Kamis, 16 Januari 2014

Dialog Allah Swt. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang Penyembahan Terhadap Beliau dan Ibunya



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  123

     Dialog Allah Swt.   dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang Penyembahan Terhadap Beliau  dan Ibunya    

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   pokok pembahasan utama Surah Maryam  yaitu  ialah  bantahan terhadap ‘itikad  Trinitas dan penebusan dosa  maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi Ar-Rahmān (Maha Pemurah) itu disebut dengan berulang-ulang, firman-Nya:
وَ قَالُوا  اتَّخَذَ  الرَّحۡمٰنُ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾   لَقَدۡ  جِئۡتُمۡ  شَیۡئًا  اِدًّا ﴿ۙ﴾  تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ  دَعَوۡا  لِلرَّحۡمٰنِ  وَلَدًا ﴿ۚ﴾  وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ  یَّتَّخِذَ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  اِلَّاۤ اٰتِی  الرَّحۡمٰنِ  عَبۡدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  اَحۡصٰہُمۡ  وَ عَدَّہُمۡ  عَدًّا ﴿ؕ﴾  وَ  کُلُّہُمۡ  اٰتِیۡہِ  یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ   فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka  berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah meng­ambil seorang anak laki-laki."   Sungguh  kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu  yang  sangat mengerikan.   Hampir-hampir seluruh langit pecah   karenanya, bumi terbelah, dan gunung­-gunung runtuh berkeping-keping,  karena mereka menyatakan   Tuhan Yang Maha Pemurah punya  anak laki-laki.   Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang  Maha Pemurah, mengambil seorang anak laki-laki.   Tidak  ada seorang pun di se­luruh  langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.  Sungguh Dia benar-benar  mengetahui jumlah  mereka dan menghitung mereka dengan   menyeluruh.   Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [18]:89-96).
 'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti atau tuduhan bahwa Allah  Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) Allah Swt. menghendaki bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni manusia, itulah sebabnya Sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) berulang kali disebut dalam Surah  Maryam.
 Lebih lanjut Allah Swt. menyatakan bahwa  Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik (Mālik) seluruh langit dan bumi dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam, dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya, dan Yesus pun adalah salah seorang dari antara mereka., itulah makna ayat  اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  اِلَّاۤ اٰتِی  الرَّحۡمٰنِ  عَبۡدًا -- “Tidak  ada seorang pun di se­luruh  langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.
 Selanjutnya Allah Swt. menyatakan dengan tegas,  bahwa semua orang yang mempercayai “Trinitas” dan “penebusan  dosa” akan diminta pertanggungjawaban atau akan ditanyai  mengenai amal perbuatannya masing-masing yakni mereka  akan “ditanyai” Allah Swt.:
لَقَدۡ  اَحۡصٰہُمۡ  وَ عَدَّہُمۡ  عَدًّا ﴿ؕ﴾   وَ  کُلُّہُمۡ  اٰتِیۡہِ  یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ   فَرۡدًا ﴿﴾
“Dan sungguh Dia benar-benar  mengetahui jumlah  mereka dan menghitung mereka dengan   menyeluruh.   Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.” (Maryam [19]:95-96).

Dialog Allah Swt. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Bantahan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

      Berikut adalah pertanyaan yang diajukan Allah Swt. kepada Nabi Isa Ibnu Maryam berkenaan munculnya itikad “Trinitas” dan “penebusan dosa” sepeninggal beliau, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau,   sesungguh-nya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu:  Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku  maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:117-118). 
      Pertanyaan Allah Swt. kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam ayat 117:     Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia:    Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain  Allah?"   itu menunjuk kepada kebiasaan Gereja Kristen yang menisbahkan kekuatan-kekuatan Uluhiyyah (Ketuhanan) kepada Siti Maryam.
     Pertolongan Siti Maryam dimohon dalam Litania (suatu bentuk sembahyang), sedangkan dalam Katakisma (Cathechism, yakni, dasar-dasar ajaran agama berupa tanya-jawab) Gereja Romawi ditanamkan akidah bahwa beliau itu bunda Tuhan. Gerejawan-gerejawan di zaman lampau menganggap beliau mempunyai sifat-sifat Tuhan dan hanya beberapa tahun yang silam, Paus Pius XII telah memasukkan paham kenaikan Siti Maryam ke langit dalam ajaran Gereja. Semua ini sama halnya dengan menaikkan beliau ke jenjang Ketuhanan dan inilah apa yang dicela oleh umat Protestan dan disebut sebagai Mariolatry (Pemujaan Dara Maria).  
    Ungkapan bahasa Arab dalam teks yang diterjemahkan sebagai “Tidak layak bagiku” dapat ditafsirkan sebagai: “Tidak patut bagiku” atau “Tidak mungkin bagiku” atau “Aku tidak berhak berbuat demikian”, dan sebagainya. Itulah makna    سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ  -- “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku.
     Selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyatakan bahwa beliau sama sekali tidak mengetahui  hal-hal gaib,  termasuk adanya penyimpangan dalam  Tauhid Ilahi yang beliau ajarkan  setelah beliau wafat:
اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau,  sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib.” 

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Telah Wafat

      Selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berkata mengenai tugas dan ajaran Tauhid yang beliau sampaikan kepada kaum beliau:
مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ
“Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu:  Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”
     Jadi, Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. mengajarkan menyembah hanya satu Tuhan (Matius 4:10 & 22:34-40)    dan Lukas 4:8). Lihat pula QS.3:52; QS.4:172; QS.5:73-74; QS.19:37; QS.43:64-66. Lebih lanjut beliau menjelaskan:
وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾
“Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku  maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu.”
    Menurut ayat tersebut, selama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  hidup, beliau mengamati dengan cermat pengikut-pengikut beliau dan menjaga agar mereka jangan menyimpang dari jalan yang benar, tetapi sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  wafat,   beliau tidak mengetahui betapa mereka telah berbuat dan akidah-akidah palsu apa yang dianut mereka,
      Kini, oleh karena pengikut-pengikut  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   telah sesat dari  Tauhid Ilahi yang beliau ajarkan maka dapat diambil kesimpulan pasti bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    telah wafat, sebab sebagaimana ditunjukkan oleh ayat itu, sesudah wafatnya  itulah beliau disembah sebagai Tuhan.
     Begitu pula kenyataan bahwa menurut ayat ini Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  akan menyatakan tidak tahu-menahu bahwa pengikut-pengikut beliau menganggap beliau dan bundanya sebagai dua tuhan sesudah beliau meninggalkan mereka, membuktikan bahwa beliau tidak akan kembali lagi ke dunia.
    Kenapa demikian? Sebab apabila  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  harus kembali ke dunia ini dan melihat dengan mata sendiri mereka yang mengaku pengikut-pengikut beliau telah menjadi rusak dan telah mempertuhankan beliau maka  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tidak dapat berdalih tidak tahu-menahu tentang diri beliau  telah dipertuhankan mereka. Jika sekiranya beliau berbuat demikian, jawaban beliau dengan berdalih tidak tahu-menahu, akan sama halnya dengan benar-benar dusta. Itulah makna jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ  -- “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku.
     Dengan demikian ayat itu  membuktikan  f bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. benar-benar telah wafat dan beliau sekali-kali tidak akan kembali ke dunia ini. Lebih-lebih menurut hadits yang termasyhur,  Nabi Besar Muhammad saw.  akan menggunakan kata-kata seperti itu pada Hari Kebangkitan, sebagaimana kata-kata itu diletakkan di sini pada mulut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bila kelak beliau saw. melihat  mereka yang mengaku sebagai pengikut beliau   saw. atau  mengaku sebagai umat Islam  digiring ke neraka.

Persamaan Jawaban Nabi Besar Muhammad saw. dengan
Jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Terhadap  Pertanyaan Allah Swt.

      Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut memberikan dukungan lebih lanjut pada kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah   wafat seperti halnya semua Rasul Allah beliau saw.  yang diutus sebelum beliau saw. juga telah wafat  (QS.21:35). Berikut terjemahan hadits  mengenai hal tersebut:
     “Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Al Mughirah bin An Nu'man seorang syaikh dari An Nakha', dia berkata; aku mendengar Sa'id bin Jubair bercerita; aku mendengar Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasihat di tengah-tengah kami, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan kepada Allah dalam keadaan tak beralas kaki, bertelanjang dan tidak berkhitan. (Sebagaimana kami Telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.)  Ketahuilah bahwa manusia pertama yang akan dikenakan pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim, dan sungguh ia akan didatangi oleh orang-orang dari umatku, lalu ia membawa mereka ke sebelah kiri. Kemudian sungguh aku akan mengucapkan: 'Sahabatku, sahabatku!' Lalu akan dikatakan kepadaku:  Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada adakan setelah ketiadaan engkau.” Lalu sungguh aku akan mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh hamba yang shalih:
مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
(Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku  mengatakannya yaitu: “Sembahlah Allah, Rabb-ku (Tuhanku) dan Rabb kamu (Tuhan kamu)”,   dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka, maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah Yang Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana – QS.5:117-119). Lalu dikatakan; "Sesungguhnya mereka telah murtad kembali kepada kepercayaan lama mereka semenjak engkau meninggalkan mereka." Syu'bah berkata: “Dia mendiktekannya kepada Sufyan, kemudian Sufyan mendiktekannya kepadaku." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Mughirah bin An Nu'man dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata; "Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasehat di tengah-tengah kami." Lalu dikemukakan haditsnya. (Musnad Ahmad nomor 2168).

Pertanyaan Allah Swt. kepada Para Rasul Allah dan Kaum  Mereka

     Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.    firman-Nya berikut ini mengenai para Rasul Allah dan kaum mereka, bahwa mereka semua akan “ditanyai” Allah Swt. mengenai kewajiban dan tanggungjawab masing-masing pihak:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah  jawaban    yang  diberikan kaum kamu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak  ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.”  (Al-Māidah [5]:110).
Firman-Nya lagi:
فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ﴿﴾  فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾
Maka pasti akan Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus dan pasti  akan  Kami tanyai pula rasul-rasul itu, lalu Kami pasti akan menceriterakan kepada mereka keadaan mereka dengan sepengetahuan Kami dan Kami sekali-kali  tidak pernah  tidak hadir. (Al-A’rāf [7]:7-8).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   21 Desember    2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar