بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 295
Hakikat Surah Al-Falaq & Bahaya Kedengkian
Para Pendengki yang Mengobarkan Semangat “Perpecahan Umat”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai merebaknya
berbagai berita tentang ISIS dan timbulnya
kekhawatiran berbagai pihak
mengenai keberadaan aktivitas ISIS di
NKRI tercinta ini, sehingga muncul
berbagai pernyataan keras dari
berbagai pihak yang menolak keberadaan ISIS di NKRI.
Munculnya kekhawatiran tersebut sangat wajar,
sebab dalam beberapa tahun belakangan
ini di NKRI pun telah muncul
golongan-golongan “penganut garis keras”
yang cukup merepotkan pihak
pemerintah NKRI, dan yang paling sering menjadi sasaran tindakan mereka yang melanggar HAM tersebut adalah “golongan-golongan
minoritas” -- terutama Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Kemunculan berbagai golongan penganut “garis
keras” di kalangan umat Islam tersebut
membuktikan kebenaran nubuatan atau Sunnatullah dalam firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ یَاۡنِ
لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Apakah belum
sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- dan
mereka tidak menjadi seperti orang-orang
yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi
panjang atas mereka فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ --dan
kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?
Ketahuilah, bahwasanya Allah
menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Jadi, jika
Allah Swt. telah menyatakan seseorang
atau suatu kaum sebagai fasiq (durhaka), lalu bagaimana mungkin
mereka dapat mendakwakan diri atau dinyatakan
sebagai para syuhada di jalan Allah?
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda
bahwa “ruh-ruh yang sejenis akan
berkumpul”, artinya sudah merupakan fitrat
dan tabiat manusia, mereka -- dalam
masalah apa pun -- akan berkumpul
dengan orang-orang yang memiliki kecenderungan
atau hobby yang sama, Allah Swt. berfirman:
یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ النَّاسُ
اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam
golongan-golongan terpisah supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka. (Al-Zilzal [99]:7).
Makna Larangan Menjadikan “Orang
Lain” Sebagai “Teman Kepercayaan”
Ucapan Nabi Besar Muhammad saw.
dan firman Allah Swt. tersebut patut
mendapat perhatian pihak Pemerintah –
khususnya aparat keamanan -- berkenaan dengan merebaknya kekhawatiran
berkenaan keberadaan ISIS di NKRI
tercinta ini dan hubungannya dengan keberadaan berbagai kelompok penganut “garis keras”, sebab “jubah” yang dipakai bisa saja
berbeda-beda tetapi kesamaan
karakter, ucapan dan tindakan sulit disembunyikan mengenai cita-cita mereka yang sama, yakni –
kalau ada kesempatan -- merebut kekuasaan dengan cara-cara kekerasan, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا
تَتَّخِذُوۡا بِطَانَۃً مِّنۡ دُوۡنِکُمۡ لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ
خَبَالًا ؕ وَدُّوۡا مَا
عَنِتُّمۡ ۚ قَدۡ
بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ
اَفۡوَاہِہِمۡ ۚۖ وَ مَا
تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ وَ
تُؤۡمِنُوۡنَ
بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ ۚ وَ اِذَا لَقُوۡکُمۡ قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚ٭ۖ وَ اِذَا خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ الۡاَنَامِلَ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ
الصُّدُوۡرِ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekali-kali menjadikan بِطَانَۃً -- teman
kepercayaan selain golongan kamu,
لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا -- mereka itu tidak akan berhenti menimbulkan
kemudaratan bagi kamu.
وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ -- mereka senang melihat kamu dalam kesusahan.
قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- sungguh kebencian telah tampak dari mulut mereka, وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ -- sedangkan apa
yang disembunyikan dada mereka lebih besar lagi. Sungguh Kami telah
menjelaskan kepada kamu Ayat-ayat Kami,
jika kamu menggunakan akal. ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ -- Ingat,
kamu itulah orang-orang yang mencintai mereka, وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ -- padahal mereka sekali-kali tidak
mencintai kamu, وَ تُؤۡمِنُوۡنَ
بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ -- dan kamu beriman kepada Al-Kitab seluruhnya. Dan apabila mereka bertemu dengan kamu mereka
berkata: “Kami pun telah beriman”, وَ اِذَا
خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ الۡاَنَامِلَ
مِنَ الۡغَیۡظِ -- tetapi apabila mereka menyendiri, mereka menggigit-gigit jari karena sangat marah
terhadap kamu. قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ -- Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada. (Ali –‘Imran [3]:119-120).
Pelanggaran yang dilakukan
umat Islam di Timur Tengah terhadap peringatan
Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut
merupakan penyebab terjadinya “bala bencana” besar yang saat ini
menimpa umat Islam di kawasan tersebut.
Ajaran Islam
(Al-Quran) sama sekali tidak melarang umat Islam berbuat baik
kepada orang-orang lain, yang dilarang
adalah menjadikan mereka -- terutama
golongan Ahli Kitab -- sebagai بِطَانَۃً -- teman
kepercayaan dengan mengenyamping
sesama Muslim lainnya.
Ada pun alasannya adalah لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا -- mereka itu tidak akan berhenti menimbulkan
kemudaratan bagi kamu.
وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ -- mereka senang melihat kamu dalam kesusahan.
قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- sungguh kebencian telah tampak dari mulut mereka, وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ -- sedangkan apa
yang disembunyikan dada mereka lebih besar lagi.”
Khabal berarti: kerusakan baik yang
berkenaan dengan badan atau pikiran atau pun perbuatan; kerugian atau
kemerosotan; kehancuran atau kebinasaan; racun yang mematikan (Aqrab-al-Mawarid).
Bahaya Kedengkian Orang-orang yang Berhati Dengki
Makna lain dari peringatan
Allah Swt. وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ -- “mereka senang melihat kamu dalam kesusahan,” yaitu
“Mereka berkeinginan melihat kamu ditimpa malapetaka atau kemalangan;
binasa atau menjadi lemah dan tak berdaya; atau mereka menginginkan sekali melihat kamu tersesat dari jalan ketakwaan
dan menempuh jalan durhaka.”
Ada pun alasan
bahwa mengapa umat Islam
cenderung mencintai semua orang adalah karena menurut Allah Swt. وَ تُؤۡمِنُوۡنَ
بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ -- dan kamu beriman kepada Al-Kitab seluruhnya,” (QS.2:137 & 286; QS.3:85;
QS.4:153), padahal mereka sama sekali tidak mempercayai Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw., yakni “mereka tidak percaya kepada Kitab seluruhnya”
atau kata-kata yang serupa harus dianggap diletakkan di belakang kata-kata وَ تُؤۡمِنُوۡنَ
بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ -- “kamu beriman kepada Kitab seluruhnya.”
Kata-kata: قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ -- Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu,” ditujukan terutama kepada orang-orang Yahudi yang memusuhi
dan berusaha membinasakan Islam. Tetapi peringatan
Allah Swt. tersebut berlaku secara umum, yakni
siapa pun yang dalam hatinya telah tertanam “kebencian”
terhadap pihak lain, maka ia (mereka)
pun akan melakukan sikap dan tindakan buruk yang sama
terhadap pihak-pihak lain yang
mereka benci.
Ada peribahasa yang mengatakan, bahwa bagaimana pun menariknya kemasan untuk menyembunyikan
keburukan atau kebatilan oleh
para pemiliknya tetapi cepat atau lambat keburukan atau kebatilan
tersebut akan diketahui juga. Demikian pula bagaimana pun gencarnya suatu fitnah ditebarkan secara TSM (terstruktur, sistimatis, masif) untuk menghancurkan “kebenaran” yang datang dari Allah
Swt., tetapi sesuai Sunnatullah akhirnya “kebenaran” tersebut akan diketahui juga
secara luas dan bahkan akhirnya akan mengungguli keburukan atau kebatilan
tersebut (QS.17:82; QS.21:19; QS. 34:50;
QS.58:21-22).
Mengapa demikian? Sebab Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran, bahwa dalam “duel makar” antara Allah Swt. dengan “makar buruk” yang dilakukan oleh
para penentang Rasul Allah di setiap zaman -- termasuk di Akhir Zaman ini -- selalu akan dimenangkan oleh Allah Swt. sebab Allah Swt. adalah Khayrul- mākirīn – Perencana Terbaik -- (QS.3:53-55; QS.8:31;
QS.13:43-44; QS.14:43-48; QS.27:46-54).
Akan tetapi bagi orang-orang yang
“berhati dengki”, mereka
tidak akan pernah mengakui “kebenaran” -- yang selama itu mereka upayakan untuk menghancurkannya
-- sekali pun hal (kebenaran) tersebut nampak jelas di hadapan mata kepala mereka.
Oleh karena itu jika muncul pernyataan provokatif yang menyatakan
bahwa Ahmadiyah pun sama berbahayanya dengan ISIS, maka betapa benarnya doa yang diajarkan Allah Swt. kepada umat
Islam dalam firman-Nya berikut ini mengenai
berbahayanya orang-orang yang
berhati hasad -- siapa pun mereka itu -- firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾ مِنۡ
شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ
شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾ وَ
مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ
ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ شَرِّ
حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb
(Tuhan) Yang Memiliki fajar,
مِنۡ
شَرِّ مَا خَلَقَ -- dari keburukan makhluk yang Dia
ciptakan, وَ مِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ
اِذَا وَقَبَ -- dan
dari keburukan kegelapan malam apabila meliputi,
وَ
مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ
-- dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul, وَ مِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ
اِذَا حَسَدَ -- dan dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki.” (Al-Falāq
[112]:1-6).
Hubungan Surah Al-Falaq dengan Surah An-Nās dan Al-Ikhlash
Surah Al-Falaq dan
Surah An-Nās terjalin satu sama lain begitu rapatnya,
sehingga sekalipun kedua-duanya sempurna dalam dirinya masing-masing dan yang
satu tidak tergantung dari yang lain, namun demikian Surah berikutnya (An-Nās) dapat dianggap pelengkap Surah ini.
Surah Al-Falaq membahas satu segi dari masalah sama, sedang
Surah An-Nās membahas segi lainnya. Kedua Surah ini
besama-sama disebut Mu’aw-widzatan, yang berarti “Si dua
sejoli yang memberi perlindungan,” sebab kedua-duanya mulai dengan ungkapan اَعُوۡذُ بِرَبِّ -- “Aku
berlindung kepada Rabb (Tuhan).”
Terdapat perbedaan paham besar di antara para ulama mengenai waktu
turun Surah-surah ini. Beberapa ulama, termasuk Ibn ‘Abbas dan Qatadah,
menempatkan kedua Surah itu diturunkan di Medinah, sedang menurut Hasan,
‘Ikrimah, ‘Ata dan Jabir, Surah-surah ini diwujudkan di Mekkah. Dengan
mempertimbangkan semua kenyataan yang bersangkut-paut dan semua data sejarah,
sebagian besar para ulama dan ahli tafsir cenderung menempatkan kedua Surah itu
di antara Surah-surah yang turun di Mekkah.
Hubungan kedua Surah (Al-Falaq
dan An-Nās) ini dengan Al-Ikhlash terletak pada kenyataan,
bahwa dalam Al-Ikhlash orang-orang beriman diperintahkan agar menyatakan
kepada dunia, bahwa Tuhan itu Maha Esa dan Tiada
Bertara, kedudukan-Nya jauh di
atas segala sesuatu dan jauh di atas siapapun yang dijadikan sekutu dalam ketuhanan-Nya.
Pada hakikatnya Surah Al-Ikhlash
menggambarkan misi utama pengutusan para Rasul
Allah yaitu mengajarkan atau menegakkan
kembali Tauhid Ilahi (QS.16:37) pada masanya yang telah dikepung atau telah dikotori dengan berbagai macam kemusyrikan,
seperti halnya Baitullah (Ka’bah) – lambang Tauhid Ilahi -- yang dengan
berjalannya waktu kemudian menjelang masa pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. “lambang Tauhid Ilahi” tersebut dipenuhi dengan 360
berhala sembahan bangsa Arab Jahiliyah.
Jadi, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nās menggambarkan doa yang dipanjatkan oleh para Rasul Allah – terutama Nabi Besar
Muhammad saw. -- ketika dalam
melaksanakan misi sucinya membersihkan (memurnikan) kembali Tauhid Ilahi mendapat perlawanan
yang sangat keras dan zalim dari kaum beliau saw..
Perlawanan tersebut sesuai
dengan “prediksi” atau “keberatan” para malaikat -- ketika Allah Swt. berkehendak menjadikan seorang Khalifah
di muka bumi yakni Adam -- mengenai akan munculnya orang-orang yang membuat
kerusakan dan menumpahkan darah
di kalangan manusia, yang diperankan
oleh iblis dan para pengikutnya
karena menganggap dirinya lebih mulia
daripada Adam (QS.2:31-35;
QS.7:12-19; QS.17:62-66).
Pentingnya Memohon Perlindungan Allah Swt.
Dalam kedua Surah ini dikatakan kepada orang-orang beriman bahwa dalam menjalankan tugas suci mereka, hendaknya jangan
takut kepada si zalim, diktator, atau penguasa, dan harus berpegang kepada keyakinan yang kuat ini, bahwa Tuhan itu Rabb yakni Penyelenggara
dan Pengawas Tunggal terhadap seluruh
alam raya ini, dan Dia mempunyai kekuasaan melindungi
hamba-hamba-Nya dari kerugian
atau kemudaratan apapun yang mungkin
didatangkan kepada mereka oleh kekuatan-kekuatan
kegelapan yang tidak menghendaki terbitnya cahaya yang akan mengusir kegelapan.
Kendatipun merupakan bagian tak terpisahkan dari Al-Quran, kedua
Surah ini dapat dianggap semacam epilog (kata-kata penutup) Al-Quran. Kerangka
utama Al-Quran berakhir dengan Surah
Al-Ikhlas, yang seolah-olah
mengikhtisarkan inti asas-asas
ajaran Al-Quran yang mendasar yaitu Tauhid
Ilahi.
Dalam dua surah Al-Falaq dan An-Nās orang-orang beriman diperintahkan agar memohon perlindungan Ilahi terhadap fitnah-fitnah dan keburukan-keburukan yang dapat memberi dampak tidak baik kepada kesenangan
jasmani dan perkembangan ruhani
mereka. Nabi Besar Muhammad saw. biasa
membaca ketiga Surah itu dengan dawam sebelum tidur. Firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾ مِنۡ
شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ
شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾ وَ
مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ
ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ شَرِّ
حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb
(Tuhan) Yang Memiliki fajar,
مِنۡ
شَرِّ مَا خَلَقَ -- dari keburukan makhluk yang Dia
ciptakan, وَ مِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ
اِذَا وَقَبَ -- dan
dari keburukan kegelapan malam apabila meliputi,
وَ
مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ
-- dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul, وَ مِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ
اِذَا حَسَدَ -- dan dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki.” (Al-Falāq
[112]:1-6).
Falaq
berarti: fajar; neraka; seluruh makhluk (Lexicon Lane). Maka seorang Muslim diperintahkan agar berdoa:
(1) bila malam kegelapan -- yakni masa kemunduran
Islam selama 1000 tahun (QS.32:6)
setelah masa kejayaan yang pertama selama 3 abad -- yang meliputi Islam telah lewat dan fajar hari depan yang gemilang telah
menyingsing, hendaklah mataharinya
bersinar terus hingga mencapai puncaknya
pada tengah hari;
(2)
semoga melindunginya dari kejahatan yang
ditimbulkan oleh segala sesuatu yang telah dicipatkan-Nya, baik yang nyata
maupun yang tersembunyi, termasuk pengaruh
buruk turun-temurun, lingkungan jahat, pendidikan tidak sempurna, dan
sebagainya, dan
(3) supaya
Allah Swt. menyelamatkannya dari siksaan
neraka di dunia ini maupun di akhirat.
Bahaya Pendengki
Jika Melaksanakan Kedengkiannya
Ayat مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَ --
“dari keburukan makhluk yang Dia
ciptakan”, وَ مِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ -- “dan dari keburukan
kegelapan malam apabila meliputi”, mungkin mengisyaratkan kepada keburukan-keburukan masa, ketika cahaya kebenaran padam, serta kegelapan dosa dan keburukan tersebar di seluruh permukaan bumi. Atau, boleh jadi ayat
ini menunjuk kepada keburukan-keburukan
saat ketika orang sedang dirundung derita
dan kemalangan, maka hanya kegelapan belaka yang nampak di
sekitarnya serta sinar harapan terakhir
pun menghilang.
Isyarat dalam ayat وَ مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ
-- “dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul” , ini rupanya
ditujukan kepada mereka yang membisik-bisikkan
kisikan-kisikan jahat dan menyebabkan ikatan-ikatan
serta persahabatan-persahabatan yang
tulus jadi berantakan dan menimbulkan
pikiran pada orang-orang semangat melawan kekuasaan yang sah atau melanggar sumpah kesetiakawanan,
lalu dengan demikian berusaha menimbulkan
keresahan dan perpecahan
di kalangan umat Islam dan
menimbulkan di antara mereka kecenderungan-kecenderungan
pecah belah.
Surah Al-Falaq
ini membahas
segi duniawi kehidupan manusia, sedang Surah An-Nās berikutnya membahas segi ruhaninya.
Manusia dihadapkan kepada macam-macam bahaya
dan kesulitan dalam kehidupan ini.
Ketika ia di tengah kesibukan melaksanakan sesuatu yang sungguh penting,
terutama ketika ia mewajibkan atas
dirinya menyebarkan cahaya kebenaran,
maka kekuatan-kekuatan kegelapan
mengerubutinya dari segala penjuru; dan ketika ia rupa-rupanya akan berhasil,
orang-orang yang mempunyai rencana-rencana
jahat menghalangi jalannya dan menimbulkan segala macam rintangan dan kesulitan baginya. Tetapi bila ia pada akhirnya berada di mahkota
keberhasilan, maka orang-orang berwatak
dengki berusaha meluputkan dia
dari meraih buah usahanya,
firman-Nya:
وَ
مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ
رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ اِلَّاۤ اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ
اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ یُحۡکِمُ
اللّٰہُ اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡعَلَ مَا
یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ
الۡقَاسِیَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾ وَّ لِیَعۡلَمَ
الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ
فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul
dan tidak pula seorang nabi
melainkan apabila ia menginginkan
sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan
pada keinginannya, tetapi Allah
melenyapkan hambatan yang
diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Supaya Dia menjadikan rin-tangan yang
diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan supaya diketahui
oleh orang-orang yang diberi ilmu sesung-guhnya Al-Quran itu adalah haq dari Rabb (Tuhan) engkau
lalu mereka beriman kepadanya dan hati
mereka tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah pasti memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman ke jalan
yang lurus. (Al-Hājj [22]:53-55). Lihat pula QS.6:111-114.
Sebagai penjagaan terhadap segala macam rintangan,
kesulitan dan bahaya dalam menempuh jalan hidupnya, orang-orang beriman
diperintahkan agar memohon pertolongan
dan bantuan dari Rabbul-Falaq supaya memberinya nur (cahaya) ketika kegelapan mengepung dari semua jurusan, dan supaya melindunginya
dari rencana-rencana jahat
tukang-tukang fitnah dan dari persekongkolan jahat para pendengki: وَ مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ --
dan dari keburukan orang-orang
yang meniupkan ke dalam buhul,
وَ مِنۡ
شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ -- dan dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki.” (Al-Falāq
[112]:5-6).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 26 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar