بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 292
Mereka yang Diseret Allah Swt. Secara Hina Pada “Jambulnya” & Keteguhan Iman Para Syuhada Pengikut Sejati Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai Nabi Besar Muhammad saw.
menjelang terjadinya Perang Badar,
beliau saw. keluar dari kemah --
setelah berdoa dengan khusyuk -- dan sambil menghadap ke medan pertempuran
beliau saw. membaca ayat: جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ -- “Golongan itu akan segera dikalahkan
dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri,” firman-Nya:
جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ
مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ ﴿﴾ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ
نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ ذُو
الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾ وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ
وَّ اَصۡحٰبُ لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ
اُولٰٓئِکَ الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾ اِنۡ کُلٌّ اِلَّا کَذَّبَ
الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Mereka itu lasykar golongan-golongan perserikatan yang
akan dikalahkan di sana. Sebelum
mereka kaum Nuh, ‘Ad
dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar besar telah mendustakan pula. Dan suku Tsamud, kaum Luth dan penghuni
hutan, mereka itu golongan
perserikatan (Ahzab). Tidak
lain mereka semua itu
melainkan mendustakan rasul-rasul,
maka pasti azab-Ku menimpa mereka. (Shād [38]:12-15).
Mengisyaratkan kepada peristiwa kemenangan umat Islam dalam Perang Badar
itu pulalah firman-Nya berikut ini:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ
لٰکِنَّ اللّٰہَ قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا
رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir
ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar,
dan supaya Dia menganugerahi
orang-orang yang beriman anugerah
yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).
Nubuatan Kematian Hina Abu Jahal dan
Kawan-kawannya
Kekalahan pada Pertempuran Badar
sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat bagi orang-orang
Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang
meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka terbunuh – yakni Abu Jahal dan 7 orang lainnya -- dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Sedangkan Abu Lahab mati di Mekkah
setelah mendengar kabar mengenai kematian Abu Jahal dkk dalam perang Badar.
Penyeretan mayat-mayat
para pemimpin kaum kafir Quraisy pimpinan Abu
Jahal tersebut merupakan realisasi peringatan
dan nubuatan dalam firman-Nya berikut ini:
اَرَءَیۡتَ الَّذِیۡ یَنۡہٰی ۙ﴿﴾ عَبۡدًا اِذَا صَلّٰی ﴿ؕ﴾ اَرَءَیۡتَ اِنۡ کَانَ عَلَی الۡہُدٰۤی ﴿ۙ﴾ اَوۡ اَمَرَ
بِالتَّقۡوٰی﴿ؕ﴾ اَرَءَیۡتَ اِنۡ کَذَّبَ وَ تَوَلّٰی ﴿ؕ﴾ اَلَمۡ یَعۡلَمۡ بِاَنَّ اللّٰہَ
یَرٰی ﴿ؕ﴾ کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ
۬ۙ لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ ﴿ۙ﴾ نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ
﴿ۚ﴾ فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ ﴿ۙ﴾ سَنَدۡعُ الزَّبَانِیَۃَ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ لَا تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ ﴿٪ٛ﴾
Apakah engkau melihat
orang yang melarang, seorang
hamba Kami ketika
ia shalat? Bagaimanakah pendapat
engkau jika ia mengikuti petunjuk, atau ia
menyuruh bertakwa. Bagaimanakah
pendapat engkau jika ia mendustakan
dan berpaling? Apakah ia tidak mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat? کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ
لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ -- sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti
niscaya Kami akan menarik dia
pada jambulnya, نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ -- jambul
orang yang mendustakan
lagi berdosa. فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ -- maka hendaklah ia memanggil teman-temannya, سَنَدۡعُ الزَّبَانِیَۃَ --
Kami pun segera akan memanggil para malaikat pelaksana
hukuman. کَلَّا ؕ لَا تُطِعۡہُ وَ
اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ --Sekali-kali tidak! Janganlah engkau taat kepadanya, melainkan
bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah. (Al-A’laq [96]:10-20).
Ayat-ayat 10-18 meskipun biasanya dikenakan kepada setiap orang kafir yang sombong
lagi keras hati, tetapi oleh sebagian ahli
tafsir dianggap tertuju kepada Abu
Jahal, pemimpin suku Quraisy Mekkah. Ia senantiasa ada di garis depan dalam menjengkelkan, melawan,
dan menganiaya Nabi Besar Muhamad
saw. serta orang-orang Muslim.
Beberapa budak yang telah memeluk
Islam atas perintahnya telah diseret
pada jambul mereka di lorong-lorong Mekkah. Sesudah kekalahan di perang
Badar mayat sebagian pemimpin suku Quraisy, termasuk Abu Jahal di antara mereka, diseret-seret pada jambulnya dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang yang telah digali khusus untuk
tujuan itu. Yang demikian itu merupakan hukuman
yang setimpal atas perlakuan yang telah diperlihatkan mereka kepada orang-orang Islam yang tidak berdaya itu beberapa tahun sebelumnya di Mekkah.
Zabaniyah
dalam ayat . فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ --
maka hendaklah ia memanggil
teman-temannya, سَنَدۡعُ
الزَّبَانِیَۃَ -- Kami pun segera
akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman” berarti:
perwira-perwira angkatan bersenjata atau pembesar kepolisian; para malaikat atau
penjaga neraka; malaikat-malaikat pelaksana hukuman (Lexicon Lane).
“Penyeretan” secara hina oleh Allah Swt.
tehadap orang-orang yang dengan takabbur dan zalim menentang Allah Swt. dan Rasul
Allah tersebut akan terus berlangsung, termasuk di Akhir Zaman ini, sebab hal tesebut
merupakan Sunnatullah yang tidak
dapat dibatalkan, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ
لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. Allah telah menetapkan: لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِی -- “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
Dialog Penghuni Surga
dengan Penghuni Neraka
Nabi
Besar Muhammad saw. pergi ke
tepi lubang -- yang ke dalamnya mayat Abu Jahal dan kawan-kawannya diseret dan dilemparkan --
seraya berkata kepada mayat-mayat itu
dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa
yang telah dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu kepada kamu? Sungguh aku telah
menyaksikan kebenaran apa yang telah dijanjikan Rabb-ku (Tuhan-ku) kepadaku”
(Bukhari, Kitab al-Maghazi).
Ucapan Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut sama dengan ucapan para ahli surga di akhirat
ketika berdialog dengan penghuni neraka
jahannam berkenaan benarnya balasan
dari Allah Swt. kepada mereka, firman-Nya:
وَ نَادٰۤی اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ اَصۡحٰبَ النَّارِ اَنۡ
قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ مَّا وَعَدَ رَبُّکُمۡ
حَقًّا ؕ قَالُوۡا نَعَمۡ ۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ اللّٰہِ
عَلَی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا ۚ وَ ہُمۡ بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ
﴿ۘ﴾
Dan penghuni surga
berseru kepada penghuni neraka
bahwa: اَنۡ قَدۡ وَجَدۡنَا مَا
وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا -- “Sungguh kami telah mendapati apa yang Rabb (Tuhan)
kami janjikan kepada kami itu benar, فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ مَّا وَعَدَ
رَبُّکُمۡ حَقًّا -- maka apakah kamu pun
mendapati apa yang dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu itu benar?” قَالُوۡا نَعَمۡ -- Mereka berkata: “Ya benar.” فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَیۡنَہُمۡ
اَنۡ لَّعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی
الظّٰلِمِیۡنَ -- Lalu seorang
penyeru di antara mereka berseru: “Laknat Allah atas orang-orang zalim." الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا ۚ وَ ہُمۡ بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ -- yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan mereka menghendaki jalan itu bengkok,
dan mereka itu tidak percaya
kepada akhirat.” (Al-A’rāf [7]:45-46).
Tiap-tiap
kata dalam kabar gaib (nubuatan) itu
telah menjadi kenyataan. Demikian pula nubuatan dalam
firman-Nya berikut ini:
جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ
مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ ﴿﴾ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ
نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ ذُو
الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾ وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ
وَّ اَصۡحٰبُ لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ
اُولٰٓئِکَ الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾ اِنۡ کُلٌّ اِلَّا کَذَّبَ
الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Mereka itu lasykar golongan-golongan perserikatan yang
akan dikalahkan di sana.
Sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad
dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar besar telah mendustakan pula. Dan suku Tsamud, kaum Luth dan penghuni
hutan, mereka itu golongan
perserikatan (Ahzab). Tidak
lain mereka semua itu
melainkan mendustakan rasul-rasul,
maka pasti azab-Ku menimpa mereka. (Shād [38]:12-15). Lihat pula
QS.54:46
Ayat
ini sekaligus mengandung nubuatan dan
tantangan. Tantangan itu ditujukan
kepada kekuatan-kekuatan kejahatan
supaya mengerahkan segala sumber daya
mereka dan membentuk diri mereka menjadi suatu persekutuan yang kuat untuk menghentikan derap maju Islam. Dan nubuatan itu ialah, bahwa seluruh kekuatan keingkaran itu akan dihancurluluhkan,
bila mereka berani menentang Islam. Nubuatan agung ini telah menjadi
sempurna kata demi kata dalam Pertempuran
Khandak.
Autad-al-ardh berarti gunung-gunung;
dan autad-al-bilad maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad berarti
pemilik lasykar-lasykar atau pemilik
pasukan-pasukan besar (Aqrab-al-Mawarid),
itulah makna ayat کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ
فِرۡعَوۡنُ ذُو الۡاَوۡتَادِ -- “Sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad dan Fir’aun yang
memiliki lasykar-lasykar besar telah
mendustakan pula.”
Ya, nubuatan mengenai penyeretan pada jambul
orang-orang yang secara takabbur melawan Ayat-ayat (Tanda-tanda) kekuasaan
Allah Swt. di Akhir Zaman ini pun
terus menerus berlangsung, yakni kehinaan menjadi bagian dari akhir kehidupan mereka, benarlah firman-Nya:
وَ اَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ بِشِمَالِہٖ ۬ۙ فَیَقُوۡلُ
یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُوۡتَ کِتٰبِیَہۡ
﴿ۚ﴾ وَ لَمۡ
اَدۡرِ مَا حِسَابِیَہۡ﴿ۚ﴾ یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ
الۡقَاضِیَۃَ ﴿ۚ﴾ مَاۤ اَغۡنٰی
عَنِّیۡ مَالِیَہۡ ﴿ۚ﴾ ہَلَکَ عَنِّیۡ سُلۡطٰنِیَہۡ ﴿ۚ﴾ خُذُوۡہُ
فَغُلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ
الۡجَحِیۡمَ صَلُّوۡہُ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا
فَاسۡلُکُوۡہُ ﴿ؕ﴾
Tetapi barangsiapa
diberikan kitabnya di tangan kirinya, maka ia berkata: “Aduhai kiranya aku tidak diberi
kitabku, dan aku tidak mengetahui
apa perhitunganku itu. یٰلَیۡتَہَا کَانَتِ الۡقَاضِیَۃَ --
Aduhai sekiranya kematian-ku mengakhiri
hidupku! مَاۤ اَغۡنٰی
عَنِّیۡ مَالِیَہۡ --
sekali-kali tidak bermanfaat
bagiku hartaku, ہَلَکَ عَنِّیۡ
سُلۡطٰنِیَہۡ -- hilang
lenyap dariku kekuasaanku.” خُذُوۡہُ
فَغُلُّوۡہُ -- Tangkaplah dia dan belenggulah
dia, ثُمَّ
الۡجَحِیۡمَ صَلُّوۡہُ -- Kemudian
masukkanlah dia ke dalam Jahannam,”
ثُمَّ فِیۡ سِلۡسِلَۃٍ ذَرۡعُہَا سَبۡعُوۡنَ ذِرَاعًا
فَاسۡلُکُوۡہُ -- lalu ikatlah
dia dengan rantai yang panjangnya tujuh
puluh hasta!” (Al-Hāqqah
[69]:26-33).
Bukannya Gentar Bahkan Bertambah Semangat & Cara Meraih Kesyahidan yang Hakiki
Jadi, kembali
kepada keteguhan iman dan keperwiraan yang diperagakan oleh para sahabah Nabi Besar Muhammad saw., ketika mereka melihat kedatangan al-ahzab ( golongan persekutuan)
pimpinan Abu Jahal yang mengepung
Madinah, firman-Nya:
وَ لَمَّا رَاَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا
مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا
زَادَہُمۡ اِلَّاۤ اِیۡمَانًا وَّ
تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾
Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan mereka berkata: ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ
وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ --
“Inilah yang telah dijanjikan Allah
dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah
serta Rasul-Nya telah mengatakan yang benar.” وَ مَا زَادَہُمۡ
اِلَّاۤ اِیۡمَانًا وَّ تَسۡلِیۡمًا --
dan hal itu tidak menambah kepada mereka
kecuali keimanan dan kepatuhan. (Al-Ahzāb [33]:23).
Lebih
lanjut Allah Swt. menjelaskan mengenai keselarasan
antara ucapan dan perbuatan mereka dalam meraih kesyahidan yang hakiki, firman-Nya:
مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ
صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا
بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ
الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ
اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Di antara orang-orang
yang beriman ada orang-orang yang telah
menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allah, maka dari antara mereka ada yang telah
menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid, dan di
antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka,
dan mengazab orang-orang munafik jika
Dia menghendaki, atau menerima
taubat mereka. Se-sungguhnya Allah
itu Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Al-Ahzāb
[33]:24-25).
Ayat ini merupakan kenang-kenangan
besar terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan dalam iman para
pengikut Nabi Besar Muhammad saw.. Tidak pernah para pengikut nabi Allah yang mana jua pun -- termasuk Bani Israil -- menerima dari
Allah surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.
Seperti halnya wujud junjungan
mereka -- Nabi Besar Muhammad saw.
-- tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi
Allah dalam menunaikan tugas beliau saw. sebagai nabi Allah, begitu pula para sahabat
beliau saw. tiada bandingannya dalam
memenuhi peranan yang diserahkan
kepada mereka.
Keteguhan yang diperagakan para sahabah Nabi Besar Muhammad saw. tersebut tidak bisa disamakan dengan mereka yang bersemangat
melakukan “jihad” dengan cara
melakukan “bom bunuh diri” menjadi
para “pengantin di surga”,
sebab peperangan atau jihad di jalan Allah yang dilakukan oleh para sahabah Nabi Besar Muhammad saw., mereka itu bukan saja tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ketakwaan kepada Allah Swt., dan ketaatan kepada Nabi Besar Muhammad saw. tetapi juga mereka
melaksanaan kaidah-kaidah
(aturan-aturan) perang yang telah
ditetapkan Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw..
Contohnya, dalam perang tidak
boleh membunuh kaum perempuan, anak-anak, mau pun orang-orang yang
sudah tua renta, tidak boleh menghancurkan fasilitas-fasilitas umum, seperti rumah-sakit, sekolah, rumah ibadah, kantor-kantor pemerintah serta perumahan penduduk atau tempat-tempat
yang dianggap suci, kecuali jika dijadikan pihak musuh sebagai persembunyian
dan guna melakukan penyerangan.
Larangan Melampaui Batas Dalam Peperangan
Tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya -- yakni pihak musuh menjadi tempat-tempat tersebut sebagai basis pertahanan dan penyerangan mereka -- bahkan ajaran
Islam (Al-Quran) memberikan izin kepada umat
Islam untuk berperang di wilayah-wilayah
yang dianggap suci sekali pun, jika terbukti pihak lawan melakukan penyerangan dari tempat-tempat yang dilarang
dijadikan medan pertempuran tersebut, firman-Nya:
وَ قَاتِلُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ وَ لَا تَعۡتَدُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡمُعۡتَدِیۡنَ ﴿﴾ وَ اقۡتُلُوۡہُمۡ حَیۡثُ ثَقِفۡتُمُوۡہُمۡ وَ اَخۡرِجُوۡہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ اَخۡرَجُوۡکُمۡ وَ الۡفِتۡنَۃُ اَشَدُّ مِنَ الۡقَتۡلِ ۚ وَ لَا تُقٰتِلُوۡہُمۡ عِنۡدَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ حَتّٰی یُقٰتِلُوۡکُمۡ فِیۡہِ ۚ فَاِنۡ قٰتَلُوۡکُمۡ فَاقۡتُلُوۡہُمۡ ؕ کَذٰلِکَ جَزَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan perangilah orang-orang yang memerangi kamu di jalan Allah,
وَ لَا تَعۡتَدُوۡا -- tetapi janganlah kamu melampaui batas, اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡمُعۡتَدِیۡنَ -- sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang
melampaui batas. وَ اقۡتُلُوۡہُمۡ حَیۡثُ ثَقِفۡتُمُوۡہُمۡ وَ اَخۡرِجُوۡہُمۡ مِّنۡ حَیۡثُ اَخۡرَجُوۡکُمۡ -- Dan bunuhlah
mereka di mana pun kamu
dapati mereka, usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu, وَ الۡفِتۡنَۃُ اَشَدُّ مِنَ الۡقَتۡلِ --
dan fitnah itu lebih buruk
daripada pembunuhan. وَ لَا تُقٰتِلُوۡہُمۡ عِنۡدَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ --
Tetapi janganlah kamu memerangi mereka
di dekat Masjidilharam, حَتّٰی یُقٰتِلُوۡکُمۡ فِیۡہِ ۚ فَاِنۡ قٰتَلُوۡکُمۡ فَاقۡتُلُوۡہُمۡ -- hingga mereka
terlebih dulu memerangi kamu di
sana, فَاِنۡ قٰتَلُوۡکُمۡ فَاقۡتُلُوۡہُمۡ -- tetapi jika
mereka memerangi kamu maka bunuhlah
mereka, ؕ کَذٰلِکَ جَزَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ -- demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah
[2]:191-192).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar