بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
127
Tauhid Ilahi Identik dengan "Kesatuan dan Persatuan Umat" & Kemusyrikan Identik dengan "Perpecahan Umat"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai malaikat
penjaga neraka jahannam pun akan menanyakan kepada para calon penghuni neraka jahannam di Akhirat tentang sikap
mereka terhadap para Rasul
Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اِلٰی جَہَنَّمَ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ
خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ
مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ
یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ﴿﴾ قِیۡلَ
ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی
الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang kafir akan digiring ke Jahannam rombongan-rombongan, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya
dibukakan, dan penjaga-penjaganya
akan berkata kepada mereka: “Bukankah
telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu sendiri membacakan kepada
kamu Ayat-ayat Tuhan kamu, dan memberi
peringatan kepada kamu mengenai pertemuan pada hari kamu ini?” Mereka akan
berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab
terhadap orang-orang kafir.” Akan
dikatakan: ”Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu akan
kekal di dalamnya”, maka sangat
buruk tempat tinggal orang-orang yang
sombong.” (Az-Zumar [39]:72-73).
Sambutan Hangat Para Penjaga Pintu-pintu Surga
Berbeda dengan sambutan para malaikat penjaga neraka Jahannam kepada para penentang Rasul Allah, selanjutnnya
Allah Swt. berfirman mengenai sambutan
para malaikat penjaga surga terhadap para calon penghuni surga -- yakni mereka
yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus kepada mereka serta membantu perjuangan sucinya – firman-Nya:
وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ
اِلَی الۡجَنَّۃِ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی
اِذَا جَآءُوۡہَا وَ فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَا
سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ طِبۡتُمۡ فَادۡخُلُوۡہَا خٰلِدِیۡنَ ﴿ ﴾
وَ قَالُوا
الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ صَدَقَنَا وَعۡدَہٗ وَ اَوۡرَثَنَا الۡاَرۡضَ
نَتَبَوَّاُ مِنَ الۡجَنَّۃِ حَیۡثُ نَشَآءُ ۚ فَنِعۡمَ اَجۡرُ الۡعٰمِلِیۡنَ ﴿ ﴾
وَ تَرَی
الۡمَلٰٓئِکَۃَ حَآفِّیۡنَ مِنۡ حَوۡلِ
الۡعَرۡشِ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ ۚ وَ قُضِیَ بَیۡنَہُمۡ بِالۡحَقِّ وَ قِیۡلَ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang bertakwa akan digiring
kepada Rabb (Tuhan) mereka ke dalam
surga berombongan-rombongan, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya
dibukakan, dan penjaga-penjaganya berkata kepada mereka: ”Selamat sejahtera atas kamu,
dan berbahagialah kamu, maka masukilah
surga ini untuk selama-lamanya.” Dan
mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang
telah menggenapi janji-Nya kepada kami dan telah
mewariskan kepada kami bumi, kami
akan bertempat tinggal di surga di mana pun kami menghendaki.” Maka
alangkah baiknya ganjaran orang-orang
yang beramal. Dan engkau akan melihat malaikat-malaikat berkeliling di sekitar ‘Arasy seraya bertasbih dengan menyanjungkan puji-pujian kepada Rabb (Tuhan) mereka. Dan keputusan
akan diberikan di antara mereka dengan
adil, dan akan dikatakan: “Segala
puji bagi Allāh, Rabb (Tuhan) seluruh alam.” (Az-Zumar [39]:74-75).
Kata thibtum
dalam ayat وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَا سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ طِبۡتُمۡ -- “penjaga-penjaganya berkata kepada mereka: ”Selamat sejahtera atas kamu, dan berbahagialah
kamu,” dapat pula berarti “karena kamu menjalani kehidupan yang baik
dan suci-murni.” Ucapan para malaikat
penjaga pintu-pintu surga tersebut
selaras dengan firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang istiqamah (berpegang teguh) pada Tauhid Ilahi yang diajarkan Rasul Allah yang
mereka imani, walau pun mendapat
penentangan yang sangat keras dan zalim
dari para pemuka kaum:
اِنَّ الَّذِیۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا
اللّٰہُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ
عَلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ اَلَّا
تَخَافُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَ اَبۡشِرُوۡا بِالۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ
کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾ نَحۡنُ اَوۡلِیٰٓؤُکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ لَکُمۡ
فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ نُزُلًا مِّنۡ غَفُوۡرٍ رَّحِیۡمٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang berkata: ”Rabb (Tuhan)
kami Allah,” kemudian mereka teguh, kepada mereka turun malaikat-malaikat seraya
berkata: ”Janganlah kamu
takut, dan jangan pula bersedih, dan bergembiralah kamu dengan surga
yang telah dijanjikan kepada kamu. Kami
adalah teman-teman kamu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan bagi kamu di
dalamnya apa yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta, sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Hā Mīm – As-Sajdah
[41]:31-33). Lihat pula QS,21:102-104; QS.46:14-15.
Makna “Turunnya Para Malaikat”
Bukan
hanya nanti di alam akhirat saja,
tetapi dalam kehidupan di dunia ini
juga malaikat-malaikat
turun kepada orang yang beriman, untuk memberi mereka kata-kata penghibur dan pelipur lara jika mereka menampakkan keteguhan dan ketabahan
di tengah-tengah cobaan dan kemalangan yang berat di jalan Allah. Lihat pula QS.2:122-127;
QS.6:159; QS.8:13-15. Bahkan menurut riwayat,
dalam Perang Badar orang-orang
Islam benar-benar menyaksikan para malaikat
membantu mereka dalam wujud
orang-orang yang berpakaian (berjubah)
dan memakai sorban hitam.
Kenapa demikian? Sebab jika tidak karena
adanya kabar-kabar gembira dari para
malaikat tersebut, bagaimana mungkin
orang-orang yang telah beriman kepada
Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut akan dapat
mempertahankan keimanannya menghadapi
fitnah-fitnah dan berbagai betuk penganiayaan zalim yang dilakukan oleh
para penentang Rasul Allah, sebagaimana dijanjikan Iblis kepada Allah Swt. untuk menghadang
perjuangan suci Adam (Khalifah Allah) di jalan-Nya (QS.7:12-19; QS.15:40-46;
QS.17:62-66;QS.38:72-86).
Makna ayat selanjutnya وَ تَرَی الۡمَلٰٓئِکَۃَ حَآفِّیۡنَ مِنۡ حَوۡلِ الۡعَرۡشِ
یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّہِم -- “Dan
engkau akan melihat malaikat-malaikat
berkeliling di sekitar ‘Arasy seraya bertasbih
dengan menyanjungkan puji-pujian kepada
Rabb (Tuhan) mereka”, Sifat-sifat Allah Swt. akan menampakkan penjelmaan yang paling sempurna pada Hari Pembalasan dan para malaikat yang bertugas akan menyanyikan puji-pujian dan sanjungan kepada Dzat Yang
Maha Suci.
Atau, ayat ini dapat pula berarti
bahwa Keesaan Tuhan yang
diperjuangkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. akan berdiri mapan di Arabia, dan abdi-abdi Allah yang benar di dunia bersama-sama dengan para malaikat di seluruh langit, akan menyanjung puji-pujian kepada Allah Swt., Rabb (Tuhan) seluruh alam.
Sunnatullah Berulang Lagi di Akhir Zaman
Kejadian tersebut akan
kembali terulang di Akhir Zaman
ketika dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali Allah Swt. membangkitkan lagi Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani
di kalangan kaum “ākhirīna minhum”
(QS.62:3-5) melalui perjuangan suci Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Firman-Nya
lagi:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Perlu diketahui, bahwa menurut Allah Swt.
yang dimaksud dengan “orang-orang musyrik” tdak hanya merujuk kepada
orang-orang yang mempersekutukan
Allah Swt. dengan sembahan-sembahan selain Allah Swt. saja, tetapi para pemuka agama yang telah membuat para pemeluk agama Tauhid terpecah-belah menjadi berbagai macam sekte dan firqah pun Allah
Swt. menyebut mereka “orang-orang
musyrik”, firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ
حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ الَّتِیۡ
فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu Dia
menciptakan manusia, tidak ada perubahan
dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada
pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
Makna Lain “Orang-orang
Musyrik”
Tuhan
adalah Esa dan kemanusiaan itu satu (QS.21:93-94; QS.23:53), inilah fithrat
Allāh dan dīnul-fithrah — satu agama
yang berakar dalam fitrat manusia —
dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri
dan berlaku secara naluri. Di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan
orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu,
kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
Ayat
selanjutnya menjelaskan bahwa hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan
mutlak dan Keesaan Tuhan, -- yang
sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama
yang hakiki -- adalah tidak cukup. Suatu
agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua
peraturan dan perintah itu shalatlah
yang harus mendapat prioritas utama, itulah makna ayat مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ -- “Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah
kepada-Nya serta dirikanlah shalat”.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- “dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
musyrik,” مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا
دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya.” Penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat
beragama di zaman lampau kepada perpecahan
dalam bentuk aliran-aliran sehingga
timbullah berbagai sekte dan firqah
yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa
di antara mereka, karena masing-masing kepala
(pemimpin) sekte atau firqah agama-agama tersebut menganggap bahwa hanya sektenya sajalah yang benar pemahaman agamanya,
sedangkan seke-sekte lainnya tidak benar, bahkan sesat, itulah makna کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- “tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada
pada mereka.”
Tauhid Ilahi Identik dengan Kesatuan dan Persatuan Umat &
Kemusyrikan Identik dengan Perpecahan
Umat
Dalam Surah Al-Quran lainnya Allah Swt. berfirman kepada para Rasul Allah mengenai Ke-Esa-an
Tuhan dan ke-satu-an umat, firman-Nya:
اِنَّ ہٰذِہٖۤ اُمَّتُکُمۡ
اُمَّۃً وَّاحِدَۃً ۫ۖ وَّ اَنَا
رَبُّکُمۡ فَاعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾ وَ تَقَطَّعُوۡۤا اَمۡرَہُمۡ
بَیۡنَہُمۡ ؕ کُلٌّ اِلَیۡنَا رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya umat kamu ini merupakan satu
umat, dan Aku adalah Rabb (Tuhan) kamu maka sembahlah Aku. Tetapi mereka telah memotong-motong urusan agama mereka di antara mereka,
padahal semuanya akan
kembali kepada Kami. (Al-Anbiya [21]:93-94).
Dalam
beberapa ayat yang mendahuluinya (QS.21:52-92 beberapa nabi Allah dan beberapa orang
muttaqi disebutkan bersama-sama. Ini bukan secara kebetulan saja. Nabi-nabi itu disebut bersama-sama, mempunyai
suatu tujuan tertentu. Semuanya mempunyai satu hal yang sama. Mereka semua
mengalami penderitaan-penderitaan dan
kemalangan-kemalangan besar dalam
satu bentuk atau lain dan memperlihatkan kesabaran
dan ketabahan yang sangat tinggi dan
sangat mulia di bawah himpitan cobaan-cobaan
yang paling hebat. Para Rasul Allah
tersebut mengajarkan pula asas pokok semua agama ialah tauhid Ilahi dan melarang menyembah thāghūt (QS.16:36-37).
Segolongan manusia, ialah hamba-hamba Allah yang shaleh,
telah disebut dalam beberapa ayat sebelumnya. Ayat وَ تَقَطَّعُوۡۤا اَمۡرَہُمۡ بَیۡنَہُمۡ ؕ کُلٌّ اِلَیۡنَا
رٰجِعُوۡنَ -- “Tetapi
mereka telah memotong-motong urusan
agama mereka di antara mereka, padahal semuanya akan kembali kepada Kami” (Al-Anbiya [21]:94), menunjuk
kepada suatu golongan lain — ialah mereka yang menolak nabi-nabi Allah — yang menanggung akibat, mereka menjadi korban
perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran
di antara mereka sendiri dan berpegang pada kepercayaan-kepercayaan
dan itikad-itikad yang saling
berlawanan.
Itulah sebabnya Allah Swt. telah menyebut
mereka sebagai “orang-orang musyrik”,
karena kemusyrikan identik dengan pertentangan dan perpecahan umat, sedangkan Tauhid
Ilahi yang dijaarkan para Rasul Allah identik dengan kesatuan dan persatuan umat, sebagaimana
firman-Nya sebelum ini:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ
حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ الَّتِیۡ
فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا
تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ
اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu Dia
menciptakan manusia, tidak ada perubahan
dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada
pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 25 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar