Selasa, 19 Agustus 2014

Pentingnya Peran "Ketakwaan" Guna Meraih "Pertolongan Khusus" Allah Swt. Dalam Melakukan "Jihad di Jalan-Nya"



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


 Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   297

Pentingnya Peran  Ketakwaan    Guna  Meraih Pertolongan Khusus Allah Swt.  Dalam  Melakukan  Jihad di Jalan-Nya”
    

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai  pentingnya kesinambungan pengutusan rasul di kalangan malaikat dan manusia, firman-Nya:
اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾
Allah  senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Al Hajj  [22]:76).
Kalimat  یَصۡطَفِیۡ   adalah fi’il mudhari  yaitu kata-kerja telah, sedang dan akan, dengan demikian kalimat  اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ  -- “Allah  senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia.
       Hal  tersebut sesuai dengan pernyataan Allah Swt. bahwa hanya kepada Rasul-Nya sajalah Allah Swt. membukakan berbagai rahasia ghaib-Nya, Dia berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾ 
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,     اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ  -- kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya,     لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ  -- supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mere-ka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا  -- dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29). Lihat pula QS.3:180.
     Jadi, ayat   فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya,     sesuai dengan ayat   تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ  فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ  کُلِّ  اَمۡرٍ  -- “di dalamnya turun  malaikat-malaikat dan Ruh  dengan izin Rabb (Tuhan) mereka  mengenai segala perintah. سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ حَتّٰی مَطۡلَعِ  الۡفَجۡرِ  --  Malam itu penuh kesejahtaraan  hingga fajar terbit.”    (Al-Qadr [97]:5-6).

Mereka yang Memusuhi Allah Swt. dan Malaikat Jibril a.s..

      Jadi, orang-orang yang menolak ketiga Sifat Allah Swt.   Al-Mundzirīn, Al-Mursilīn, dan Al-Mutakallīm  --  yang berhubungan erat dengan  pengutusan rasul-rasul  dari kalangan malaikat dan manusia  (QS.22:76) serta kesinambungan turunnya wahyu Ilahi  (QS.42:52-54) -- maka  berarti mereka secara sadar telah memposisikan diri mereka  menjadi musuh Allah Swt. dan musuh malaikat Jibril a.s. yang tugas utamanya adalah menyampaikan wahyu Ilahi kepada para Rasul Allah, firman-Nya:
مَنۡ کَانَ عَدُوًّا  لِّلّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ رُسُلِہٖ وَ جِبۡرِیۡلَ وَ مِیۡکٰىلَ فَاِنَّ اللّٰہَ عَدُوٌّ  لِّلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Barangsiapa menjadi musuh bagi Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah pun menjadi musuh bagi orang-orang kafir.  (Al-Baqarah [2]:99).
         Perlu diketahui bahwa  kemenangan umat Islam dalam berbagai peperangan sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah jumlah yang  banyak serta upaya-upaya yang dilakukan secara jasmani belaka  -- termasuk mengandalkan kepada keahlian berperang dan persenjataan yang lengkap dan canggih  --  melainkan hubungannya dengan ketakwaan,  doa dan pertolongan Allah Swt. serta keikutsertaan para malaikat, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ لَکُمۡ  وَ یُرِیۡدُ  اللّٰہُ  اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ﴿﴾  لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ لَوۡ  کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah  menjanjikan kepada kamu bahwa salah satu dari kedua golongan  itu untukmu sedangkan kamu menginginkan supaya golongan yang tidak bersenjata itulah untuk kamu,  sedangkan  Allah menghendaki menegakkan yang haq dengan firman-firman-Nya dan memotong  orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya, supaya Dia menegakkan yang haq dan menghapuskan yang batil, walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya.  (Al-Anfāl [8]:8-9).
       Perkataan “kedua golongan” mengisyaratkan kepada (1) lasykar Mekkah yang telah datang dengan perlengkapan perangnya yang sangat baik dan dengan penuh kesiapan untuk berperang dengan orang-orang Islam, dan (2) kafilah orang-orang Mekkah yang tengah berada dalam perjalanan kembali dari utara dan menuju ke Mekkah serta mempunyai perlengkapan senjata yang ringan.
       Dengan sendirinya orang-orang Islam ingin menghadapi kafilah yang mempunyai persenjataan yang ringan, tetapi rencana  Allah Swt. yaitu membuat orang-orang Islam berhadapan dengan lasykar Mekkah yang lengkap persenjataannya. Tujuan Allah Swt.   dalam berbuat demikian ialah untuk  اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ   -- “menegakkan kebenaran dengan firman-firman-Nya dan melumpuhkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.” Lihat pula QS.3:14 dan QS.8:42-45.

Pentingnya Peran Doa  & Peran Penting Informasi Intelijen yang Akurat

        Mengenai pentingnya doa dan  peran-serta para malaikat dalam kemenangan  perang   yang dilakukan umat Islam, khususnya dalam Perang Badar,  selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
اِذۡ تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ  اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah  ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan doamu: “Sesungguhnya Aku akan membantu  kamu dengan seribu malaikat beriringan.”  Tetapi Allah sekali-kali  tidak menjadikan hal itu melainkan sebagai kabar gembira dan supaya  hati kamu tenteram  karenanya. Dan sekali-kali  tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Anfāl [8]:10-11).
  “Kedatangan malaikat-malaikat” di sini mengisyaratkan kepada hukuman terhadap kaum itu melalui peperangan,  sebab kedatangan malaikat-malaikat itu telah disebutkan dalam hubungan dengan pertarungan-pertarungan yang terjadi antara kaum Muslimin dengan musuh-musuh mereka (QS.3:125, 126 dan QS.8:10).
 Dalam peperangan, untuk meraih kemenangan  selain harus memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan, hal pentingnya lainnya  adalah peran intelijen  mengenai  segala sesuatu berkenaan keadaan lawan.  Atas dasar itulah ketika Nabi Sulaiman a.s. membawa pasukan tempurnya yang sangat lengkap  dan sangat terlatih  -- dalam rangka menghentikan infiltrasi  pasukan kerajaan Ratu  Saba ke wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil (QS.21:78-83) --  Nabi Sulaiman a.s. telah memanfaatkan peran intelijen pimpinan Jenderal Hud-hud (QS.27:16-45).
   Demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun sampai batas tertentu melakukan hal yang sama pula, akan tetapi beliau saw. senantiasa  mengedepankan  datangnya pertolongan Allah Swt. melalui doa-doa yang dipanjatkan secara khusyuk. Dalam firman Allah Swt. tersebut Allah Swt.  bukan saja memberikan informasi intelijen  yang sangat akurat mengenai jumlah pasukan Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya – yakni sebanyak 1000 orang – juga  Allah Swt. memberikan kabar gembira mengenai kemenangan yang akan diraih pasukan Muslim dalam Perang Badar, yang dalam segala seginya sangat tidak seimbang tersebut.

Pentingnya Pertolongan Allah Swt.

    Informasi “intelijen dari Allah Swt. tersebut  tersebut diisyaratkan  dalam kalimat  اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  مُرۡدِفِیۡنَ --  “Sesungguhnya Aku akan membantu  kamu dengan seribu malaikat beriringan.”    مُرۡدِفِیۡنَ     berarti “datang berturut-turut”, sedangkan kabar gembira mengenai kemenangan yang akan diraih oleh pasukan Muslim dikemukakan dalam  firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ لَکُمۡ  وَ یُرِیۡدُ  اللّٰہُ  اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ﴿﴾  لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ لَوۡ  کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah  menjanjikan kepada kamu bahwa salah satu dari kedua golongan  itu untukmu sedangkan kamu menginginkan supaya golongan yang tidak bersenjata itulah untuk kamu,  sedangkan  Allah menghendaki menegakkan yang haq dengan firman-firman-Nya dan memotong  orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya, supaya Dia menegakkan yang haq dan menghapuskan yang batil, walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya.  (Al-Anfāl [8]:8-9).
          Bahwa penyebutan jumlah  malaikat sebanyak 1000 malaikat hanya merupakan informasi intelijen dari Allah Swt. yang sangat akurat, hal tersebut  dijelaskan dalam  pernyataan Allah Swt. selanjutnya وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ  اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ  -- “tetapi Allah sekali-kali  tidak menjadikan hal itu melainkan sebagai kabar gembira dan supaya  hati kamu tenteram  karenanya. 
       Kenapa demikian? Sebab وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- “dan sekali-kali  tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Anfāl [8]:8-9). Jadi,  mengirimkan atau pun tidak mengirimkan para malaikat  dalam peperangan yang dilakukan umat Islam di zaman Nabi Beswar Muhammad saw. sepenuhnya adalah wewenang Allah Swt., yang pasti bahwa  وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- “dan sekali-kali  tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Anfāl [8]:11).
         Berikut firman-Nya mengenai peran-serta para malaikat    -- termasuk kekuatan-kekuatan alam -- dalam peperangan yang dilakukan  umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.:
اِذۡ یُغَشِّیۡکُمُ النُّعَاسَ اَمَنَۃً مِّنۡہُ وَ یُنَزِّلُ عَلَیۡکُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً  لِّیُطَہِّرَکُمۡ بِہٖ وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ یُثَبِّتَ بِہِ  الۡاَقۡدَامَ ﴿ؕ﴾  اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوا الرُّعۡبَ فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ  کُلَّ  بَنَانٍ ﴿ؕ﴾
Tanda ketentraman itu adalah  ketika Dia mendatangkan kantuk kepada kamu sebagai rasa aman dari-Nya, dan Dia menurunkan air untuk kamu dari awan supaya Dia mensucikan kamu dengannya dan menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan, dan supaya Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan  langkah-langkah kamu dengan itu.   Ketika Rabb (Tuhan) engkau mewahyukan kepada malaikat-malaikat: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman. Aku akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah pada leher  mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.” ((Al-Anfāl [8]:12-13).
         Kata syaithan dapat pula berarti derita yang sangat dirasakan waktu haus dan disebut syaithan al-falāt yaitu setan gurun.   Di Badar musuh telah menguasai sumber air, dan dengan sendirinya orang-orang Islam takut bahwa kekurangan air akan dapat menjadi sumber penderitaan besar bagi mereka. Kata syaitan   dapat pula berarti sahabat-sahabat dan kawan-kawan syaitan.
      Orang-orang Islam berkemah di tempat berpasir, sedangkan lasykar Mekkah berkemah di tanah yang keras. Hujan yang kebetulan turun tepat pada waktunya membuat tempat orang-orang Islam menjadi keras lagi padat, sedangkan tempat orang-orang kafir menjadi licin.

Makna Lain ‘Anaq (Leher)

        Ayat  فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ  کُلَّ  بَنَانٍ  -- “maka pukullah pada leher  mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.”  ‘Anaq  adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah kepala dan dianggap tempat paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak.
     Secara kiasan  dapat berarti “pemimpin” sedangkan banān (jari-jari tangan) secara kiasan berarti pengikut. sebab apabila pemimpin pasukan telah terbunuh maka semangat pasukannya pun menjadi  hilang.   Mengisyaratkan kepada hal itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai pentingnya pasukan Muslim melakukan “pembantaian terhadap pasukan lawan agar semangat (nyali) pasukan lawan menjadi rontok, firman-Nya:
فَاِذَا  لَقِیۡتُمُ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَضَرۡبَ الرِّقَابِ ؕ حَتّٰۤی  اِذَاۤ  اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ فَشُدُّوا الۡوَثَاقَ ٭ۙ فَاِمَّا مَنًّۢا بَعۡدُ وَ  اِمَّا فِدَآءً  حَتّٰی تَضَعَ  الۡحَرۡبُ اَوۡزَارَہَا ۬ۚ۟ۛ ذٰؔلِکَ ؕۛ وَ لَوۡ  یَشَآءُ  اللّٰہُ  لَانۡتَصَرَ  مِنۡہُمۡ وَ لٰکِنۡ  لِّیَبۡلُوَا۠ بَعۡضَکُمۡ  بِبَعۡضٍ ؕ وَ الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ  سَبِیۡلِ اللّٰہِ  فَلَنۡ یُّضِلَّ  اَعۡمَالَہُمۡ ﴿﴾
"Dan apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir maka pukullah leher-leher mereka, حَتّٰۤی  اِذَاۤ  اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ   -- hingga apabila kamu telah mengalahkan mereka,  maka perkuatlah ikatan mereka, lalu sesudah itu  lepaskanlah mereka sebagai suatu anugerah dan dengan tebusan hingga perang meletakkan senjatanya. Demikianlah, dan seandainya  Allah menghendaki niscaya Dia menuntut  balasan dari mereka, tetapi hal demikian itu supaya Dia menguji  sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Dia  tidak akan pernah menyia-nyiakan amal-amal mereka.   (Muhammad [47]:5).
    Atskhana fil-ardhi berarti: ia menyebabkan terjadi banyak pembantaian di dalam negeri. Itulah makna ayat  حَتّٰۤی  اِذَاۤ  اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ   -- hingga apabila kamu telah mengalahkan mereka,” yaitu dengan cara berperang sedemikian rupa yang dapat merontokkan semangat pihak lawan.
   Ayat ini secara ringkas menetapkan beberapa hukum penting mengenai tatakrama (adab) peperangan dan aturannya, dan dengan sekaligus memberikan pukulan mematikan kepada perbudakan. Ringkasnya, hukum itu yaitu:
 (a) Apabila mereka terlibat dalam peperangan yang sungguh demi mempertahankan kepercayaan, agama, kehormatan, jiwa atau harta mereka, kaum Muslimin diperintahkan supaya bertempur dengan gagah berani dan pantang mundur (QS.8:13-17),
 (b) Apabila sekali peperangan sudah mulai dilancarkan maka perang itu harus dilanjutkan hingga keamanan tegak kembali dan kebebasan kata hati terjamin (QS.8:40).
 (c) Tawanan-tawanan perang harus diambil dari musuh hanya sesudah terjadi peperangan sungguh dan sengit, dan musuh telah dikalahkan secara mutlak dan pasti. Oleh karena itu peperangan yang sungguh dinyatakan sebagai satu-satunya alasan untuk mengambil tawanan perang,  sebab tidak ada alasan lain bagi orang merdeka kemerdekaannya dapat dirampas.
 (d) Apabila peperangan sudah selesai para tawanan harus dibebaskan, baik sebagai tindak belas kasihan atau dengan mengambil uang tebusan dari mereka, atau atas dasar persetujuan tukar menukar tawanan. Mereka hendaknya jangan ditahan sebagai tawanan untuk selama-lamanya atau diperlakukan sebagai budak.
 Nabi Besar Muhammad saw. telah memerdekakan kira-kira 100 keluarga dari Banu Mushthaliq dan beberapa ribu tawanan dari suku Hawazin, setelah dua kabilah itu secara mutlak dikalahkan dalam peperangan. Sesudah Perang Badar, uang tebusan bagi tawanan perang diterima dan mereka yang tidak dapat membayar tebusan dalam bentuk uang (QS.4:93-95) akan tetapi pandai baca-tulis, diminta supaya mengajar orang-orang Muslim membaca dan menulis. Dengan demikian ayat ini dengan jitu telah berhasil menghapus perbudakan sampai ke akar-akarnya, melenyapkannya sama sekali dan untuk selama-lamanya.

Pentingnya Ketakwaan Dalam Melakukan Perang & Para Syuhada Hakiki

      Makna ayat  وَ لَوۡ  یَشَآءُ  اللّٰہُ  لَانۡتَصَرَ  مِنۡہُمۡ وَ لٰکِنۡ  لِّیَبۡلُوَا۠ بَعۡضَکُمۡ  بِبَعۡضٍ --  “Demikianlah,  dan seandainya  Allah menghendaki niscaya Dia menuntut  balasan dari mereka, tetapi hal demikian itu supaya Dia menguji  sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain” (Muhammad [47]:5). Allah Swt.  menghendaki agar orang-orang beriman melibatkan diri dalam peperangan melawan orang-orang kafir, agar di satu pihak sifat dan watak baik mereka akan mendapat peluang memainkan peranan, dan di pihak lain agar sifat-sifat buruk orang-orang kafir akan terbuka kedoknya.
     Barangkali tidak ada di dalam segi kehidupan lain, yang di dalamnya keunggulan akhlak para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  begitu jelas nampak, seperti di dalam perlakuan mereka terhadap musuh-musuh mereka yang telah dikalahkan.
   Makna ayat وَ الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ  سَبِیۡلِ اللّٰہِ  فَلَنۡ یُّضِلَّ  اَعۡمَالَہُمۡ   -- “Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Dia  tidak akan pernah menyia-nyiakan amal-amal mereka.” Pengorbanan kaum Muslimin yang mati syahid di medan bakti tidak akan sia-sia. Pada hakikatnya, pengorbanan mereka itulah yang justru telah meletakkan dasar Islam yang kokoh di tanah Arab, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ   الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ   اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  mohonlah pertolongan dengan sabar  dan shalat, sesungguhnya Allāh beserta orang-orang yang sabar. وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ  -- dan   janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa  mereka itu mati, بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ -- tidak bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari. وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ  --  dan  Kami niscaya  akan  menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan,  kekurangan dalam harta,  jiwa dan buah-buahan, وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ -- dan berilah kabar gembira kepada  orang-orang yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  --  yaitu orang-orang yang  apabila  suatu musibah menimpa mereka, ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ  -- mereka berkata:  Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali.  اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ  -- mereka itulah  orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah  yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]:154-158).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  29 Juli     2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar