Selasa, 28 Januari 2014

"Cemeti Azab" Allah Swt. yang Sangat Keras & Kegemparan Hebat Saat Terjadinya "Kiamat"


 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab  140

Cemeti Azab” Allah Swt. yang Sangat Keras  &  Kegemparan Hebat Saat Terjadinya “Kiamat

Oleh


Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   ancaman terhadap para pembuat “parit api”:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ  لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa orang-orang beriman  laki-laki dan perempuan  kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar.  Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. (Al-Burūj [85]:11-13).
      Pernyataan keras  Allah Swt. dalam ayat tersebut  mengenai  para pelaku kezaliman pembuat “parit api” terhadap orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah tersebut   memiliki persamaan dengan pernyataan keras dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ  نَارِ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang  kafir dari antara Ahlikitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam Api Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah [98]:7).

Kaum-kaum Purbakala yang Diazab Allah Swt.

      Demikian pula halnya mengenai  orang-orang yang beriman  kepada Rasul Allah  -- yang menjadi “objek kezaliman” mereka --      Allah Swt. menyebut   orang-orang yang mendapat  karunia petunjuk dari Allah Swt. – yang “wajahnya putih” (QS.3:107-108) --  tersebut sebagai “khayrul- bariyyah” (sebaik-baik makhluk), firman-Nya:   
اِنَّ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾ جَزَآؤُہُمۡ عِنۡدَ  رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ ٪﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu sebaik-baik makhluk.   Ganjaran mereka ada di sisi  Rabb (Tuhan mereka),  kebun-kebun abadi, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Allah ridha ke pada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada  Rabb-nya (Tuhan-nya). (Al-Bayyinah [98]:7).
       Melanjutkan  ancaman-Nya kepada para  pembuat “parit api”  tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾  وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾  ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾   فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras.   Sesungguhnya Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya. Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta.   Pemilik ‘Arasy, Yang Maha Mulia,   Yang melakukan apa yang Dia kehendaki. (Al-Burūj [85]:13-17).
  Allah  Swt.  menghukum orang-orang yang berlaku zalim terhadap orang-orang yang beriman  kepada Rasul Allah di dunia dan juga di akhirat --  termasuk di Akhir Zaman ini --  kecuali mereka bertaubat dari kezaliman mereka. Untuk lebih meyakinkan mereka tentang  benarnya peringatan Allah Swt. mengenai azab-Nya tersebut  selanjutntya Dia mengemukakan  kaum-kaum purbakala yang ditimpa azab Ilahi  karena melakukan ketakaburan  dan kedurhakaan yang sama, firman-Nya:  
ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾ فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾ بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾  بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar?   Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud. Bahkan orang-orang  kafir selalu mendustakan,  padahal Allah mengepung mereka   dari belakang mereka.    Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,  yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga. (Al-Burūj [85]:18-23). 

Allah Swt. Sangat Lamban dalam Menghukum Tetapi Jika Azab-Nya Tiba
Maka Azab Ilahi  Tersebut  Sangat Keras dan Mengerikan

   Ayat    فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾  بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾ -- “Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,   yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga”, ayat  ini mengandung suatu nubuatan yang bernadakan tantangan bahwa Al-Quran bukan hanya  dijaga Allah Swt. terhadap segala macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia (QS.15:10). Apa pun yang  ada di dalam Al-Quran terbukti kebenarannya --  termasuk Sunnatullah mengenai  ancaman azab-azab Ilahi  kepada mereka yang berlaku takabur terhadap para Rasul Allah -- -- firman-Nya:
اَلَمۡ  تَرَ  کَیۡفَ فَعَلَ  رَبُّکَ بِعَادٍ ۪ۙ﴿﴾   اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾   الَّتِیۡ  لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ ثَمُوۡدَ  الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾  وَ  فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ ﴿۪ۙ﴾  الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿۪ۙ﴾ فَاَکۡثَرُوۡا فِیۡہَا الۡفَسَادَ ﴿۪ۙ﴾  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ ﴿ۚۙ﴾  اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ ﴿ؕ﴾
Tidakkah engkau   memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād?  Juga suku Iram, pemilik gedung-gedung yang megah itu?  Yang seperti itu tidak pernah diciptakan  di negeri-negeri lain.    Dan kaum Tsamud yang memahat batu di lembah itu, dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak. Yang berlaku sewenang-wenang dalam negeri-negeri itu, lalu  banyak melakukan   kerusakan dalam negeri-negeri itu?   Maka  Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab, sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar  mengawasi. (Al-Fajr [89]:7-15).
     Kata shauth  dalam ayat  فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ   -- “Maka  Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab”,   sauth berarti: cemeti; cambuk; kehebatan (Lexicon Lane).  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  keadaan  azab-Nya ketika benar-benar  menimpa   manusia: 
کَلَّاۤ  اِذَا دُکَّتِ الۡاَرۡضُ دَکًّا دَکًّا ﴿ۙ﴾   وَّ  جَآءَ  رَبُّکَ وَ الۡمَلَکُ صَفًّا صَفًّا ﴿ۚ﴾  وَ جِایۡٓءَ یَوۡمَئِذٍۭ  بِجَہَنَّمَ ۬ۙ یَوۡمَئِذٍ یَّتَذَکَّرُ  الۡاِنۡسَانُ  وَ اَنّٰی  لَہُ  الذِّکۡرٰی ﴿ؕ﴾  یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ  قَدَّمۡتُ لِحَیَاتِیۡ ﴿ۚ﴾  فَیَوۡمَئِذٍ لَّا  یُعَذِّبُ عَذَابَہٗۤ  اَحَدٌ ﴿ۙ﴾  وَّ لَا یُوۡثِقُ وَ ثَاقَہٗۤ  اَحَدٌ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali tidak! Apabila bumi dihancurkan sehancur-hancurnya, dan Rabb (Tuhan) engkau datang  dan para malaikat berbaris-baris.  Dan pada hari itu Jahannam didatangkan, pada hari itu manusia akan ingat,  tetapi tidak berguna ingatan  itu baginya. Ia berkata: “Alangkah baiknya kiranya aku mendahulukan amal baik untuk kehidupanku ini!”    Maka pada hari itu tidak   seorang pun memberi azab  seperti azab-Nya,  dan tidak  seorang pun  mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr [89]:22-27).
        Makna  “Kedatangan Tuhan  diiringi para malaikat” dalam ayat  وَّ  جَآءَ  رَبُّکَ وَ الۡمَلَکُ صَفًّا صَفًّا  -- “dan Rabb (Tuhan) engkau datang  dan para malaikat berbaris-baris” merupakan bahasa muhawarah (idiom) Al-Quran, menggambarkan hukuman Allah Swt. yang akan datang dengan segera dan membinasakan.

Dia “Tidak Peduli” Akan Nasib Buruk Selanjutnya Kaum yang Diazab-Nya

     Ada  pun makna ayat وَّ لَا یُوۡثِقُ وَ ثَاقَہٗۤ  اَحَدٌ  فَیَوۡمَئِذٍ لَّا  یُعَذِّبُ عَذَابَہٗۤ  اَحَدٌ ﴿ۙ﴾     -- “Maka pada hari itu tidak   seorang pun memberi azab  seperti azab-Nya,  dan tidak  seorang pun  mengikat seperti ikatan-Nya”, yaitu   roda penggilingan Tuhan menggiling perlahan-lahan tetapi sampai halus sekali. Allah Swt.  lamban dalam menghukum – guna memberi kesempatan kepada manusia untuk bertaubat -- namun jika  hukuman-Nya datang  maka hukuman itu sangat membinasakan,  firman-Nya: لَا  تُبۡقِیۡ  وَ لَا  تَذَرُ   -- “Tidak ada yang disisakannya dan tidak ada sesuatu yang dibiarkannya” (QS.74:29).
    Berrkenaan azab Ilahi yang menimpa kaum Tsamud yang takabbur terhadap peringatan Nabi Shaleh a.s. Allah Swt. berfirman: 
فَکَذَّبُوۡہُ  فَعَقَرُوۡہَا ۪۬ۙ فَدَمۡدَمَ عَلَیۡہِمۡ  رَبُّہُمۡ بِذَنۡۢبِہِمۡ  فَسَوّٰىہَا ﴿۪ۙ﴾  وَ لَا یَخَافُ عُقۡبٰہَا ﴿٪﴾
Lalu mereka mendustakannya dan memotong urat keting unta betina itu, maka Rabb (Tuhan) mereka membinasakan mereka karena dosa mereka  kemudian Dia menjadikannya sama rata,  dan Dia tidak takut akan akibatnya. (Asy-Syams [91]:15-16).
  Makna ayat  وَ لَا یَخَافُ عُقۡبٰہَا -- “dan Dia tidak takut akan akibatnya”, yaitu   Apabila suatu kaum ditimpa kemurkaan Allah Swt. dan jadi binasa,  Dia tidak mempedulikan yang selamat dari kebinasaan; atau maknanya ialah, Allah Swt. tidak mempedulikan nasib buruk apa yang akan menimpa mereka selanjutnya.
  Mengenai sangat kerasnya azab Ilahi  jika kemurkaan-Nya  kepada manusia benar-benar    terjadi,   hal tersebut dikemukakan dalam  firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَاَلَ  سَآئِلٌۢ  بِعَذَابٍ  وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾  لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ  دَافِعٌ ۙ﴿﴾ مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Seorang penanya menanyakan mengenai   azab yang akan terjadi,   untuk orang-orang kafir, yang seorang pun  tidak  dapat   menghindarkannya.  Azab itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.   Maka bersabarlah dengan sabar yang baik. (Al-Ma’arīj [70]:1-6). 

Perkembangan  dan Kemajuan Ruh Manusia di Akhirat   Tidak terbatas

  “Penanya” dalam ayat 2  dianggap oleh beberapa ahli tafsir tertuju kepada Nadhr bin Al-Harits, atau Abu Jahal, tokoh-tokoh kaum Quraisy yang paling depan  dalam melakukan penentangan   dan berbuat zalim terhadap  Nabi Besar Muhammad saw. para pengikut beliau saw..
Tetapi  kata “penanya” itu tidak hanya mengisyaratkan kepada seseorang tertentu, bahkan dapat dikenakan kepada semua orang kafir, sebab mereka semua berulang-ulang menantang  Nabi Besar Muhammad saw. – sebagaimana juga sebelumnya para Rasul Allah telah ditantang oleh para penentang mereka -- supaya beliau saw. menurunkan atas mereka azab Iahi  yang diancamkan kepada mereka (QS.8:33; QS.21:39; QS.27:72; QS.32: 29; QS.34:30; QS.36:49; QS.67:26).
   Sementara azab yang akan menimpa orang-orang kafir akan membuat mereka binasa, Allah Swt. menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan patuh-taat  kepada Nabi Besar Muhammad saw. kenaikan ruhani yang setinggi-tingginya. Itulah makna ma’ārij  (tempat-tempat) dari  ayat  ۙ مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ  --  Azab itu dari Allah Yang memiliki  tempat-tempat naik.”
  Karena ar-ruh berarti jiwa manusia maka kata ar-rūh dalam  ayat  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ  --  Malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun”,     dapat berarti bahwa perkembangan dan kemajuan ruh (jiwa) manusia tidak akan ada hentinya (QS. 66:9; QS.84:20). Atau ayat ini dapat berarti bahwa rancangan-rancangan dan rencana-rencana Allah Swt. dapat meliputi ribuan tahun sampai jadi matang.
Atau isyarat itu dapat juga tertuju kepada peredaran (siklus) tertentu selama 50.000 tahun yang selama itu beberapa  perubahan agung yang tertentu telah ditakdirkan akan terjadi, sebab nubuatan-nubuatan Allah Swt. itu mempunyai masa-masa, zaman-zaman, dan peredaran-peredaran (daur) waktu tertentu yang di di dalamnya nubuatan-nubuatan itu menjadi sempurna (terjadi).
    Itulah sebabnya dalam ayat selanjutnya Allah Swt.  berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.   – dan juga kepada orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya  Allah Swt. dijanjikan --  untuk “bersabar” dalam menghadapi cemoohan dan kezaliman  para pembuat “parit api” tersebut:  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا   --  “Maka bersabarlah dengan sabar yang baik.”

Azab Ilahi Berupa “Perang-perang Dunia”

Bertentangan dengan sikap orang-orang beriman yang meyakni kebenaran ucapan dan nubuatan Rasul Allah yang mereka imani,  justru sikap para penentang Rasul Allah di setiap zaman menganggap azab Ilahi yang diperingatkan oleh Rasul Allah kepada mereka sebagai suatu yang mustahil terjadi. firman-Nya: 
اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾  وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿۸  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  ۙ﴿﴾
Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh,  mustahil,   sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi.   Pada hari langit akan menjadi seperti cairan tembaga, dan  gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan.  (Al-Ma’arīj [70]:7-9).
   Dalam abad-abad atom dan hidrogen  serta senjata nuklir  di Akhir Zaman ini,  gambaran “langit akan menjadi seperti cairan tembaga” dan “beterbangan gunung-gunung laksana bulu domba”  itu sungguh mungkin sekali terjadi   -- bahkan telah dan masih akan terjadi lagi dengan terjadinya perang Dunia III atau Perang Nuiklir, yang mengenai akibat-akibat buruknya digambarkan oleh ayat-ayat selanjutnya, firman-Nya:
کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی ﴿ۙ﴾  نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی  ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡبَرَ  وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾  وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی ﴿﴾   اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ ہَلُوۡعًا ﴿ۙ﴾  اِذَا مَسَّہُ  الشَّرُّ  جَزُوۡعًا ﴿ۙ﴾  وَّ  اِذَا مَسَّہُ  الۡخَیۡرُ  مَنُوۡعًا ﴿ۙ﴾
Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya  itu nyala api,  yang melucuti kulit  kepala, yang  memanggil orang yang membelakangi dan yang  berpaling, dan menimbun harta serta menahannya.   (Al-Ma’arīj [70]:16-19).
   Mengenai  gambaran kegemparan hebat yang  terjadi ketika azab Ilahi yang dijanjikan tersebut  benar-benar terjadi,  dalam ayat sebelumnya Allah Swt. berfirman:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾  یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya.   Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang berdosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,   dan isterinya serta  saudaranya,  dan kaum kerabatnya yang melindunginya.  Dan  bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian  menyelamatkannya. (Al-Ma’arīj [70]:11-15).
  Jadi, alangkah mengerikannya lukisan hari Pembalasan yang diberikan dalam ayat-ayat ini! Ketika berhadapan dengan suatu malapetaka dahsyat,  manusia bersedia pisah dari segala sesuatu --  bahkan bersedia mengorbankan orang-orang yang paling karib dan tersayang sekalipun -- asalkan saja dengan berbuat demikian ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Gambaran Lain Kegemparan Saat Terjadi “Kiamat

 Dalam Surah lainnya Allah Swt. menggambarkan kengerian yang sama dengan penggambaran yang berbeda, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ  زَلۡزَلَۃَ  السَّاعَۃِ  شَیۡءٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾ یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ  بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu, sesungguhnya  kegoncangan Saat  itu sesuatu yang sangat dahsyat.  Pada hari ketika engkau melihatnya,  setiap perempuan  yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan  yang  mengandung akan  menggugurkan kandungannya, dan engkau akan melihat manusia mabuk,  padahal mereka itu tidak mabuk  tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj [22]:1-3.
   As-Sā’at (saat), atau al-Qiyāmat  dalam ayat  اِنَّ  زَلۡزَلَۃَ  السَّاعَۃِ  شَیۡءٌ  عَظِیۡمٌ  -- “sesungguhnya  kegoncangan Saat  itu sesuatu yang sangat dahsyat” dipergunakan dalam 3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (assā’at ashshughra); (b) suatu bencana nasional (assā’at alwustha); (c) Hari Peradilan (assā’at alkubra).
   Kata  As-Sā’at (saat)  itu telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam pengertian bencana nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
    Kata  As-Sā’at (saat)  itu dapat pula menunjuk secara khusus kepada nasib yang ketika itu sedang mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah  -- benteng kekuasaan politik mereka  -- akan jatuh serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah dan ambruk; atau kata As-Sā’at (saat)   itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa umat manusia berupa perang dunia, dan sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan yang amat dahsyat.
      Ayat 3   jika dibaca bersama-sama dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan bahwa kata-kata assā’at atau yaumalqiyāmah yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa  suatu kaum seluruhnya.
     Ayat ini telah memakai 3  perumpamaan atau tamsil untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnyam, yaitu:
        (1) Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui,  
       (2) tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang membuat  seorang perempuan gugur kandungannya, dan
        (3) membuat kaum laki-laki jadi kalap.
     Demikian ayat ini mengatakan, bahwa begitu tiba-tiba  dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan, sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan kandungannya dan orang-orang akan menjadi gila oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai perbuatannya.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   6 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar