بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 282
Akibat Buruk yang Timbul
di Kalangan Umat beragama Jika
Terjadi Masa Jeda yang Panjang Pengutusan Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai berbagai makna Lailatul Qadr (Malam Takdir), dan Allah
Swt. telah menetapkan Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam (Al-Quran) -- sebagai Rasul
Allah pembawa amanat syariat terakhir
dan tersempurna (QS.5:5:4) -- merupakan Lailatul-
Qadr (Malam Takdir) terbesar,
sehingga siapa pun yang mencari agama
selain Islam (Al-Quran) maka agama
tersebut tidak akan diterima di hadhirat Allah Swt. dan para pemeluknya di akhirat akan menjadi orang-orang yang merugi, firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ
الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ
الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan barangsiapa mencari agama yang bukan
agama Islam, maka agama itu
tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang
rugi. (Ali ‘Imran [3]:86).
Ada pun alasan penolakan
Allah Swt. tersebut dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا
اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ
الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ
اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya agama
yang benar di sisi Allah adalah Islam, dan sekali-kali
tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu datang kepada mereka karena
kedengkian di antara mereka. Dan barang-siapa kafir kepada Tanda-tanda Allah
maka sesungguh-nya Allah sangat cepat
dalam menghisab. (Ali ‘Imran [3]:20).
Pemberian
Nama “Islam” dan “Muslim”
Semua agama senantiasa menanamkan kepercayaan
Tauhid Ilahi dan kepatuhan kepada
kehendak Allah Swt., namun demikian
sesuai dengan sifat Rabbubiyah Allah
Swt., -- dengan memperhatikan perkembangan
jiwa manusia sebagaimana perkataan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) tentang kedatangan Roh Kebenaran
– Yohanes
16:12-13) -- proses penyempurnaan hukum-hukum syariat (agama) tersebut telah mencapai puncak kesempurnaannya
dalam wujud agama Islam (Al-Quran – QS.2:107; QS.5:4),
karena itu hanya dalam Islam
(Al-Quran) sajalah paham kepatuhan kepada kehendak
Ilahi atau penyerahan diri kepada kehendak
Allah Swt. mencapai kesempurnaan,
sebab kepatuhan sepenuhnya meminta
pengejewantahan penuh Sifat-sifat Allah
Swt., dan hanya pada Islam sajalah pengenjewantahan demikian telah terjadi. Jadi dari semua tatanan keagamaan hanya Islam yang berhak disebut agama
Tuhan pribadi (agama Allah) dalam arti
yang sebenarnya.
Semua
agama yang benar yang bersumber
dari Allah Swt., lebih atau kurang, dalam bentuknya yang asli adalah agama
Islam, sedang para pengikut agama-agama
itu adalah Muslim dalam arti kata secara harfiah, (QS.2:129;
QS.22:78-79), tetapi nama Al-Islam
tidak diberikan Allah Swt. kepada “agama-Nya” tersebut sebelum tiba saat bila agama menjadi lengkap
dalam segala seginya, karena nama Islam itu dicadangkan untuk syariat yang terakhir dan mencapai kesempurnaan dalam wujud Al-Quran,
firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ
یَئِسَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
دِیۡنِکُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡہُمۡ وَ اخۡشَوۡنِ ؕ اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ
دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ
دِیۡنًا ؕ
Pada hari
ini orang-orang yang kafir telah
putus asa untuk merusak agama
kamu, maka janganlah takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. اَلۡیَوۡمَ
اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ
لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا -- Hari
ini telah Ku-sempurnakan agama kamu bagi
kamu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu, dan telah
Kusukai Islam sebagai aga-a bagi kamu
(Al-Maidah [5]:4).
Ikmāl
(menyempurnakan) dan itmām (melengkapkan) merupakan akar-akar kata
(masdar), yang pertama berhubungan dengan kaifiat (kualitas) dan yang
kedua berhubungan dengan kammiat (kuantitas). Kata yang pertama
menunjukkan bahwa ajaran-ajaran serta
perintah-perintah mengenai pencapaian
kemajuan jasmani, ruhani, dan akhlak manusia telah terkandung dalam Al-Quran dalam bentuk yang
paripurna; sedang yang kedua (itmām - melengkapkan) menunjukkan bahwa tidak ada
suatu keperluan manusia yang lepas
dari perhatian (diabaikan). Kata ikmāl (menyempurnakan) berhubungan dengan perintah-perintah yang
bertalian dengan segi fisik atau
keadaan lahiriah manusia, sedang itmām
(melengkapkan) berhu-bungan dengan segi ruhaniah dan batiniahnya.
Sehubungan
dengan pemberian nama Islam kepada puncak kesempurnaan proses perkembangan
agama (syariat) tersebut, Allah Swt.
berfirman:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا وَ
اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾ وَ جَاہِدُوۡا فِی
اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی
الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ
وَ فِیۡ ہٰذَا لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ
شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, rukuklah
kamu, sujudlah, sembahlah Rabb (Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu
memperoleh kebahagiaan. Dan berjihadlah
kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu dalam urusan agama, مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ -- Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim,
ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ
قَبۡلُ -- Dia
telah memberi kamu nama Muslimin dahulu, وَ فِیۡ ہٰذَا -- dan dalam Kitab ini, لِیَکُوۡنَ
الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ -- supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu
dan supaya kamu menjadi saksi
atas umat manusia. فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ -- maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan berpegang
teguhlah kepada Allah. Dia Pelindung
kamu maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung
dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj
[22]:78-79).
Hubungan Bangsa Arab
dengan Nabi Isma’il a.s.
Kata-kata ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ
قَبۡلُ -- “Dia
telah memberi kamu nama Muslimin,
dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk kepada nubuatan Yesaya: “maka engkau
akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan
.....” (Yesaya 62:2 dan
65:15). Sedangkan isyarat dalam kata-kata وَ فِیۡ ہٰذَا -- “dan dalam Kitab
ini” ditujukan kepada doa Nabi Ibrahim a.s. bersama Nabi Isma’il a.s. yang
dikutip dalam Al-Quran, yaitu: رَبَّنَا وَ
اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ -- “Ya Rabb
(Tuhan) kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan juga dari anak-cucu kami
jadikanlah satu umat yang menyerahkan
diri Engkau.” (QS.2:129).
Semua doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. di lembah
Bakkah (Mekkah) untuk keturunan beliau melalui Nabi Ismail a.s. (Bani
Isma’il) mencapai puncak pengabulannya
ketika Allah Swt. ribuan tahun
kemudian mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Bani Isma’il atau dari
bangsa Arab Jahiliyah, firman-Nya:
رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya Rabb
(Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang meng-ajarkan
Kitab dan hikmah kepada
mereka serta akan mensucikan mere-ka,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:130).
Ayat
ini merupakan ikhtisar dari masalah pokok seluruh Surah Al-Baqarah, yang
bukan hanya berisikan pemekarannya saja melainkan pula membahas berbagai pokok
dalam urutan yang sama seperti disebut dalam ayat ini, yaitu mula-mula Tanda-tanda, kemudian Kitab, lalu hikmah syariat, dan yang terakhir ialah sarana-sarana untuk kemajuan
nasional.
Menarik sekali kiranya untuk
diperhatikan di sini bahwa Al-Quran membicarakan dua doa Nabi Ibrahim a.s. secara terpisah. Pertama tentang keturunan
Nabi Ishaq a.s. dan yang
kedua mengenai anak-cucu Nabi Isma’il a.s. Doa pertama tercantum dalam QS.2:125 berkenaan dengan imam-imam di kalangan Bani Israil, dan yang kedua dalam ayat ini.
Dalam doanya mengenai keturunan
Nabi Ishaq a.s. Nabi Ibrahim
a.s. memohon supaya imam-imam atau para mushlih (pembaharu)
dibangkitkan dari antara mereka, tetapi beliau tidak menyebut tugas atau kedudukan istimewa mereka — mereka itu Mushlih-muslih rabbani
(Pembaharu-pembaharu) biasa, yang akan datang berturut-turut untuk memperbaiki Bani Israil.
Tetapi dalam doanya pada ayat ini
Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah Swt. agar membangkitkan
di antara keturunan beliau melalui Nabi
Isma’il a.s., seorang Nabi Besar dengan tugas khusus. Perbedaan ini sungguh merupakan gambaran yang sejati lagi
indah sekali tentang kedua cabang
keturunan Nabi Ibrahim a.s..
Dengan menyebut kedua doa Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat 125 dan 130, Surah Al-Baqarah
ini mengemukakan secara sepintas lalu
kenyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukan hanya mendoa untuk kesejahteraan Bani
Ishaq saja, melainkan juga untuk
keturunan Bani Isma'il, putra sulungnya. Keturunan Nabi Ishaq
a.s. kehilangan karunia kenabian karena perbuatan-perbuatan jahat mereka, maka Nabi Allah yang dijanjikan dan diminta Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat ini harus termasuk keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lain yaitu anak-cucu
Nabi Isma'il a.s..
Untuk menegaskan bahwa Nabi Allah yang
diharapkan dan dijanjikan itu harus seorang dari Bani Isma'il, Al-Quran dengan
sangat tepat menuturkan pembangunan Ka’bah
oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s. (QS.2:128), dan doa
yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s.
adalah untuk keturunan putra sulungnya, Nabi Isma’il a.s..
Terhadap kesimpulan wajar ini para pengecam Kristen pada umumnya
mengemukakan dua kecaman:
- Bahwa Bible tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s..
- bahwa andaikata diakui bahwa Allah Swt. sungguh-sungguh telah memberikan suatu janji demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..
Jawaban Dua Keberatan Tentang Bani
Isma’il
Adapun tentang keberatan pertama,
andaikata pun diperhatikan bahwa Bible
tak mengandung nubuatan-nubuatan apa
pun mengenai Nabi Isma'il a.s. maka
hal itu tidaklah berarti bahwa nubuatan
demikian tidak pernah ada. Tambahan pula bila kesaksian Bible dapat
dianggap membenarkan adanya sesuatu janji
mengenai Nabi Ishaq a.s. dan
putra-putranya, mengapa kesaksian Al-Quran berkenaan dengan anak cucu Nabi Isma'il a.s. tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa janji-janji telah diberikan pula oleh Allah Swt. kepada Nabi Isma'il a.s. dan anak-anaknya? Tetapi Bible sendiri mengandung penunjukan
mengenai kesejahteraan hari depan putra-putra Nabi Isma'il a.s. seperti dikandungnya mengenai kesejahteraan putra-putra Nabi Ishaq
a.a.. . (Kejadian
16:10-12; 17:6-10; 17:18-20).
Sebagai jawaban kepada keberatan kedua, bahwa seandainya pun perjanjian itu dianggap meliputi
keturunan Nabi Isma'il a.s., masih harus pula dibuktikan bahwa Nabi Besar
Muhammad saw. termasuk Bani Isma'il a.s.. Butir-butir penjelasan berikut ini dapat diperhatikan:
(1) Kaum Quraisy, kabilah Nabi Besar
Muhammad saw. berasal,
senantiasa percaya dan menyatakan diri sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. dan
pengakuan itu diakui oleh semua bangsa
Arab.
(2) Jika pengakuan kaum Quraisy dan juga pengakuan suku-suku Bani Isma'il lainnya dari tanah Arab sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. itu tidak benar, maka keturunan Nabi Isma'il a.s. yang sungguh-sungguh
tentu akan membantah pengakuan palsu demikian itu, tetapi
setahu orang, keberatan demikian
tidak pernah diajukan.
(3). Dalam Kejadian 17:20 Tuhan telah berjanji akan memberkati
Nabi Isma'il a.s.. melipatgandakan keturunannya,
menjadikannya bangsa besar dan ayah 12
pangeran. Jika bangsa Arab
bukan keturunannya, lalu mana bangsa
yang dijanjikan itu? Suku-suku Bani Isma'il di tanah Arab
sungguh-sungguh merupakan satu-satunya yang mengaku berasal dari Nabi sma'il
a.s..
(4) Menurut Kejadian 21:8-14, Siti Hajar terpaksa meninggalkan
rumahnya untuk memuaskan rasa angkuh
Sarah, ibu Nabi Ishaq a.s.. Jika beliau tidak dibawa ke Hijaz, di manakah sekarang keturunannya
dapat ditemukan dan di manakah tempat pembuangannya?
(5) Ahli-ahli ilmu bumi bangsa
Arab semuanya sepakat bahwa Faran itu adalah nama yang diberikan kepada
bukit-bukit Hijaz (Mu’jam al-Buldan).
(6). Menurut Bible, keturunan Nabi
Isma'il a.s. menghuni
wilayah “dari negeri Hawilah sampai ke
Syur” (Kejadian 25:18),
dan kata-kata “dari Hawilah sampai ke
Syur” menunjukkan ujung-ujung bertentangan negeri Arab (Biblical Cyclopaedia by J.
Eadie, London 1862).
(7). Bible menyebut Isma’il “seorang bagai hutan lakunya” (Kejadian 16:12) dan kata A’rabi
(“Penghuni padang pasir”) mengandung arti hampir sama pula.
(8). Bahkan Paulus mengakui
adanya hubungan antara Siti Hajar
dengan tanah Arab (Galatia
4:25).
(9). Kedar itu seorang putra Nabi Isma’il a.s. dan telah diakui bahwa keturunannya menduduki wilayah selatan
tanah Arab (Biblical Cyclopaedia
London 1862).
(10). Prof. C.C. Torrey
mengatakan: “Orang-orang Arab itu Bani
Isma’il menurut riwayat bangsa Ibrani ....
Dua belas orang raja" (Kejadian
17:20), yang kemudian disebut dalam Kejadian
25:13-15, menggambarkan suku-suku Arab
atau daerah-daerah di negeri Arab, perhatikanlah terutama Kedar, Duma (Dumatul
Jandal), Teima. Bangsa besar itu
ialah penduduk Arab” (Jewish
Foundation of Islam, halaman 83). “Orang-orang
Arab menurut ciri-ciri jasmani, bahasa, adat kebiasaan asli .... dan dari
persaksian Bible umumnya dan pada dasarnya adalah Bani Isma’il” (Cyclopaedia of Biblical Literature,
New York, halaman 685).
(11). “Marilah kita senantiasa mencela kecenderungan kotor anak-anak Hajar
karena terutama kaum (suku) Quraisy, mereka itu serupa dengan binatang” (Leaves from Three Ancient Qur’an,
edited by the Rev. Mingana, D.D. Intro. xiii).
Celaan keras
yang dikemukakan dalam poin nomor 11 secara logika dapat diterima akal sehat,
sebab -- sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya -- sejak Nabi Isma’il a.s. sampai dengan masa
menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw., selama ribuan tahun Allah Swt. tidak pernah membangkitkan seorang rasul Allah pun di kalangan Bani Isma’il (bangsa Arab) tersebut,
seakan-akan selama ribuan tahun jazirah Arabia tidak pernah disirami dengan air hujan sehingga wilayah tersebut merupakan
hamparan gurun pasir dan gunung-gunung batu belaka, yang tidak menarik minat bagi penguasa
mana pun untuk menguasainya, termasuk
kerajaan Romawi mau pun kerajaan Iran.
Jadi, sangat wajar jika keturunan Nabi
Isma’il a.s. – yakni bangsa Arab -- tersebut kemudian menjadi
bangsa yang tenggelam ke dalam berbagai bentuk kejahiliyahan yang sangat berat, sebab hal tersebut sesuai dengan Sunnatullah bahwa terdapat kesejajaran antara keadaan jasmani dengan keadaan
ruhani, bahwa apabila suatu wilayah dalam waktu
yang lama tidak pernah disirami air
hujan akan seperti keadaan wilayah dan keadaan bangsa
Arab jahiliyah.
Akibat Buruk Masa Jeda
yang Panjang Pengutusan Rasul Allah
Berikut firman-Nya mengenai akibat buruk apabila kepada suatu bangsa Allah Swt. tidak
pernah lagi mengutus Rasul Allah dan menurunkan wahyu Ilahi kepada mereka
-- yang merupakan “hujan ruhani” bagi
pertumbuhan akhlak dan ruhani bangsa tersebut – firman-Nya:
یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا
یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا
جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ
نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪ ﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang
menjelaskan syariat kepada kamu pada masa
jeda pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak
mengatakan: “Tidak pernah datang kepada
kami seorang pemberi kabar gembira
dan tidak pula seorang pemberi
peringatan.” Padahal sungguh
telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan., dan Allah Maha kuasa
atas segala sesuatu. (Al-Maidah [5]:20).
Sejarah bungkam perihal apakah ada seorang nabi Allah pernah datang di salah satu negeri di antara zaman Nabi
Besar Muhammad saw. dengan zaman Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., .
yang pasti ialah sekurang-kurangnya di antara para Ahlulkitab tiada seorang nabi Allah pun datang dalam jangka waktu itu, sebab Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. sebagai as-Sā’ah (tanda
Saat/Kiamat- QS.43:58-62) merupakan nabi
Allah terakhir yang diutus di kalangan Bani
Israil (QS.2:88-89).
Pada hakikatnya, dunia telah mengharap-harapkan dan bersiap-siap menerima kedatangan
Juru Selamat terbesar bagi umat manusia. Beberapa pernyataan dari
sumber yang diragukan (Kalbi) menyebutkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disusul oleh beberapa nabi, di antaranya Khalid bin Salam termasuk seorang dari antara mereka. Tetapi Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa antara
beliau saw. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak ada nabi (Bukhari).
Berikut akibat buruk yang timbul apabila di kalangan umat beragama -- termasuk
di kalangan umat Islam -- dalam waktu yang lama Allah Swt. tidak mengutus Rasul Allah dan menurunkan wahyu Ilahi, firman-Nya:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ
ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk
mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ
-- dan kebanyakan dari mereka
menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا -- ketahuilah,
bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Jadi, apabila di Akhir Zaman ini di kalangan umumnya umat beragama – termasuk di kalangan umat Islam -- merebak
berbagai kelompok yang menyukai tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama merupakan
benarnya pernyataan Allah Swt.
dalam Al-Quran tersebut: فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ
-- dan kebanyakan dari mereka
menjadi durhaka.”
Yakni, sebagaimana kejahiliyah
pernah melanda bangsa Arab akibat lamanya “masa jeda pengutusan Rasul Allah” antara
Nabi Isma’il a.s. dengan Nabi Besar Muhammad saw., demikian pula halnya yang
terjadi di Akhir Zaman ini, karena
sejak pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
sampai dengan menjelang diutus-Nya Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman yang dibangkitkan di
kalangan umat Islam, Allah Swt. tidak pernah mengutus seorang Rasul Allah, sehingga di Akhir Zaman ini
keadaan jahiliyah kembali melanda umat manusia – termasuk kalangan umat beragama.
Oleh karena itu di Akhir
zaman ini – kecuali umat Islam dari kalangan Jemaat Ahmadiyah --
berbagai konflik agama maupun konflik dalam bidang poleksosbud (politik,
sosial, ekonomi dan budaya) pada umumnya dilakukan dengan cara-cara kekerasan -- termasuk
konflik berbagai kepentingan di Timur Tengah, khususnya
di Palestina, yang pada kenyataannya
merupakan pertentangan abadi antara
kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s.
yaitu Bani Israil dengan Bani Isma’il. Wallāhu ‘alamu.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar