بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 279
Hubungan Kata Shaffan (Berjajar-jajar) dengan “Nagara Pajajaran Anyar” & Orang-orang yang “Berwajah
Putih” dan Orang-orang yang “Berwajah
Hitam” di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai firman Allah Swt. dalam QS.3:103-104 tentang
pentingnya orang-orang yang beriman memiliki ketakwaan yang hakiki,
dan pentingnya mereka berpegang teguh
kepada “tali Allah”, selanjutnya
dalam firman-Nya berikut ini adalah gambaran
segolongan umat Islam
yang berpegang-teguh
kepada “Tali Allah” dalam dalam makna selain berpegang teguh
kepada “Al-Quran”, juga mereka beriman
kepada “Rasul Allah” yang
kedatangannya dijanjikan kepada
mereka (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5),
firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ
Dan hendaklah ada
segolongan di antara kamu yang
senantiasa menyeru manusia kepada
kebaikan, menyuruh kepada yang makruf,
melarang dari berbuat
munkar, dan mereka itulah
orang-orang yang berhasil. وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah bukti-bukti
yang jelas datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang yang baginya ada azab yang besar. (Ali ‘Imran
[3]:105-106).
Bahaya Perselisihan dan Perpecahan
Umat
Al-khair
dalam ayat یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ –
“menyeru manusia kepada kebaikan” artinya di sini Islam, sebab kebajikan pada umumnya tercakup dalam kata makruf
yang datang segera sesudah itu. Nabi BesarMuhammad saw.: “Bila seseorang dari antara kamu melihat suatu kejahatan, hendaklah
melenyapkan kejahatan itu dengan tangannya. Bila ia tidak dapat melenyapkan
dengan tangannya, maka ia hendaknya melarang dengan lidahnya. Bila ia tidak
dapat berbuat hal itu juga, maka hendaknya paling sedikit membenci di dalam
hati, dan itulah iman yang paling lemah” (Muslim).
Peringatan Allah Swt. dalam ayat
selanjutnya . وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ -- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah bukti-bukti
yang jelas datang kepada mereka, وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ -- dan mereka itulah orang-orang yang baginya ada azab yang besar”, menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan
di tengah-tengah para Ahlul Kitab
untuk menyadarkan kaum Muslimin akan
bahaya ketidak-serasian dan ketidaksepakatan, sebagaimana yang marak
terjadi di Akhir Zaman ini.
Mengisyaratkan kepada bahaya terjadinya perpecahan akibat
tidak adanya keselarasan
antara ucapan dan perbuatan itu pulalah peringatan
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَ
تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kamu mengatakan
apa yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu
yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ
الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ
صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang
dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff
[61]:3-5).
Firman Allah Swt. selanjutnya
اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berperang dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan
suatu bangunan yang tersusun rapat” tersebut menggambar “kesatuan dan persatuan” atau jama’ah
yang harus dibina oleh umat Islam,
yakni orang-orang Muslim diharapkan
tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando pemimpin (imam) mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
Makna Kata “Shaffan” &
Negara “Pajajaran Anyar” Dalam
Uga Wangsit Prabu Siliwangi
Kata صَفًّا -- (berjajar-jajar) mengingatkan penulis
kepada Wangsit Uga Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) tentang akan
berdirinya kembali kerajaan “Pajajaran
Anyar”, sebab kata shaffan
(berjajar-jajar atau berbaris-baris) mengisyaratkan kepada suatu jama’ah yang bersifat internasional yang dipimpin oleh seorang imam,
yang dalam bagian akhir dari Uga Wangsit
Prabu Siliwangi disebut dengan Ratu Adil sering yang dihubungkan dengan kemunculan Imam
Mahdi di Akhir Zaman ini. Sehubungan
dengan hal itu Prabu Siliwangi berkata:
"Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan
ugana. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang
mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar. Daria kudu
marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar
sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.Tapi lain PAJAJARAN,
PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA
digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN." (bait 5-8).
Terjemahannya:
"Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja
uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan). Walau pun kalian semua berlaku setia
kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping, dan
kelaparan. Kalian harus memilih
supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR
SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM
RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN
YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh
BERUBAHNYA JAMAN." (bait 5-8).
Selanjutnya
dalam bagian akhir Uga Wangsit tersebut dijelaskan mengenai Ratu Adil yang memerintah nagara “Pajajaran Anyar”:
"Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi
GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG
SUNDA DISARAMBAT. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA
NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab
NGADEG RATU ADIL. RATU
ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU
[ADIL], engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU
TANGTU. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka
daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH
NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA." (bait 69-72).
Terjemahannya:
Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan
GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG
SUNDA akan "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan
peran-sertanya). Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi
semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil
berdiri RATU ADIL. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH
WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian
bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang
sudah pasti [kebenarannya]. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT
(amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang
segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul
mudharat." (bait 69-72).
Sebutan Ratu dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi
mengenai kerajaan “Pajajaran Anyar” tersebut bukan merujuk kepada raja perempuan melainkan
lebih mengisyaratkan kepada sifat “lemah-lembut” dan “kasih-sayang” serta ”keindahan”sesuai
dengan makna sifat Ahmad
Nabi Besar Muhammad saw. yang disebutkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Surah Ash-Shaff (61):7, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ
اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ
مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ
مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ
مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ
قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata:
”Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu
menggenapi apa yang ada sebelumku
yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku
namanya Ahmad.” Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan
bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah sihir
yang nyata.”
Berbagai bentuk tindakan keras dengan mengatasnamakan “jihad di jalan Allah” yang dilaksanakan segolongan Muslim penganut “garis keras” di berbagai kawasan negeri Muslim di Akhir Zaman ini terbukti tidak membawa manfaat apa pun bagi umumnya umat
Islam, bahkan sebaliknya, yakni penderitaan
di atas penderitaan seperti contohnya
yang saat ini terjadi di Palestina
yang menimpa para warga Muslim di
jalur Gaza.
Berbagai makna Uga Wangsit Prabu Siliwangi
tersebut dijelaskan selengkapnya dalam
Blog “Pajajaran Anyar” – Hakikat “Mesianisme” (ke-Almasih-an) dalam
Al-Quran & Makna “Nagara Pajajaran Anyar” dan “Urang Sunda” Dalam Uga
Wangsit Prabu Siliwangi.
Makna “Tali
Allah” dan Pentingnya Berpegang Teguh
Pada “Tali Allah”
Kembali kepada firman-Nya mengenai pentingnya umat Islam di Akhir
zaman ini agar menjadi “satu umat” yang dipimpin oleh seorang imam (pemimpin) yang hakiki:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَ
تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu
yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ
الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ
صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ مَّرۡصُوۡصٌ -- sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang
dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff
[61]:3-5).
Suatu kaum yang berusaha menjadi satu Jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu
tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan dan satu
rencana untuk mencapai tujuan itu,
dan di Akhir Zaman ini semua persyaratan tersebut hanya dimiliki oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebab seluruh anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia, pemikiran,
gerakan dan tujuan mereka mengikuti pemikiran,
gerakan dan tujuan Imam mereka yakni Khalifatul
Masih, sebagaimana yang diperintahkan
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ
تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ
کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri. وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- dan
berpegangteguhlah
ka-mu sekalian pada tali Allah dan janganlah kamu berpecah-belah, وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ -- dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ -- ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia
menyatukan hati kamu dengan kecintaan antara satu sama lain, فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا -- maka dengan
nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara. وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا
-- dan
kamu dahulu berada di tepi jurang Api
lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ -- demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali
‘Imran [3]:103-104).
Mereka yang “Berwajah Putih” dan yang “Berwajah Hitam”
Peringatan Allah Swt. tersebut terbukti kebenarannya di Akhir Zaman ini di umumnya wilayah umat Islam – terutama di Timur
Tengah -- sehingga
dengan demikian benarlah peringatan
Allah Swt. selanjutnya mengenai keadaan orang-orang yang melepaskan pegangan mereka kepada “tali Allah” dan lebih suka mentaati
para “thāghūt” sembahan mereka, yang mengeluarkan mereka dari “cahaya” (keamanan dan ketentraman hidup)
kepada berbagai bentuk “kegelapan” (pertentangan dan
peperangan), dan mereka tidak bisa keluar lagi dari
berbagai “kegelapan” tersebut,
firman-Nya:
یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ
بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Pada hari ketika
wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah
lainnya menjadi hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka: اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ -- “Apakah kamu kafir sesudah beriman? فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ
-- maka rasakanlah azab ini
disebabkan kekafiran kamu." وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ --
dan ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- maka mereka
akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya. تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ
-- itulah Ayat-ayat Allah,
Kami membacakannya kepada engkau dengan haq, وَ مَا
اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ -- dan
Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman
atas seluruh alam. وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ
الۡاُمُوۡرُ
-- dan milik
Allah-lah apa pun yang ada di seluruh langit
dan apa pun yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan.
(Ali
‘Imran [3]:107-110).
Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan” (QS.3:107, 108; QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila
seseorang melakukan perbuatan yang
karenanya ia mendapat pujian, orang
Arab mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu, yakni “wajah orang itu menjadi putih”. Dan bila
ia melakukan suatu pekerjaan yang
patut disesali, maka dikatakan mengenai dia iswadda wajhuhu,
yakni “wajahnya telah menjadi hitam.”
Dengan demikian benarlah
pernyataan Allah Swt. berikut ini mengenai kesia-siaan
melakukan pemaksaan kehendak melalui tindakan kekerasan,
firman-Nya:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ
قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ
یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا
انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ
الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ
الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾٪
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh
jalan benar itu nyata bedanya
dari kesesatan, فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ
وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی -- karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt dan beriman
kepada Allah, maka sungguh ia btelah berpegang kepada
suatu pegangan yang sangat kuat لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ -- lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ -- Allah
adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia menge-luarkan mereka dari berbagai
kege-lapan kepada cahaya, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ
الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ -- “dan orang-orang
kafir pelindung mereka adalah thāghūt, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai
kegelapan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- “mereka itu penghuni
Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:257-258).
Thāghūt
adalah: orang-orang yang bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala.
Kata itu dipakai dalam arti mufrad
dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Juli 2014