بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah
Ruhani Surah Shād
Bab 297
Kesinambungan Pengutusan Rasul di Kalangan Malaikat dan Manusia
& Orang-orang yang Memusuhi
Allah Swt. dan Malaikat Jibril a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai dua Sifat Allah Swt. مُنۡذِرِیۡنَ --
(yang selalu memberi peringatan) dan مُرۡسِلِیۡنَ (yang selalu mengutus rasul-rasul), sama kekalnya dengan Sifat-sifat
Allah Swt. lainnya, termasuk Sifat Al-Mutakallīm
(Yang Maha Berbicara), firman-Nya:
وَ مَا کَانَ
لِبَشَرٍ اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ
اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا
فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ حَکِیۡمٌ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ
اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا الۡاِیۡمَانُ وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ﴿ۙ﴾ صِرَاطِ
اللّٰہِ الَّذِیۡ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ
ؕ اَلَاۤ اِلَی اللّٰہِ تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bagi manusia اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ -- bahwa Allah berbicara kepadanya, اِلَّا
وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ
بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ -- kecuali dengan wahyu atau dari belakang
tabir atau dengan mengirimkan seorang
utusan guna mewahyukan dengan
seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki, sesungguhnya, Dia Maha Tinggi,
Maha Bijaksana. وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا -- dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman
ini dengan perintah Kami. مَا
کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا
الۡاِیۡمَانُ --
engkau sekali-kali tidak mengetahui apa
Kitab itu, dan tidak pula apa
iman itu, وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ نُوۡرًا
نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا -- tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami
memberi petunjuk kepada siapa yang
Kami ke-hendaki dari antara hamba-hamba Kami. وَ
اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ
مُّسۡتَقِیۡمٍ --
dan sesungguhnya engkau benar-benar
memberi petunjuk ke jalan lurus, صِرَاطِ
اللّٰہِ الَّذِیۡ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ -- jalan
Allah Yang milik-Nya apa yang ada di seluruh langit
dan apa yang ada di bumi. اَلَاۤ اِلَی اللّٰہِ
تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ --
ketahuilah, kepada Allah segala perkara
kembali. (Asy-Syura
[42]:52-54).
Lailatul-Qadar (Malam Takdir) Hakiki adalah
Kedatangan Rasul Allah
Allah Swt.
berfirman bahwa pada Lailatul-Qadr (Malam Takdir) turun para malaikat dan Ruh, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿ۖ﴾ اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰہُ
فِیۡ لَیۡلَۃِ الۡقَدۡرِ ۚ﴿ۖ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ؕ﴿﴾ لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ۬ۙ خَیۡرٌ مِّنۡ
اَلۡفِ شَہۡرٍ ؕ﴿ؔ﴾ تَنَزَّلُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ فِیۡہَا
بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ کُلِّ اَمۡرٍ ۙ﴿ۛ﴾ سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha
Penyayang. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Malam Takdir, dan apakah engkau mengetahui apa Malam Takdir itu? لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ۬ۙ خَیۡرٌ مِّنۡ
اَلۡفِ شَہۡرٍ -- Malam
Takdir itu lebih baik daripada seribu
bulan. تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ
کُلِّ اَمۡرٍ -- di dalamnya turun malaikat-malaikat
dan ruh dengan izin
Rabb (Tuhan) mereka mengenai
segala perintah. سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ -- Malam itu penuh kesejahtaraan hingga fajar
terbit. (Al-Qadr [97]:1-6).
Makna
lain dari ayat لَیۡلَۃُ الۡقَدۡرِ ۬ۙ خَیۡرٌ مِّنۡ
اَلۡفِ شَہۡرٍ -- Malam Takdir
itu lebih baik daripada seribu bulan” bahwa orang yang dengan karunia Allah Swt. beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.QS.7:35-37) pada zaman
kegelapan akhlak dan ruhan -- yang merupakan Lailatul-Qadr (Malam Takdir) hakiki -- jauh lebih baik daripada belajar agama seumur hidup
selama 1000 bulan atau 83 tahun kepada guru agama mana pun yang tidak mendapat petunjuk Allah Swt. melalui wahyu
Ilahi.
Mengapa demikian? Sebab تَنَزَّلُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ
کُلِّ اَمۡرٍ -- “di dalamnya turun malaikat-malaikat dan Ruh dengan izin
Rabb (Tuhan) mereka mengenai
segala perintah. سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ -- Malam
itu penuh kesejahtaraan hingga fajar
terbit,” hal tersebut sesuai dengan firman-Nya:
اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾
Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Al
Hajj [22]:76).
Kalimat یَصۡطَفِیۡ adalah fi’il
mudhari yaitu kata-kerja telah, sedang dan akan, dengan
demikian kalimat اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ -- “Allah senantiasa memilih
rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat
dan dari antara manusia.”
Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Allah Swt. bahwa hanya kepada Rasul-Nya sajalah Allah Swt. membukakan
berbagai rahasia ghaib-Nya, Dia
berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ
اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib,
maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ -- kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan
di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ اَنۡ قَدۡ
اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ -- supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mere-ka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا -- dan Dia
meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-29). Lihat pula QS.3:180.
Jadi, ayat فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan
di belakangnya, sesuai
dengan ayat تَنَزَّلُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ فِیۡہَا
بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ۚ مِنۡ کُلِّ اَمۡرٍ -- “di dalamnya turun malaikat-malaikat dan Ruh dengan izin
Rabb (Tuhan) mereka mengenai
segala perintah. سَلٰمٌ ۟ۛ ہِیَ
حَتّٰی مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ -- Malam
itu penuh kesejahtaraan hingga fajar
terbit.” (Al-Qadr
[97]:5-6).
Mereka yang Memusuhi Allah Swt. dan Malaikat Jibril
a.s..
Jadi,
orang-orang yang menolak ketiga Sifat
Allah Swt. Al-Mundzirīn,
Al-Mursilīn, dan Al-Mutakallīm -- yang berhubungan erat dengan pengutusan rasul-rasul dari kalangan malaikat dan manusia (QS.22:76) serta
kesinambungan turunnya wahyu Ilahi (QS.42:52-54) -- maka berarti mereka secara sadar telah memposisikan diri
mereka menjadi musuh Allah Swt. dan musuh
malaikat Jibril a.s. yang tugas utamanya
adalah menyampaikan wahyu Ilahi
kepada para Rasul Allah, firman-Nya:
مَنۡ کَانَ
عَدُوًّا لِّلّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ
رُسُلِہٖ وَ جِبۡرِیۡلَ وَ مِیۡکٰىلَ فَاِنَّ اللّٰہَ عَدُوٌّ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Barangsiapa menjadi musuh bagi Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah pun menjadi musuh bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah
[2]:99)
Jibril
itu kata majemuk dari jabr dan il, dan berarti, orang-Tuhan
yang gagah berani, atau abdi-Allah. Jabr yang dalam bahasa Ibrani geber
berarti, khadim; dan il berarti, yang gagah-perkasa, kuat (Hebrew English-Lexicon) oleh
William Geseneus; (Bukhari,
bab Tafsir; dan Aqrab-al-Mawarid).
Menurut Ibn ‘Abbas nama lain dari
Jibril ialah ‘Abdullah (Tafsir Ibnu Jarir).
Malaikat Jibril a.s. sebagai penghulu di antara para malaikat (Durr Mantsur) itu adalah pembawa wahyu Al-Quran. Menurut
para ahli tafsir Al-Quran malaikat Jibril a.s. itu searti dengan Ruhulqudus dan Ruhul-Amin.
Menurut Bible pun tugas malaikat Jibril
a.s. adalah menyampaikan Amanat Tuhan kepada hamba-hamba-Nya (Dan. 8:16; 9:21 dan Lukas 1:19). Al-Quran, seperti ditegaskan oleh ayat ini,
menetapkan tugas yang sama kepada malaikat Jibril a.s. Tetapi dalam
tulisan-tulisan Yahudi masa kemudian ia dilukiskan sebagai “malaikat api dan guntur” (Encyclopaedia Biblica pada
Gabriel). Pada zaman Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang Yahudi menganggap Jibril a.s. sebagai musuh dan sebagai malaikat
peperangan, malapetaka, dan penderitaan (Tafsir Ibnu Jarir dan Musnad Ahmad bin Hanbal).
Mikal
(Mikail) pun salah satu dari penghulu
malaikat. Kata itu dipandang sebagai paduan dari mik dan il, yang
berarti “siapa yang seperti Tuhan”, artinya tiada sesuatu seperti Tuhan (Yewish Encyclopaedia dan Bukhari). Orang-orang Yahudi
memandang Mikail sebagai malaikat yang paling mereka sukai (Yewish Encyclopaedia), dan
sebagai malaikat keamanan serta kelimpahan, hujan dan tumbuh-tumbuhan
(Tafsir
Ibnu Katsir) dan
dianggap mempunyai pertalian terutama
dengan pekerjaan pemeliharaan dunia.
Malaikat-malaikat merupakan mata rantai penting dalam silsilah keruhanian karena itu barangsiapa memutuskan sekali pun hanya satu
mata rantai ruhani atau menampakkan maksud
buruk terhadap salah satu unit
tatanan ruhani itu, pada hakikatnya, ia memutuskan
perhubungannya dengan seluruh tatanan
itu. Seorang yang demikian memahrumkan (meluputkan) diri dari rahmat dan karunia yang dianugerahkan kepada hamba-hamba Allah yang benar, dan menjadikan dirinya layak menerima
siksaan yang ditetapkan bagi
pelanggar-pelanggar.
Mereka yang Berada Dalam “Kegelapan
di Atas Kegelapan”
Jadi, orang-orang yang menolak ketiga
Sifat Allah Swt. Al-Mundzirīn, Al-Mursilīn, dan Al-Mutakallīm -- pasti
mereka akan berada dalam “kegelapan”
yang pekat dan mereka
tidak akan pernah dapat keluar
dari “malam kegelapan”
akhlak dan ruhani yang meliputi mereka, termasuk di
Akhir Zaman ini, firman-Nya:
اَوَ مَنۡ کَانَ مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا
لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی
النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی
الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ
بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ
جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ
مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan apakah orang
yang telah mati lalu Kami
menghidupkannya dan Kami menjadikan
baginya cahaya dan ia
berjalan dengan cahaya itu di tengah-tengah manusia, sama seperti
keadaan orang yang berada di dalam
berbagai macam kegelapan dan
ia sekali-kali tidak dapat
keluar darinya? Demikianlah
telah ditampakkan indah bagi orang-orang
kafir apa yang senantiasa mereka kerjakan.
Dan demikianlah Kami menjadikan di dalam tiap negeri
pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka
melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang ter-kena makar mereka
kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menyadarinya. (Al-An’ām
[6]:123-124).
Firman-Nya lagi:
وَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُہُمۡ
کَسَرَابٍۭ بِقِیۡعَۃٍ یَّحۡسَبُہُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤی اِذَا
جَآءَہٗ لَمۡ یَجِدۡہُ شَیۡئًا وَّ وَجَدَ اللّٰہَ عِنۡدَہٗ فَوَفّٰىہُ حِسَابَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ سَرِیۡعُ
الۡحِسَابِ ﴿ۙ﴾ اَوۡ کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ
مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ ؕ اِذَاۤ اَخۡرَجَ
یَدَہٗ لَمۡ یَکَدۡ یَرٰىہَا ؕ وَ مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ لَہٗ
نُوۡرًا فَمَا لَہٗ
مِنۡ نُّوۡرٍ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka seperti fatamorgana di padang pasir, orang-orang
yang haus menyangkanya air,
hingga apabila ia mendatanginya ia tidak mendapati sesuatu pun, dan ia mendapati Allah di sisinya lalu Dia membayar penuh peritungannya, dan Allah sangat cepat dalam perhitungan. Atau
seperti kegelapan di lautan yang dalam,
di atasnya gelombang demi gelombang meliputinya, di atasnya lagi ada awan hitam. ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ -- kegelapan
sebagiannya di atas sebagian lain. اِذَاۤ اَخۡرَجَ یَدَہٗ لَمۡ یَکَدۡ یَرٰىہَا --
apabila ia mengulurkan tangannya ia hampir-hampir tidak dapat melihatnya, وَ مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ
اللّٰہُ لَہٗ نُوۡرًا
فَمَا لَہٗ مِنۡ
نُّوۡرٍ -- dan barangsiapa baginya Allah tidak menjadikan nur maka baginya tidak ada nur. (An-Nūr [24]:40-41).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar