Sabtu, 26 Juli 2014

Perbedaan Para "Sahabat" Allah Swt. dengan Para "Sahabat" Thaaghuut"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   278

Perbedaan Para Sahabat Allah Swt.  dengan  Para Sahabat   Thāghūt


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai    firman Allah Swt. dalam Surah Ash-Shaff [61]:3-4, bahwa perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
   Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menggambarkan “kesatuan dan persatuan atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
 Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.

Makna “Tali Allah” dan Pentingnya Berpegang Teguh Pada “Tali Allah

 Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan  atau jama’ah yang harus dibina oleh umat Islam, yakni orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin (imam) mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya, firman-Nya: اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  -- “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat.”
  Suatu kaum yang berusaha menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia,  pemikiran, gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran, gerakan dan tujuan  Imam mereka yakni Khalifatul Masih,     sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. dalam  firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ    کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا  -- dan  berpegangteguhlah ka-mu sekalian pada tali Allah   dan  janganlah kamu berpecah-belah,  وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ   -- dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu,   اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ   --  ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا --  maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara. وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  -- dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya.   کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ  -- demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104).
          Habl berarti: seutas tali atau pengikat yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan dan perlindungan (Lexicon Lane).  Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda:  Kitab Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 30).

Kemusyrikan” & Penyebab Terjadinya “Perpecahan” Umat Islam

       Sesuai  dengan janji-Nya, Allah Swt. akan memelihara Al-Quran (QS.15:10), tetapi walau pun begitu jika setiap  orang Islam atau golongan Islam   berpegang-teguh kepada  Al-Quran   sesuai dengan pemahamannya masing-masing,  maka keberadaan Al-Quran tidak akan menjadi penyebab kesatuan umat, melainkan akan menjadi penyebab perpecahan umat, seperti yang terjadi di Akhir Zaman ini.
     Mengisyaratkan kepada kemusyrikan  berupa “perpecahan umat” akibat taqlid buta kepada para pemimpin firqah  di lingkungan  umat Islam itulah  peringatan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaanAllah,  itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.   Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,   وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ --  yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan,    کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ  -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
          Dalam ayat 31 diterangkan bahwa  Tuhan adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri.  Nabi Besar Muhammad saw.  menjelaskan bahwa di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
         Sehubungan dengan perintah وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ    -- “dan dirikanlah shalat”,  bahwa hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki --   tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas utama.
        Makna ayat   وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ    --  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ   --  yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan,    کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ  -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka    bahwa penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka.

Thaghut-thaghut” di  Kalangan  Firqah-firqah Umat Beragama

       Jadi,  perpecahan umat Islam yang terjadi saat ini penyebabnya tidak dapat dinisbahkan kepada Al-Quran,  melainkan kepada pemahaman    para pemimpin firqah yang saling  bertentangan.    Itulah sebabnya makna lain dari  habl (tali) Allah selain Al-Quran    adalah Rasul  Allah, sebab hanya Rasul Allah  sajalah yang memahami Al-Quran dengan benar karena kepada Rasul Allah itulah Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, termasuk membukakan rahasia-rahasia khazanah ruhani Al-Quran (QS.3:180; QS.72:27-29).
          Sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum  kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.   di tengah mereka, tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka, Nabi Besar Muhammad saw.. Itulah makna ayat      وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ   -- dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu,   اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ   --  ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا --  maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara.”
          Kata-kata “di tepi jurang Api” berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka. Di Akhir Zaman ini pun  dengan terlibatnya umat Islam dalam peperangan dengan sesama Muslim  hanya karena beda pemahaman dan masalah politik  para pemimpin mereka   -- seolah-olah mereka itu  merupakan  thaghut-thaghut  sembahan para pengikutnya  -- maka keadaan umat Islam  kembali berada di pinggir “jurang api,” firman-Nya:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾٪
Tidak ada paksaan  dalam agama. Sungguh  jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan,  فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی  -- karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt   dan beriman kepada Allah, maka sungguh  ia btelah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat  لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ  --  lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ  --   Allah adalah Pelindung orang-orang beriman,  Dia menge-luarkan mereka dari berbagai kege-lapan kepada cahaya, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ -- “dan orang-orang kafir  pelindung mereka adalah thāghūt,  yang   mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai kegelapan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- “mereka itu  penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:257-258).
        Thāghūt adalah: orang-orang yang bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala. Kata itu dipakai dalam arti mufrad dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).

Ciri Khas  Orang-orang yang Berpegang-teguh Pada  Tali Allah

      Jadi, kembali kepada firman-Nya dalam QS.3:103-104 tentang pentingnya  orang-orang yang beriman memiliki ketakwaan yang hakiki dan pentingnya mereka berpegang teguh kepada “tali Allah”, selanjutnya dalam firman-Nya berikut  ini adalah gambaran  segolongan umat Islam yang  berpegang-teguh kepada “Tali Allah  dalam dalam makna selain berpegang teguh kepada “Al-Quran”, juga  mereka beriman kepada “Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka,  firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ
Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu  yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,  menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ   -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar. (Ali ‘Imran [3]:105-106).
         Al-khair dalam ayat یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ – “menyeru manusia kepada kebaikan” artinya di sini Islam, sebab  kebajikan  pada umumnya tercakup dalam kata makruf yang datang segera sesudah itu. Nabi BesarMuhammad saw.: “Bila seseorang dari antara kamu melihat suatu kejahatan, hendaklah melenyapkan kejahatan itu dengan tangannya. Bila ia tidak dapat melenyapkan dengan tangannya, maka ia hendaknya melarang dengan lidahnya. Bila ia tidak dapat berbuat hal itu juga, maka hendaknya paling sedikit membenci di dalam hati, dan itulah iman yang paling lemah” (Muslim).
           Peringatan Allah Swt. dalam ayat selanjutnya .  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ   -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka,   وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ  -- dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar”,         menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan di tengah-tengah para Ahlul Kitab untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya ketidak-serasian dan ketidaksepakatan, sebagaimana  yang marak terjadi di Akhir Zaman ini.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Juli     2014





Tidak ada komentar:

Posting Komentar