بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 285
Upaya Membunuh
Rasul
Allah Membuat Hati
Semakin Keras Membatu
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai keadaan
bangsa Arab jahiliyah yang
keadaannya bagaikan “tulang-belulang berserakan” lalu
mengalami “kehidupan” dalam segi akhlak dan ruhani melalui
Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad
saw., mereka hanya dalam waktu 23 tahun saja telah menjadi
“satu tubuh” yang utuh dan hidup -- yang bahkan mampu menghancurkan kekuasaan dua kerajaan besar di masa itu, yaitu kerajaan Iran dan kerajaan Romawi Timur – padahal
sebelumnya mereka tidak mempercayai akan terjadinya kenyataan yang sangat menakjubkan
seperti itu, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ
قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا
وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾ قُلۡ
کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ
حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ
الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ
فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ
عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ
قَرِیۡبًا ﴿﴾ یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ
وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ
لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan mereka
berkata: ”Apakah
apabila kami telah menjadi
tulang-belulang dan benda yang
hancur, apakah kami benar-benar akan
dibangkitkan kembali sebagai makhluk
yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi, atau makhluk
yang nampaknya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan
dibangkitkan lagi.” Maka
pasti mereka akan mengatakan: “Siapakah
yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya
terhadap engkau dan berkata: ”Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, yaitu pada hari
ketika Dia memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan
kamu akan beranggapan bahwa kamu
tidak tinggal di dunia kecuali hanya
sebentar.” (Bani Israil ]17]:50-53).
Kebenaran Adanya Hari Kebangkitan di Akhirat
Pada hakikatnya tujuan utama Allah Swt. mengutus para Rasul Allah secara berkesimbungan
dari kalangan Bani Adam
(QS.7:35-37) adalah untuk membuktikan
kebenaran adanya kehidupan di alam
akhirat setelah manusia mengalami kematian,
-- yang keadaannya lebih baik dalam segala seginya daripada kehidupan
dunia ini (QS.20:132-136;
QS.87:17-20; QS.93:5) -- yang disebut
dengan “alam kebangkitan”. Terjadinya
revolusi ruhani di dalam kehidupan dunia ini disebut penciptaan “bumi bgaru” dan “langit
baru”, firman-Nya:
یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ
السَّمٰوٰتُ وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ
الۡوَاحِدِالۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ
وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ کُلَّ
نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Pada hari ketika
bumi ini akan digantikan dengan bumi
yang lain, dan begitu pula seluruh
langit, dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa. Dan engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu
diikat dengan rantai. Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutu api, supaya Allah membalas setiap jiwa apa yang telah diusahakannya,
sesungguhnya penghisaban Allah sangat
cepat. (Ibrahim [14]:49-52).
Dari seluruh Rasul
Allah, yang paling sempurna membuktikan kebenaran
adanya “Hari Kebangkitan” tersebut
adalah Nabi Besar Muhammad saw.,
sebab hanya dalam waktu 23 saja bangsa
Arab jahiliyah yang selama ribuan
tahun keadaannya bagaikan “tulang-belulang berserakan” dan “benda yang hancur” tiba-tiba mereka berubah menjadi “khalqan- jadīd” (makluk yang baru) atau menjadi “manusia-manusia
malaikat” yakni sebagai “umat terbaik” yang diciptakan untuk manfaat
seluruh alam (QS.2:144; QS.3:111).
Jawaban Allah Swt. melalui Nabi Besar
Muhammad saw. atas ketidak percayaan
mereka قُلۡ کُوۡنُوۡا
حِجَارَۃً اَوۡ حَدِیۡدًا -- Katakanlah:
“Jadilah kamu batu atau besi, اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا -- atau makhluk yang nampaknya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan
dibangkitkan lagi,” maknanya adalah bahwa sekali pun hati mereka -- akibat masa
yang sangat panjang tersebut
(QS.5:20; QS.57:17-18) -- telah menjadi
sekeras batu atau besi atau menjadi benda
yang lebih keras lagi dalam pikiran
mereka, namun demikian Allah Swt. akan menjadikan
mereka yang beriman kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dan Al-Quran sebagai “khalqan jadīd” (makhluk baru), yang sama sekali berbeda dengan keadaan masa
jahiliyah mereka, itulah makna ayat
selanjutnya: مَتٰی ہُوَ -- ”Kapankah itu akan terjadi?” قُلۡ عَسٰۤی
اَنۡ یَّکُوۡنَ قَرِیۡبًا -- Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ
وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ
لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا -- yaitu pada
hari ketika Dia memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu tidak tinggal di dunia
kecuali hanya sebentar.”
Semakin Kerasnya Hati Orang-orang Yahudi & Kegagalan Upaya Membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Mengisyaratkan kepada perubahan
keadaan “hati manusia” yang telah keras
membatu seperti itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai orang-orang Yahudi:
وَ اِذۡ
قَتَلۡتُمۡ نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا ؕ وَ اللّٰہُ
مُخۡرِجٌ مَّا کُنۡتُمۡ
تَکۡتُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فَقُلۡنَا
اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ ثُمَّ
قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ
کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ
اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ
فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ
خَشۡیَۃِ اللّٰہِ ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika kamu berusaha membunuh seseorang
lalu kamu berselisih mengenai
hal itu, padahal Allah akan
menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan. Maka Kami berfirman: “Bandingkanlah peristiwa
ini dengan beberapa peristiwa
semacamnya, barulah akan kamu ketahui hakikatnya.” Demikianlah Allah
menghidupkan yang mati dan memperlihatkan
Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu
mengerti. ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً
-- lalu hati
kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti
batu-batu atau lebih keras lagi, وَ اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ -- dan sesungguhnya di antara batu-batu pun
benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai, وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ --
dan sesungguhnya di antaranya benar-benar
ada yang terbelah lalu keluar air
darinya. وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ -- dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang jatuh menyungkur
karena takut kepada Allah, وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعۡمَلُوۡنَ -- dan
Allah sekali-kali tidak lalai
terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:73-75).
Qataltum dalam ayat وَ اِذۡ قَتَلۡتُمۡ
نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا -- “Dan ingatlah ketika kamu
berusaha membunuh seseorang lalu kamu berselisih mengenai hal itu” berarti:
“kamu mencoba, berupaya, mengakui atau mengambil keputusan untuk
membunuh” (QS.40:29), atau “kamu membuat dia nampak seakan-akan mati; kamu
hampir membunuhnya”. Orang mengatakan Qatala-hu, artinya ia menjadikan
dia seakan-akan telah dibunuh raganya atau moralnya (Lexicon Lane). Perkataan terkenal dari Khalifah Umar bin Khaththab r.a.: “Uqtulu
Sa’dan” telah dianggap berarti
membuat Sa’ad kelihatannya seperti orang yang sungguh-sungguh telah
mati.
Nafsan
dipakai sebagai ism nakirah yaitu dalam bentuk tak tertentu, menurut
tata bahasa Arab dapat tertuju kepada seorang tokoh penting sekali (Muthawwal).
Dalam ayat-ayat terdahulu beberapa tingkah
buruk dan kejahatan-kejahatan
orang-orang Yahudi telah disebut.
Ayat ini menunjuk kepada dosa
mereka terbesar yaitu mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di atas salib dan dengan demikian hendak
membuktikan bahwa menurut Bible beliau adalah nabi palsu, sebab
barangsiapa yang matinya
tergantung di tiang salib merupakan kutuk
baginya (Ulangan 21:23;
QS.4:158-159).
Dalam usaha
keji dan kejam itu orang-orang
Yahudi sama sekali gagal. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari salib dalam keadaan hidup
tetapi nampak seperti orang mati (QS.4:158-159), selanjutnya setelah sembuh
dari luka-luka akibat penyaliban lalu beliau -- sesuai
gelar Al-Masih -- pergi mencari- sepuluh suku-suku Bani Israil atau “domba-domba
Israel yang hilang” yang tercerai-berai
di luar kawasan Kanaan (Palestina), dan akhirnya beliau dan ibunda beliau, Maryam binti ‘Imran, sampai di wilayah Kasymir dan wafat di sana (QS.23:51) dalam usia 120
tahun, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51)
Pembunuhan Seorang Muslim
di Madinah
Anak kalimat وَ اللّٰہُ مُخۡرِجٌ
مَّا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ -- “padahal Allah
akan menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan” ini berarti bahwa suatu waktu akan datang bila
kebenaran mengenai wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan terbuka dan kedok yang sekian lama telah menyelubungi
peristiwa penyaliban beliau itu akan
disingkap.
Dharb dalam ayat فَقُلۡنَا اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ الۡمَوۡتٰی --
“Maka Kami berfirman: “Bandingkanlah
peristiwa ini dengan beberapa peristiwa semacamnya,” berarti
yang mirip sesuatu (Lexicon Lane),
kata kerja dharaba dipakai dalam bentuk-bentuk yang berlain-lainan dalam
QS.13:18; QS.16:75 dan QS.43:58 dan mengandung arti “perbandingan.”
Jadi, ungkapan idribu-hu biba’dhi-ha
dapat ditafsirkan seperti berikut: “bandingkanlah keadaan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. ketika beliau diturunkan dari tiang salib dalam
keadaan hampir seperti mati dengan
keadaan orang-orang yang dianggap mati,
padahal sesungguhnya tidak mati,
tetapi hanya tampak seperti mati, “dan kamu akan menjumpai hakikat yang sebenarnya
mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
yang disangka mati itu.”
Anak
kalimat ini کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- ‘”Demikianlah Allah
menghidupkan yang mati dan memperlihatkan
Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu
mengerti” dapat diartikan: "Beginilah
cara Allah memberi harapan hidup lagi
kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. setelah
beliau hampir wafat". Mauta itu jamak dari mait, yang
berarti orang bagaikan mati atau hampir mati
(Lexicon Lane). Di sini kata mauta
harus diambil dalam artian tersebut, karena menurut Al-Quran orang-orang
yang sungguh-sungguh telah mati tidak
akan hidup kembali (QS.21: 96 dan
QS.23:101).
Ayat ini dapat juga diartikan:
Maka Kami berfirman: “Pukullah dia
(pembunuh itu), karena sebagian pelanggarannya.
Demikianlah Allah memberi hidup
kepada orang mati dan menampakkan
kepada kamu Tanda-tanda-Nya agar kamu mengerti.” Menurut arti ini,
ayat tersebut dan ayat sebelumnya
menunjuk kepada pembunuhan terhadap seorang Muslim oleh orang-orang Yahudi di Medinah.
Peran Ka’b bin Asyraf Dalam Melakukan Penghasutan
Setibanya di Medinah, Nabi Besar Muhammad saw.
telah mengadakan perjanjian perdamaian dan perhubungan baik secara timbal-balik
dengan orang-orang Yahudi. Tetapi kesejahteraan dan keunggulan Islam yang kian tumbuh di Madinah sedikit demi sedikit membangkitkan rasa iri hati mereka, dan beberapa dari pemimpin mereka, Ka’b bin Asyraf selaku tokoh terkemuka
di antara mereka, dengan diam-diam mulai menghasut
kaumnya terhadap orang-orang Muslim.
Tidak lama setelah Perang Badar, seorang perempuan
Muslim kebetulan pergi ke warung seorang
Yahudi untuk berbelanja. Tukang warung ini berlaku tidak senonoh terhadap perempuan tersebut. Lalu perempuan Muslim itu berteriak minta
tolong. Seorang Muslim yang kebetulan
ada di sana datang menolong, dan dalam perkelahian pemilik warung itu terbunuh,
dan atas kejadian itu orang-orang Yahudi
menyerang orang Muslim itu dan
membunuhnya. Ketika perkara itu diselidiki
tidak seorang pun dari bajingan-bajingan yang ikut serta dalam pengeroyokan biadab itu mengaku berdosa dan setiap orang mencoba
menggeserkan tanggung jawab kepada
orang lain.
Pembunuhan terhadap seorang Muslim tidak merupakan
satu-satunya perbuatan jahat pihak orang-orang Yahudi. Tingkah laku mereka
sehari-hari kian menghinakan dan
bersifat menantang, dan mereka
senantiasa mencari-cari kesempatan, menimbulkan gangguan-gangguan baru (Hisyam),
dan dengan diam-diam berkomplot untuk membunuh
Nabi Besar Muhammad saw. sendiri (Ishabah), lihat pula QS.5:28-35.
Ka’b bin Asyraf adalah musuh
kental dan otak penghasut segala keributan dan hasutan. Ia bahkan pernah pergi ke Mekkah dan dengan lidahnya yang sangat fasih telah berhasil membuat orang-orang Quraisy — yang menderita
sedih atas kekalahan yang sangat memalukan mereka di Badar — bersumpah secara sungguh-sungguh dengan memegang tirai Ka’bah bahwa mereka tidak
akan istirahat sebelum berhasil membinasakan
Islam dan pendirinya.
Ka’b bin
Asyraf pun telah menyebarluaskan sajak-sajak kotor ihwal para
perempuan terhormat keluarga Nabi Besar Muhammad saw.. Maka atas berulangnya perbuatan-perbuatan khianat dan jahat, dan sebagai hukuman atas kematian
orang Muslim tak berdosa itu ia
dijatuhi hukuman mati.
Mencegah Pembunuhan Berantai & Semakin Kerasnya Hati Orang-orang Yahudi
Hukuman mati itu hanya sebagian dari hukuman
terhadap kejahatannya, dan hukuman selebihnya disisihkan untuk di akhirat. Dengan penggunaan kata qataltum
dalam bentuk jamak, Al-Quran menganggap seluruh
masyarakat Yahudi bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Tetapi karena hukuman
mati itu diuntukkan bagi biang
keladinya saja, maka kata pengganti hu itu tertuju kepada Ka’b bin Asyraf.
Menurut
arti ayat itu kata-kata ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ الۡمَوۡتٰی -- “demikianlah Allah menghidupkan yang mati”
berarti bahwa pembalasan itu
merupakan cara yang berhasil-guna
untuk memberi hidup kepada orang mati, sebab dengan jalan itu orang-orang yang
mungkin akan menjadi calon pembunuh dalam
rangka membalas dendam akan tercegah
dari melakukan pembunuhan-pembunuhan
lebih lanjut.
Bahwa pembalasan itu merupakan cara yang yang paling berpengaruh untuk pemberian hidup
kepada yang telah mati ada disinggung
dalam QS.2:180. Tambahan pula orang-orang
Arab zaman jahiliyah memandang orang
yang terbunuh dan darahnya belum dituntut balas sebagai orang mati, dan memandang orang yang kematiannya telah dituntut balas sepenuhnya sebagai orang hidup.
Seorang ahli syair Arab, Harits
bin Hilzah, mengatakan: "In nabasytum mā baina malhata wal shaqib fīha
al-amwātu wal-ahyā-u" artinya:
"Jika kamu gali pekuburan
antara Malhah dan Shaqib kamu akan menjumpai di dalamnya orang-orang yang mati
maupun orang-orang hidup", yakni mereka yang terbunuhnya telah tertebus.
Pembunuhan terhadap orang Islam tak berdosa yang disebut dalam ayat-ayat sebelumnya
mencap nasib orang-orang Yahudi yang
kemudian kian keras hati mereka
seolah-olah menjadi batu, bahkan lebih keras lagi. Itulah makna ayat -- “ ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً --
lalu hati kamu menjadi keras sesudah itu
hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi.”
Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa sekali
pun benda-benda mati seperti batu ada suatu kegunaannya, tetapi orang-orang
Yahudi telah menjadi demikian rusak
sehingga mereka jauh dari berbuat suatu kebajikan
karena niat menjadi orang baik, bahkan mereka tidak mau berbuat sesuatu yang
dapat disebut suatu kebajikan sekali
pun tanpa disengaja.
Mereka telah menjadi lebih buruk daripada batu, sebab batu pun ada kalanya keluar air yang orang dapat
meraih faedah darinya: وَ اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ -- dan sesungguhnya di antara batu-batu pun
benar-benar ada yang darinya memancar
sungai-sungai, وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ --
dan sesungguhnya di antaranya benar-benar
ada yang terbelah lalu keluar air
darinya.”
Tetapi pernyataan itu tidak mengena kepada seluruh bangsa Yahudi, sebab tidak syak lagi ada beberapa orang Yahudi yang hatinya dicekam oleh rasa
takut kepada Allah Swt.. Mengenai
orang-orang itu Al-Quran mengatakan: وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ -- di antaranya (yaitu di antara hati)
ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada Allah,” kata ganti ha
di sini pengganti qulub (hati) dan bukan sebagai ganti hajar
(batu). Al-Quran mengandung beberapa contoh dari apa yang disebut intisyar
al-dama’ir, yaitu kata-kata ganti serupa
yang terdapat dalam ayat itu menggantikan berbagai kata benda (QS.48:10).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar