy, dan dikenal di antara sesama warga kota dengan gelar-gelar yang sangat terhormat seperti “unik” dan “semerbak ganda kaum Quraisy.” Ia sangat tampan dan terkenal karena syair-syairnya yang indah dan karena karya-karya lainnya. la berputra sepuluh sampai tiga belas orang dan ia kaya-raya.
   Ayat  وَّ  بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا  -- “dan anak-anak yang hadir bersamanya,”   dapat berarti bahwa anak-anak Walid bin Mughirah  pun berwibawa seperti dia. Mereka pun ditawari tempat terhormat dalam majlis-majlis yang dihadirinya. Atau, Walid bin Mughirah itu begitu kaya sehingga anak-anaknya senantiasa berkumpul bersama dia tanpa perlu ke mana-mana mencari nafkah.

Kehinaan yang Terus Menerus Menimpa Walid bin Mughirah

  Kata  kallā   dalam ayat  کَلَّا ؕ اِنَّہٗ  کَانَ  لِاٰیٰتِنَا عَنِیۡدًا  -- “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya  dia selalu menentang Tanda-tanda Kami, dipakai untuk menolak permohonan seseorang dan memarahinya karena mengajukan permohonan itu (Lexicon Lane).
  Isyarat ayat فَقُتِلَ  کَیۡفَ قَدَّرَ  -- “maka  kebinasaan menyergapnya” ini pada khususnya tertuju kepada Walid bin Mughirah. Akibat terus menerus menentang wahyu-wahyu Al-Quran  yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw., kehancuran terus membuntuti langkahnya. Tiga putranya – Walid, Khalid bin Walid dan Hisyam masuk Islam -- dan ketiganya  menjadi para pembela Nabi Besar Muhammad saw., terutama Khalid bin Walid yang kemudian terkenal dengan  gelar Syaifullah (pedang Allah) --   sedang lain-lainnya binasa di hadapan mata kepala Walid bin Mughirah sendiri. Ia menderita kerugian berat dalam bidang keuangan dan akhirnya ia mati dalam kemiskinan dan kehinaan.
  Makna ayat   ثُمَّ  عَبَسَ  وَ  بَسَرَ -- “kemudian ia bermasam muka dan merengut”, yakni ketika ayat-ayat  Al-Quran dibacakan kepadanya,  Walid bin Mughirah  mengerutkan dahi dan merengut saking bencinya, dan berlalu sambil marah-marah bukan alang kepalang sebagaimana diterangkan oleh ayat-ayat selanjutnya:
ثُمَّ  اَدۡبَرَ  وَ  اسۡتَکۡبَرَ ﴿ۙ﴾  فَقَالَ  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  یُّؤۡثَرُ﴿ۙ﴾  اِنۡ  ہٰذَاۤ  اِلَّا  قَوۡلُ الۡبَشَرِ﴿ؕ﴾  سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ ﴿﴾
kemudian ia berpaling dan menyombongkan diri,  lalu ia berkata:  Tidaklah Al-Quran ini melainkan sihir yang diwariskan!   Al-Quran ini tidak lain melainkan perkataan manusia!    Segera Aku memasukkannya ke neraka  Saqar. (Al-Muddatstsīr [74]:24-27).
        Demikianlah keadaan   para ahli syair  bangsa Arab yang sangat dihormati pada zaman Jahiliyah, yang untuk mengungguli  kepiawaian mereka itulah Allah Swt. telah mewahyukan ayat-ayat Al-Quran  yang   memiliki berbagai keunggulan jauh melebihi syair-syair para penyair bangsa Arab jahiliyah dalam segala seginya. Contoh   Surah Al-Quran yang panjang  yang   ayat-ayatnya “bersajak” adalah Surah Ar-Rahmān, Surah Al-Wāqi’ah dll. Surah—surah yang pendek contohnya Surah Al-Burūj, Surah Ath-Thāriq, Surah Asy-Syams, Surah Adh-Dhuhā, dan lain-lain termasuk tiga Surah terakhir Al-Quran: Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nās.    

Contoh Surah-surah Al-Quran yang  Ayat-ayatnya “Bersajak”

         Berikut   beberapa contoh Surah Al-Quran yang “bersajak”. Dalam Al-Burūj   ayat-ayatnya  diakhiri dengan bunyi  u (dhamah) dan i  (kasrah):
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾  وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾  وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾   وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾  قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾   النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾   اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿۶﴾  وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ  ؕ﴿﴾   وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ  اِلَّاۤ  اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ  الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ؕ﴿﴾   اِنَّ  الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ  لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾ اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾  وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾  ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾  فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾  ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾  فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾  بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾  وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾  بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi langit yang memiliki  gugusan-gugusan bintang,  dan demi Hari yang dijanjikan,  dan demi saksi  dan yang disaksikan,   binasalah para pemilik parit,  yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar,  ketika mereka duduk di sekitarnya,   dan mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang beriman.   Dan mereka sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah  Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji,    Yang kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi, dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu.   Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa orang-orang beriman  laki-laki dan  perempuan  kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras.  Sesungguhnya  Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya. Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta.   Pemilik ‘Arasy, Yang Maha Mulia,   Yang melakukan apa yang Dia kehendaki.   Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar?   Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud.   Bahkan orang-orang  kafir selalu mendustakan,   padahal Allāh mengepung me-reka   dari belakang mereka.    Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,  yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga.  (Al-Burūj [85]:1-23).
          Surah yang ayat-ayatnya didominasi   bunyi  a (fat-hah) salah satunya adalah Surah Ad-Dhuhā, kecuali ayat terakhir   berakhir dengan  i (kasrah) , firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ الضُّحٰی ۙ﴿﴾ وَ الَّیۡلِ  اِذَا سَجٰی ۙ﴿﴾  مَا وَدَّعَکَ رَبُّکَ وَ مَا قَلٰی ؕ﴿﴾  وَ  لَلۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لَّکَ مِنَ الۡاُوۡلٰی ؕ﴿﴾  وَ  لَسَوۡفَ یُعۡطِیۡکَ رَبُّکَ فَتَرۡضٰی ؕ﴿﴾  اَلَمۡ  یَجِدۡکَ یَتِیۡمًا فَاٰوٰی ۪﴿﴾  وَ  وَجَدَکَ ضَآلًّا فَہَدٰی ۪﴿﴾  وَ وَجَدَکَ عَآئِلًا فَاَغۡنٰی ؕ﴿﴾  فَاَمَّا  الۡیَتِیۡمَ  فَلَا تَقۡہَرۡ ؕ﴿﴾  وَ اَمَّا السَّآئِلَ  فَلَا تَنۡہَرۡ ﴿ؕ﴾ وَ اَمَّا بِنِعۡمَۃِ  رَبِّکَ  فَحَدِّثۡ ﴿٪﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Demi terangnya sinar pagi ketika sedang naik.  Dan demi malam apabila kegelapannya menyebar,  Sekali-kali Rabb (Tuhan) engkau tidak meninggalkan engkau  dan tidak pula Dia murka atas engkau.  Dan sesungguhnya keadaan  kemudian lebih baik bagi engkau daripada keadaan permulaan.  Dan Rabb (Tuhan) engkau   segera akan  memberikan kepada engkau hingga engkau menjadi puas. Tidakkah Dia  mendapati engkau yatim lalu Dia memberikan perlindungan?  Dan Dia mendapati engkau larut dalam kecintaan kepada kaum eng-kau  lalu Dia memberi engkau pe-tunjuk. Dan Dia mendapati engkau ber-kekurangan lalu Dia memperkaya engkau.  Karena itu terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.  Dan terhadap orang yang me-minta-minta janganlah engkau meng-hardik. Dan terhadap nikmat Tuhan engkau hendaknya menyatakannya.   (Adh-Dhuhā [93]:1-12).
       Contoh Surah yang akhir ayat-ayatnya didominasi dengan  bunyi i (kasrah) adalah Surah At-Tīn, firman-Nya:
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ التِّیۡنِ وَ الزَّیۡتُوۡنِ ۙ﴿﴾  وَ طُوۡرِ سِیۡنِیۡنَ ۙ﴿﴾  وَ ہٰذَا  الۡبَلَدِ الۡاَمِیۡنِ ۙ﴿﴾  لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡۤ  اَحۡسَنِ تَقۡوِیۡمٍ ۫﴿﴾  ثُمَّ  رَدَدۡنٰہُ  اَسۡفَلَ سٰفِلِیۡنَ ۙ﴿﴾  اِلَّا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ  اَجۡرٌ غَیۡرُ  مَمۡنُوۡنٍ ؕ﴿﴾  فَمَا یُکَذِّبُکَ بَعۡدُ بِالدِّیۡنِ ؕ﴿﴾  اَلَیۡسَ اللّٰہُ  بِاَحۡکَمِ الۡحٰکِمِیۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi pohon tin dan zaitun, dan Gunung Sinai,  dan  Kota yang aman ini.         Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik  bentuk.  Kemudian Kami mengembalikannya kepada tingkat paling rendah,  kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh maka bagi mereka ganjaran yang tidak ada putus-putusnya.   Maka apakah yang menyebabkan engkau mendustakan hari pem-balasan sesudah itu? Bukankah Allah itu Hakim Yang Maha Adil di antara para ha-kim?  (At-Tīn [95]:1-9).

Berbagai Mukjizat Nabi  Musa a.s.

      Jadi, sebagaimana di zaman Nabi Musa a.s. ketika beliau  berada di Mesir bersama  Bani Israil   kedudukan tukang-tukang sihir -- dengan kemampuan sihir yang mereka miliki   -- sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah kerajaan Fir’aun, demikian juga pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan para penyair  bangsa Arab Jahiliyah    -- dengan  syair-syair mereka yang mampu “menyihir” para pendengarnya  -- mereka sangat dihormati.
       Sesuai dengan kenyataan itulah maka kedua Rasul Allah pembawa syariat itu pun   --  selain mendapat amanat Ilahi   yang utama untuk mengajak kaumnya kepada Tauhid Ilahi  -- kedua Rasul Allah itu  pun telah dibekali pula dengan berbagai mukjizat, sebagai bukti bahwa mereka benar-benar  orang-orang yang diutus  oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.
     Kenapa demikian? Sebab salah satu dari sekian banyak  tuntutan dari para penentang para Rasul Allah  adalah mereka  menuntut agar para Rasul Allah tersebut memperlihatkan mukjizat  sebagaimana yang mereka kehendaki.  Walau pun sebenarnya tuntutan para penentang Rasul Allah tersebut merupakan alasan yang   dibuat-buat belaka, sebab dalam kenyataan ketika para Rasul Allah  tersebut benar-benar memperlihatkan berbagai mukjizat tetapi mereka tetap saja tidak melepaskan kekafiran  dan penentangan mereka  kepada para Rasul Allah tersebut.
      Berikut firman-Nya mengenai  berbagai mukjizat  yang  atas izin Allah Swt. telah diperlihatkan Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan masyarakatnya di Mesir:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسٰی تِسۡعَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ فَسۡـَٔلۡ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ اِذۡ جَآءَہُمۡ فَقَالَ لَہٗ  فِرۡعَوۡنُ  اِنِّیۡ لَاَظُنُّکَ یٰمُوۡسٰی مَسۡحُوۡرًا ﴿﴾  قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَاۤ  اَنۡزَلَ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ  وَ الۡاَرۡضِ  بَصَآئِرَ ۚ وَ  اِنِّیۡ  لَاَظُنُّکَ یٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُوۡرًا ﴿﴾  فَاَرَادَ  اَنۡ یَّسۡتَفِزَّہُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ فَاَغۡرَقۡنٰہُ  وَ مَنۡ  مَّعَہٗ  جَمِیۡعًا ﴿﴾ۙ
Dan  sungguh    Kami benar-benar telah memberi Musa sembilan buah Tanda yang terang,  maka tanyakanlah kepada Bani Israil. Ketika ia datang kepada mereka maka   Fir’aun berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku menganggap engkau, hai Musa, seorang yang kena sihir.”  Ia (Musa) berkata: “Sungguh engkau benar-benar telah mengetahui bahwa sama sekali  tidak ada yang menurunkan Tanda-tanda ini, melainkan  Rabb (Tuhan) seluruh langit dan bumi sebagai bukti-bukti nyata,  dan sesungguhnya aku benar-benar  yakin  engkau, hai Fir’aun, orang yang akan binasa.”  Maka  ia  (Fir’aun) telah bertekad mengusir mereka dari negeri itu,  tetapi Kami menenggelamkannya  dan orang-orang yang beserta dia semuanya. (Bani Israil [17]:102-104). Lihat pula  QS.27:12.
         Sembilan Tanda  (mukjizat) Nabi Musa a.s.   yang telah tersebut di tempat lain dalam Al-Quran ialah (a) tongkat (QS.7:108); (b) tangan putih (QS.7:109; QS.27:13); (c) musim kering dan kekurangan buah-buahan (QS.7:131); (d) badai; (e) belalang; (f) kutu; (g) katak; dan (h) azab darah (QS.7:134).
       Dari  9 mukjizat Nabi Musa a.s. tersebut yang paling utama adalah “mukjizat tongkat” karena  dengan perantaraannya Nabi Musa a.s. telah mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun secara telak, sehingga mereka menyatakan beriman kepada Tauhid Ilahi, dan sebagai tanda bahwa  laut yang ada di hadapan Nabi Musa a.s. dan Bani Israil akan segera “terbelah”.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  14 Juni    2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar