Rabu, 06 Agustus 2014

Upaya "Membunuh Rasul Allah" Membuat Hati Semakin Keras Mmebatu




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   285

Upaya Membunuh   Rasul Allah   Membuat  Hati   Semakin Keras Membatu


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya    telah dikemukakan mengenai   keadaan  bangsa Arab jahiliyah yang keadaannya bagaikan  tulang-belulang berserakan” lalu mengalami “kehidupan” dalam segi akhlak dan  ruhani   melalui    Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  mereka  hanya dalam waktu 23 tahun saja  telah menjadi “satu tubuh” yang utuh dan hidup  --  yang bahkan mampu menghancurkan kekuasaan  dua kerajaan besar  di masa itu, yaitu kerajaan Iran dan kerajaan Romawi Timur – padahal sebelumnya mereka  tidak mempercayai akan terjadinya kenyataan yang sangat menakjubkan seperti itu, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا  وَّ  رُفَاتًاءَ اِنَّا  لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ  خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾   قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ   اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا ﴿﴾  یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا  ﴿٪﴾
Dan mereka berkata:  ”Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”  Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,  atau makhluk yang nampaknya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi.” Maka pasti mereka akan mengatakan: “Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata:  Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, yaitu     pada hari ketika Dia   memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani Israil ]17]:50-53).

Kebenaran Adanya Hari Kebangkitan di Akhirat

        Pada hakikatnya tujuan utama Allah Swt. mengutus para Rasul Allah secara berkesimbungan  dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-37) adalah untuk membuktikan kebenaran adanya kehidupan di alam akhirat setelah manusia mengalami kematian,   -- yang keadaannya lebih baik dalam segala seginya daripada  kehidupan dunia ini   (QS.20:132-136; QS.87:17-20; QS.93:5) --  yang disebut dengan “alam kebangkitan”.   Terjadinya revolusi ruhani di dalam kehidupan  dunia ini disebut penciptaan “bumi bgaru” dan “langit baru”, firman-Nya:
یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ السَّمٰوٰتُ وَ  بَرَزُوۡا  لِلّٰہِ  الۡوَاحِدِالۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی  الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ  النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ  کُلَّ  نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula seluruh langit,  dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa.   Dan  engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai.   Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutu api, supaya Allah membalas setiap jiwa apa yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat. (Ibrahim [14]:49-52). 
       Dari seluruh  Rasul Allah, yang paling sempurna membuktikan kebenaran adanya “Hari Kebangkitan” tersebut adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab hanya dalam waktu 23  saja  bangsa Arab jahiliyah yang selama ribuan tahun  keadaannya bagaikan “tulang-belulang berserakan” dan “benda yang hancur” tiba-tiba mereka berubah menjadi “khalqan- jadīd” (makluk yang baru) atau menjadi  manusia-manusia malaikat   yakni sebagai “umat terbaik” yang diciptakan untuk   manfaat  seluruh alam (QS.2:144; QS.3:111).
        Jawaban Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw. atas ketidak percayaan mereka  قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا -- Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا   -- atau makhluk yang nampaknya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi,” maknanya  adalah bahwa sekali pun hati  mereka  -- akibat masa yang sangat panjang tersebut (QS.5:20; QS.57:17-18)   -- telah menjadi sekeras batu atau besi atau menjadi  benda yang lebih keras lagi dalam pikiran mereka, namun demikian Allah Swt. akan menjadikan mereka yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran  sebagai “khalqan jadīd” (makhluk baru),  yang sama sekali berbeda dengan keadaan masa jahiliyah mereka,  itulah makna ayat selanjutnya:   مَتٰی ہُوَ  --   Kapankah itu akan terjadi?”  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا  -- Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat,  یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا    --  yaitu   pada hari ketika Dia   memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.”

Semakin Kerasnya Hati Orang-orang Yahudi & Kegagalan Upaya Membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

      Mengisyaratkan kepada  perubahan keadaan “hati manusia” yang telah keras  membatu seperti itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai orang-orang Yahudi
وَ اِذۡ قَتَلۡتُمۡ نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا ؕ وَ اللّٰہُ مُخۡرِجٌ مَّا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فَقُلۡنَا اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ  الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ  اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ  مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ  ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika kamu  berusaha membunuh  seseorang lalu kamu berselisih mengenai hal itu, padahal Allah akan menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan.  Maka Kami berfirman: “Bandingkanlah  peristiwa ini dengan beberapa peristiwa semacamnya, barulah akan kamu ketahui hakikatnya.” Demikianlah  Allah menghidupkan yang mati  dan memperlihatkan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mengerti.   ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً  --  lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras  lagi,  وَ  اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ  مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ --  dan sesungguhnya di antara batu-batu  pun benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai,  وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ   -- dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang terbelah lalu keluar air darinya.  وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ    -- dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada Allah,  وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ  -- dan Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Al-Baqarah [2]:73-75).
       Qataltum dalam ayat  وَ اِذۡ قَتَلۡتُمۡ نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا -- “Dan ingatlah ketika kamu  berusaha membunuh  seseorang lalu kamu berselisih mengenai hal itu”  berarti:  “kamu mencoba, berupaya, mengakui atau mengambil keputusan untuk membunuh” (QS.40:29), atau “kamu membuat dia nampak seakan-akan mati; kamu hampir membunuhnya”. Orang mengatakan Qatala-hu, artinya ia menjadikan dia seakan-akan telah dibunuh raganya atau moralnya (Lexicon Lane). Perkataan terkenal dari  Khalifah Umar bin Khaththab r.a.:   Uqtulu Sa’dan” telah dianggap berarti  membuat Sa’ad kelihatannya seperti orang yang sungguh-sungguh telah mati.
       Nafsan dipakai sebagai ism nakirah yaitu dalam bentuk tak tertentu, menurut tata bahasa Arab dapat tertuju kepada seorang tokoh penting sekali (Muthawwal). Dalam ayat-ayat terdahulu beberapa tingkah buruk dan kejahatan-kejahatan orang-orang Yahudi telah disebut.
     Ayat ini menunjuk kepada dosa mereka terbesar yaitu mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  di atas salib dan dengan demikian hendak membuktikan bahwa menurut Bible  beliau adalah nabi palsu, sebab  barangsiapa yang matinya tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23; QS.4:158-159).
         Dalam usaha keji dan kejam itu orang-orang Yahudi  sama sekali gagal. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  diturunkan dari salib dalam keadaan hidup tetapi nampak  seperti orang mati (QS.4:158-159), selanjutnya  setelah sembuh dari luka-luka akibat penyaliban lalu beliau    -- sesuai  gelar Al-Masih   -- pergi mencari- sepuluh suku-suku Bani Israil  atau “domba-domba Israel  yang hilang” yang tercerai-berai di luar kawasan Kanaan (Palestina),  dan akhirnya beliau dan ibunda beliau, Maryam binti ‘Imran,  sampai di wilayah Kasymir  dan wafat di sana (QS.23:51) dalam usia 120 tahun, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾   
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51)

Pembunuhan Seorang Muslim di Madinah   

       Anak kalimat  وَ اللّٰہُ مُخۡرِجٌ مَّا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ --   “padahal Allah akan menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan ini berarti bahwa suatu waktu akan datang bila kebenaran mengenai wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan terbuka dan kedok yang sekian lama telah menyelubungi peristiwa penyaliban beliau itu akan disingkap.
        Dharb dalam ayat فَقُلۡنَا اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ  الۡمَوۡتٰی  -- “Maka Kami berfirman: “Bandingkanlah  peristiwa ini dengan beberapa peristiwa semacamnya,” berarti yang mirip sesuatu (Lexicon Lane), kata kerja dharaba dipakai dalam bentuk-bentuk yang berlain-lainan dalam QS.13:18; QS.16:75 dan QS.43:58 dan mengandung arti “perbandingan.”
    Jadi, ungkapan idribu-hu biba’dhi-ha dapat ditafsirkan seperti berikut: “bandingkanlah keadaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  ketika beliau diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hampir seperti mati dengan keadaan orang-orang yang dianggap mati, padahal sesungguhnya tidak mati, tetapi hanya tampak seperti mati“dan kamu akan menjumpai hakikat yang sebenarnya  mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  yang disangka mati itu.”
        Anak kalimat ini   کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ  الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ  -- ‘”Demikianlah  Allah menghidupkan yang mati  dan memperlihatkan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mengerti” dapat diartikan: "Beginilah cara Allah  memberi harapan hidup lagi kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  setelah beliau hampir wafat". Mauta itu jamak dari mait, yang berarti  orang bagaikan mati atau hampir mati (Lexicon Lane). Di sini kata mauta harus diambil dalam artian tersebut, karena menurut Al-Quran  orang-orang  yang sungguh-sungguh telah mati tidak akan hidup kembali (QS.21: 96 dan QS.23:101).
       Ayat ini dapat juga diartikan: Maka Kami berfirman: “Pukullah dia (pembunuh itu), karena sebagian pelanggarannya. Demikianlah Allah memberi hidup kepada orang mati dan menampakkan kepada kamu Tanda-tanda-Nya  agar kamu mengerti.” Menurut arti ini, ayat  tersebut dan ayat sebelumnya menunjuk kepada pembunuhan terhadap seorang Muslim oleh orang-orang Yahudi di Medinah.

Peran  Ka’b bin Asyraf Dalam Melakukan Penghasutan

      Setibanya di Medinah, Nabi Besar Muhammad saw.  telah mengadakan perjanjian perdamaian dan perhubungan baik secara timbal-balik dengan orang-orang Yahudi. Tetapi kesejahteraan dan keunggulan Islam yang kian tumbuh  di Madinah   sedikit demi sedikit membangkitkan rasa iri hati mereka,  dan beberapa dari pemimpin mereka, Ka’b bin Asyraf selaku tokoh terkemuka di antara mereka, dengan diam-diam mulai menghasut kaumnya terhadap orang-orang Muslim.
        Tidak lama setelah Perang Badar, seorang perempuan  Muslim kebetulan pergi ke warung seorang Yahudi untuk berbelanja. Tukang warung ini berlaku tidak senonoh terhadap perempuan tersebut. Lalu perempuan Muslim itu berteriak minta tolong. Seorang Muslim yang kebetulan ada di sana datang menolong, dan dalam perkelahian pemilik warung itu terbunuh, dan atas kejadian itu orang-orang Yahudi menyerang orang Muslim itu dan membunuhnya.  Ketika perkara itu diselidiki tidak  seorang pun dari bajingan-bajingan yang ikut serta dalam pengeroyokan biadab itu mengaku berdosa dan setiap orang mencoba menggeserkan tanggung jawab kepada orang lain.
      Pembunuhan terhadap seorang Muslim tidak merupakan satu-satunya perbuatan jahat pihak orang-orang Yahudi. Tingkah laku mereka sehari-hari kian menghinakan dan bersifat menantang, dan mereka senantiasa mencari-cari kesempatan, menimbulkan gangguan-gangguan baru (Hisyam), dan dengan diam-diam berkomplot untuk membunuh  Nabi Besar Muhammad saw. sendiri (Ishabah), lihat pula QS.5:28-35.
         Ka’b bin Asyraf adalah musuh kental dan otak penghasut segala keributan dan hasutan. Ia bahkan pernah pergi ke Mekkah dan dengan lidahnya yang sangat fasih telah berhasil membuat orang-orang Quraisy — yang menderita sedih atas kekalahan yang sangat memalukan mereka di Badar — bersumpah secara sungguh-sungguh dengan memegang tirai Ka’bah bahwa mereka tidak akan istirahat sebelum berhasil membinasakan Islam dan pendirinya.
     Ka’b bin Asyraf  pun telah menyebarluaskan sajak-sajak kotor ihwal para perempuan  terhormat keluarga  Nabi Besar Muhammad saw..  Maka atas berulangnya perbuatan-perbuatan khianat dan jahat, dan sebagai hukuman atas kematian orang Muslim tak berdosa itu ia dijatuhi hukuman mati.

Mencegah Pembunuhan Berantai & Semakin Kerasnya Hati Orang-orang Yahudi

        Hukuman mati itu hanya sebagian dari hukuman terhadap kejahatannya, dan hukuman selebihnya disisihkan untuk di akhirat. Dengan penggunaan kata qataltum dalam bentuk jamak, Al-Quran menganggap seluruh masyarakat Yahudi bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Tetapi karena hukuman mati itu diuntukkan bagi biang keladinya saja, maka kata pengganti hu itu tertuju kepada Ka’b bin Asyraf.
     Menurut arti ayat itu kata-kata  ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ  الۡمَوۡتٰی  -- “demikianlah Allah menghidupkan yang mati” berarti bahwa pembalasan itu merupakan cara yang berhasil-guna untuk memberi hidup kepada orang mati,  sebab dengan jalan itu orang-orang yang mungkin akan menjadi calon pembunuh dalam rangka membalas dendam  akan tercegah dari melakukan pembunuhan-pembunuhan lebih lanjut.
       Bahwa pembalasan itu merupakan cara yang yang paling berpengaruh untuk pemberian hidup kepada yang telah mati ada disinggung dalam QS.2:180. Tambahan pula orang-orang Arab zaman jahiliyah memandang orang yang terbunuh dan darahnya belum dituntut balas sebagai orang mati, dan memandang orang yang kematiannya telah dituntut balas sepenuhnya sebagai orang hidup.
        Seorang ahli syair Arab, Harits bin Hilzah, mengatakan: "In nabasytum mā baina malhata wal shaqib fīha al-amwātu wal-ahyā-u" artinya:  "Jika kamu gali pekuburan antara Malhah dan Shaqib kamu akan menjumpai di dalamnya orang-orang yang mati maupun orang-orang hidup", yakni mereka yang terbunuhnya telah tertebus.
  Pembunuhan terhadap orang Islam tak berdosa yang disebut dalam ayat-ayat sebelumnya mencap nasib orang-orang Yahudi yang kemudian kian keras hati mereka seolah-olah menjadi batu, bahkan lebih keras lagi.  Itulah makna ayat   -- “  ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً  --  lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras  lagi.”
        Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa sekali pun benda-benda mati seperti batu ada suatu kegunaannya, tetapi orang-orang Yahudi telah menjadi demikian rusak sehingga mereka jauh dari berbuat suatu kebajikan karena niat menjadi orang baik,  bahkan mereka tidak mau berbuat sesuatu yang dapat disebut suatu kebajikan sekali pun tanpa disengaja.
        Mereka telah menjadi lebih buruk daripada batu, sebab batu  pun ada kalanya keluar air yang orang dapat   meraih faedah darinya:    وَ  اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ  مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ --  dan sesungguhnya di antara batu-batu  pun benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai,  وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ   -- dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang terbelah lalu keluar air darinya.”
        Tetapi  pernyataan itu tidak mengena kepada seluruh bangsa Yahudi, sebab tidak syak lagi ada beberapa orang Yahudi yang hatinya dicekam oleh rasa takut kepada Allah Swt..  Mengenai orang-orang itu Al-Quran mengatakan:   وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ     -- di antaranya (yaitu di antara hati) ada yang  jatuh menyungkur  karena takut kepada Allah,” kata ganti ha di sini pengganti qulub (hati) dan bukan sebagai ganti hajar (batu). Al-Quran mengandung beberapa contoh dari apa yang disebut intisyar al-dama’ir, yaitu kata-kata ganti serupa yang terdapat dalam ayat itu menggantikan berbagai kata benda (QS.48:10).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  14 Juli     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar