Senin, 20 Januari 2014

Tauhid Ilahi Identik dengan "Kesatuan dan Persatuan Umat" & Kemusyrikan Identik dengan "Perpecahan Umat"

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  127

Tauhid Ilahi Identik dengan "Kesatuan dan Persatuan Umat" & Kemusyrikan Identik dengan "Perpecahan Umat"  

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  malaikat penjaga neraka jahannam pun akan menanyakan   kepada para calon penghuni neraka jahannam di Akhirat tentang sikap mereka terhadap  para  Rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ  زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی  اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ  اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ  اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ﴿﴾ قِیۡلَ  ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang kafir  akan digiring ke Jahannam  rombongan-rombongan, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya dibukakan, dan penjaga-penjaganya akan berkata kepada mereka: “Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu sendiri membacakan kepada kamu Ayat-ayat Tuhan kamu, dan memberi peringatan kepada kamu mengenai pertemuan pada hari kamu ini?” Mereka akan berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap  orang-orang kafir.  Akan dikatakan:  Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu akan kekal di dalamnya”, maka sangat buruk tempat tinggal orang-orang yang  sombong.” (Az-Zumar [39]:72-73).

Sambutan Hangat Para Penjaga Pintu-pintu Surga

 Berbeda dengan sambutan  para malaikat penjaga neraka Jahannam kepada para penentang Rasul Allah, selanjutnnya Allah Swt. berfirman mengenai sambutan  para malaikat penjaga surga terhadap para calon penghuni surga   -- yakni mereka yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus kepada mereka  serta membantu perjuangan sucinya – firman-Nya:
وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ  اِلَی الۡجَنَّۃِ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی  اِذَا جَآءُوۡہَا وَ فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَا سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ طِبۡتُمۡ فَادۡخُلُوۡہَا خٰلِدِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ صَدَقَنَا وَعۡدَہٗ وَ اَوۡرَثَنَا الۡاَرۡضَ نَتَبَوَّاُ مِنَ الۡجَنَّۃِ حَیۡثُ نَشَآءُ ۚ فَنِعۡمَ  اَجۡرُ الۡعٰمِلِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ تَرَی الۡمَلٰٓئِکَۃَ  حَآفِّیۡنَ مِنۡ حَوۡلِ الۡعَرۡشِ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ ۚ وَ قُضِیَ بَیۡنَہُمۡ  بِالۡحَقِّ وَ قِیۡلَ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang bertakwa akan  digiring kepada Rabb (Tuhan) mereka ke dalam surga berombongan-rombongan, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya  dibukakan, dan penjaga-penjaganya   berkata kepada mereka: ”Selamat sejahtera atas kamu,  dan berbahagialah kamu,  maka masukilah surga ini untuk selama-lamanya.  Dan mereka  berkata:  Segala puji bagi Allah  Yang telah menggenapi janji-Nya  kepada kami  dan telah mewariskan kepada kami bumi, kami akan bertempat tinggal di surga di mana pun kami menghendaki.” Maka alangkah baiknya ganjaran orang-orang yang beramal.   Dan engkau akan melihat malaikat-malaikat berkeliling di sekitar ‘Arasy seraya bertasbih dengan menyanjungkan puji-pujian kepada Rabb (Tuhan) mereka.  Dan keputusan akan  diberikan di antara mereka dengan adil, dan akan dikatakan: “Segala puji bagi Allāh, Rabb (Tuhan) seluruh alam.” (Az-Zumar [39]:74-75).
     Kata thibtum dalam ayat وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَا سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ طِبۡتُمۡ  -- “penjaga-penjaganya berkata kepada mereka:  Selamat sejahtera atas kamu,  dan berbahagialah kamu,” dapat pula berarti  karena kamu menjalani kehidupan yang baik dan suci-murni.” Ucapan para malaikat penjaga  pintu-pintu surga tersebut   selaras dengan firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang istiqamah  (berpegang teguh) pada Tauhid Ilahi  yang diajarkan Rasul Allah  yang  mereka imani, walau pun mendapat penentangan yang sangat keras dan zalim dari para pemuka kaum:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ  ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ عَلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  اَلَّا تَخَافُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَ اَبۡشِرُوۡا بِالۡجَنَّۃِ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾ نَحۡنُ اَوۡلِیٰٓؤُکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ  الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ نُزُلًا  مِّنۡ غَفُوۡرٍ  رَّحِیۡمٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ”Rabb (Tuhan) kami Allah,” kemudian mereka teguh,  kepada mereka turun  malaikat-malaikat seraya berkata: Janganlah kamu takut, dan jangan pula bersedih, dan bergembiralah  kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepada kamu.   Kami adalah teman-teman kamu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan bagi  kamu di dalamnya apa yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta, sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Hā MīmAs-Sajdah [41]:31-33). Lihat pula QS,21:102-104; QS.46:14-15.

Makna “Turunnya Para Malaikat”

  Bukan hanya nanti di alam akhirat saja, tetapi dalam kehidupan di dunia ini juga malaikat-malaikat turun kepada orang yang beriman,  untuk memberi mereka kata-kata penghibur dan pelipur lara jika mereka menampakkan keteguhan dan ketabahan di tengah-tengah cobaan dan kemalangan yang berat di jalan Allah. Lihat pula QS.2:122-127; QS.6:159; QS.8:13-15. Bahkan menurut riwayat,  dalam Perang Badar orang-orang Islam benar-benar menyaksikan  para malaikat  membantu mereka  dalam wujud orang-orang  yang berpakaian (berjubah) dan memakai sorban hitam.
  Kenapa demikian? Sebab jika tidak karena adanya kabar-kabar gembira dari para malaikat tersebut, bagaimana  mungkin orang-orang yang telah beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut akan dapat mempertahankan keimanannya menghadapi fitnah-fitnah dan berbagai betuk penganiayaan zalim yang dilakukan oleh para penentang Rasul Allah,   sebagaimana dijanjikan Iblis kepada Allah Swt. untuk menghadang perjuangan  suci Adam (Khalifah Allah)  di jalan-Nya (QS.7:12-19; QS.15:40-46; QS.17:62-66;QS.38:72-86).
     Makna ayat  selanjutnya  وَ تَرَی الۡمَلٰٓئِکَۃَ  حَآفِّیۡنَ مِنۡ حَوۡلِ الۡعَرۡشِ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِم  -- “Dan engkau akan melihat malaikat-malaikat berkeliling di sekitar ‘Arasy seraya bertasbih dengan menyanjungkan puji-pujian kepada Rabb (Tuhan) mereka”, Sifat-sifat Allah Swt. akan menampakkan penjelmaan yang paling sempurna pada Hari Pembalasan dan para malaikat yang bertugas akan menyanyikan puji-pujian dan sanjungan kepada Dzat Yang Maha Suci.
     Atau, ayat ini dapat pula berarti bahwa Keesaan Tuhan yang diperjuangkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. akan berdiri mapan di Arabia, dan abdi-abdi Allah yang benar di dunia bersama-sama dengan para malaikat di seluruh langit, akan menyanjung puji-pujian kepada  Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.

Sunnatullah Berulang Lagi di Akhir Zaman

      Kejadian tersebut akan kembali terulang di Akhir Zaman ketika  dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam  yang kedua kali  Allah Swt. membangkitkan lagi Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di kalangan kaum “ākhirīna minhum” (QS.62:3-5) melalui perjuangan suci Rasul Akhir Zaman (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Firman-Nya lagi:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
  Perlu diketahui, bahwa menurut Allah Swt. yang dimaksud dengan “orang-orang musyrik” tdak hanya merujuk kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt.  dengan sembahan-sembahan selain Allah Swt. saja, tetapi para pemuka agama yang telah membuat para pemeluk agama Tauhid terpecah-belah menjadi berbagai macam sekte dan firqah pun   Allah Swt. menyebut mereka   orang-orang musyrik”, firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,    yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).

Makna Lain “Orang-orang Musyrik

      Tuhan adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu (QS.21:93-94; QS.23:53), inilah fithrat Allāh dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri. Di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
    Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan, -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki --  adalah tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas utama, itulah makna ayat  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ     -- “Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat”.
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ  -- “dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,”   مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ   --   yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya. Penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat beragama di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran sehingga timbullah berbagai  sekte  dan firqah   yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka, karena masing-masing kepala (pemimpin)  sekte atau firqah agama-agama tersebut  menganggap bahwa hanya sektenya sajalah yang benar pemahaman  agamanya, sedangkan seke-sekte lainnya tidak benar, bahkan sesat, itulah makna  کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --  “tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka.

Tauhid Ilahi Identik  dengan Kesatuan dan Persatuan Umat  &
Kemusyrikan Identik dengan Perpecahan Umat

     Dalam Surah Al-Quran  lainnya Allah Swt. berfirman kepada para Rasul Allah mengenai  Ke-Esa-an Tuhan  dan ke-satu-an umat, firman-Nya:  
اِنَّ ہٰذِہٖۤ  اُمَّتُکُمۡ اُمَّۃً  وَّاحِدَۃً ۫ۖ وَّ اَنَا رَبُّکُمۡ  فَاعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾ وَ تَقَطَّعُوۡۤا  اَمۡرَہُمۡ بَیۡنَہُمۡ ؕ کُلٌّ اِلَیۡنَا رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾
 Sesungguhnya umat kamu ini merupakan satu umat, dan Aku adalah Rabb (Tuhan) kamu   maka sembahlah Aku.    Tetapi mereka telah memotong-motong urusan agama mereka di antara mereka, padahal semuanya akan kembali kepada Kami. (Al-Anbiya [21]:93-94). 
      Dalam beberapa ayat yang mendahuluinya (QS.21:52-92 beberapa nabi Allah dan beberapa orang muttaqi disebutkan bersama-sama. Ini bukan secara kebetulan saja. Nabi-nabi itu disebut bersama-sama, mempunyai suatu tujuan tertentu. Semuanya mempunyai satu hal yang sama. Mereka semua mengalami penderitaan-penderitaan dan kemalangan-kemalangan besar dalam satu bentuk atau lain dan memperlihatkan kesabaran dan ketabahan yang sangat tinggi dan sangat mulia di bawah himpitan cobaan-cobaan yang paling hebat. Para Rasul Allah tersebut  mengajarkan pula asas pokok semua agama  ialah tauhid Ilahi dan melarang menyembah thāghūt (QS.16:36-37).  
      Segolongan manusia, ialah hamba-hamba Allah yang shaleh, telah disebut dalam beberapa ayat sebelumnya. Ayat  وَ تَقَطَّعُوۡۤا  اَمۡرَہُمۡ بَیۡنَہُمۡ ؕ کُلٌّ اِلَیۡنَا رٰجِعُوۡنَ  -- “Tetapi mereka telah memotong-motong urusan agama mereka di antara mereka, padahal semuanya akan kembali kepada Kami” (Al-Anbiya [21]:94),  menunjuk kepada suatu golongan lain — ialah mereka yang menolak nabi-nabi Allah — yang menanggung akibat, mereka menjadi korban perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran di antara mereka sendiri dan berpegang pada kepercayaan-kepercayaan dan itikad-itikad yang saling berlawanan.
     Itulah sebabnya Allah Swt. telah menyebut mereka sebagai “orang-orang musyrik”, karena kemusyrikan identik dengan pertentangan dan perpecahan umat, sedangkan Tauhid Ilahi yang dijaarkan para Rasul Allah  identik dengan kesatuan dan persatuan umat, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,    yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   25 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar