بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
123
Dialog Allah Swt. dengan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang Penyembahan
Terhadap Beliau dan Ibunya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai pokok pembahasan utama Surah Maryam
yaitu ialah bantahan terhadap ‘itikad Trinitas
dan penebusan dosa maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi Ar-Rahmān (Maha Pemurah) itu disebut
dengan berulang-ulang, firman-Nya:
وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ
شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ
یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ
وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ
لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ اٰتِی
الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ
وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak laki-laki."
Sungguh
kamu benar-benar telah mengucapkan
sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah
karenanya, bumi terbelah, dan
gunung-gunung runtuh berkeping-keping,
karena mereka menyatakan Tuhan
Yang Maha Pemurah punya anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah, mengambil seorang anak
laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi
melainkan ia akan datang kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah sebagai hamba. Sungguh Dia
benar-benar mengetahui jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap
mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam
[18]:89-96).
'Itikad penebusan
dosa yang mengandung arti atau tuduhan bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) Allah Swt. menghendaki bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni manusia, itulah sebabnya Sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) berulang kali disebut
dalam Surah Maryam.
Lebih lanjut
Allah Swt. menyatakan bahwa Tuhan Yang
bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu
tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik (Mālik) seluruh langit
dan bumi dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam,
dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya,
dan Yesus pun adalah salah seorang
dari antara mereka., itulah makna ayat اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا -- “Tidak
ada seorang pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.”
Selanjutnya
Allah Swt. menyatakan dengan tegas,
bahwa semua orang yang
mempercayai “Trinitas” dan “penebusan
dosa” akan diminta pertanggungjawaban
atau akan ditanyai mengenai amal
perbuatannya masing-masing yakni mereka
akan “ditanyai” Allah Swt.:
لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ
عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ
کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
“Dan sungguh Dia benar-benar mengetahui
jumlah mereka dan menghitung mereka dengan menyeluruh. Dan setiap
mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.” (Maryam
[19]:95-96).
Dialog Allah Swt. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Bantahan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Berikut adalah pertanyaan yang diajukan Allah Swt. kepada Nabi Isa Ibnu Maryam
berkenaan munculnya itikad “Trinitas”
dan “penebusan dosa” sepeninggal
beliau, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ
اِلٰہَیۡنِ
مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ
اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ
لَاۤ
اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
مَا قُلۡتُ
لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan
selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku
mengatakan apa yang sekali-kali
bukan hakku. Jika aku telah
mengatakannya maka sungguh Engkau
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak
mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau,
sesungguh-nya
Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang telah Engkau
perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”
Dan aku menjadi saksi atas mereka selama
aku berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:117-118).
Pertanyaan Allah Swt. kepada Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. dalam ayat 117: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" itu menunjuk kepada kebiasaan Gereja Kristen yang menisbahkan
kekuatan-kekuatan Uluhiyyah (Ketuhanan) kepada Siti Maryam.
Pertolongan Siti Maryam dimohon
dalam Litania (suatu bentuk sembahyang), sedangkan dalam Katakisma
(Cathechism, yakni, dasar-dasar ajaran agama berupa tanya-jawab) Gereja
Romawi ditanamkan akidah bahwa beliau
itu bunda Tuhan. Gerejawan-gerejawan
di zaman lampau menganggap beliau mempunyai sifat-sifat
Tuhan dan hanya beberapa tahun yang silam, Paus Pius XII telah memasukkan
paham kenaikan Siti Maryam ke langit
dalam ajaran Gereja. Semua ini sama halnya dengan menaikkan beliau ke jenjang Ketuhanan
dan inilah apa yang dicela oleh umat Protestan dan disebut sebagai Mariolatry
(Pemujaan Dara Maria).
Ungkapan bahasa Arab dalam teks
yang diterjemahkan sebagai “Tidak layak bagiku” dapat ditafsirkan
sebagai: “Tidak patut bagiku” atau “Tidak mungkin bagiku” atau “Aku tidak berhak berbuat demikian”, dan
sebagainya. Itulah makna سُبۡحٰنَکَ
مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا
لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ -- “Maha
Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan
apa yang sekali-kali bukan hakku.”
Selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. menyatakan bahwa beliau sama sekali tidak mengetahui hal-hal
gaib, termasuk adanya penyimpangan dalam Tauhid Ilahi yang beliau ajarkan setelah beliau wafat:
اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ
لَاۤ
اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Jika aku
telah mengatakannya maka sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku,
sedangkan aku tidak mengetahui apa yang
ada dalam diri Engkau, sesungguhnya
Engkau benar-benar Maha Mengetahui
segala yang gaib.”
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Telah Wafat
Selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
berkata mengenai tugas dan ajaran Tauhid yang beliau sampaikan kepada kaum beliau:
مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ
رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ
“Aku
sekali-kali tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang telah
Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”
Jadi, Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. mengajarkan
menyembah hanya satu Tuhan (Matius 4:10 & 22:34-40) dan Lukas
4:8). Lihat pula QS.3:52; QS.4:172; QS.5:73-74; QS.19:37; QS.43:64-66. Lebih
lanjut beliau menjelaskan:
وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾
“Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku
berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu.”
Menurut
ayat tersebut, selama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. hidup,
beliau mengamati dengan cermat pengikut-pengikut beliau dan menjaga agar mereka jangan menyimpang
dari jalan yang benar, tetapi sesudah
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. wafat, beliau tidak mengetahui betapa mereka telah
berbuat dan akidah-akidah palsu apa
yang dianut mereka,
Kini, oleh karena pengikut-pengikut Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah sesat
dari Tauhid
Ilahi yang beliau ajarkan maka
dapat diambil kesimpulan pasti bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat, sebab sebagaimana
ditunjukkan oleh ayat itu, sesudah wafatnya
itulah beliau disembah sebagai Tuhan.
Begitu pula kenyataan bahwa menurut
ayat ini Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan
menyatakan tidak tahu-menahu bahwa pengikut-pengikut beliau menganggap
beliau dan bundanya sebagai dua tuhan sesudah beliau meninggalkan mereka, membuktikan bahwa
beliau tidak akan kembali lagi ke dunia.
Kenapa demikian? Sebab apabila Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. harus kembali ke dunia ini dan melihat dengan mata sendiri mereka yang
mengaku pengikut-pengikut beliau
telah menjadi rusak dan telah mempertuhankan beliau maka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak dapat berdalih tidak tahu-menahu tentang diri beliau telah dipertuhankan
mereka. Jika sekiranya beliau berbuat demikian, jawaban beliau dengan berdalih tidak
tahu-menahu, akan sama halnya dengan benar-benar dusta. Itulah makna jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ
لِیۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭
بِحَقٍّ -- “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku
mengatakan apa yang sekali-kali
bukan hakku.”
Dengan demikian ayat itu membuktikan f bahwa Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. benar-benar telah wafat
dan beliau sekali-kali tidak akan kembali
ke dunia ini. Lebih-lebih menurut hadits yang termasyhur, Nabi Besar Muhammad saw. akan menggunakan kata-kata seperti itu pada Hari
Kebangkitan, sebagaimana kata-kata itu diletakkan di sini pada mulut Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., bila kelak beliau saw. melihat mereka yang mengaku sebagai pengikut
beliau saw. atau mengaku sebagai umat Islam digiring ke neraka.
Persamaan Jawaban Nabi
Besar Muhammad saw. dengan
Jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Terhadap Pertanyaan
Allah Swt.
Sabda Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut memberikan dukungan lebih lanjut pada kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah wafat
seperti halnya semua Rasul Allah beliau saw. yang diutus sebelum beliau saw. juga
telah wafat (QS.21:35). Berikut terjemahan hadits mengenai hal tersebut:
“Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah
menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Al Mughirah bin
An Nu'man seorang syaikh dari An Nakha', dia berkata; aku mendengar Sa'id bin Jubair
bercerita; aku mendengar Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallāhu 'alaihi
wasallam menyampaikan nasihat di tengah-tengah kami, lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan kepada Allah dalam keadaan tak
beralas kaki, bertelanjang dan tidak berkhitan. (Sebagaimana kami Telah memulai penciptaan
pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami
tepati; sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.) Ketahuilah bahwa manusia pertama yang akan dikenakan pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim, dan sungguh ia akan didatangi
oleh orang-orang dari umatku, lalu ia membawa mereka ke sebelah kiri. Kemudian sungguh aku akan
mengucapkan: 'Sahabatku, sahabatku!' Lalu akan dikatakan
kepadaku: ”Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada adakan setelah
ketiadaan engkau.” Lalu sungguh aku akan mengatakan sebagaimana yang
dikatakan oleh hamba yang shalih:
مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ
اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾مَا
قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ
فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ
الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ
وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
(Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku mengatakannya
yaitu: “Sembahlah Allah, Rabb-ku (Tuhanku)
dan Rabb kamu (Tuhan kamu)”, dan adalah
aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka, maka
setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah Yang Mengawasi mereka. dan Engkau
adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana – QS.5:117-119).
Lalu dikatakan; "Sesungguhnya mereka telah murtad kembali kepada
kepercayaan lama mereka semenjak engkau
meninggalkan mereka." Syu'bah berkata: “Dia mendiktekannya kepada
Sufyan, kemudian Sufyan mendiktekannya kepadaku." Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al
Mughirah bin An Nu'man dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata;
"Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasehat di
tengah-tengah kami." Lalu dikemukakan haditsnya. (Musnad Ahmad nomor 2168).
Pertanyaan Allah Swt. kepada Para Rasul Allah dan Kaum Mereka
Dengan
demikian benarlah firman Allah Swt.
firman-Nya berikut ini mengenai para Rasul
Allah dan kaum mereka, bahwa
mereka semua akan “ditanyai” Allah
Swt. mengenai kewajiban dan tanggungjawab masing-masing pihak:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا
ذَاۤ
اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah
mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban yang
diberikan kaum kamu kepada
kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110).
Firman-Nya
lagi:
فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ﴿﴾ فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾
Maka pasti akan Kami tanyai
orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus dan pasti akan Kami tanyai pula rasul-rasul itu, lalu Kami pasti akan menceriterakan kepada mereka keadaan
mereka dengan sepengetahuan Kami
dan Kami sekali-kali tidak pernah
tidak hadir. (Al-A’rāf [7]:7-8).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar