بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 278
Perbedaan Para Sahabat Allah Swt. dengan Para Sahabat “Thāghūt”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai firman
Allah Swt. dalam Surah Ash-Shaff [61]:3-4, bahwa perbuatan seorang Muslim
hendaknya sesuai dengan
pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak
keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar
lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan
nyata adalah berbau kemunafikan
dan ketidaktulusan. Itulah makna
pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat 3-4:
کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ
اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan.”
Dalam ayat selanjutnya
Allah Swt. menggambarkan “kesatuan
dan persatuan” atau jama’ah
yang harus dibina oleh umat Islam,
yakni orang-orang Muslim diharapkan
tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando pemimpin (imam) mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
Perbuatan seorang Muslim hendaknya
sesuai dengan pernyataan-pernyataannya.
Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju,
dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah makna pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat
3-4: کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ -- “Adalah sesuatu yang
paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”
Makna “Tali Allah” dan Pentingnya Berpegang
Teguh Pada “Tali Allah”
Dalam ayat selanjutnya
Allah Swt. menggambar “kesatuan dan persatuan” atau jama’ah
yang harus dibina oleh umat Islam,
yakni orang-orang Muslim diharapkan
tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando pemimpin (imam) mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya, firman-Nya: اِنَّ
اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ --
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berperang dalam
barisan-barisan, mereka itu seakan-akan
suatu bangunan yang tersusun rapat.”
Suatu kaum yang berusaha
menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan
dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan
tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh
anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di
seluruh dunia, pemikiran, gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran, gerakan dan tujuan Imam mereka yakni Khalifatul
Masih, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. dalam
firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا
تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ
اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ
کُنۡتُمۡ
اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ
بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ
فَاَصۡبَحۡتُمۡ
بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا
حُفۡرَۃٍ مِّنَ
النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ
لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dengan takwa yang sebenar-benarnya,
dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali
kamu dalam keadaan berserah diri. وَ
اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- dan berpegangteguhlah ka-mu sekalian pada
tali Allah dan janganlah kamu berpecah-belah, وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ -- dan
ingatlah akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ -- ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan
antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا -- maka
dengan nikmat-Nya itu kamu
menjadi bersaudara. وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا -- dan kamu dahulu berada di tepi
jurang Api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ -- demikianlah
Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu mendapat
petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104).
Habl berarti: seutas tali atau pengikat
yang dengan itu sebuah benda diikat atau dikencangkan; suatu ikatan, suatu
perjanjian atau permufakatan; suatu kewajiban yang karenanya kita menjadi
bertanggung jawab untuk keselamatan seseorang atau suatu barang; persekutuan
dan perlindungan (Lexicon Lane). Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Kitab
Allah itu tali Allah yang telah diulurkan dari langit ke bumi” (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 30).
“Kemusyrikan” & Penyebab
Terjadinya “Perpecahan” Umat Islam
Sesuai dengan janji-Nya,
Allah Swt. akan memelihara Al-Quran
(QS.15:10), tetapi walau pun begitu jika setiap
orang Islam atau golongan Islam berpegang-teguh kepada Al-Quran sesuai dengan pemahamannya masing-masing, maka keberadaan Al-Quran tidak akan menjadi penyebab kesatuan umat, melainkan akan menjadi penyebab perpecahan umat, seperti yang terjadi di Akhir Zaman ini.
Mengisyaratkan kepada kemusyrikan berupa “perpecahan umat” akibat taqlid buta kepada para pemimpin firqah di lingkungan
umat Islam itulah peringatan
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang
lurus, yaitu fitrat Allah,
yang atas dasar itu Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaanAllah, itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,
مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ
وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ -- yaitu orang-orang yang memecah-belah
agamanya dan mereka menjadi
golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
Dalam ayat 31 diterangkan bahwa Tuhan
adalah Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah
— satu agama yang berakar dalam fitrat
manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri. Nabi Besar Muhammad saw. menjelaskan bahwa di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan
orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka
itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
Sehubungan dengan perintah وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ -- “dan
dirikanlah shalat”, bahwa hanya
semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan -- yang sesungguhnya hal
itu merupakan asas pokok agama yang
hakiki -- tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan
dan perintah-perintah tertentu. Dari
semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas
utama.
Makna ayat وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,
مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ
وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ -- yaitu orang-orang yang memecah-belah
agamanya dan mereka menjadi
golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka” bahwa penyimpangan
dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka.
“Thaghut-thaghut”
di Kalangan Firqah-firqah
Umat Beragama
Jadi, perpecahan
umat Islam yang terjadi saat ini penyebabnya
tidak dapat dinisbahkan kepada Al-Quran, melainkan kepada pemahaman para
pemimpin firqah yang saling bertentangan. Itulah sebabnya makna lain dari habl
(tali) Allah selain
Al-Quran adalah Rasul
Allah, sebab hanya Rasul Allah
sajalah yang memahami Al-Quran dengan benar karena kepada Rasul Allah itulah Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, termasuk membukakan rahasia-rahasia khazanah
ruhani Al-Quran (QS.3:180; QS.72:27-29).
Sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum
yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. di tengah mereka, tetapi dalam pada itu
sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan
penuh cinta yang menjadikan orang-orang
Arab telah bersatu-padu, berkat ajaran
dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka, Nabi Besar
Muhammad saw.. Itulah makna ayat وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ --
dan ingatlah akan nikmat Allah atas
kamu, اِذۡ
کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ -- ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا -- maka dengan nikmat-Nya
itu kamu menjadi bersaudara.”
Kata-kata “di tepi jurang Api”
berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan
menghabiskan kaum pria mereka. Di Akhir
Zaman ini pun dengan terlibatnya umat Islam dalam peperangan dengan sesama Muslim hanya karena beda pemahaman dan masalah politik para pemimpin
mereka -- seolah-olah mereka itu merupakan
“thaghut-thaghut” sembahan para pengikutnya -- maka keadaan umat Islam kembali berada di
pinggir “jurang api,” firman-Nya:
لَاۤ
اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ
یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ
بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ
لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ
اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾٪
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh
jalan benar itu nyata bedanya
dari kesesatan, فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ
یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی -- karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt dan beriman
kepada Allah, maka sungguh ia btelah berpegang kepada
suatu pegangan yang sangat kuat لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ -- lagi tidak akan putus, dan Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
اَللّٰہُ
وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ -- Allah
adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia menge-luarkan mereka dari berbagai
kege-lapan kepada cahaya, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ
الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ -- “dan orang-orang
kafir pelindung mereka adalah thāghūt, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai
kegelapan,
اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- “mereka itu penghuni
Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:257-258).
Thāghūt adalah: orang-orang yang
bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala.
Kata itu dipakai dalam arti mufrad
dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).
Ciri Khas Orang-orang yang “Berpegang-teguh Pada Tali Allah”
Jadi, kembali kepada firman-Nya dalam
QS.3:103-104 tentang pentingnya orang-orang yang beriman memiliki ketakwaan yang hakiki dan pentingnya mereka berpegang
teguh kepada “tali Allah”, selanjutnya
dalam firman-Nya berikut ini adalah gambaran segolongan umat
Islam yang berpegang-teguh kepada “Tali
Allah” dalam dalam makna selain
berpegang teguh kepada “Al-Quran”,
juga mereka beriman kepada “Rasul Allah”
yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی
الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ
بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ
الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ
تَفَرَّقُوۡا وَ
اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا
جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ
Dan
hendaklah ada segolongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh
kepada yang makruf, melarang dari berbuat munkar, dan mereka
itulah orang-orang yang berhasil. وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ -- dan
janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang berpecah belah dan berselisih
sesudah bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang
yang baginya ada azab yang besar.
(Ali
‘Imran [3]:105-106).
Al-khair
dalam ayat یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ – “menyeru manusia kepada kebaikan” artinya
di sini Islam, sebab kebajikan pada umumnya tercakup dalam kata makruf
yang datang segera sesudah itu. Nabi BesarMuhammad saw.: “Bila seseorang dari antara kamu melihat suatu kejahatan, hendaklah
melenyapkan kejahatan itu dengan tangannya. Bila ia tidak dapat melenyapkan
dengan tangannya, maka ia hendaknya melarang dengan lidahnya. Bila ia tidak
dapat berbuat hal itu juga, maka hendaknya paling sedikit membenci di dalam
hati, dan itulah iman yang paling lemah” (Muslim).
Peringatan Allah Swt. dalam
ayat selanjutnya . وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ -- dan
janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang berpecah belah dan berselisih
sesudah bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ
عَظِیۡمٌ -- dan
mereka itulah orang-orang yang baginya
ada azab yang besar”, menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan
di tengah-tengah para Ahlul Kitab
untuk menyadarkan kaum Muslimin akan
bahaya ketidak-serasian dan
ketidaksepakatan, sebagaimana yang marak terjadi di Akhir Zaman ini.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar