Sabtu, 26 Juli 2014

Perbuatan-perbuatan Buruk Bani Israil yang Dilakukan di Kalangan Bani Isma'il (Umat Islam) di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   277

      Perbuatan-perbuatan Buruk  Bani Israil yang Dilakukan di Kalangan Bani Isma’il (Umat Islam) di  Akhir Zaman Ini


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai    misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), demikian juga sesuai dengan hal tersebut dan sesuai dengan sifat Ahmad  Nabi Besar Muhammad saw. yang disebut oleh Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.61:7)  – yang kemudian menjadi nama  dari golongan Muslim yang beriman kepada Rasul Akhir Zaman, yakni Jemaat Ahmadiyah  -- maka misi Islam yang disebarkan Jemaat Ahmadiyah adalah  Love For All Hatred For None(Cinta untuk semua, tidak ada kebencian untuk siapa pun), yaitu sebagai peragaan nyata dari sifat Ahmad dari Nabi Besar Muhammad saw. yang menonjolkan sifat kelembutan  dan kasih-sayang atau rahmat  beliau saw. (QS.21:108), firman-Nya:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh benar-benar  telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat terasa olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan terhadap orang-orang beriman  ia sangat berbelas kasih lagi penyayang. (At-Taubah [9]:128).

Kepedulian dan Keprihatinan Luarbiasa Nabi Besar Muhammad Saw.

   Ayat ini boleh dikenakan kepada orang-orang beriman  maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama kepada orang-orang beriman, bagian permulaannya mengenai orang-orang kafir dan bagian terakhir mengenai orang-orang beriman.  Kepada orang-orang kafir nampaknya ayat ini mengatakan:
Nabi Besar Muhammad saw.   merasa sedih melihat kamu mendapat kesusahan, yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan dan kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat manusia, sehingga tidak ada tindakan yang datang dari pihak kamu dapat membuatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan keburukan bagimu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu, sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga mendatangkan kesusahan kepada kamu.”
     Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai kepedulian dan keprihatinan luar biasa  Nabi Besar Muhammad saw. terhadap nasib orang-orang kafir jika mereka menolak kebenaran Al-Quran yang beliau saw. sampaikan kepada mereka  (QS.18:7; QS.26:4), firman-Nya lagi:
وَ اِنۡ کَانَ  کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ  سُلَّمًا فِی السَّمَآءِ  فَتَاۡتِیَہُمۡ  بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ  الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi engkau, maka kalau engkau sanggup mencari lubang ke dalam bumi  atau tangga ke langit, lalu engkau mendatangkan kepada mereka suatu Tanda. Dan  jika Allah menghendaki niscaya mereka akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām [6]:36).
       Kata-kata  mencari lubang tembusan ke dalam bumi  berarti “menggunakan daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan dan menyebarkan kebenaran ajaran Islam (Al-Quran), dan kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt.  untuk memohon hidayat (petunjuk) bagi orang-orang kafir dan sebagainya. Shalat sungguh merupakan tangga yang dengan itu orang (secara ruhani) dapat naik ke langit. Nabi Besar Muhammad saw.  diberi tahu supaya menggunakan kedua upaya ini.
       Kata jahil seperti dalam QS.2:274 artinya  seseorang yang tidak tahu-menahu” atau “tidak mengenal.”  Nabi Besar Muhammad saw. dianjurkan agar jangan sampai tidak mengenal Hukum Tuhan dalam perkara ini. Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian besar beliau saw.  untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.. Dalam kapasitasnya sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108). Nabi Besar Muhammad saw.  bersedia untuk sedapat mungkin membawakan kepada mereka Tanda, sekalipun beliau harus “mencari lubang tembusan ke dalam bumi atau tangga ke langit.”
   Demikianlah gambaran kepedulian luar-biasa Nabi Besar Muhammad sawt. terhadap orang-orang kafir.  Sedangkan kepada orang-orang beriman  ayat QS.9:28 tersebut berkata:
Nabi Besar Muhammad saw.  penuh dengan kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan riang dan gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan kamu. Lagi pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan ia memperlakukan kamu, dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”
       Semua kenyataan   tersebut sesuai dengan suri teladan terbaik  yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya: 
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat asuri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb [33]:22).

Pentingnya “Tolong Menolong” Dalam Kebajikan (Birr) dan Takwa
         
      Atas dasar itu pulalah peringatan Allah Swt. selanjutnya setelah ayat   وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا   -- dan jangan mencemari yakni menghalangi orang-orang yang   menziarahi Baitul Haram untuk  mencari karunia dan keridhaan dari  Rabb (Tuhan) mereka” dan ayat  وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا   -- dan  janganlah kebencian sesuatu kaum kepada kamu  karena mereka telah  menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu melampaui batas,” selanjutnya Allah Swt. berfirman: وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa,    ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  -- dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”,   firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ  اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang  berkaki empat, kecuali  apa yang akan diberitahukan kepada kamu,  dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah,  jangan mencemari Bulan  Haram,  jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang kurban yang ditandai kalung,   وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا   -- dan jangan mencemari yakni menghalangi orang-orang yang   menziarahi Baitul Haram untuk  mencari karunia dan keridhaan dari  Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu.  وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا   -- dan  janganlah kebencian sesuatu kaum kepada kamu  karena mereka telah  menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa,   ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,  وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  --  dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).
     Perintah Allah Swt. dalam  ayat  وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa ,    ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  --  dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,” di Akhir Zaman ini perintah tersebut telah dilanggar oleh umumnya umat Islam  di berbagai wilayah umat Islam,  yang sedang  terlibat   pertentangan dan peperangan  di antara mereka sendiri, baik di wilayah Timur Tengah, di Afghanistan, di Pakistan serta di wilayah-wilayah Muslim lainnya, termasuk di Afrika.

Pengulangan Kedurhakaan yang Dilakukan Bani Israil

     Pelanggaran  dan kedurhakaan terhadap perintah Allah Swt. seperti itu sebelumnya juga telah biasa terjadi di kalangan   Bani Israil, firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذۡنَا مِیۡثَاقَ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ ۟ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا وَّ ذِی ‌الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ قُوۡلُوۡا لِلنَّاسِ حُسۡنًا وَّ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ ؕ ثُمَّ تَوَلَّیۡتُمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ مُّعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Kami mengambil perjanjian yang teguh dari Bani Israil: “Kamu tidak akan menyembah kecuali kepada Allah, dan akan berbuat  ihsan terhadap ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan mengucapkan kata-kata yang baik  kepada manusia,   mendirikan  shalat dan membayar  zakat,  kemudian kamu berpaling, kecuali sedikit di antara kamu dan kamu adalah orang-orang yang  selalu berpaling. (Al-Baqarah [2]:84).
        Ayat ini tidak tertuju kepada suatu janji khusus, melainkan kepada janji umum yang memerintahkan orang-orang Yahudi meninggalkan kejahatan yang telah merajalela di tengah mereka pada saat itu, dan supaya menjalani kehidupan yang baik (Keluaran 20:3-6, 12; Lewi 19:17, 18; Zabur 3:27, 28, 30; Ulangan 6:13 dan 14:29).
       Dalam ayat ini,  seperti juga di tiap tempat dalam Al-Quran, susunan kata-katanya mengikuti tertib yang saksama dan wajar menurut kadar pentingnya perbuatan-perbuatan yang dituturkannya, yang dimulai dengan perintah  لَا تَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ  -- “Kamu tidak akan menyembah kecuali kepada Allah.
         Jika orang-orang beriman benar-benar berpegang teguh kepada Tauhid Ilahi  maka sebagai rasa syukur,   pertama-tama mereka akan berbuat ihsan (kebajikan) kepada kedua orang-tua mereka, karena   keduanya – sampai batas tertentu -- merupakan peraga (pengamal)   Sifat-sifat Allah Swt. utama Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah, yakni   Sifat-sifat: Rabbubiyyat, Rahmāniyat,   Rahīmiyat, dan Malikiyat.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah, bahwa dalam ajaran Islam (Al-Quran) Allah Swt. telah memerintahkan umat Islam bukan saja harus berbuat ihsan terhadap kedua orang tua,  tetapi juga harus berdoa dengan doa khusus untuk keduanya yakni  رَّبِّ  ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ  صَغِیۡرًا -- “Ya Rabb  (Tuhan), kasihanilah mereka berdua seperti mereka berdua telah memeliharaku semasa aku kecil.”
        Mengenai hal tersebut  berikut firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. -- walau pun dalam kenyataannya sejak kecil beliau saw. telah  ditinggal wafat kedua orangtua beliau saw.   – firman-Nya:
وَ قَضٰی رَبُّکَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ  اِیَّاہُ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِنۡدَکَ الۡکِبَرَ اَحَدُہُمَاۤ  اَوۡ  کِلٰہُمَا فَلَا تَقُلۡ لَّہُمَاۤ  اُفٍّ  وَّ لَا  تَنۡہَرۡہُمَا وَ قُلۡ  لَّہُمَا  قَوۡلًا کَرِیۡمًا ﴿﴾  وَ اخۡفِضۡ لَہُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحۡمَۃِ  وَ قُلۡ  رَّبِّ  ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ  صَغِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Dan Rabb (Tuhan) engkau telah memerintahkan supaya jangan menyembah kecuali  hanya kepada-Nya,   dan berbuat ihsanlah terhadap ibu-bapak.  Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam kehidupan engkau maka janganlah engkau mengatakanuff  terhadap keduanya dan janganlah eng-kau menghardik keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan tutur kata yang hormat, dan rendahkanlah sayap kerendahan hati di hadapan keduanya dengan kasih-sayang.  Dan katakan-lah:  رَّبِّ  ارۡحَمۡہُمَا کَمَا رَبَّیٰنِیۡ  صَغِیۡرًا  --  Ya Rabb  (Tuhan), kasihanilah mereka berdua seperti mereka berdua telah memeliharaku semasa aku kecil.” (Bani Israil [17]:24-25).

Saling Menumpahkan Darah dan Saling Usir

        Setelah menerangkan secara  berurutan fihak-fihak lainnya yang harus menjadi sasaran amal shaleh mereka   -- yaitu kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin – lebih lanjut Allah Swt menjelaskan kelakuan buruk  lainnya yang dilakukan Bani Israil, firman-Nya:
وَ اِذۡ  اَخَذۡنَا مِیۡثَاقَکُمۡ لَا تَسۡفِکُوۡنَ دِمَآءَکُمۡ وَ لَا تُخۡرِجُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ مِّنۡ دِیَارِکُمۡ ثُمَّ  اَقۡرَرۡتُمۡ  وَ اَنۡتُمۡ تَشۡہَدُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian yang  teguh dari kamu bahwa:  Kamu tidak akan menumpahkan darah sesama  kamu dan kamu tidak akan mengusir kaum kamu dari kampung halaman kamu,” kemudian kamu mengikrarkannya dan kamu   menjadi saksi atasnya. (Al-Baqarah [2]:85).
       Yang diisyaratkan mungkin perjanjian antara Nabi Besar Muhammad saw.  dengan kaum Yahudi Medinah, yaitu kedua pihak berjanji untuk tolong-menolong dalam melawan musuh bersama dan segala perselisihan akan disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Penguasa Madinah   untuk mendapat keputusan (Muir’s “Life of Mohammad” dan Sirat oleh Hadhrat Mirza Basyir Ahmad M.A.). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ثُمَّ  اَنۡتُمۡ  ہٰۤـؤُلَآءِ تَقۡتُلُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ  وَ تُخۡرِجُوۡنَ فَرِیۡقًا مِّنۡکُمۡ مِّنۡ دِیَارِہِمۡ ۫ تَظٰہَرُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِالۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ؕ وَ اِنۡ یَّاۡتُوۡکُمۡ اُسٰرٰی تُفٰدُوۡہُمۡ  وَ ہُوَ مُحَرَّمٌ عَلَیۡکُمۡ اِخۡرَاجُہُمۡ  ؕ اَفَتُؤۡمِنُوۡنَ بِبَعۡضِ الۡکِتٰبِ وَ تَکۡفُرُوۡنَ بِبَعۡضٍ ۚ فَمَا جَزَآءُ  مَنۡ یَّفۡعَلُ ذٰلِکَ مِنۡکُمۡ اِلَّا خِزۡیٌ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یُرَدُّوۡنَ اِلٰۤی اَشَدِّ الۡعَذَابِ ؕ وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Kemudian kamulah orang-orang yang membunuh satu sama lain dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung-halaman mereka,  تَظٰہَرُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِالۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  -- sambil membantu musuh-musuh mereka dalam dosa dan pelanggaran. Dan  jika mereka datang kepada kamu selaku tawanan, kamu menebus mereka, padahal pengusiran mereka telah diharamkan bagi kamu. Apakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab dan ingkar kepada sebagian lainnya? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu kecuali kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang sangat keras, dan sesungguhnya Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2]:86).
         Di zaman Nabi Besar Muhammad saw.   di Medinah tinggal tiga suku bangsa Yahudi yaitu: Banu Qainuqa, Banu Nadhir dan Banu Quraizhah; dan dua suku musyrik Arab: Aus dan Khazraj. Dua dari suku Yahudi itu   -- Banu Qainuqa dan Banu Quraizhah -- berpihak kepada suku Aus, sedangkan  Banu Nadhir kepada  suku Khazraj.
         Jadi saat suku-suku musyrik itu sedang berada dalam keadaan perang satu sama lain maka  suku-suku Yahudi itu dengan sendirinya terlibat. Tetapi, bila di waktu perang ada orang-orang Yahudi yang ditawan oleh orang-orang musyrik, lalu golongan Yahudi akan mengumpulkan uang dengan memungut iuran dan menebus mereka. Mereka memandang tidak pantas untuk seorang Yahudi berada dalam perbudakan orang bukan-Yahudi.
         Al-Quran menentang kebiasaan itu dengan mengatakan bahwa agama mereka bukan saja melarang memperbudak orang-orang Yahudi, tetapi juga melarang saling memerangi dan bunuh-membunuh yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Tiada yang lebih buruk daripada menerima sebahagian dari Kitab Suci dan menolak sebahagian yang lainnya, karena bila seseorang menerima sebagian dari suatu Kitab Suci, maka hal itu menjadi bukti akan kenyataan bahwa orang itu tidak meyakini kebenaran seluruhnya. Jadi penolakan sebagian, merupakan bukti yang nyata mengenai pikiran sesat. Untuk larangan perbudakan orang-orang Yahudi, lihat Lewi 25:39-43, 47-49, 54-55 Nehemia. 5:8.

Genapnya Nubuatan Nabi Besar Muhammad Saw.

         Dengan demikian jelaslah,  bahwa    pengingkaran yang dilakukan oleh Bani Israli terhadap berbagai perjanjian mereka dengan Allah Swt. pada hakikatnya merupakan nubuatan yang akan dilakukan juga oleh umat Islam (Bani Isma’il) setelah masa  Nabi Besar Muhammad saw.  yang penuh berkat dan masa para khalifah Rasyidin,  yaitu  masa mulkan ādhān (kerajaan yang menggigit) dan masa mulkan jabariyāh (kerajaan yang otoriter)    -- dan di Akhir Zaman ini --  sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.: 
"Masa Kenabian (Nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Dia menghendakinya untuk mengangkatnya. Kemudian masa khalifah atas jalan kenabian (Khilafah ‘ala minhājin- nubuwwah) adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ādhān),  adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang otoriter (Mulkan jabariyyah),   adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa khalifah atas jalan kenabian (Khilafah ‘ala minhājin- nubuwwah,)   kemudian beliau diam." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
        Perintah Allah Swt. dalam  ayat  وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa.   ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  --  dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,” ternyata di Akhir Zaman ini perintah Allah Swt. tersebut telah dilanggar oleh umumnya umat Islam  di berbagai wilayah umat Islam,  yang sedang  terlibat   pertentangan dan peperangan  di antara mereka sendiri, baik di wilayah Timur Tengah, di Afghanistan, di Pakistan serta di wilayah-wilayah Muslim lainnya, termasuk di Afrika, firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ الۡاَنۡعَامِ  اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang  berkaki empat, kecuali  apa yang akan diberitahukan kepada kamu,  dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama kamu dalam keadaan ihram, sesungguhnya Allah menetapkan hukum mengenai apa yang Dia kehendaki.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah,  jangan mencemari Bulan  Haram,  jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang kurban yang ditandai kalung,   وَ لَاۤ  آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا   -- dan jangan mencemari yakni menghalangi orang-orang yang   menziarahi Baitul Haram untuk  mencari karunia dan keridhaan dari  Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu.  وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا   -- dan  janganlah kebencian sesuatu kaum kepada kamu  karena mereka telah  menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa,   ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ  -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,  وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ  --  dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).

Jemaat Muslim Ahmadiyah & Kepemimpinan Ruhani Para Khalifatul Masih

       Di Akhir Zaman ini perintah Allah Swt.   dalam  ayat  وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی   -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr (kebajikan) dan takwa,    ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan,” hanya dilaksanakan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebagai perwujudan perintah Allah Swt. lainnya kepada orang-orang beriman, yakni dengan terbentuknya Hizbullah (golongan Allah) hakiki atau Jemaat Ilahi (QS.5:55-57;  QS.24:56; QS.58:22-23) yang secara internasional dipimpin oleh  seorang Khalifatul Masih, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan.   Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff [61]:3-5).
 Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
  Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan  atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.    Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
    Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan  atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya, firman-Nya: اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  -- “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat.”
  Suatu kaum yang berusaha menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia,  pemikiran, gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran, gerakan dan tujuan  Imam mereka yakni Khalifatul Masih.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  2 Juli     2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar