بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 297
Pentingnya Peran Ketakwaan Guna Meraih Pertolongan Khusus
Allah Swt. Dalam Melakukan “Jihad
di Jalan-Nya”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai pentingnya kesinambungan
pengutusan rasul di kalangan malaikat dan manusia, firman-Nya:
اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾
Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Al
Hajj [22]:76).
Kalimat یَصۡطَفِیۡ adalah fi’il mudhari yaitu kata-kerja telah, sedang dan akan, dengan demikian kalimat اَللّٰہُ
یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ رُسُلًا
وَّ مِنَ النَّاسِ -- “Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara
malaikat-malaikat dan dari antara manusia.”
Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Allah Swt. bahwa hanya kepada Rasul-Nya sajalah Allah Swt. membukakan
berbagai rahasia ghaib-Nya, Dia
berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ
اَحَدًا ﴿ۙ﴾
اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ قَدۡ
اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی
کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib,
maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ -- kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ
یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ اَنۡ قَدۡ
اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb
(Tuhan) mere-ka, وَ
اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ
شَیۡءٍ عَدَدًا -- dan Dia
meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-29). Lihat pula QS.3:180.
Jadi, ayat فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, sesuai
dengan ayat تَنَزَّلُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ فِیۡہَا
بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ کُلِّ اَمۡرٍ -- “di dalamnya turun malaikat-malaikat
dan Ruh dengan izin
Rabb (Tuhan) mereka mengenai
segala perintah. سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ -- Malam itu penuh kesejahtaraan hingga fajar
terbit.” (Al-Qadr
[97]:5-6).
Mereka yang Memusuhi Allah Swt. dan Malaikat Jibril
a.s..
Jadi,
orang-orang yang menolak ketiga Sifat
Allah Swt. Al-Mundzirīn, Al-Mursilīn, dan Al-Mutakallīm --
yang berhubungan erat dengan
pengutusan rasul-rasul dari kalangan malaikat dan manusia (QS.22:76) serta kesinambungan turunnya wahyu Ilahi (QS.42:52-54) -- maka berarti mereka secara sadar telah memposisikan diri
mereka menjadi musuh Allah Swt. dan musuh
malaikat Jibril a.s. yang tugas utamanya
adalah menyampaikan wahyu Ilahi
kepada para Rasul Allah, firman-Nya:
مَنۡ کَانَ
عَدُوًّا لِّلّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ
رُسُلِہٖ وَ جِبۡرِیۡلَ وَ مِیۡکٰىلَ فَاِنَّ اللّٰہَ عَدُوٌّ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Barangsiapa menjadi musuh bagi Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah pun menjadi musuh bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah
[2]:99).
Perlu diketahui bahwa kemenangan
umat Islam dalam berbagai peperangan
sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah jumlah yang banyak serta upaya-upaya yang dilakukan secara jasmani belaka -- termasuk mengandalkan kepada keahlian berperang dan persenjataan yang lengkap dan
canggih -- melainkan hubungannya dengan ketakwaan, doa
dan pertolongan Allah Swt. serta keikutsertaan para malaikat, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ
اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ
لَکُمۡ وَ یُرِیۡدُ اللّٰہُ
اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ
ۙ﴿﴾
لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan
kepada kamu bahwa salah satu dari
kedua golongan itu untukmu
sedangkan kamu menginginkan supaya
golongan yang tidak bersenjata itulah untuk kamu, sedangkan
Allah menghendaki menegakkan yang
haq dengan firman-firman-Nya dan memotong orang-orang kafir sampai ke
akar-akarnya, supaya Dia menegakkan
yang haq dan menghapuskan yang batil,
walaupun orang-orang yang berdosa tidak
menyukainya. (Al-Anfāl [8]:8-9).
Perkataan “kedua golongan”
mengisyaratkan kepada (1) lasykar Mekkah
yang telah datang dengan perlengkapan
perangnya yang sangat baik dan dengan penuh kesiapan untuk berperang dengan
orang-orang Islam, dan (2) kafilah
orang-orang Mekkah yang tengah berada dalam perjalanan kembali dari utara dan
menuju ke Mekkah serta mempunyai perlengkapan
senjata yang ringan.
Dengan
sendirinya orang-orang Islam ingin menghadapi kafilah yang mempunyai persenjataan yang ringan, tetapi rencana
Allah Swt. yaitu membuat orang-orang
Islam berhadapan dengan lasykar
Mekkah yang lengkap persenjataannya.
Tujuan Allah Swt. dalam
berbuat demikian ialah untuk اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ
بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ ۙ -- “menegakkan kebenaran dengan
firman-firman-Nya dan melumpuhkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.”
Lihat pula QS.3:14 dan QS.8:42-45.
Pentingnya Peran Doa & Peran Penting Informasi Intelijen yang Akurat
Mengenai pentingnya doa dan
peran-serta para malaikat dalam kemenangan perang yang dilakukan umat Islam, khususnya dalam Perang Badar, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِذۡ
تَسۡتَغِیۡثُوۡنَ رَبَّکُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَکُمۡ اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ
مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُرۡدِفِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ
قُلُوۡبُکُمۡ ۚ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan) kamu, lalu Dia mengabulkan
doamu: “Sesungguhnya Aku akan
membantu kamu dengan seribu malaikat
beriringan.” Tetapi Allah sekali-kali tidak menjadikan hal itu melainkan
sebagai kabar gembira dan
supaya hati kamu tenteram karenanya. Dan sekali-kali tidak ada
pertolongan kecuali dari sisi Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Anfāl
[8]:10-11).
“Kedatangan malaikat-malaikat” di sini
mengisyaratkan kepada hukuman
terhadap kaum itu melalui peperangan,
sebab kedatangan malaikat-malaikat
itu telah disebutkan dalam hubungan dengan pertarungan-pertarungan yang terjadi
antara kaum Muslimin dengan musuh-musuh mereka (QS.3:125, 126 dan QS.8:10).
Dalam peperangan,
untuk meraih kemenangan selain harus memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan, hal
pentingnya lainnya adalah peran intelijen mengenai
segala sesuatu berkenaan keadaan lawan.
Atas dasar itulah ketika Nabi
Sulaiman a.s. membawa pasukan tempurnya
yang sangat lengkap dan sangat
terlatih -- dalam rangka menghentikan infiltrasi pasukan kerajaan Ratu Saba ke wilayah
kekuasaan kerajaan Bani Israil (QS.21:78-83) --
Nabi Sulaiman a.s. telah memanfaatkan peran intelijen pimpinan Jenderal Hud-hud (QS.27:16-45).
Demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun
sampai batas tertentu melakukan hal yang sama pula, akan tetapi beliau saw.
senantiasa mengedepankan datangnya pertolongan
Allah Swt. melalui doa-doa yang
dipanjatkan secara khusyuk. Dalam
firman Allah Swt. tersebut Allah Swt.
bukan saja memberikan informasi
intelijen yang sangat akurat mengenai jumlah pasukan Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya – yakni sebanyak 1000 orang – juga Allah Swt.
memberikan kabar gembira mengenai kemenangan yang akan diraih pasukan Muslim dalam Perang Badar, yang dalam segala seginya
sangat tidak seimbang tersebut.
Pentingnya Pertolongan Allah Swt.
Informasi “intelijen” dari Allah Swt. tersebut tersebut diisyaratkan dalam kalimat
اَنِّیۡ مُمِدُّکُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُرۡدِفِیۡنَ
-- “Sesungguhnya
Aku akan membantu kamu dengan seribu malaikat
beriringan.” مُرۡدِفِیۡنَ
berarti “datang berturut-turut”, sedangkan kabar gembira mengenai kemenangan yang akan diraih oleh pasukan Muslim dikemukakan dalam firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ اِذۡ یَعِدُکُمُ اللّٰہُ اِحۡدَی الطَّآئِفَتَیۡنِ
اَنَّہَا لَکُمۡ وَ تَوَدُّوۡنَ اَنَّ غَیۡرَ ذَاتِ الشَّوۡکَۃِ تَکُوۡنُ
لَکُمۡ وَ یُرِیۡدُ اللّٰہُ
اَنۡ یُّحِقَّ الۡحَقَّ بِکَلِمٰتِہٖ وَ یَقۡطَعَ دَابِرَ الۡکٰفِرِیۡنَ
ۙ﴿﴾
لِیُحِقَّ الۡحَقَّ وَ یُبۡطِلَ الۡبَاطِلَ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ۚ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan
kepada kamu bahwa salah satu dari
kedua golongan itu untukmu
sedangkan kamu menginginkan supaya
golongan yang tidak bersenjata itulah untuk kamu, sedangkan
Allah menghendaki menegakkan yang
haq dengan firman-firman-Nya dan memotong orang-orang kafir sampai ke
akar-akarnya, supaya Dia menegakkan
yang haq dan menghapuskan yang batil,
walaupun orang-orang yang berdosa tidak
menyukainya. (Al-Anfāl [8]:8-9).
Bahwa penyebutan jumlah malaikat sebanyak 1000 malaikat hanya merupakan informasi intelijen dari Allah Swt. yang
sangat akurat, hal tersebut dijelaskan dalam pernyataan Allah Swt. selanjutnya وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی
وَ لِتَطۡمَئِنَّ بِہٖ قُلُوۡبُکُمۡ -- “tetapi Allah sekali-kali tidak
menjadikan hal itu melainkan sebagai
kabar gembira dan supaya hati kamu tenteram karenanya.”
Kenapa
demikian? Sebab وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
حَکِیۡمٌ -- “dan sekali-kali tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(Al-Anfāl
[8]:8-9). Jadi, mengirimkan atau pun tidak
mengirimkan para malaikat dalam peperangan
yang dilakukan umat Islam di zaman
Nabi Beswar Muhammad saw. sepenuhnya adalah wewenang
Allah Swt., yang pasti bahwa وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
-- “dan sekali-kali
tidak ada pertolongan kecuali dari sisi Allah, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Anfāl [8]:11).
Berikut
firman-Nya mengenai peran-serta para malaikat -- termasuk kekuatan-kekuatan alam -- dalam peperangan
yang dilakukan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw.:
اِذۡ
یُغَشِّیۡکُمُ النُّعَاسَ اَمَنَۃً مِّنۡہُ وَ یُنَزِّلُ عَلَیۡکُمۡ مِّنَ
السَّمَآءِ مَآءً لِّیُطَہِّرَکُمۡ بِہٖ
وَ یُذۡہِبَ عَنۡکُمۡ رِجۡزَ الشَّیۡطٰنِ وَ لِیَرۡبِطَ عَلٰی قُلُوۡبِکُمۡ وَ
یُثَبِّتَ بِہِ الۡاَقۡدَامَ ﴿ؕ﴾ اِذۡ یُوۡحِیۡ رَبُّکَ اِلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ اَنِّیۡ
مَعَکُمۡ فَثَبِّتُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ سَاُلۡقِیۡ فِیۡ قُلُوۡبِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوا الرُّعۡبَ
فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ کُلَّ
بَنَانٍ ﴿ؕ﴾
Tanda
ketentraman itu adalah ketika Dia mendatangkan kantuk kepada kamu sebagai rasa aman dari-Nya, dan Dia menurunkan air untuk kamu dari awan
supaya Dia mensucikan kamu dengannya dan menghilangkan dari kamu kekotoran syaitan, dan supaya
Dia menguatkan hati kamu dan meneguhkan
langkah-langkah kamu
dengan itu. Ketika Rabb
(Tuhan) engkau mewahyukan kepada
malaikat-malaikat: “Sesungguhnya Aku
beserta kamu, maka teguhkanlah
orang-orang yang beriman. Aku akan
memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah pada leher mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.” ((Al-Anfāl
[8]:12-13).
Kata syaithan dapat pula berarti derita yang sangat dirasakan waktu haus dan disebut syaithan al-falāt
yaitu setan gurun. Di
Badar musuh telah menguasai sumber air,
dan dengan sendirinya orang-orang Islam
takut bahwa kekurangan air akan dapat
menjadi sumber penderitaan besar bagi
mereka. Kata syaitan dapat
pula berarti sahabat-sahabat dan kawan-kawan syaitan.
Orang-orang Islam berkemah di tempat
berpasir, sedangkan lasykar Mekkah berkemah di tanah yang keras. Hujan yang kebetulan turun tepat pada waktunya
membuat tempat orang-orang Islam
menjadi keras lagi padat, sedangkan
tempat orang-orang kafir menjadi licin.
Makna Lain ‘Anaq (Leher)
Ayat فَاضۡرِبُوۡا فَوۡقَ الۡاَعۡنَاقِ وَ اضۡرِبُوۡا مِنۡہُمۡ کُلَّ
بَنَانٍ -- “maka pukullah pada
leher mereka dan pukullah pada tiap ruas jari mereka.” ‘Anaq adalah bagian atas leher yang letaknya persis di bawah kepala dan dianggap tempat
paling empuk untuk mendaratkan tebasan pedang dengan telak.
Secara kiasan dapat berarti “pemimpin” sedangkan banān (jari-jari
tangan) secara kiasan berarti pengikut.
sebab apabila pemimpin pasukan telah
terbunuh maka semangat pasukannya pun
menjadi hilang. Mengisyaratkan kepada hal itu pulalah firman
Allah Swt. berikut ini mengenai pentingnya pasukan
Muslim melakukan “pembantaian” terhadap pasukan
lawan agar semangat (nyali) pasukan lawan menjadi rontok, firman-Nya:
فَاِذَا لَقِیۡتُمُ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَضَرۡبَ الرِّقَابِ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ
اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ فَشُدُّوا الۡوَثَاقَ ٭ۙ فَاِمَّا مَنًّۢا بَعۡدُ
وَ اِمَّا فِدَآءً حَتّٰی تَضَعَ
الۡحَرۡبُ اَوۡزَارَہَا ۬ۚ۟ۛ ذٰؔلِکَ ؕۛ وَ لَوۡ یَشَآءُ اللّٰہُ
لَانۡتَصَرَ مِنۡہُمۡ وَ
لٰکِنۡ لِّیَبۡلُوَا۠ بَعۡضَکُمۡ بِبَعۡضٍ ؕ وَ الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَلَنۡ یُّضِلَّ اَعۡمَالَہُمۡ ﴿﴾
"Dan apabila kamu bertemu dengan orang-orang
kafir maka pukullah leher-leher mereka, حَتّٰۤی اِذَاۤ
اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ -- hingga apabila kamu telah mengalahkan
mereka, maka perkuatlah ikatan mereka, lalu sesudah itu lepaskanlah mereka sebagai suatu anugerah dan dengan tebusan hingga perang meletakkan senjatanya.
Demikianlah, dan seandainya
Allah menghendaki niscaya Dia
menuntut balasan dari mereka, tetapi
hal demikian itu supaya Dia menguji
sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah
Dia tidak
akan pernah menyia-nyiakan amal-amal mereka. (Muhammad [47]:5).
Atskhana fil-ardhi berarti: ia menyebabkan
terjadi banyak pembantaian di dalam
negeri. Itulah makna ayat حَتّٰۤی اِذَاۤ اَثۡخَنۡتُمُوۡہُمۡ -- hingga apabila kamu telah
mengalahkan mereka,” yaitu dengan cara
berperang sedemikian rupa yang dapat merontokkan
semangat pihak lawan.
Ayat
ini secara ringkas menetapkan beberapa hukum
penting mengenai tatakrama (adab) peperangan dan aturannya, dan dengan sekaligus memberikan pukulan mematikan kepada perbudakan.
Ringkasnya, hukum itu yaitu:
(a) Apabila mereka terlibat dalam peperangan yang sungguh demi
mempertahankan kepercayaan, agama, kehormatan, jiwa atau harta mereka, kaum Muslimin diperintahkan supaya bertempur
dengan gagah berani dan pantang mundur (QS.8:13-17),
(b) Apabila sekali peperangan sudah mulai dilancarkan maka perang itu harus dilanjutkan
hingga keamanan tegak kembali dan kebebasan kata hati terjamin (QS.8:40).
(c) Tawanan-tawanan perang harus diambil dari musuh
hanya sesudah terjadi peperangan sungguh dan sengit, dan musuh telah dikalahkan secara mutlak dan pasti. Oleh karena itu peperangan yang sungguh dinyatakan
sebagai satu-satunya alasan untuk
mengambil tawanan perang, sebab tidak ada alasan lain bagi orang merdeka kemerdekaannya dapat
dirampas.
(d) Apabila peperangan sudah selesai para tawanan
harus dibebaskan, baik sebagai tindak belas kasihan atau dengan
mengambil uang tebusan dari mereka,
atau atas dasar persetujuan tukar menukar
tawanan. Mereka hendaknya jangan
ditahan sebagai tawanan untuk
selama-lamanya atau diperlakukan sebagai budak.
Nabi Besar Muhammad saw. telah memerdekakan kira-kira 100 keluarga dari
Banu Mushthaliq dan beberapa ribu
tawanan dari suku Hawazin, setelah
dua kabilah itu secara mutlak dikalahkan
dalam peperangan. Sesudah Perang Badar, uang
tebusan bagi tawanan perang
diterima dan mereka yang tidak dapat membayar tebusan dalam bentuk uang
(QS.4:93-95) akan tetapi pandai
baca-tulis, diminta supaya mengajar
orang-orang Muslim membaca dan menulis. Dengan demikian ayat ini dengan
jitu telah berhasil menghapus perbudakan
sampai ke akar-akarnya, melenyapkannya sama sekali dan untuk selama-lamanya.
Pentingnya Ketakwaan
Dalam Melakukan Perang & Para Syuhada
Hakiki
Makna
ayat وَ لَوۡ یَشَآءُ
اللّٰہُ لَانۡتَصَرَ مِنۡہُمۡ وَ لٰکِنۡ لِّیَبۡلُوَا۠ بَعۡضَکُمۡ بِبَعۡضٍ -- “Demikianlah, dan seandainya Allah menghendaki niscaya Dia menuntut balasan dari mereka, tetapi hal
demikian itu supaya Dia menguji
sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain” (Muhammad
[47]:5). Allah Swt. menghendaki
agar orang-orang beriman melibatkan
diri dalam peperangan melawan orang-orang kafir, agar di satu pihak sifat dan watak baik mereka akan mendapat peluang
memainkan peranan, dan di pihak lain
agar sifat-sifat buruk orang-orang kafir
akan terbuka kedoknya.
Barangkali tidak ada di dalam segi kehidupan lain, yang di dalamnya keunggulan akhlak para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. begitu jelas nampak, seperti di dalam perlakuan mereka terhadap musuh-musuh mereka yang telah
dikalahkan.
Makna ayat وَ
الَّذِیۡنَ قُتِلُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ فَلَنۡ یُّضِلَّ اَعۡمَالَہُمۡ -- “Dan orang-orang
yang terbunuh di jalan Allah Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan amal-amal
mereka.” Pengorbanan kaum Muslimin
yang mati syahid di medan bakti tidak akan sia-sia. Pada
hakikatnya, pengorbanan mereka itulah
yang justru telah meletakkan dasar Islam yang kokoh di tanah Arab,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ
لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ الَّذِیۡنَ اِذَاۤ
اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ ۙ
قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mohonlah
pertolongan dengan sabar dan shalat,
sesungguhnya Allāh beserta orang-orang yang sabar. وَ لَا
تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ
وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ -- dan janganlah kamu mengatakan mengenai
orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka
itu mati, بَلۡ
اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ -- tidak bahkan mereka hidup, tetapi kamu
tidak menyadari. وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ
مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ
الثَّمَرٰتِ --
dan Kami niscaya akan
menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan
dalam harta, jiwa dan buah-buahan,
وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ -- dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ -- yaitu orang-orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ
وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ -- mereka berkata: ”Sesungguhnya kami milik Allah
dan sesungguhnya kepada-Nya-lah
kami kembali.” اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ -- mereka
itulah orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan)
mereka dan mereka inilah yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah
[2]:154-158).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar