بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 257
Kesempurnaan Mukjizat
Al-Quran Dalam Berbagai Seginya
Dibandingkan Syair-syair Terbaik Para
Penyair Bangsa Arab Jahiliyah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai makna kehebatan pengaruh syair-syair
para penyair
bangsa Arab Jahiliyah. Di zaman Nabi
Besar Muhammad saw. – yang merupakan misal Nabi Musa a.s. (QS.1:18;
QS.26:193-198;QS.46:11; QS.73:16-17) -- beliau
saw. selain harus menghadapi duplikat Fir’aun dalam hal ketakaburan, kekejaman dan kelicikan,
yakni Abu Jahal dan 8 orang pemuka
kaum kafir Quraisy lainnya termasuk Abu Lahab (QS.27:49), beliau
saw. juga harus menghadapi para ahli sya’ir
bangsa Arab yang sangat terkenal syair-syair mereka memiliki kemampuan untuk “menyihir” orang-orang yang mendengarkan lantunan syair-syair yang mereka bacakan, karena itu para ahli
syair tersebut memiliki kedudukan
yang sangat terhormat di kalangan bangsa
Arab jahiliyah.
Ketakaburan Walid bin Mughirah
Salah seorang di antara mereka
adalah Walid bin Mughirah yang sangat terkenal kalangan kaum kafir Mekkah,
berikut firman Allah Swt. mengenai ketakaburan
Walid bin Mughirah mengenai ayat-ayat Al-Quran:
ذَرۡنِیۡ وَ
مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلۡتُ
لَہٗ مَالًا مَّمۡدُوۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا ﴿ۙ﴾ وَّ مَہَّدۡتُّ لَہٗ تَمۡہِیۡدًا ﴿ۙ﴾ ثُمَّ یَطۡمَعُ
اَنۡ اَزِیۡدَ ﴿٭ۙ﴾ کَلَّا ؕ
اِنَّہٗ کَانَ لِاٰیٰتِنَا عَنِیۡدًا ﴿ؕ﴾ سَاُرۡہِقُہٗ صَعُوۡدًا ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ فَکَّرَ
وَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ فَقُتِلَ کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ قُتِلَ
کَیۡفَ قَدَّرَ ﴿ۙ﴾
ثُمَّ نَظَرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ عَبَسَ
وَ بَسَرَ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ اَدۡبَرَ
وَ اسۡتَکۡبَرَ ﴿ۙ﴾ فَقَالَ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّا سِحۡرٌ
یُّؤۡثَرُ﴿ۙ﴾ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّا قَوۡلُ الۡبَشَرِ﴿ؕ﴾ سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ
﴿﴾
Biarkanlah Aku berurusan
dengan orang yang telah Aku ciptakan
Sendiri. Dan Aku menjadikan baginya harta berlimpah-limpah, dan anak-anak
yang hadir bersamanya, dan Aku lapangkan rezeki baginya
selapang-lapangnya, kemudian ia
ingin sekali supaya Aku menambahnya.
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
selalu menentang Tanda-tanda Kami. Segera
Aku akan menimpakan kepadanya azab yang
terus meningkat. Sesungguhnya ia memikirkan dan menetapkan. Maka kebinasaan menyergapnya. Bagaimana ia telah menetapkan? Kemudian kebinasaan
menyergapnya lagi. Bagaimana
ia telah menetapkan? Kemudian
ia memandang, kemudian ia bermasam muka dan merengut,
kemudian ia berpaling dan menyombongkan
diri, lalu ia berkata: “Tidaklah Al-Quran ini melainkan sihir yang diwariskan! Al-Quran ini tidak lain melainkan perkataan
manusia!” Segera Aku
memasukkannya ke neraka Saqar. (Al-Muddatstsīr [74]:12-27).
Kata-kata ذَرۡنِیۡ وَ مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا
selain berarti “Biarlah Aku berurusan dengan orang yang
telah Aku ciptakan Sendiri” juga berarti “Biarlah
Aku berurusan dengan dia yang karena kekayaan besar, kekuasaan, dan
kedudukannya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, menganggap dirinya sendiri
tiada tara bandingannya di tengah-tengah sesama bangsanya,” sebab kata wahid
dalam ayat ذَرۡنِیۡ وَ
مَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیۡدًا berarti pula unik (mandiri),
tanpa bandingan” (Lexicon
Lane).
Meskipun ayat 12 ini dan beberapa ayat
berikutnya berlaku bagi setiap orang
kafir yang congkak dan sombong, ayat-ayat itu teristimewa
berlaku bagi Walid bin Mughirah, yang
adalah seorang pribadi terkemuka di
antara kaum Quraisy, dan dikenal di
antara sesama warga kota dengan gelar-gelar yang sangat terhormat
seperti “unik” dan “semerbak ganda kaum Quraisy.” Ia sangat
tampan dan terkenal karena syair-syairnya
yang indah dan karena karya-karya
lainnya. la berputra sepuluh sampai tiga belas orang dan ia kaya-raya.
Ayat وَّ بَنِیۡنَ شُہُوۡدًا --
“dan anak-anak yang hadir bersamanya,” dapat
berarti bahwa anak-anak Walid bin
Mughirah pun berwibawa seperti dia. Mereka pun ditawari tempat terhormat dalam majlis-majlis
yang dihadirinya. Atau, Walid bin
Mughirah itu begitu kaya sehingga anak-anaknya
senantiasa berkumpul bersama dia tanpa perlu ke mana-mana mencari nafkah.
Kehinaan yang Terus Menerus
Menimpa Walid bin Mughirah
Kata kallā dalam ayat
کَلَّا ؕ اِنَّہٗ کَانَ
لِاٰیٰتِنَا عَنِیۡدًا --
“Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya dia selalu menentang Tanda-tanda Kami, ” dipakai untuk menolak permohonan
seseorang dan memarahinya karena
mengajukan permohonan itu (Lexicon Lane).
Isyarat ayat فَقُتِلَ کَیۡفَ قَدَّرَ --
“maka kebinasaan menyergapnya” ini pada khususnya tertuju kepada Walid bin Mughirah. Akibat terus menerus
menentang wahyu-wahyu Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar
Muhammad saw., kehancuran terus
membuntuti langkahnya. Tiga putranya – Walid,
Khalid bin Walid dan Hisyam masuk Islam -- dan ketiganya menjadi para pembela Nabi Besar Muhammad saw., terutama Khalid bin Walid yang kemudian terkenal dengan gelar Syaifullah
(pedang Allah) -- sedang lain-lainnya binasa di hadapan mata kepala Walid
bin Mughirah sendiri. Ia menderita kerugian
berat dalam bidang keuangan dan
akhirnya ia mati dalam kemiskinan dan kehinaan.
Makna ayat
ثُمَّ
عَبَسَ وَ بَسَرَ -- “kemudian ia bermasam muka dan merengut”,
yakni ketika ayat-ayat Al-Quran dibacakan kepadanya, Walid
bin Mughirah mengerutkan dahi dan merengut saking bencinya, dan berlalu sambil marah-marah
bukan alang kepalang sebagaimana
diterangkan oleh ayat-ayat selanjutnya:
ثُمَّ اَدۡبَرَ وَ
اسۡتَکۡبَرَ ﴿ۙ﴾ فَقَالَ
اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا
سِحۡرٌ یُّؤۡثَرُ﴿ۙ﴾ اِنۡ ہٰذَاۤ
اِلَّا قَوۡلُ الۡبَشَرِ﴿ؕ﴾ سَاُصۡلِیۡہِ سَقَرَ
﴿﴾
kemudian ia berpaling
dan menyombongkan diri, lalu ia berkata: “Tidaklah Al-Quran ini melainkan sihir yang diwariskan! Al-Quran ini tidak lain melainkan perkataan
manusia!” Segera Aku memasukkannya ke
neraka Saqar. (Al-Muddatstsīr [74]:24-27).
Demikianlah
keadaan para ahli syair bangsa Arab yang
sangat dihormati pada zaman
Jahiliyah, yang untuk mengungguli
kepiawaian mereka itulah Allah Swt. telah mewahyukan ayat-ayat Al-Quran yang
memiliki berbagai keunggulan jauh
melebihi syair-syair para penyair
bangsa Arab jahiliyah dalam segala seginya. Contoh Surah Al-Quran yang panjang yang
ayat-ayatnya “bersajak” adalah Surah Ar-Rahmān,
Surah Al-Wāqi’ah dll. Surah—surah
yang pendek contohnya Surah Al-Burūj, Surah
Ath-Thāriq, Surah Asy-Syams, Surah Adh-Dhuhā, dan lain-lain termasuk tiga Surah terakhir Al-Quran: Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nās.
Contoh
Surah-surah Al-Quran yang Ayat-ayatnya “Bersajak”
Berikut beberapa contoh Surah Al-Quran yang
“bersajak”. Dalam Al-Burūj ayat-ayatnya
diakhiri dengan bunyi u (dhamah) dan i (kasrah):
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ وَ
السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾ وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ شَاہِدٍ
وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾ قُتِلَ اَصۡحٰبُ
الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾ النَّارِ
ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾ اِذۡ
ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿۶﴾ وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا
یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ
ؕ﴿﴾ وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا
بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ
وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ؕ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ
الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ لَمۡ یَتُوۡبُوۡا
فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا
الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ
﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ ہُوَ یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾ وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾ ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾ فَعَّالٌ لِّمَا
یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾ فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾ بَلِ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾ وَّ
اللّٰہُ مِنۡ وَّرَآئِہِمۡ
مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾ بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ
مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Aku baca
dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha
Penyayang. Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang, dan demi Hari yang dijanjikan, dan demi saksi dan yang disaksikan, binasalah
para pemilik parit, yaitu
Api yang dinyalakan dengan bahan bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya, dan
mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang
beriman. Dan mereka sekali-kali tidak menaruh
dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa, Maha
Terpuji, Yang kepunyaan-Nya kerajaan seluruh
langit dan bumi, dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa
orang-orang beriman laki-laki dan perempuan
kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi
mereka azab yang membakar. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan
besar. Sesungguhnya cengkraman
Rabb (Tuhan) engkau sangat keras. Sesungguhnya Dia-lah Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.
Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta. Pemilik
‘Arasy, Yang Maha Mulia, Yang melakukan apa yang Dia kehendaki. Apakah
telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar? Yaitu
lasykar Fir’aun dan Tsamud. Bahkan orang-orang kafir selalu mendustakan, padahal
Allāh mengepung me-reka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan ia
adalah Al-Quran yang sangat mulia, yang
tersimpan dalam papan yang terjaga. (Al-Burūj
[85]:1-23).
Surah yang ayat-ayatnya didominasi bunyi a
(fat-hah) salah satunya adalah Surah Ad-Dhuhā,
kecuali ayat terakhir berakhir
dengan i (kasrah) , firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
وَ الضُّحٰی ۙ﴿﴾
وَ
الَّیۡلِ اِذَا سَجٰی ۙ﴿﴾ مَا وَدَّعَکَ
رَبُّکَ وَ مَا قَلٰی ؕ﴿﴾ وَ
لَلۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لَّکَ مِنَ
الۡاُوۡلٰی ؕ﴿﴾ وَ لَسَوۡفَ
یُعۡطِیۡکَ رَبُّکَ فَتَرۡضٰی ؕ﴿﴾ اَلَمۡ
یَجِدۡکَ یَتِیۡمًا فَاٰوٰی ۪﴿﴾ وَ وَجَدَکَ
ضَآلًّا فَہَدٰی ۪﴿﴾ وَ وَجَدَکَ عَآئِلًا فَاَغۡنٰی ؕ﴿﴾ فَاَمَّا الۡیَتِیۡمَ
فَلَا تَقۡہَرۡ ؕ﴿﴾ وَ اَمَّا السَّآئِلَ فَلَا تَنۡہَرۡ ﴿ؕ﴾ وَ اَمَّا بِنِعۡمَۃِ رَبِّکَ فَحَدِّثۡ ﴿٪﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Demi terangnya sinar
pagi ketika sedang naik. Dan
demi malam apabila kegelapannya menyebar, Sekali-kali Rabb (Tuhan) engkau tidak
meninggalkan engkau dan tidak pula Dia
murka atas engkau. Dan
sesungguhnya keadaan kemudian lebih baik
bagi engkau daripada keadaan permulaan. Dan Rabb (Tuhan) engkau segera akan
memberikan kepada engkau hingga engkau menjadi puas. Tidakkah Dia mendapati engkau yatim lalu Dia memberikan
perlindungan? Dan Dia
mendapati engkau larut dalam kecintaan kepada kaum eng-kau lalu Dia memberi engkau pe-tunjuk. Dan
Dia mendapati engkau ber-kekurangan lalu Dia memperkaya engkau. Karena itu terhadap anak yatim maka janganlah
engkau berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang me-minta-minta janganlah engkau meng-hardik. Dan terhadap nikmat Tuhan engkau hendaknya
menyatakannya. (Adh-Dhuhā
[93]:1-12).
Contoh Surah yang akhir ayat-ayatnya
didominasi dengan bunyi i (kasrah) adalah Surah At-Tīn, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ وَ التِّیۡنِ وَ الزَّیۡتُوۡنِ ۙ﴿﴾ وَ طُوۡرِ سِیۡنِیۡنَ ۙ﴿﴾ وَ ہٰذَا الۡبَلَدِ الۡاَمِیۡنِ ۙ﴿﴾ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
الۡاِنۡسَانَ فِیۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِیۡمٍ
۫﴿﴾ ثُمَّ رَدَدۡنٰہُ
اَسۡفَلَ سٰفِلِیۡنَ ۙ﴿﴾ اِلَّا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ اَجۡرٌ غَیۡرُ
مَمۡنُوۡنٍ ؕ﴿﴾ فَمَا یُکَذِّبُکَ بَعۡدُ بِالدِّیۡنِ ؕ﴿﴾ اَلَیۡسَ
اللّٰہُ بِاَحۡکَمِ الۡحٰکِمِیۡنَ ٪﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi
pohon tin dan zaitun, dan Gunung Sinai, dan Kota yang aman ini. Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk.
Kemudian Kami mengembalikannya kepada
tingkat paling rendah, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh maka bagi mereka ganjaran yang tidak
ada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan engkau
mendustakan hari pem-balasan sesudah itu? Bukankah Allah itu Hakim
Yang Maha Adil di antara para ha-kim? (At-Tīn [95]:1-9).
Berbagai Mukjizat Nabi Musa a.s.
Jadi, sebagaimana di zaman Nabi
Musa a.s. ketika beliau berada di
Mesir bersama Bani
Israil kedudukan tukang-tukang sihir -- dengan kemampuan sihir yang mereka miliki -- sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah kerajaan Fir’aun, demikian
juga pada masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. kedudukan para penyair bangsa Arab Jahiliyah -- dengan
syair-syair mereka yang mampu
“menyihir” para pendengarnya -- mereka
sangat dihormati.
Sesuai dengan kenyataan itulah maka kedua Rasul Allah pembawa syariat itu pun -- selain mendapat amanat Ilahi yang utama
untuk mengajak kaumnya kepada Tauhid
Ilahi -- kedua Rasul Allah itu pun telah dibekali
pula dengan berbagai mukjizat,
sebagai bukti bahwa mereka
benar-benar orang-orang yang diutus oleh Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.
Kenapa demikian? Sebab salah satu dari
sekian banyak tuntutan dari para penentang
para Rasul Allah adalah mereka menuntut
agar para Rasul Allah tersebut
memperlihatkan mukjizat sebagaimana yang mereka kehendaki. Walau pun
sebenarnya tuntutan para penentang Rasul Allah tersebut merupakan alasan yang dibuat-buat
belaka, sebab dalam kenyataan ketika para Rasul
Allah tersebut benar-benar memperlihatkan
berbagai mukjizat tetapi mereka tetap
saja tidak melepaskan kekafiran dan penentangan
mereka kepada para Rasul Allah tersebut.
Berikut firman-Nya mengenai berbagai mukjizat yang
atas izin Allah Swt. telah
diperlihatkan Nabi Musa a.s. kepada Fir’aun dan masyarakatnya di Mesir:
وَ لَقَدۡ
اٰتَیۡنَا مُوۡسٰی تِسۡعَ اٰیٰتٍۭ بَیِّنٰتٍ فَسۡـَٔلۡ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِذۡ جَآءَہُمۡ فَقَالَ
لَہٗ فِرۡعَوۡنُ اِنِّیۡ لَاَظُنُّکَ یٰمُوۡسٰی مَسۡحُوۡرًا ﴿﴾ قَالَ لَقَدۡ
عَلِمۡتَ مَاۤ اَنۡزَلَ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
بَصَآئِرَ ۚ وَ اِنِّیۡ لَاَظُنُّکَ یٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُوۡرًا ﴿﴾ فَاَرَادَ اَنۡ یَّسۡتَفِزَّہُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ
فَاَغۡرَقۡنٰہُ وَ مَنۡ مَّعَہٗ
جَمِیۡعًا ﴿﴾ۙ
Dan sungguh
Kami benar-benar telah memberi Musa
sembilan buah Tanda yang terang,
maka tanyakanlah kepada
Bani Israil. Ketika ia datang kepada
mereka maka Fir’aun
berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku
menganggap engkau, hai Musa, seorang yang kena sihir.” Ia (Musa) berkata: “Sungguh engkau benar-benar telah mengetahui bahwa sama sekali tidak
ada yang menurunkan Tanda-tanda ini, melainkan Rabb
(Tuhan) seluruh langit dan bumi
sebagai bukti-bukti nyata, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin engkau, hai Fir’aun, orang yang akan binasa.” Maka ia
(Fir’aun) telah bertekad mengusir mereka dari negeri itu, tetapi Kami menenggelamkannya dan orang-orang yang beserta dia semuanya.
(Bani
Israil [17]:102-104). Lihat pula
QS.27:12.
Sembilan Tanda
(mukjizat) Nabi Musa a.s. yang
telah tersebut di tempat lain dalam Al-Quran ialah (a) tongkat
(QS.7:108); (b) tangan putih (QS.7:109; QS.27:13); (c) musim
kering dan kekurangan buah-buahan (QS.7:131); (d) badai; (e)
belalang; (f) kutu; (g) katak; dan (h) azab darah
(QS.7:134).
Dari 9 mukjizat Nabi Musa a.s. tersebut yang
paling utama adalah “mukjizat tongkat”
karena dengan perantaraannya Nabi Musa
a.s. telah mengalahkan tukang-tukang
sihir Fir’aun secara telak, sehingga mereka menyatakan beriman kepada Tauhid Ilahi,
dan sebagai tanda bahwa laut yang ada di hadapan Nabi Musa a.s.
dan Bani Israil akan segera “terbelah”.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar