بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 277
Perbuatan-perbuatan Buruk Bani Israil yang Dilakukan di Kalangan Bani Isma’il (Umat Islam) di Akhir Zaman Ini
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai misi
kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), demikian juga sesuai dengan
hal tersebut dan sesuai dengan sifat Ahmad Nabi Besar Muhammad saw. yang disebut oleh Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.61:7)
– yang kemudian menjadi nama dari golongan Muslim yang beriman
kepada Rasul Akhir Zaman, yakni Jemaat Ahmadiyah -- maka misi
Islam yang disebarkan Jemaat
Ahmadiyah adalah “Love
For All Hatred For None” (Cinta
untuk semua, tidak ada kebencian
untuk siapa pun), yaitu sebagai peragaan nyata dari sifat Ahmad dari Nabi Besar Muhammad saw. yang
menonjolkan sifat kelembutan dan kasih-sayang
atau rahmat beliau saw. (QS.21:108),
firman-Nya:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ
مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ
بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh benar-benar
telah datang kepada kamu seorang
Rasul dari antara kamu sendiri, berat
terasa olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan terhadap orang-orang beriman ia sangat berbelas kasih lagi penyayang. (At-Taubah [9]:128).
Kepedulian dan Keprihatinan Luarbiasa Nabi Besar Muhammad Saw.
Ayat
ini boleh dikenakan kepada orang-orang
beriman maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama
kepada orang-orang beriman, bagian
permulaannya mengenai orang-orang kafir
dan bagian terakhir mengenai orang-orang
beriman. Kepada orang-orang kafir nampaknya ayat ini mengatakan:
“Nabi Besar
Muhammad saw. merasa sedih melihat kamu mendapat
kesusahan, yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan
dan kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat
manusia, sehingga tidak ada tindakan yang datang dari pihak kamu dapat
membuatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan
keburukan bagimu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu,
sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga
mendatangkan kesusahan kepada kamu.”
Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai kepedulian dan keprihatinan luar biasa Nabi
Besar Muhammad saw. terhadap nasib orang-orang
kafir jika mereka menolak kebenaran
Al-Quran yang beliau saw. sampaikan kepada mereka (QS.18:7; QS.26:4), firman-Nya lagi:
وَ اِنۡ
کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ
اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi
engkau, maka kalau engkau sanggup
mencari lubang ke dalam bumi atau tangga
ke langit, lalu engkau mendatangkan
kepada mereka suatu Tanda. Dan jika Allah menghendaki niscaya
mereka akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām
[6]:36).
Kata-kata
mencari lubang tembusan ke dalam bumi berarti “menggunakan
daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan
dan menyebarkan kebenaran ajaran Islam (Al-Quran), dan kata-kata tangga
ke langit, maknanya “menggunakan
daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa
ke hadirat Allah Swt. untuk
memohon hidayat (petunjuk) bagi orang-orang kafir dan sebagainya. Shalat sungguh merupakan tangga yang dengan itu orang (secara ruhani)
dapat naik ke langit. Nabi Besar Muhammad saw. diberi tahu supaya menggunakan kedua upaya ini.
Kata jahil seperti dalam
QS.2:274 artinya “seseorang yang tidak tahu-menahu” atau “tidak mengenal.” Nabi Besar
Muhammad saw. dianjurkan agar jangan sampai tidak mengenal Hukum Tuhan dalam perkara ini. Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian besar beliau saw. untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.. Dalam kapasitasnya sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108). Nabi Besar Muhammad saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan
kepada mereka Tanda, sekalipun
beliau harus “mencari lubang tembusan ke
dalam bumi atau tangga ke langit.”
Demikianlah gambaran kepedulian
luar-biasa Nabi Besar Muhammad sawt. terhadap orang-orang kafir. Sedangkan kepada orang-orang
beriman ayat QS.9:28 tersebut
berkata:
“Nabi Besar
Muhammad saw. penuh dengan
kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan riang dan
gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan kamu. Lagi
pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan ia memperlakukan kamu,
dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”
Semua kenyataan tersebut sesuai
dengan suri teladan terbaik yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad
saw., firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam diri Rasulullah benar-benar terdapat asuri teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb
[33]:22).
Pentingnya “Tolong Menolong” Dalam Kebajikan
(Birr) dan Takwa
Atas dasar itu pulalah peringatan Allah Swt. selanjutnya
setelah ayat وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا -- dan jangan
mencemari yakni menghalangi orang-orang
yang menziarahi Baitul Haram untuk mencari karunia dan keridhaan
dari Rabb (Tuhan) mereka” dan ayat
وَ لَا
یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ
اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan
janganlah kebencian
sesuatu kaum kepada kamu
karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorongmu melampaui batas,”
selanjutnya Allah Swt. berfirman: وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا
بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی
الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا
شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا
الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ
اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ
صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا
عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ
الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang
berkaki empat, kecuali apa yang akan diberitahukan kepada
kamu, dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama
kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah
menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki. Hai orang-orang
yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah, jangan
mencemari Bulan Haram, jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang
kurban yang ditandai kalung,
وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا -- dan jangan
mencemari yakni menghalangi orang-orang
yang menziarahi Baitul Haram untuk mencari karunia dan keridhaan
dari Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila
kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu. وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ
عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan
janganlah kebencian
sesuatu kaum kepada kamu
karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorongmu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی
الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ -- dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).
Perintah Allah
Swt. dalam ayat وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa , ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,”
di Akhir Zaman ini perintah tersebut telah dilanggar oleh umumnya umat Islam di berbagai wilayah umat Islam, yang sedang terlibat pertentangan dan peperangan di antara mereka
sendiri, baik di wilayah Timur Tengah,
di Afghanistan, di Pakistan serta di wilayah-wilayah Muslim lainnya, termasuk di Afrika.
Pengulangan Kedurhakaan yang Dilakukan Bani Israil
Pelanggaran dan kedurhakaan
terhadap perintah Allah Swt. seperti
itu sebelumnya juga telah biasa terjadi di kalangan Bani
Israil, firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذۡنَا مِیۡثَاقَ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ ۟ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا وَّ ذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ قُوۡلُوۡا لِلنَّاسِ حُسۡنًا وَّ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ ؕ ثُمَّ تَوَلَّیۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ مُّعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami
mengambil perjanjian yang teguh dari Bani
Israil: “Kamu tidak akan menyembah
kecuali kepada Allah, dan akan berbuat
ihsan terhadap ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia, mendirikan shalat dan membayar zakat, kemudian kamu
berpaling, kecuali sedikit di antara
kamu dan kamu adalah orang-orang
yang selalu berpaling. (Al-Baqarah [2]:84).
Ayat
ini tidak tertuju kepada suatu janji
khusus, melainkan kepada janji umum
yang memerintahkan orang-orang Yahudi
meninggalkan kejahatan yang telah merajalela di tengah mereka pada saat
itu, dan supaya menjalani kehidupan yang
baik (Keluaran 20:3-6,
12; Lewi 19:17, 18; Zabur
3:27, 28, 30; Ulangan 6:13
dan 14:29).
Dalam
ayat ini, seperti juga di tiap tempat
dalam Al-Quran, susunan kata-katanya mengikuti tertib yang saksama dan wajar
menurut kadar pentingnya perbuatan-perbuatan yang dituturkannya, yang dimulai
dengan perintah لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ -- “Kamu
tidak akan menyembah kecuali kepada Allah.”
Jika orang-orang
beriman benar-benar berpegang teguh
kepada Tauhid Ilahi maka sebagai rasa syukur, pertama-tama mereka akan berbuat ihsan (kebajikan) kepada kedua orang-tua mereka, karena keduanya – sampai batas tertentu --
merupakan peraga (pengamal) Sifat-sifat
Allah Swt. utama Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah,
yakni Sifat-sifat: Rabbubiyyat, Rahmāniyat, Rahīmiyat,
dan Malikiyat.
Mengisyaratkan
kepada kenyataan itu pulalah, bahwa dalam ajaran Islam (Al-Quran) Allah Swt. telah memerintahkan umat Islam bukan saja harus berbuat ihsan terhadap kedua orang tua, tetapi juga
harus berdoa dengan doa khusus untuk keduanya yakni رَّبِّ
ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ
صَغِیۡرًا -- “Ya Rabb (Tuhan), kasihanilah mereka berdua seperti
mereka berdua telah memeliharaku semasa
aku kecil.”
Mengenai hal tersebut berikut firman Allah Swt. kepada Nabi Besar
Muhammad saw. -- walau pun dalam kenyataannya sejak kecil beliau saw.
telah ditinggal wafat kedua orangtua beliau saw.
– firman-Nya:
وَ قَضٰی
رَبُّکَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ
اِیَّاہُ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِنۡدَکَ
الۡکِبَرَ اَحَدُہُمَاۤ اَوۡ کِلٰہُمَا فَلَا تَقُلۡ لَّہُمَاۤ اُفٍّ
وَّ لَا تَنۡہَرۡہُمَا وَ
قُلۡ لَّہُمَا قَوۡلًا کَرِیۡمًا ﴿﴾ وَ اخۡفِضۡ لَہُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحۡمَۃِ وَ قُلۡ رَّبِّ
ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ
صَغِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Dan Rabb (Tuhan) engkau telah memerintahkan supaya jangan menyembah kecuali hanya kepada-Nya, dan
berbuat ihsanlah terhadap ibu-bapak.
Jika salah seorang dari mereka
atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam kehidupan engkau
maka janganlah engkau mengatakan “uff” terhadap keduanya dan janganlah eng-kau menghardik keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan tutur kata yang hormat, dan rendahkanlah sayap kerendahan hati di
hadapan keduanya dengan kasih-sayang.
Dan katakan-lah: رَّبِّ
ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ
صَغِیۡرًا -- Ya Rabb (Tuhan), kasihanilah mereka berdua seperti
mereka berdua telah memeliharaku semasa
aku kecil.” (Bani Israil [17]:24-25).
Saling Menumpahkan Darah dan Saling Usir
Setelah menerangkan secara berurutan fihak-fihak lainnya yang harus
menjadi sasaran amal shaleh
mereka -- yaitu kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin – lebih lanjut Allah Swt menjelaskan kelakuan buruk lainnya yang dilakukan Bani Israil, firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذۡنَا مِیۡثَاقَکُمۡ لَا تَسۡفِکُوۡنَ دِمَآءَکُمۡ وَ لَا
تُخۡرِجُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ مِّنۡ دِیَارِکُمۡ
ثُمَّ اَقۡرَرۡتُمۡ وَ اَنۡتُمۡ تَشۡہَدُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian yang
teguh dari kamu bahwa:
“Kamu tidak akan menumpahkan
darah sesama kamu dan kamu tidak akan mengusir kaum kamu dari kampung halaman kamu,” kemudian kamu mengikrarkannya dan kamu menjadi saksi atasnya. (Al-Baqarah [2]:85).
Yang diisyaratkan mungkin perjanjian
antara Nabi Besar Muhammad saw. dengan
kaum Yahudi Medinah, yaitu kedua
pihak berjanji untuk tolong-menolong dalam melawan musuh bersama
dan segala perselisihan akan
disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Penguasa Madinah untuk mendapat keputusan (Muir’s “Life
of Mohammad” dan Sirat
oleh Hadhrat Mirza Basyir Ahmad M.A.). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ثُمَّ اَنۡتُمۡ ہٰۤـؤُلَآءِ تَقۡتُلُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ وَ تُخۡرِجُوۡنَ فَرِیۡقًا مِّنۡکُمۡ مِّنۡ دِیَارِہِمۡ ۫ تَظٰہَرُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِالۡاِثۡمِ وَ
الۡعُدۡوَانِ ؕ وَ اِنۡ یَّاۡتُوۡکُمۡ اُسٰرٰی تُفٰدُوۡہُمۡ وَ ہُوَ مُحَرَّمٌ عَلَیۡکُمۡ
اِخۡرَاجُہُمۡ ؕ اَفَتُؤۡمِنُوۡنَ بِبَعۡضِ الۡکِتٰبِ وَ
تَکۡفُرُوۡنَ بِبَعۡضٍ ۚ فَمَا
جَزَآءُ مَنۡ یَّفۡعَلُ ذٰلِکَ مِنۡکُمۡ اِلَّا خِزۡیٌ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یُرَدُّوۡنَ اِلٰۤی اَشَدِّ
الۡعَذَابِ ؕ وَ مَا
اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Kemudian
kamulah orang-orang yang membunuh satu
sama lain dan mengusir segolongan
dari kamu dari kampung-halaman
mereka, تَظٰہَرُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِالۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- sambil membantu musuh-musuh mereka
dalam dosa dan pelanggaran.
Dan jika
mereka datang kepada kamu selaku tawanan, kamu menebus mereka, padahal pengusiran
mereka telah diharamkan bagi kamu. Apakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab dan ingkar kepada sebagian lainnya? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu
kecuali kehinaan dalam kehidupan dunia,
dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan
kepada azab yang sangat keras, dan sesungguhnya Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2]:86).
Di zaman Nabi Besar Muhammad saw. di
Medinah tinggal tiga suku bangsa Yahudi
yaitu: Banu Qainuqa, Banu Nadhir dan Banu Quraizhah; dan dua suku musyrik
Arab: Aus dan Khazraj. Dua dari
suku Yahudi itu -- Banu Qainuqa dan Banu Quraizhah -- berpihak
kepada suku Aus, sedangkan Banu
Nadhir kepada suku Khazraj.
Jadi saat suku-suku musyrik
itu sedang berada dalam keadaan perang
satu sama lain maka suku-suku Yahudi itu dengan sendirinya terlibat. Tetapi, bila di waktu perang ada orang-orang Yahudi yang ditawan
oleh orang-orang musyrik, lalu golongan
Yahudi akan mengumpulkan uang dengan memungut iuran dan menebus mereka.
Mereka memandang tidak pantas untuk seorang Yahudi berada dalam perbudakan orang bukan-Yahudi.
Al-Quran menentang kebiasaan itu dengan mengatakan bahwa agama mereka bukan saja melarang memperbudak orang-orang Yahudi, tetapi juga melarang
saling memerangi dan bunuh-membunuh yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Tiada yang lebih buruk daripada menerima sebahagian dari Kitab Suci dan menolak sebahagian yang lainnya, karena bila seseorang menerima sebagian dari suatu Kitab Suci,
maka hal itu menjadi bukti akan
kenyataan bahwa orang itu tidak meyakini
kebenaran seluruhnya. Jadi penolakan
sebagian, merupakan bukti yang nyata
mengenai pikiran sesat. Untuk larangan perbudakan orang-orang Yahudi, lihat Lewi
25:39-43, 47-49, 54-55 Nehemia.
5:8.
Genapnya Nubuatan Nabi
Besar Muhammad Saw.
Dengan demikian jelaslah, bahwa
pengingkaran yang dilakukan
oleh Bani Israli terhadap berbagai perjanjian mereka dengan Allah Swt. pada
hakikatnya merupakan nubuatan yang
akan dilakukan juga oleh umat Islam (Bani
Isma’il) setelah masa Nabi Besar Muhammad saw. yang penuh berkat dan masa para khalifah
Rasyidin, yaitu masa mulkan
ādhān (kerajaan yang menggigit) dan masa mulkan jabariyāh (kerajaan
yang otoriter) -- dan di Akhir Zaman ini -- sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.:
"Masa Kenabian (Nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu
sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Dia
menghendakinya untuk mengangkatnya. Kemudian masa khalifah atas jalan kenabian
(Khilafah ‘ala minhājin- nubuwwah) adanya atas kehendak Allah. Allah
mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan
yang menggigit (Mulkan ādhān), adanya
atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang otoriter (Mulkan jabariyyah), adanya atas kehendak Allah. Allah
mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa khalifah
atas jalan kenabian (Khilafah ‘ala minhājin- nubuwwah,) kemudian beliau diam." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Perintah Allah Swt. dalam
ayat وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa. ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,”
ternyata di Akhir Zaman ini perintah
Allah Swt. tersebut telah dilanggar
oleh umumnya umat Islam di berbagai wilayah umat Islam, yang sedang terlibat pertentangan dan peperangan di antara mereka
sendiri, baik di wilayah Timur Tengah,
di Afghanistan, di Pakistan serta di wilayah-wilayah Muslim lainnya, termasuk di Afrika, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا
بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی
الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا
شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا
الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ
اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ
صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا
عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ
الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang
berkaki empat, kecuali apa yang akan diberitahukan kepada
kamu, dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama
kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah
menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki. Hai orang-orang
yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah, jangan
mencemari Bulan Haram, jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang
kurban yang ditandai kalung,
وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ
الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا -- dan jangan
mencemari yakni menghalangi orang-orang
yang menziarahi Baitul Haram untuk mencari karunia dan keridhaan
dari Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila
kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu. وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ
عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan janganlah kebencian sesuatu kaum
kepada kamu karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorongmu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی
الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ -- dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).
Jemaat Muslim Ahmadiyah & Kepemimpinan Ruhani Para Khalifatul Masih
Di Akhir
Zaman ini perintah Allah
Swt. dalam ayat وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,” hanya dilaksanakan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebagai perwujudan perintah Allah Swt. lainnya
kepada orang-orang beriman, yakni
dengan terbentuknya Hizbullah (golongan Allah) hakiki atau Jemaat Ilahi
(QS.5:55-57; QS.24:56; QS.58:22-23) yang
secara internasional dipimpin oleh
seorang Khalifatul Masih, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا لِمَ تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu
yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun
rapat. (Ash-Shaff [61]:3-5).
Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara
sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat
3-4: کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang
paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan” atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya. Perbuatan
seorang Muslim hendaknya sesuai dengan
pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak
keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar
lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan
nyata adalah berbau kemunafikan
dan ketidaktulusan. Itulah makna
pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:
کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ
اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan.”
Dalam ayat selanjutnya
Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan” atau jama’ah
yang harus dibina oleh umat Islam,
yakni orang-orang Muslim diharapkan
tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando pemimpin (imam) mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya, firman-Nya: اِنَّ
اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ --
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berperang dalam
barisan-barisan, mereka itu seakan-akan
suatu bangunan yang tersusun rapat.”
Suatu kaum yang berusaha
menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan
dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan
tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh
anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di
seluruh dunia, pemikiran, gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran, gerakan dan tujuan Imam mereka yakni Khalifatul
Masih.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar