Selasa, 05 Agustus 2014

Hati yang Semakin Keras Membatu di Akhir Zaman & Bukti Kebenaran Adanya "Hari Kebangkitan" di Dunia dan di Akhirat




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   284

Hati yang Semakin Keras Membatu   di Akhir Zaman & Bukti Adanya “Hari Kebangkitan” di Dunia dan di Akhirat


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kebenaran firman-Nya tentang Lailatul Qadr (Malam Takdir):     ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ  الۡفَجۡرِ -- “hingga fajar terbit,” firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿ۖ﴾  اِنَّاۤ  اَنۡزَلۡنٰہُ  فِیۡ  لَیۡلَۃِ  الۡقَدۡرِ ۚ﴿ۖ﴾  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا لَیۡلَۃُ  الۡقَدۡرِ ؕ﴿﴾   لَیۡلَۃُ  الۡقَدۡرِ ۬ۙ خَیۡرٌ  مِّنۡ  اَلۡفِ شَہۡرٍ ؕ﴿ؔ﴾  تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ  فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ  کُلِّ  اَمۡرٍ ۙ﴿ۛ﴾  سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ  الۡفَجۡرِ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Malam Takdir,  dan apakah engkau mengetahui apa Malam Takdir itu?  Malam Takdir  itu lebih baik daripada seribu bulan.  Di dalamnya turun  malaikat-malaikat dan ruh  dengan izin Rabb (Tuhan) mereka  mengenai segala perintah.   Malam itu penuh kesejahtaraan  hingga fajar terbit.  (Al-Qadr [97]:1-6).
       Makna ayat  ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ  الۡفَجۡرِ -- “hingga fajar terbit,” yang  berarti berlalunya malam-kesulitan dan terbitnya fajar kemenangan dan keunggulan kebenaran, sebagaimana yang dijanjikan dan ditetapkan Allah Swt. bagi para Rasul Allah, termasuk di Akhir Zaman ini,  firman-Nya:
یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ السَّمٰوٰتُ وَ  بَرَزُوۡا  لِلّٰہِ  الۡوَاحِدِالۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی  الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ  النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ  کُلَّ  نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula seluruh langit,  dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa.   Dan  engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai.   Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup api, supaya Allah membalas setiap jiwa apa yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat. (Ibrahim [14]:49-52).  

Mereka yang “Meninggalkan Al-Quran

       Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat, maka seolah-olah terwujudlah satu alam semesta baru dengan langit dan bumi baru, dimana  tertib lama telah dilenyapkan dan diganti oleh terbit baru, yang sama sekali berbeda dari yang lama, dan  Sunnatullah tersebut, insya Allah, akan kembali terjadi di Akhir Zaman ini  melalui perjuangan suci Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
وَ مَنۡ  اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ وَ ہُوَ  یُدۡعٰۤی  اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ وَ  اللّٰہُ  لَا  یَہۡدِی الۡقَوۡمَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  لِیُطۡفِـُٔوۡا  نُوۡرَ اللّٰہِ  بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ  مُتِمُّ  نُوۡرِہٖ  وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, padahal ia dipanggil kepada Islam?   Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum  yang zalim.   Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka  tetapi Allah akan menyempurnakan Cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪  --   Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.   (Ash-Shaff [61]8-10).
         Dikarenakan Al-Quran diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. pada Laitatul Qadr (Malam Takdir) maka   apa pun yang akan terjadi di alam semesta ini tidak akan dapat terlepas dari berbagai takdir (ketetapan) dan Sunnah Allah, sebagaimana firman Allah Swt. selanjutnya:
ہٰذَا بَلٰغٌ  لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ  وَّ لِیَذَّکَّرَ اُولُوا  الۡاَلۡبَابِ ﴿٪﴾
Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan, dan supaya mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberikan perhatian. (Ibrahim [14]:53).
          Namun sangat disesalkan, umumnya umat Islam di Akhir Zaman telah menjadi Al-Quran sebagai sesuatu yang telah “dicampakkan”,  sebagaimana yang diisyaratkan dan dinubuatkan oleh firman Allah Swt. berikut ini mengenai kesedihan Rasul Akhir Zaman  terhadap sikap buruk mereka itu,  dan mereka lebih menyukai mentaati para “thāghūt” mereka yang dalam kenyataannya  telah mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai kegelapan,  firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا﴿﴾  وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu  milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir  sangat keras  Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا  -- wahai alangkah baik-nya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu.   یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا    -- wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu sahabat.   لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ    -- sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.”   وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا  -- dan syaitan selalu menelantarkan manusia. وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا  --  dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”  --   وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ  dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa,  وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا -- dan cukuplah  Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:27-32).

Keledai Pemikul Kitab-kitab Tebal

        Ayat    . وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا  --  dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang.
        Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.  Berikut beberapa bukti yang paling nyata dari hal tersebut:
1.   Pengabaian mereka   -- terutama para pemimpin umat Islam  -- untuk tetap berpegang-teguh pada “tali Allah” agar  mereka tidak berpecah-belah dan bertentangan   (QS.3:103-104).
2.   Pengabaian mereka terhadap cara-cara menyelesaikan konflik di intern umat Islam sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. dalam Al-Quran (QS.49:10-11) agar jangan melibatkan pihak-pihak lain di luar kalangan umat Islam.
3.    Pengabaian perintah  Allah Swt. untuk kembali  kepada keputusan Al-Quran dan keputusan Rasul Allah jika terjadi perselisihan pendapat di kalangan mereka (QS.4:60-65).
4.  Pengabaian terhadap larangan Allah Swt. untuk mengutamakan orang-orang Non-Muslim sebagai “sahabat karib  dengan mengenyampingkan sesama Muslim, sebab sekali pun  mereka juga satu sama lain bertentangan, tetapi jika masalahnya berususan dengan orang-orang Islam pasti mereka akan membela sesamamereka (QS:49-62).
      Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw.  yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
       Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut menjelaskan,  bahwa yang dimaksud dengan “sesuatu yang ditinggalkan” dalm ayat وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا  --  dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan,” selain dalam makna harfiah, juga mengisyaratkan kepada telah dicabutnya “ruh” Al-Quran oleh Allah Swt.  secara berangsur-angsur  setelah  3 abad  masa kejayaan Islam yang pertama dalam renang waktu 1000 tahun (QS.32:6; QS.17:86-88), sehingga  menurut Nabi Besar Muhammad  saw. yang tertinggal dari Al-Quran di lingkungan umat Islam hanya “jasadnya     yakni tulisannya   saja   tanpa “ruh” (tanpa memahami hakikatnya) dan menyebabkan Islam atau Muslim pun hanya tinggal nama belaka, akibatnya  keadaan umat Islam di Akhir Zaman ini  tidak lagi merupakan “satu tubuh” yang utuh dan hidup  melainkan kembali seperti “tulang-belulang berserakan”, sehingga untuk melawan “negara Israel” pun mereka tidak berdaya serta memohon belas-kasihan pihak-pihak lain di luar umat Islam.
        Dalam rangka memperingatkan umat dari keadaan seperti itulah  maka Allah Swt. setelah mengemukakan   tentang dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., yakni di masa awal dan di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ 
Dia-lah Allah  Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,  وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ  --   walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah ]62]:3-4). 
       Dalam ayat selanjutnya Allah Swt.  mengemukakan perumpamaan mengenai para pemuka agama Yahudi tentang Taurat,   untuk memperingatkan para pemuka umat Islam agar tidak seperti mereka, firman-Nya:
    مَثَلُ  الَّذِیۡنَ حُمِّلُوا  التَّوۡرٰىۃَ  ثُمَّ  لَمۡ یَحۡمِلُوۡہَا کَمَثَلِ  الۡحِمَارِ یَحۡمِلُ اَسۡفَارًا ؕ بِئۡسَ مَثَلُ  الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Misal (perumpamaan) orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemu-dian mereka tidak memikulnya, adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab. Sangat  buruk misal kaum yang mendustakan Tanda-tanda Allah, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim. (Al-Jumu’ah [62]:6).

Azab Ilahi yang Tidak Khusus Menimpa Orang-orang Zalim

      Begitu jelasnya nubuatan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (Mesiah) dan  juga nubuatan mengenai  Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:18; QS.46:11; QS.26:193-199; QS.61:7)   -- dalam Taurat,  bagaikan mereka mengenal “anak-anak mereka sendiri” (QS.2:147; QS.6:21), akan tetapi ketika kedua orang Rasul Allah tersebut benar-benar datang, mereka menjadi orang-orang yang paling depan dan paling zalim  dalam melakukan penentangan terhadap para Rasul Allah tersebut, karena itu sungguh tepat perumpamaan mengenai mereka itu, padahal Allah Swt telah berfirman mengenai pentingnya menyambut “seruan” Rasul Allah yang diutus kepada mereka itu:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَجِیۡبُوۡا لِلّٰہِ وَ لِلرَّسُوۡلِ  اِذَا دَعَاکُمۡ  لِمَا یُحۡیِیۡکُمۡ ۚ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یَحُوۡلُ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ وَ قَلۡبِہٖ  وَ اَنَّہٗۤ   اِلَیۡہِ  تُحۡشَرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اتَّقُوۡا فِتۡنَۃً لَّا تُصِیۡبَنَّ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡکُمۡ خَآصَّۃً ۚ وَ اعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ  الۡعِقَابِ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  sambutlah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia menyeru kamu supaya ia menghidupkan kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah  menghalang  di antara manusia dan keinginan hatinya  dan bahwa sesungguhnya  kepada-Nya-lah kamu akan dihimpun.  Dan  takutilah fitnah yang tidak   khusus hanya menimpa  orang-orang zalim di antara kamu, dan ketahuilah sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:25-26).
        Kata ganti orang ketiga “ia”  dalam ayat اِذَا دَعَاکُمۡ  لِمَا یُحۡیِیۡکُمۡ   -- “apabila ia menyeru kamu supaya ia menghidupkan kamu” menunjuk kepada Rasul, sebab Rasul itulah yang sebenarnya menyeru. Seruan dari  Allah Swt. pun melalui Rasul-Nya. Atau kata “ia” boleh juga diartikan mengacu kepada Allah Swt.  atau Rasul-Nya secara mandiri yaitu, “apabila Allah menyeru kamu” atau “apabila Rasul menyeru kamu.”  Makna “menghidupkan yang mati apabila disifatkan kepada seorang rasul Allah harus diartikan secara kiasan atau secara ruhani.
        Kata-kata “Allah menghalang  di antara manusia dan hatinya” maknanya  adalah bahwa manusia (atau akunya) tidak berkuasa atas hatinya,  oleh sebab itu ia tidak dapat membuat hatinya tunduk kepada perintah-perintahnya. Kata-kata itu dapat pula berarti bahwa hendaknya manusia segera menanggapi dan menyambut seruan Allāh Swt. yang disampikan Rasul Allah  (QS.3:191-195), sebab jika ia menangguh-nangguh  maka keadaan-keadaan yang tidak disangka-sangka dapat timbul sewaktu-waktu dan membuat hatinya keras atau berkarat sehingga ia enggan mendengarnya (QS.57:17-18; QS.83:11-18).
       Hanya membuat diri  sendiri baik tidaklah cukup. Ia  belum aman sebelum membenahi juga keadaan di sekitarnya    -- terutama lingkungan keluarganya  sendiri (QS.66:7)   -- sebab sebuah rumah yang di sekelilingnya ada api menyala-nyala, setiap saat boleh jadi, dapat menjadi umpan api itu. Itulah makna fitnah  dalam ayat selanjutnya:   وَ اتَّقُوۡا فِتۡنَۃً لَّا تُصِیۡبَنَّ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡکُمۡ خَآصَّۃً ۚ وَ اعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ  شَدِیۡدُ  الۡعِقَابِ   -- “dan takutilah fitnah yang ti-dak   khusus hanya menimpa  orang-orang zalim di antara kamu, dan ketahuilah sesungguhnya siksaan Allah sangat keras.”

Kebenaran Adanya  Hari Kebangkitan di Dunia dan di Akhirat

      Ketika keadaan  bangsa Arab jahiliyah yang keadaannya bagaikan  tulang-belulang berserakan” lalu mengalami “kehidupan” dalam segi akhlak dan  ruhani  melalui    Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  mereka hanya dalam waktu 23 tahun saja  telah menjadi “satu tubuh” yang utuh dan hidup  -- yang bahkan mampu menghancurkan kekuasaan  dua kerajaan besar  di masa itu, yaitu kerajaan Iran dan kerajaan Romawi Timur – padahal sebelumnya mereka  tidak mempercayai akan terjadinya kenyataan yang sangat menakjubkan seperti itu, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا  وَّ  رُفَاتًاءَ اِنَّا  لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ  خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾   قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ   اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا ﴿﴾  یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا  ﴿٪﴾
Dan mereka berkata:  ”Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”  Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,  atau makhluk yang nampaknya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi.” Maka pasti mereka akan mengatakan: “Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata:  Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, yaitu     pada hari ketika Dia   memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani Israil ]17]:50-53).
        Pada hakikatnya tujuan utama Allah Swt. mengutus para Rasul Allah secara berkesimbungan  dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-37) adalah untuk membuktikan kebenaran adanya kehidupan di alam akhirat   -- yang lebih baik dalam segala seginya dibandingkan  dengan kehidupan dunia ini   --  setelah manusia mengalami kematian, yang disebut dengan “alam kebangkitan”.
         Dari seluruh  Rasul Allah, yang paling sempurna membuktikan kebenaran adanya “Hari Kebangkitan” tersebut adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab hanya dalam waktu 23  saja  bangsa Arab jahiliyah yang selama ribuan tahun keadaannya bagaikan “tulang-belulang berserakan” dan “benda yang hancur” tiba-tiba mereka berubah menjadi “khalqan- jadīd” (makluk yang baru) atau menjadi  manusia-manusia malaikat   yakni sebagai “umat terbaik” yang diciptakan untuk   manfaat  seluruh alam (QS.2:144; QS.3:111).
        Jawaban Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw. atas ketidak percayaan mereka  قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا -- Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا   -- atau makhluk yang nampaknya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi,” maknanya  adalah bahwa sekali pun hati  mereka  -- akibat masa yang sangat panjang tersebut (QS.5:20; QS.57:17-18)   --telah menjadi sekeras batu atau besi atau menjadi  benda yang lebih keras lagi dalam pikiran mereka, namun demikian Allah Swt. akan menjadikan mereka yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran  sebagai “khalqan jadīd” (makhluk baru),  yang sama sekali berbeda dengan keadaan masa jahiliyah mereka,  itulah makna ayat selanjutnya:   مَتٰی ہُوَ  --   Kapankah itu akan terjadi?”  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا  -- Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat,  یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا    --  yaitu   pada hari ketika Dia   memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.”

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  13 Juli     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar