بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 284
Hati yang Semakin
Keras Membatu di
Akhir Zaman & Bukti Adanya “Hari
Kebangkitan” di Dunia dan di Akhirat
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kebenaran
firman-Nya tentang Lailatul Qadr
(Malam Takdir): ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ -- “hingga fajar terbit,”
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿ۖ﴾
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰہُ فِیۡ
لَیۡلَۃِ الۡقَدۡرِ ۚ﴿ۖ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا
لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ؕ﴿﴾ لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ۬ۙ خَیۡرٌ مِّنۡ
اَلۡفِ شَہۡرٍ ؕ﴿ؔ﴾ تَنَزَّلُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ فِیۡہَا
بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ کُلِّ اَمۡرٍ ۙ﴿ۛ﴾ سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha
Penyayang. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Malam Takdir, dan apakah engkau mengetahui apa Malam Takdir itu? Malam
Takdir itu lebih baik daripada seribu
bulan. Di dalamnya turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin
Rabb (Tuhan) mereka mengenai
segala perintah. Malam itu penuh kesejahtaraan hingga fajar
terbit. (Al-Qadr [97]:1-6).
Makna ayat ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ
الۡفَجۡرِ -- “hingga fajar terbit,” yang berarti berlalunya malam-kesulitan dan terbitnya fajar
kemenangan dan keunggulan kebenaran,
sebagaimana yang dijanjikan dan ditetapkan Allah Swt. bagi para Rasul Allah, termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ
السَّمٰوٰتُ وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ
الۡوَاحِدِالۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ
وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ کُلَّ
نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Pada hari ketika
bumi ini akan digantikan dengan bumi
yang lain, dan begitu pula seluruh
langit, dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa. Dan engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu
diikat dengan rantai. Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup api, supaya Allah membalas setiap jiwa apa yang telah diusahakannya,
sesungguhnya penghisaban Allah sangat
cepat. (Ibrahim [14]:49-52).
Mereka yang “Meninggalkan
Al-Quran”
Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam
di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat,
maka seolah-olah terwujudlah satu alam
semesta baru dengan langit dan bumi baru, dimana tertib
lama telah dilenyapkan dan
diganti oleh terbit baru, yang sama
sekali berbeda dari yang lama,
dan Sunnatullah
tersebut, insya Allah, akan kembali
terjadi di Akhir Zaman ini melalui perjuangan suci Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ وَ ہُوَ یُدۡعٰۤی
اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ وَ اللّٰہُ لَا
یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ
﴿﴾
یُرِیۡدُوۡنَ
لِیُطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ
اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ مُتِمُّ
نُوۡرِہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dan siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang
yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, padahal ia dipanggil kepada Islam?
Dan Allah tidak akan
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka tetapi Allah
akan menyempurnakan Cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪ -- Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (Ash-Shaff [61]8-10).
Dikarenakan Al-Quran diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar
Muhammad saw. pada Laitatul Qadr (Malam
Takdir) maka apa pun yang akan terjadi
di alam semesta ini tidak akan dapat terlepas dari berbagai takdir (ketetapan) dan Sunnah Allah, sebagaimana firman Allah
Swt. selanjutnya:
ہٰذَا بَلٰغٌ لِّلنَّاسِ وَ
لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ وَّ لِیَذَّکَّرَ
اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿٪﴾
Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan, dan supaya mereka mengetahui bahwa sesungguhnya
Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberikan perhatian. (Ibrahim
[14]:53).
Namun sangat disesalkan, umumnya umat Islam di Akhir Zaman telah menjadi Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah “dicampakkan”, sebagaimana yang diisyaratkan dan dinubuatkan oleh firman Allah Swt.
berikut ini mengenai kesedihan Rasul
Akhir Zaman terhadap sikap buruk mereka itu, dan mereka lebih menyukai mentaati para “thāghūt” mereka
yang dalam kenyataannya telah mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai kegelapan, firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ
یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ
عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ
یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ
یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا
خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا﴿﴾ وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab
pada hari itu atas orang-orang
kafir sangat keras Dan pada hari
itu orang zalim akan menggigit-gigit
kedua tangannya lalu berkata: یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ
سَبِیۡلًا -- wahai alangkah baik-nya jika aku
mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ
فُلَانًا خَلِیۡلًا --
wahai celakalah aku, alangkah
baiknya seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu sahabat. لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ
عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ -- sungguh
ia benar-benar telah melalaikanku
dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ
خَذُوۡلًا -- dan
syaitan selalu menelantarkan manusia.
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا -- dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku,
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan.” -- وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ
عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi
tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ
نَصِیۡرًا -- dan cukuplah Rabb
(Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk
dan penolong. (Al-Furqān [25]:27-32).
“Keledai Pemikul Kitab-kitab
Tebal”
Ayat .
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا
ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا -- dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku,
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan” dengan sangat
tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke
belakang.
Barangkali belum pernah terjadi
selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan
oleh orang-orang Muslim seperti
dewasa ini. Berikut beberapa bukti yang
paling nyata dari hal tersebut:
1. Pengabaian
mereka -- terutama para pemimpin umat
Islam -- untuk tetap berpegang-teguh pada “tali Allah” agar mereka tidak berpecah-belah dan bertentangan
(QS.3:103-104).
2. Pengabaian
mereka terhadap cara-cara menyelesaikan konflik
di intern umat Islam sebagaimana yang
diperintahkan Allah Swt. dalam
Al-Quran (QS.49:10-11) agar jangan melibatkan pihak-pihak lain di luar kalangan umat Islam.
3.
Pengabaian
perintah Allah Swt. untuk kembali kepada keputusan Al-Quran dan keputusan Rasul
Allah jika terjadi perselisihan
pendapat di kalangan mereka (QS.4:60-65).
4. Pengabaian
terhadap larangan Allah Swt. untuk
mengutamakan orang-orang Non-Muslim sebagai
“sahabat karib” dengan mengenyampingkan sesama Muslim, sebab sekali pun mereka juga satu sama lain bertentangan,
tetapi jika masalahnya berususan dengan orang-orang Islam pasti mereka akan
membela sesamamereka (QS:49-62).
Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari
Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh
masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
Sabda Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut menjelaskan, bahwa yang
dimaksud dengan “sesuatu yang
ditinggalkan” dalm ayat وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا -- dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku,
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan,” selain dalam makna harfiah, juga mengisyaratkan kepada
telah dicabutnya “ruh” Al-Quran oleh
Allah Swt. secara berangsur-angsur setelah
3 abad masa kejayaan
Islam yang pertama dalam renang waktu 1000 tahun (QS.32:6; QS.17:86-88),
sehingga menurut Nabi Besar
Muhammad saw. yang tertinggal dari Al-Quran
di lingkungan umat Islam hanya “jasadnya” yakni tulisannya saja
tanpa “ruh” (tanpa memahami
hakikatnya) dan menyebabkan Islam atau
Muslim pun hanya tinggal nama belaka, akibatnya keadaan umat
Islam di Akhir Zaman ini tidak lagi merupakan “satu tubuh” yang utuh dan hidup
melainkan kembali seperti “tulang-belulang
berserakan”, sehingga untuk melawan “negara
Israel” pun mereka tidak berdaya
serta memohon belas-kasihan
pihak-pihak lain di luar umat Islam.
Dalam rangka memperingatkan umat dari keadaan seperti itulah maka Allah Swt. setelah mengemukakan tentang
dua kali pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw., yakni di masa awal dan
di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Allah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang
buta huruf seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan
kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ -- walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah
]62]:3-4).
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. mengemukakan perumpamaan mengenai para pemuka
agama Yahudi tentang Taurat, untuk memperingatkan
para pemuka umat Islam agar tidak
seperti mereka, firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ حُمِّلُوا
التَّوۡرٰىۃَ ثُمَّ لَمۡ یَحۡمِلُوۡہَا کَمَثَلِ الۡحِمَارِ یَحۡمِلُ اَسۡفَارًا ؕ بِئۡسَ
مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ لَا
یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Misal (perumpamaan) orang-orang yang
dipikulkan kepada mereka Taurat, kemu-dian mereka tidak memikulnya, adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab. Sangat buruk misal kaum yang
mendustakan Tanda-tanda Allah, dan Allah
tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim. (Al-Jumu’ah [62]:6).
Azab Ilahi yang Tidak Khusus Menimpa
Orang-orang Zalim
Begitu jelasnya nubuatan kedatangan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih
(Mesiah) dan juga nubuatan mengenai Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “nabi yang seperti Musa” (Ulangan
18:18; QS.46:11; QS.26:193-199; QS.61:7)
-- dalam Taurat, bagaikan mereka mengenal “anak-anak mereka sendiri” (QS.2:147; QS.6:21), akan tetapi ketika
kedua orang Rasul Allah tersebut
benar-benar datang, mereka menjadi orang-orang yang paling depan dan paling zalim dalam melakukan penentangan terhadap para Rasul
Allah tersebut, karena itu sungguh tepat perumpamaan mengenai mereka itu, padahal Allah Swt telah berfirman
mengenai pentingnya menyambut
“seruan” Rasul Allah yang diutus
kepada mereka itu:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
اسۡتَجِیۡبُوۡا لِلّٰہِ
وَ لِلرَّسُوۡلِ اِذَا دَعَاکُمۡ لِمَا یُحۡیِیۡکُمۡ ۚ وَ
اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ
یَحُوۡلُ بَیۡنَ
الۡمَرۡءِ وَ قَلۡبِہٖ وَ اَنَّہٗۤ اِلَیۡہِ تُحۡشَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اتَّقُوۡا فِتۡنَۃً
لَّا تُصِیۡبَنَّ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡکُمۡ خَآصَّۃً ۚ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ
شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, sambutlah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia menyeru kamu
supaya ia menghidupkan kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghalang
di antara manusia dan keinginan hatinya dan bahwa
sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dihimpun. Dan takutilah
fitnah yang tidak khusus hanya menimpa orang-orang zalim di antara
kamu, dan ketahuilah sesungguhnya siksaan
Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:25-26).
Kata ganti orang ketiga “ia” dalam ayat اِذَا دَعَاکُمۡ لِمَا یُحۡیِیۡکُمۡ -- “apabila ia menyeru kamu supaya ia
menghidupkan kamu” menunjuk kepada Rasul,
sebab Rasul itulah yang sebenarnya menyeru.
Seruan dari Allah Swt. pun
melalui Rasul-Nya. Atau kata “ia” boleh
juga diartikan mengacu kepada Allah Swt.
atau Rasul-Nya
secara mandiri yaitu, “apabila Allah menyeru kamu” atau “apabila Rasul menyeru
kamu.” Makna “menghidupkan yang mati” apabila disifatkan kepada seorang rasul Allah harus diartikan secara kiasan atau secara ruhani.
Kata-kata “Allah menghalang di antara manusia dan hatinya”
maknanya adalah bahwa manusia (atau akunya) tidak berkuasa
atas hatinya, oleh sebab itu ia tidak dapat membuat hatinya tunduk kepada perintah-perintahnya. Kata-kata itu
dapat pula berarti bahwa hendaknya manusia segera
menanggapi dan menyambut seruan Allāh
Swt. yang disampikan Rasul Allah (QS.3:191-195), sebab jika ia menangguh-nangguh maka keadaan-keadaan
yang tidak disangka-sangka dapat
timbul sewaktu-waktu dan membuat hatinya
keras atau berkarat sehingga ia enggan mendengarnya (QS.57:17-18;
QS.83:11-18).
Hanya
membuat diri sendiri baik tidaklah cukup. Ia belum aman sebelum membenahi
juga keadaan di sekitarnya -- terutama
lingkungan keluarganya sendiri (QS.66:7) -- sebab sebuah rumah yang di sekelilingnya ada api
menyala-nyala, setiap saat boleh jadi, dapat menjadi umpan api itu. Itulah makna fitnah dalam ayat selanjutnya: وَ اتَّقُوۡا فِتۡنَۃً لَّا
تُصِیۡبَنَّ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡکُمۡ خَآصَّۃً ۚ وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ
شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ -- “dan takutilah
fitnah yang ti-dak khusus hanya menimpa orang-orang
zalim di antara kamu, dan ketahuilah sesungguhnya siksaan Allah sangat keras.”
Kebenaran Adanya “Hari Kebangkitan” di Dunia dan di Akhirat
Ketika
keadaan bangsa Arab jahiliyah yang keadaannya bagaikan “tulang-belulang
berserakan” lalu mengalami “kehidupan”
dalam segi akhlak dan ruhani
melalui Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw., mereka hanya dalam waktu 23 tahun saja telah menjadi
“satu tubuh” yang utuh dan hidup -- yang bahkan mampu menghancurkan kekuasaan dua kerajaan besar di masa itu, yaitu kerajaan Iran dan kerajaan Romawi Timur – padahal
sebelumnya mereka tidak mempercayai akan terjadinya kenyataan yang sangat menakjubkan
seperti itu, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ
قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا
وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾ قُلۡ
کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ
حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ
الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ
فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ
عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ
قَرِیۡبًا ﴿﴾ یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ
وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ
لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan mereka
berkata: ”Apakah
apabila kami telah menjadi tulang-belulang
dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali
sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,
atau makhluk yang nampaknya
terkeras dalam pikiran
kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi.” Maka pasti mereka akan mengatakan: “Siapakah yang akan menghidupkan kami
kembali?” Katakanlah: “Dia Yang
telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan
kepalanya terhadap engkau dan berkata: ”Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, yaitu pada hari
ketika Dia memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan
kamu akan beranggapan bahwa kamu
tidak tinggal di dunia kecuali hanya
sebentar.” (Bani Israil ]17]:50-53).
Pada
hakikatnya tujuan utama Allah Swt.
mengutus para Rasul Allah secara
berkesimbungan dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-37) adalah untuk membuktikan kebenaran adanya kehidupan di alam akhirat -- yang lebih baik dalam segala seginya
dibandingkan dengan kehidupan dunia ini -- setelah manusia mengalami kematian, yang disebut dengan “alam kebangkitan”.
Dari seluruh Rasul
Allah, yang paling sempurna membuktikan kebenaran adanya “Hari Kebangkitan” tersebut adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab hanya
dalam waktu 23 saja bangsa
Arab jahiliyah yang selama ribuan
tahun keadaannya bagaikan “tulang-belulang berserakan” dan “benda yang hancur” tiba-tiba mereka berubah menjadi “khalqan- jadīd” (makluk yang baru) atau menjadi “manusia-manusia
malaikat” yakni sebagai “umat terbaik” yang diciptakan untuk
manfaat seluruh alam (QS.2:144; QS.3:111).
Jawaban Allah Swt. melalui Nabi Besar
Muhammad saw. atas ketidak percayaan
mereka قُلۡ کُوۡنُوۡا
حِجَارَۃً اَوۡ حَدِیۡدًا -- Katakanlah:
“Jadilah kamu batu atau besi, اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا -- atau makhluk yang nampaknya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan
lagi,” maknanya adalah bahwa sekali pun hati mereka -- akibat masa
yang sangat panjang tersebut
(QS.5:20; QS.57:17-18) --telah menjadi sekeras batu atau besi atau menjadi benda yang lebih keras lagi dalam pikiran mereka, namun demikian Allah Swt.
akan menjadikan mereka yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
dan Al-Quran sebagai “khalqan jadīd” (makhluk baru), yang sama sekali berbeda dengan keadaan masa
jahiliyah mereka, itulah makna ayat
selanjutnya: مَتٰی ہُوَ -- ”Kapankah itu akan terjadi?” قُلۡ عَسٰۤی
اَنۡ یَّکُوۡنَ قَرِیۡبًا -- Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ
وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ
لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا -- yaitu pada
hari ketika Dia memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu tidak tinggal di dunia
kecuali hanya sebentar.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar