Sabtu, 16 Agustus 2014

Hakikat Surah Al-Falaq & Bahaya Kedengkian Para Pendengki yang Mengobarkan "Semangat Perpecahan Umat"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

  
Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   295

   Hakikat Surah Al-Falaq & Bahaya Kedengkian Para Pendengki  yang Mengobarkan Semangat “Perpecahan Umat 


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai   merebaknya  berbagai berita tentang ISIS  dan timbulnya  kekhawatiran berbagai pihak mengenai keberadaan aktivitas ISIS di NKRI tercinta ini, sehingga  muncul berbagai pernyataan keras dari berbagai pihak  yang menolak keberadaan ISIS di NKRI.
         Munculnya kekhawatiran tersebut sangat wajar, sebab  dalam beberapa tahun belakangan ini di NKRI pun telah muncul golongan-golongan “penganut garis keras” yang cukup merepotkan pihak pemerintah NKRI,  dan yang paling sering menjadi sasaran tindakan mereka yang melanggar HAM tersebut  adalah “golongan-golongan minoritas   -- terutama Jemaat Muslim Ahmadiyah.
    Kemunculan berbagai golongan penganut “garis keras”  di kalangan umat Islam tersebut membuktikan kebenaran nubuatan atau Sunnatullah dalam     firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ   -- dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka  فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ   -- lalu   hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ  --dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
        Jadi, jika Allah Swt. telah menyatakan seseorang atau suatu kaum sebagai fasiq (durhaka), lalu bagaimana mungkin mereka   dapat mendakwakan diri atau dinyatakan sebagai  para syuhada di  jalan Allah?
         Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa “ruh-ruh yang sejenis akan berkumpul”, artinya sudah merupakan fitrat dan tabiat manusia, mereka   -- dalam  masalah apa pun -- akan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kecenderungan atau hobby yang sama,  Allah Swt. berfirman:
یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah  supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka. (Al-Zilzal [99]:7).

Makna Larangan Menjadikan  Orang Lain” Sebagai “Teman Kepercayaan

      Ucapan Nabi Besar Muhammad saw. dan firman Allah Swt.  tersebut patut mendapat perhatian pihak Pemerintah – khususnya aparat keamanan  -- berkenaan dengan merebaknya  kekhawatiran  berkenaan keberadaan ISIS  di NKRI tercinta ini dan hubungannya dengan keberadaan berbagai kelompok penganut “garis keras”, sebab “jubah” yang dipakai  bisa saja  berbeda-beda tetapi kesamaan karakter, ucapan dan tindakan sulit disembunyikan mengenai cita-cita mereka yang sama, yakni – kalau ada kesempatan -- merebut kekuasaan dengan cara-cara kekerasan, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡا بِطَانَۃً مِّنۡ دُوۡنِکُمۡ لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا ؕ وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ ۚ قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ۚۖ وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾  ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ ۚ وَ اِذَا لَقُوۡکُمۡ قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚ٭ۖ  وَ اِذَا خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ  الۡاَنَامِلَ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu sekali-kali menjadikan بِطَانَۃً  -- teman kepercayaan selain  golongan kamu, لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا  --  mereka itu tidak akan berhenti menimbulkan kemudaratan  bagi kamu.  وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ   -- mereka senang melihat kamu  dalam kesusahan.  قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- sungguh kebencian telah tampak dari mulut mereka, وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ   -- sedangkan  apa yang disembunyikan dada mereka lebih besar lagi. Sungguh Kami telah menjelaskan kepada kamu Ayat-ayat Kami, jika kamu menggunakan akal.  ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ  -- Ingat,  kamu itulah  orang-orang yang mencintai mereka,  وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ  -- padahal mereka sekali-kali tidak mencintai kamu, وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ   --    dan kamu beriman kepada Al-Kitab  seluruhnya. Dan apabila mereka bertemu dengan kamu mereka berkata: “Kami pun telah beriman”,  وَ اِذَا خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ  الۡاَنَامِلَ مِنَ الۡغَیۡظِ  -- tetapi apabila mereka menyendiri, mereka menggigit-gigit jari karena sangat marah terhadap kamu. قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ   -- Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada. (Ali –‘Imran [3]:119-120).
       Pelanggaran yang dilakukan  umat Islam  di Timur Tengah terhadap peringatan Allah Swt.  dalam firman-Nya tersebut merupakan penyebab terjadinya “bala bencana” besar yang saat ini menimpa umat Islam di kawasan tersebut.
       Ajaran Islam (Al-Quran) sama sekali tidak melarang umat Islam berbuat baik kepada orang-orang lain,  yang dilarang adalah menjadikan mereka    --   terutama   golongan Ahli Kitab --  sebagai    بِطَانَۃً  -- teman kepercayaan dengan mengenyamping sesama Muslim lainnya.  
       Ada pun alasannya adalah    لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا  --  mereka itu tidak akan berhenti menimbulkan kemudaratan  bagi kamu.  وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ   -- mereka senang melihat kamu  dalam kesusahan.  قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- sungguh kebencian telah tampak dari mulut mereka, وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ   -- sedangkan  apa yang disembunyikan dada mereka lebih besar lagi.”
      Khabal berarti: kerusakan baik yang berkenaan dengan badan atau pikiran atau pun perbuatan; kerugian atau kemerosotan; kehancuran atau kebinasaan; racun yang mematikan (Aqrab-al-Mawarid).

Bahaya Kedengkian Orang-orang yang Berhati Dengki

       Makna lain  dari peringatan Allah Swt.    وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ   -- “mereka senang melihat kamu  dalam kesusahan, yaitu   “Mereka berkeinginan melihat kamu ditimpa malapetaka atau kemalangan; binasa atau menjadi lemah dan tak berdaya; atau mereka menginginkan sekali melihat kamu tersesat dari jalan ketakwaan dan menempuh jalan durhaka.”      
        Ada pun alasan bahwa mengapa umat Islam cenderung   mencintai   semua  orang adalah karena menurut Allah Swt.   وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ   --    dan kamu beriman kepada Al-Kitab  seluruhnya,” (QS.2:137 & 286; QS.3:85; QS.4:153),   padahal mereka sama sekali  tidak  mempercayai Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw., yakni    “mereka tidak percaya kepada Kitab seluruhnya” atau kata-kata yang serupa harus dianggap diletakkan di belakang kata-kata  وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ  -- “kamu beriman kepada Kitab seluruhnya.”
       Kata-kata:  قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ   -- Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu, ditujukan terutama kepada orang-orang Yahudi yang memusuhi dan berusaha membinasakan Islam.   Tetapi peringatan Allah Swt. tersebut  berlaku secara umum,  yakni siapa pun yang  dalam hatinya telah tertanam  kebencian” terhadap pihak lain, maka    ia (mereka)  pun akan melakukan sikap dan tindakan buruk  yang sama  terhadap pihak-pihak lain yang mereka benci.  
        Ada peribahasa  yang mengatakan, bahwa bagaimana pun  menariknya kemasan untuk menyembunyikan   keburukan  atau kebatilan  oleh  para pemiliknya  tetapi cepat atau lambat keburukan atau kebatilan tersebut akan diketahui juga. Demikian pula bagaimana pun gencarnya suatu fitnah ditebarkan secara TSM (terstruktur, sistimatis, masif)  untuk menghancurkan “kebenaran” yang datang dari Allah Swt.,  tetapi sesuai Sunnatullah akhirnya “kebenaran” tersebut akan diketahui juga secara luas dan bahkan akhirnya akan mengungguli keburukan atau kebatilan tersebut (QS.17:82;  QS.21:19; QS. 34:50; QS.58:21-22).
     Mengapa demikian? Sebab Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran,  bahwa dalam “duel makar” antara Allah Swt. dengan “makar buruk” yang dilakukan oleh  para penentang Rasul Allah  di setiap zaman  -- termasuk di Akhir Zaman ini --  selalu akan dimenangkan oleh Allah Swt.  sebab Allah Swt. adalah Khayrul- mākirīn – Perencana Terbaik -- (QS.3:53-55; QS.8:31; QS.13:43-44;  QS.14:43-48; QS.27:46-54).
        Akan tetapi bagi  orang-orang yang “berhati dengki”,   mereka tidak akan pernah mengakui “kebenaran  -- yang selama itu mereka upayakan untuk  menghancurkannya -- sekali pun hal (kebenaran) tersebut nampak jelas  di hadapan mata kepala mereka. 
      Oleh karena itu jika muncul pernyataan provokatif yang  menyatakan bahwa Ahmadiyah pun sama berbahayanya  dengan ISIS, maka betapa benarnya doa yang diajarkan Allah Swt. kepada umat Islam dalam firman-Nya berikut ini mengenai  berbahayanya orang-orang yang berhati hasad   -- siapa pun mereka itu --  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  قُلۡ اَعُوۡذُ  بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ﴿﴾  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Katakanlah: “Aku berlindung kepada  Rabb (Tuhan) Yang Memiliki fajar,  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ   -- dari keburukan makhluk yang Dia ciptakan,  وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ  --   dan dari keburukan kegelapan malam   apabila meliputi, وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ   --  dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul,  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ  -- dan dari keburukan orang yang  dengki apabila ia mendengki.”      (Al-Falāq [112]:1-6).

Hubungan Surah Al-Falaq  dengan Surah An-Nās dan Al-Ikhlash

    Surah Al-Falaq   dan Surah An-Nās  terjalin satu sama lain begitu rapatnya, sehingga sekalipun kedua-duanya sempurna dalam dirinya masing-masing dan yang satu tidak tergantung dari yang lain, namun demikian Surah berikutnya (An-Nās) dapat dianggap pelengkap Surah ini.
   Surah Al-Falaq  membahas satu segi dari masalah sama, sedang Surah An-Nās    membahas segi lainnya. Kedua Surah ini besama-sama disebut Mu’aw-widzatan, yang berarti  Si dua sejoli yang memberi perlindungan,” sebab kedua-duanya mulai dengan ungkapan  اَعُوۡذُ  بِرَبِّ --  Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan).”
Terdapat perbedaan paham besar di antara para ulama mengenai waktu turun Surah-surah ini. Beberapa ulama, termasuk Ibn ‘Abbas dan Qatadah, menempatkan kedua Surah itu diturunkan di Medinah, sedang menurut Hasan, ‘Ikrimah, ‘Ata dan Jabir, Surah-surah ini diwujudkan di Mekkah. Dengan mempertimbangkan semua kenyataan yang bersangkut-paut dan semua data sejarah, sebagian besar para ulama dan ahli tafsir cenderung menempatkan kedua Surah itu di antara Surah-surah yang turun di Mekkah. 
Hubungan kedua Surah (Al-Falaq dan An-Nās) ini dengan Al-Ikhlash terletak pada kenyataan, bahwa dalam Al-Ikhlash orang-orang beriman diperintahkan agar menyatakan kepada dunia, bahwa Tuhan itu Maha Esa dan Tiada Bertara, kedudukan-Nya jauh di atas segala sesuatu dan jauh di atas siapapun yang dijadikan sekutu dalam ketuhanan-Nya.
Pada hakikatnya Surah Al-Ikhlash    menggambarkan misi utama pengutusan para Rasul Allah yaitu  mengajarkan atau menegakkan  kembali Tauhid Ilahi  (QS.16:37) pada masanya yang telah dikepung atau telah dikotori dengan berbagai macam kemusyrikan, seperti halnya Baitullah (Ka’bah) – lambang Tauhid Ilahi  -- yang  dengan  berjalannya waktu kemudian  menjelang masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  lambang Tauhid Ilahi” tersebut dipenuhi  dengan 360 berhala  sembahan  bangsa Arab Jahiliyah.
  Jadi, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nās menggambarkan  doa yang dipanjatkan oleh para Rasul Allah – terutama Nabi Besar Muhammad saw. --  ketika dalam melaksanakan misi sucinya  membersihkan (memurnikan) kembali Tauhid Ilahi  mendapat perlawanan yang sangat  keras dan zalim dari kaum beliau saw..
Perlawanan tersebut    sesuai dengan  “prediksi” atau “keberatan” para malaikat  -- ketika Allah Swt. berkehendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi yakni Adam --    mengenai akan munculnya orang-orang yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah di kalangan manusia, yang diperankan  oleh iblis  dan para pengikutnya karena menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam (QS.2:31-35; QS.7:12-19; QS.17:62-66).

Pentingnya Memohon Perlindungan Allah Swt.

Dalam kedua Surah ini dikatakan kepada orang-orang beriman bahwa dalam menjalankan tugas suci mereka, hendaknya jangan takut kepada si zalim, diktator, atau penguasa, dan harus berpegang kepada keyakinan yang kuat ini, bahwa Tuhan itu Rabb   yakni Penyelenggara dan Pengawas Tunggal terhadap seluruh alam raya ini, dan Dia mempunyai kekuasaan melindungi hamba-hamba-Nya dari kerugian atau kemudaratan apapun yang mungkin didatangkan kepada mereka oleh kekuatan-kekuatan kegelapan yang tidak menghendaki terbitnya cahaya  yang akan mengusir kegelapan.  
 Kendatipun merupakan bagian tak terpisahkan dari Al-Quran, kedua Surah ini dapat dianggap semacam epilog (kata-kata penutup) Al-Quran. Kerangka utama Al-Quran berakhir dengan Surah Al-Ikhlas, yang seolah-olah  mengikhtisarkan inti asas-asas ajaran Al-Quran yang mendasar yaitu Tauhid Ilahi.
Dalam dua surah  Al-Falaq dan An-Nās  orang-orang beriman diperintahkan agar memohon perlindungan Ilahi terhadap fitnah-fitnah dan keburukan-keburukan yang dapat memberi dampak tidak baik kepada kesenangan jasmani dan perkembangan ruhani mereka. Nabi Besar Muhammad saw.   biasa membaca ketiga Surah itu dengan dawam sebelum tidur. Firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  قُلۡ اَعُوۡذُ  بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ﴿﴾  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Katakanlah: “Aku berlindung kepada  Rabb (Tuhan) Yang Memiliki fajar,  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ   -- dari keburukan makhluk yang Dia ciptakan,  وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ  --   dan dari keburukan kegelapan malam   apabila meliputi, وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ   --  dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul,  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ  -- dan dari keburukan orang yang  dengki apabila ia mendengki.”          (Al-Falāq [112]:1-6).
    Falaq berarti: fajar; neraka; seluruh makhluk (Lexicon Lane). Maka seorang Muslim diperintahkan agar berdoa:
(1) bila malam kegelapan    -- yakni masa kemunduran  Islam selama 1000 tahun (QS.32:6)    setelah masa kejayaan  yang pertama selama 3 abad  -- yang meliputi Islam telah lewat dan fajar hari depan yang gemilang telah menyingsing, hendaklah mataharinya bersinar terus hingga mencapai puncaknya pada tengah hari;
(2) semoga  melindunginya dari kejahatan yang ditimbulkan oleh segala sesuatu yang telah dicipatkan-Nya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, termasuk pengaruh buruk turun-temurun, lingkungan jahat, pendidikan tidak sempurna, dan sebagainya, dan
(3) supaya Allah Swt. menyelamatkannya dari siksaan neraka di dunia ini maupun di akhirat.

Bahaya  Pendengki Jika Melaksanakan Kedengkiannya

      Ayat  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ   -- “dari keburukan makhluk yang Dia ciptakan”,  وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ  --   dan dari keburukan kegelapan malam   apabila meliputi”,   mungkin mengisyaratkan kepada keburukan-keburukan masa, ketika cahaya kebenaran padam, serta kegelapan dosa dan keburukan tersebar di seluruh permukaan bumi. Atau, boleh jadi ayat ini menunjuk kepada keburukan-keburukan saat ketika orang sedang dirundung derita dan kemalangan, maka hanya kegelapan belaka yang nampak di sekitarnya serta sinar harapan terakhir pun menghilang.
   Isyarat dalam ayat   وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ   --  dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul” ,  ini rupanya ditujukan kepada mereka yang membisik-bisikkan kisikan-kisikan jahat dan menyebabkan ikatan-ikatan serta persahabatan-persahabatan yang tulus jadi berantakan dan menimbulkan pikiran pada orang-orang semangat melawan kekuasaan yang sah atau melanggar sumpah kesetiakawanan, lalu dengan demikian berusaha menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan umat Islam dan menimbulkan di antara mereka kecenderungan-kecenderungan pecah belah.
    Surah Al-Falaq  ini membahas segi duniawi kehidupan manusia, sedang Surah An-Nās berikutnya membahas segi ruhaninya. Manusia dihadapkan kepada macam-macam bahaya dan kesulitan dalam kehidupan ini. Ketika ia di tengah kesibukan melaksanakan sesuatu yang sungguh penting, terutama ketika ia mewajibkan atas dirinya menyebarkan cahaya kebenaran, maka kekuatan-kekuatan kegelapan mengerubutinya dari segala penjuru; dan ketika ia rupa-rupanya akan berhasil, orang-orang yang mempunyai rencana-rencana jahat menghalangi jalannya dan menimbulkan segala macam rintangan dan kesulitan baginya. Tetapi bila ia pada akhirnya berada di mahkota keberhasilan, maka orang-orang berwatak dengki berusaha meluputkan dia dari meraih buah usahanya, firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾  وَّ لِیَعۡلَمَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اِلٰی  صِرَاطٍ  مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan,  dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.    Supaya Dia menjadikan rin-tangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat.    Dan supaya  diketahui oleh orang-orang yang diberi ilmu  sesung-guhnya Al-Quran itu adalah haq dari Rabb (Tuhan) engkau lalu  mereka beriman kepadanya dan hati mereka tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah pasti memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus. (Al-Hājj [22]:53-55). Lihat pula QS.6:111-114.
     Sebagai penjagaan terhadap segala macam rintangan, kesulitan dan bahaya dalam menempuh jalan hidupnya, orang-orang beriman diperintahkan agar memohon pertolongan dan bantuan dari Rabbul-Falaq supaya memberinya nur (cahaya)  ketika kegelapan mengepung dari semua jurusan,  dan supaya melindunginya dari rencana-rencana jahat tukang-tukang fitnah dan dari persekongkolan jahat para pendengki: وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ   --  dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul,  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ  -- dan dari keburukan orang yang  dengki apabila ia mendengki.”  (Al-Falāq [112]:5-6).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  26 Juli     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar