بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 280
Peringatan dan Nubuatan
Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam Khutbah Hajji
Wada’ & Doa dan Nubuatan Nabi
Ibrahim a.s. Tentang Munculnya Kembali Kemusyrikan
di Timur Tengah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai keadaan orang-orang yang melepaskan pegangan mereka kepada “tali Allah” -- yakni Al-Quran dan Rasul Allah -- karena mereka
lebih suka mentaati para “thāghūt”
sembahan mereka, yang mengeluarkan
mereka dari “cahaya” (keamanan dan
ketentraman hidup) kepada berbagai bentuk
“kegelapan” (pertentangan dan
peperangan), dan mereka tidak bisa keluar lagi dari
berbagai “kegelapan” tersebut,
firman-Nya:
یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ
بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Pada hari ketika
wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah
lainnya menjadi hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka: اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ -- “Apakah
kamu kafir sesudah beriman? فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ -- maka rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu." وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ
-- dan ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ --
maka mereka akan berada di dalam rahmat
Allah, mereka kekal di dalamnya.
تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ -- itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya
kepada engkau dengan haq, وَ مَا
اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ -- dan Allah sekali-kali tidak menghendaki
suatu kezaliman atas seluruh alam. وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ
الۡاُمُوۡرُ -- dan milik
Allah-lah apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi,
dan kepada Allah-lah segala urusan
dikembalikan. (Ali ‘Imran [3]:107-110).
Makna ayat dikatakan kepada mereka: اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ -- “Apakah
kamu kafir sesudah beriman? فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ --
maka rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu" dapat mengisyaratkan pendustaan dan penentangan terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka dan mereka sedang menunggu-nunggu kedatangannya di Akhir Zaman ini (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5).
Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang,
masing-masing untuk “kebahagiaan” dan
“kesedihan” (QS.3:107, 108;
QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila seseorang melakukan perbuatan yang karenanya ia mendapat pujian, orang Arab mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu,
yakni “wajah orang itu menjadi putih”.
Dan bila ia melakukan suatu pekerjaan
yang patut disesali, maka
dikatakan mengenai dia iswadda wajhuhu,
yakni “wajahnya telah menjadi hitam.”
Dengan demikian benarlah
pernyataan Allah Swt. berikut ini mengenai kesia-siaan
melakukan pemaksaan kehendak melalui tindakan kekerasan,
firman-Nya:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ
قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ
یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا
انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ
الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ
الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ﴿﴾٪
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh
jalan benar itu nyata bedanya
dari kesesatan, فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ
وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی -- karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt
dan beriman kepada Allah, maka sungguh
ia telah
berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ -- lagi tidak
akan putus, dan Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui. اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ
-- Allah
adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari berbagai
kegelapan kepada cahaya, وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ
مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ -- “dan orang-orang
kafir pelindung mereka adalah thāghūt, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai
kegelapan, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- “mereka itu penghuni
Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:257-258).
Thāghūt adalah: orang-orang yang
bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala.
Kata itu dipakai dalam arti mufrad
dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).
Azab Ilahi Akibat Pelanggaran
Terhadap Perintah-perintah Allah Swt.
Jadi, kembali kepada peringatan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini kepada mereka
yang mendapat giliran sebagai “pemelihara”
Haramain (dua kota suci Makkah dan
Madinah):
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا بِالۡعُقُوۡدِ ۬ؕ اُحِلَّتۡ لَکُمۡ بَہِیۡمَۃُ
الۡاَنۡعَامِ اِلَّا مَا یُتۡلٰی
عَلَیۡکُمۡ غَیۡرَ مُحِلِّی الصَّیۡدِ وَ اَنۡتُمۡ حُرُمٌ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَحۡکُمُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحِلُّوۡا شَعَآئِرَ اللّٰہِ وَ لَا الشَّہۡرَ
الۡحَرَامَ وَ لَا الۡہَدۡیَ وَ لَا الۡقَلَآئِدَ وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ
فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا ؕ وَ اِذَا حَلَلۡتُمۡ فَاصۡطَادُوۡا ؕ وَ
لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ
الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا ۘ وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ
لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian kamu. Dihalalkan bagi kamu binatang binatang
berkaki empat, kecuali apa yang akan diberitahukan kepada
kamu, dengan tidak menghalalkan binatang buruan selama kamu dalam keadaan ihram,
sesungguhnya Allah menetapkan hukum
mengenai apa yang Dia kehendaki. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah mencemari Syiar-syiar Allah, jangan mencemari Bulan
Haram, jangan mencemari binatang-binatang kurban, jangan mencemari binatang-binatang
kurban yang ditandai kalung,
وَ لَاۤ آٰمِّیۡنَ الۡبَیۡتَ الۡحَرَامَ یَبۡتَغُوۡنَ
فَضۡلًا مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رِضۡوَانًا --
dan jangan mencemari yakni menghalangi
orang-orang yang menziarahi Baitul Haram untuk mencari karunia dan keridhaan
dari Rabb (Tuhan) mereka. Tetapi apabila
kamu telah melepas pakaian ihram maka kamu boleh berburu. وَ لَا یَجۡرِمَنَّکُمۡ شَنَاٰنُ
قَوۡمٍ اَنۡ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اَنۡ تَعۡتَدُوۡا -- dan janganlah kebencian sesuatu kaum
kepada kamu karena mereka telah menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram
mendorongmu melampaui batas. وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ
وَ التَّقۡوٰی -- Dan tolong-menolonglah kamu dalam birr
(kebajikan) dan takwa, ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ -- janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan, وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ -- dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah sangat keras. (Al-Maidah [5]:1-3).
Di Akhir Zaman ini -- khususnya di Timur Tengah – peringatan Allah Swt. pada akhir ayat
tersebut sedang menjadi kenyataan,
sebagai bukti bahwa Al-Quran bukanlah kitab berisi “kisah-kisah kaum purbakala” sekedar dongeng belaka (QS.6:26;
QS.8:32; QS.16:25, QS.23”84; QS.25:6; QS.27:69; QS.46:18; QS.68:16; QS.83:14) melainkan penuh dengan nubuatan (kabar gaib) yang pasti
akan kembali
terjadi dengan cerita dan peran
yang sama tetapi para pemerannya berbeda, sebagaimana yang
dijanjikan iblis kepada Allah Swt.
untuk menghadang hamba-hamba Allah yang beriman kepada Adam (Khalifah Allah) di jalan
lurus dengan segala cara
(QS.7:12-19; QS.17:62-66).
Nubuatan dalam
Khutbah Hajji Wada’ (Haji Terakhir)
Nabi Besar Muhammad Saw.
Memang
benar di Akhir Zaman ini di Ka’bah (Baitullah) tidak ada lagi
wujud-wujud “berhala” atau “thaghut” yang nyata, tetapi bebagai bentuk “berhala” dan thaghut” yang tidak nyata
telah kembali mengepung Baitullah
yang merupakan lambang Tauhid Ilahi yang ditegakkan kembali oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. (QS.2:128-130) dan dibersihkan lagi dari kerumunan 360 berhala sembahan bangsa
Arab jahiliyah oleh Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.17:82; QS.21:19; QS.34:50), sebagai pengabulan
doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s., khusus berkenaan dengan “kemusyrikan” yang akan
kembali melanda wilayah Timur Tengah,
yang menyebabkan terjadinya perpecahan
umat Islam dan peperangan di
antara mereka, akibat ulah para “thaghut” yang masing-masing mengatasnamakan “agama Islam” atau mengatasnamakan Al-Quran
dan Nabi Besar Muhammad saw.” sesuai
dengan peringatan dan nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. pada khutbah Hajji Wada.
Hari itu Hari Tarwiyah 10 H. Saat itu
Rasulullah Saw. pergi ke Mina dan melaksanakan shalat zuhur, asar, magrib,
isya, dan subuh di sana. Seusai menanti beberapa seat hingga matahari terbit,
beliau lantas melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu
itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk tenda yang disiapkan bagi beliau.
Setelah matahari tergelincir, Nabi Besar
Muhammad saw. meminta agar Al-Qashwa',
unta beliau, didatangkan. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul
sekitar 124.000 atau 144.000 kaum Muslim. Beliau saw. kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan
khutbah haji terakhir beliau saw. yang lebih dikenal dengan sebutan haji wada':
Wahai
manusia! Dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat
lagi bertemu muka dengan kamu semua di tempat ini. Tahukah kamu semua, hari apakah ini? (Beliau menjawab
sendiri) Inilah Hari Nahr, hari
kurban yang suci.Tahukah kamu bulan
apakah ini? Inilah bulan suci.
Tahukah kalian tempat apakah ini?
Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua bahwa
darah dan nyawa kalian, harta benda kalian dan kehormatan yang satu terhadap
yang lainnya haram atas kalian sampai kalian bertemu dengan Tuhan kalian kelak.
Semua harus kalian sucikan
sebagaimana sucinya hari ini,
sebagaimana sucinya bulan ini, dan
sebagaimana sucinya kota ini.
Hendaklah berita ini disampaikan kepada
orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka hendaklah ia bayarkan kepada yang empunya. Dan, sesungguhnya riba jahiliah adalah batil. Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Al-'Abbas bin'Abdul-Muththalib.
Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan
dendam pembunuhan jahiliah, dan penuntutan
darah cara jahiliah. Yang pertama kali kuhapuskan
adalah tuntutan darah 'Amir bin
Al-Harits.
Wahai manusia! Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumi kalian yang
suci ini. Tetapi, ia bangga jika kamu dapat menaatinya
walau dalam perkara yang kelihatannya
kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah
kalian atasnya! Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi.
Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri kalian) itu ada hak-hak yang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu.
Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri kalian) itu ada hak-hak yang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu.
Karena itu, sekiranya kaum wanita itu melanggar
ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan terhadap diri
mereka yang berdosa itu.Tetapi, jika mereka berhenti dan tunduk
kepada kalian, menjadi kewajiban
kalianlah untuk memberi nafkah dan pakaian
mereka dengan sebaik-baiknya.
Ingatlah, kaum
hawa adalah makhluk yang lemah
di samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan
suatu amanah dari Tuhan dan kalian
telah halalkan kehormatan mereka dengan
kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah
kepada Allah tentang urusan wanita
dan terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat-erat, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia! Dengarkanlah baik-baik apa yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia untuk selamanya dalam hidup kalian!
Wahai manusia! Kalian hendaklah mengerti
bahwa orang-orang beriman itu bersaudara.
Karena itu, bagi tiap-tiap pribadi di
antara kalian terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin hati yang ikhlas.
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!
Janganlah kalian, setelah aku meninggal nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan senjata untuk menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah (AIQuran)?
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.
Wahai umatku! Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!
Karena itu, siapa saja yang hadir di antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!”
Doa
dan Nubuatan Nabi Ibrahim
a.s. Tentang Munculnya
Lagi Kemusyrikan
Nasihat Nabi Besar Muhammad saw, --
berupa peringatan dan nubuatan – yang beliau saw. kemukakan dalam
khutbah hajji wada’ tersebut sejalan
dengan doa dan nubuatan Nabi Ibrahim a.s. beberapa ribu tahun sebelumnya di lembah Bakkah (Makkah), firman-Nya:
وَ
اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ
ہٰذَا الۡبَلَدَ اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ
وَ بَنِیَّ اَنۡ نَّعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَ ﴿ؕ﴾ رَبِّ اِنَّہُنَّ
اَضۡلَلۡنَ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ ۚ
فَمَنۡ تَبِعَنِیۡ فَاِنَّہٗ مِنِّیۡ ۚ وَ
مَنۡ عَصَانِیۡ فَاِنَّکَ غَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata:
“Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah kota ini tempat yang aman,
dan lindungilah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala-berhala.
Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari antara manusia,
lalu barangsiapa mengikutiku maka
sesungguhnya ia dariku, dan barangsiapa
yang durhaka kepadaku, maka sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Ibrahim [14]:36-37).
Doa Nabi Ibrahim a.s yang
disinggung dalam ayat ini menunjukkan, bahwa beliau mengetahui bahwa kemusyrikan pada suatu hari akan
merajalela di Mekkah dan di negeri
sekitarnya. Jadi doa itu
merupakan cetusan hasrat beliau untuk
memelihara keturunan beliau dari kemusyrikan, dan doa itu dipanjatkan ribuan
tahun yang silam. Lebih lanjut Nabi
Ibrahim a.s. berdoa:
رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ
زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ
ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ
فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ﴿﴾
”Ya Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah
Engkau yang suci. Ya Rabb
(Tuhan) kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
hati manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur. Ya Rabb
(Tuhan) kami, sesungguhnya Engkau
mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi
Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit, (Ibrahim
[14]:38-39).
Yang
diisyaratkan dalam ayat رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ -- ”Ya Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah
Engkau yang suci” ialah penempatan
putra Nabi Ibrahim a.s. yakni Isma’il
a.s. dan istri Nabi Ibrahim a.s.,
yaitu Siti Hajar, di belantara
Arabia. Nabi Ismail a.s. masih
kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s. —
yang oleh karena patuhnya kepada perintah
Ilahi dan untuk memenuhi rencana Ilahi — membawa beliau dan ibunda beliau,
Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang terletak kota
Mekkah.
Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari).
Tetapi Allah Swt. telah
merencanakan sedemikian rupa sehingga tempat
itu menjadi medan kegiatan bagi amanat terakhir dari Allah Swt. untuk seluruh umat manusia.
Nabi Isma’il a.s. telah terpilih sebagai alat untuk melaksanakan rencana Ilahi itu. Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut telah memperoleh perwujudan yang sempurna dalam diri Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-130), sebab sebelum beliau saw hanya
orang-orang Arab sajalah yang
berkunjung ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban
mereka, tetapi sesudah kedatangan beliau saw., bangsa-bangsa dari seluruh
dunia mulai berkunjung ke kota itu.
Makna Istighfar Para
Nabi Allah
Doa Nabi
Ibrahim a.s. tersebut iucapkan pada saat, ketika tidak ada sehelai pun rumput
nampak tumbuh dalam jarak bermil-mil di sekitar Mekkah. Namun nubuatan itu telah menjadi sempurna
dengan cara yang menakjubkan, sebab buah-buahan
yang paling terpilih didatangkan
orang berlimpah-limpah ke Mekkah pada setiap musim (QS.2:126-127). Lebih lanjut
Nabi Ibrahim a.s. berdoa:
اَلۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ
اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ اِنَّ
رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿﴾ رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ
الصَّلٰوۃِ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ
رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ ﴿﴾
رَبَّنَا
اغۡفِرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیَّ وَ
لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ ﴿٪﴾
“Segala puji bagi Allah Yang telah
menganugerahkan kepadaku Isma’il dan
Ishaq walaupun usiaku telah lanjut, sesungguhnya Rabb-ku
(Tuhan-ku) Maha Mendengar doa. Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah aku
orang yang senantiasa mendirikan
shalat, dan juga keturunanku. Ya Rabb kami (Tuhan kami), dan kabulkanlah doaku. Ya
Rabb kami (Tuhan kami), ampunilah aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang
yang beriman pada Hari penghisaban.” (Ibrahim
[14]:40-42).
Yang menjadi sebab mengapa para nabi Allah biasa membaca istighfar,
padahal beliau-beliau pada hakikatnya dijamin
untuk mendapat perlindungan terhadap syaitan, ialah kesadaran mereka tentang kesucian
dan keagungan Allah Swt. satu pihak,
dan mengenai kelemahan diri mereka
sendiri di pihak lain.
Kesadaran
akan kelemahan insani itulah yang
mendorong mereka untuk mendoa dengan merendahkan diri kepada Allah Swt., supaya Dia “menutupi” mereka dengan
sifat Rahmān dan Rahīm-Nya, supaya wujud mereka sendiri hilang dan tenggelam sepenuhnya dalam Wujud-Nya. Itulah makna ayat رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِیۡ وَ
لِوَالِدَیَّ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ
یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ -- “Ya Rabb kami (Tuhan kami), ampunilah aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang
yang beriman pada Hari penghisaban.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar