بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 140
“Cemeti Azab” Allah Swt. yang Sangat Keras & Kegemparan Hebat Saat Terjadinya “Kiamat”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ancaman terhadap
para pembuat “parit api”:
اِنَّ الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ
الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ لَمۡ یَتُوۡبُوۡا
فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang menyiksa orang-orang
beriman laki-laki dan perempuan kemudian mereka
tidak bertaubat, maka bagi mereka
azab Jahannam dan bagi mereka azab
yang membakar. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. (Al-Burūj [85]:11-13).
Pernyataan keras Allah Swt. dalam ayat
tersebut mengenai para pelaku kezaliman pembuat “parit api”
terhadap orang-orang yang beriman
kepada Rasul Allah tersebut memiliki persamaan dengan pernyataan keras dalam firman-Nya
berikut ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ نَارِ جَہَنَّمَ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang kafir dari antara Ahlikitab dan orang-orang
musyrik akan berada dalam Api
Jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.
(Al-Bayyinah
[98]:7).
Kaum-kaum Purbakala yang Diazab
Allah Swt.
Demikian pula halnya mengenai orang-orang
yang beriman kepada Rasul Allah -- yang menjadi “objek kezaliman” mereka --
Allah Swt. menyebut orang-orang
yang mendapat karunia petunjuk dari Allah Swt. – yang “wajahnya putih” (QS.3:107-108) -- tersebut sebagai “khayrul- bariyyah” (sebaik-baik makhluk), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ
ؕ﴿﴾ جَزَآؤُہُمۡ
عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ
اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ
وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ ٪﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka ada di sisi Rabb (Tuhan
mereka), kebun-kebun abadi, yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya untuk selama-lamanya. Allah
ridha ke pada mereka dan mereka pun
ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya (Tuhan-nya). (Al-Bayyinah
[98]:7).
Melanjutkan ancaman-Nya kepada para
pembuat “parit api”
tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ بَطۡشَ
رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ ہُوَ یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾ وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾ ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾ فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya
cengkraman Rabb (Tuhan) engkau
sangat keras. Sesungguhnya Dia-lah
Yang memulai penciptaan dan mengulanginya. Dan Dia Maha Pengampun, Maha
Pencinta. Pemilik ‘Arasy, Yang Maha
Mulia, Yang melakukan apa yang Dia kehendaki. (Al-Burūj [85]:13-17).
Allah Swt. menghukum orang-orang yang berlaku zalim terhadap orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah di dunia dan juga di
akhirat -- termasuk di Akhir Zaman ini -- kecuali mereka bertaubat dari kezaliman
mereka. Untuk lebih meyakinkan mereka tentang
benarnya peringatan Allah Swt.
mengenai azab-Nya tersebut selanjutntya Dia mengemukakan kaum-kaum
purbakala yang ditimpa azab Ilahi karena melakukan ketakaburan dan kedurhakaan yang sama, firman-Nya:
ہَلۡ اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾ فِرۡعَوۡنَ
وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾ بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾وَّ اللّٰہُ مِنۡ
وَّرَآئِہِمۡ مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾ بَلۡ ہُوَ
قُرۡاٰنٌ مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ
لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar? Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud.
Bahkan orang-orang kafir selalu mendustakan, padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan ia
adalah Al-Quran yang sangat mulia, yang tersimpan dalam papan yang terjaga. (Al-Burūj
[85]:18-23).
Allah Swt. Sangat Lamban dalam Menghukum Tetapi Jika Azab-Nya
Tiba
Maka Azab Ilahi Tersebut Sangat
Keras dan Mengerikan
Ayat فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾ بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾
-- “Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,
yang tersimpan dalam
papan yang terjaga”, ayat ini
mengandung suatu nubuatan yang
bernadakan tantangan bahwa Al-Quran bukan
hanya dijaga Allah Swt. terhadap segala macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia (QS.15:10).
Apa pun yang ada di dalam Al-Quran
terbukti kebenarannya -- termasuk Sunnatullah mengenai ancaman azab-azab
Ilahi kepada mereka yang berlaku takabur terhadap para Rasul Allah -- -- firman-Nya:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِعَادٍ
۪ۙ﴿﴾ اِرَمَ ذَاتِ الۡعِمَادِ ۪ۙ﴿﴾ الَّتِیۡ
لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُہَا فِی الۡبِلَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ
ثَمُوۡدَ الَّذِیۡنَ جَابُوا الصَّخۡرَ
بِالۡوَادِ ۪ۙ﴿﴾ وَ فِرۡعَوۡنَ ذِی الۡاَوۡتَادِ
﴿۪ۙ﴾ الَّذِیۡنَ طَغَوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿۪ۙ﴾ فَاَکۡثَرُوۡا
فِیۡہَا الۡفَسَادَ ﴿۪ۙ﴾ فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ ﴿ۚۙ﴾ اِنَّ رَبَّکَ لَبِالۡمِرۡصَادِ ﴿ؕ﴾
Tidakkah
engkau memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau telah berbuat terhadap kaum ‘Ād? Juga suku Iram, pemilik gedung-gedung
yang megah itu? Yang seperti itu tidak
pernah diciptakan di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memahat
batu di lembah itu, dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak yakni lasykar yang banyak. Yang
berlaku sewenang-wenang dalam
negeri-negeri itu, lalu banyak melakukan kerusakan dalam negeri-negeri itu? Maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan atas mereka cambuk azab,
sesungguhnya Rabb (Tuhan)
engkau benar-benar mengawasi. (Al-Fajr [89]:7-15).
Kata shauth
dalam ayat فَصَبَّ عَلَیۡہِمۡ رَبُّکَ سَوۡطَ عَذَابٍ --
“Maka Rabb (Tuhan) engkau menimpakan
atas mereka cambuk azab”, sauth berarti: cemeti; cambuk; kehebatan (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keadaan azab-Nya
ketika benar-benar menimpa manusia:
کَلَّاۤ اِذَا دُکَّتِ الۡاَرۡضُ دَکًّا دَکًّا ﴿ۙ﴾ وَّ
جَآءَ رَبُّکَ وَ الۡمَلَکُ
صَفًّا صَفًّا ﴿ۚ﴾ وَ جِایۡٓءَ یَوۡمَئِذٍۭ
بِجَہَنَّمَ ۬ۙ یَوۡمَئِذٍ یَّتَذَکَّرُ
الۡاِنۡسَانُ وَ اَنّٰی لَہُ
الذِّکۡرٰی ﴿ؕ﴾ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ قَدَّمۡتُ
لِحَیَاتِیۡ ﴿ۚ﴾ فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُعَذِّبُ
عَذَابَہٗۤ اَحَدٌ ﴿ۙ﴾ وَّ لَا یُوۡثِقُ وَ ثَاقَہٗۤ اَحَدٌ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali
tidak! Apabila bumi dihancurkan sehancur-hancurnya,
dan Rabb (Tuhan) engkau datang dan para
malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu Jahannam didatangkan,
pada hari itu manusia akan ingat, tetapi
tidak berguna ingatan itu baginya. Ia berkata: “Alangkah baiknya kiranya aku mendahulukan
amal baik untuk kehidupanku ini!” Maka pada
hari itu tidak seorang pun memberi
azab seperti azab-Nya, dan tidak seorang pun
mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr [89]:22-27).
Makna
“Kedatangan Tuhan diiringi
para malaikat” dalam ayat وَّ جَآءَ رَبُّکَ وَ الۡمَلَکُ صَفًّا صَفًّا --
“dan Rabb (Tuhan) engkau datang dan para
malaikat berbaris-baris” merupakan bahasa muhawarah (idiom) Al-Quran, menggambarkan hukuman Allah Swt. yang akan datang dengan segera dan membinasakan.
Dia “Tidak Peduli” Akan Nasib
Buruk Selanjutnya Kaum yang
Diazab-Nya
Ada pun makna ayat وَّ لَا یُوۡثِقُ وَ ثَاقَہٗۤ اَحَدٌ فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُعَذِّبُ
عَذَابَہٗۤ اَحَدٌ ﴿ۙ﴾ -- “Maka pada hari itu tidak seorang pun memberi azab seperti azab-Nya, dan tidak seorang pun
mengikat seperti ikatan-Nya”, yaitu
roda penggilingan Tuhan menggiling perlahan-lahan tetapi sampai halus sekali. Allah Swt. lamban dalam menghukum – guna memberi kesempatan
kepada manusia untuk bertaubat --
namun jika hukuman-Nya datang maka hukuman itu sangat membinasakan, firman-Nya: لَا تُبۡقِیۡ
وَ لَا تَذَرُ --
“Tidak ada yang disisakannya dan tidak ada sesuatu yang dibiarkannya” (QS.74:29).
Berrkenaan azab Ilahi yang menimpa kaum Tsamud yang takabbur terhadap peringatan
Nabi Shaleh a.s. Allah Swt. berfirman:
فَکَذَّبُوۡہُ فَعَقَرُوۡہَا ۪۬ۙ فَدَمۡدَمَ عَلَیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِذَنۡۢبِہِمۡ فَسَوّٰىہَا ﴿۪ۙ﴾ وَ لَا یَخَافُ عُقۡبٰہَا ﴿٪﴾
Lalu mereka mendustakannya dan memotong urat keting unta betina itu,
maka Rabb (Tuhan) mereka membinasakan mereka karena dosa mereka kemudian Dia menjadikannya sama rata, dan Dia
tidak takut akan akibatnya. (Asy-Syams [91]:15-16).
Makna ayat وَ لَا یَخَافُ عُقۡبٰہَا -- “dan Dia tidak takut akan akibatnya”,
yaitu Apabila suatu kaum ditimpa kemurkaan Allah Swt. dan jadi binasa,
Dia tidak mempedulikan yang selamat dari kebinasaan; atau maknanya
ialah, Allah Swt. tidak mempedulikan nasib
buruk apa yang akan menimpa mereka selanjutnya.
Mengenai sangat
kerasnya azab Ilahi jika kemurkaan-Nya
kepada manusia benar-benar terjadi,
hal tersebut dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَاَلَ
سَآئِلٌۢ بِعَذَابٍ وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ دَافِعٌ ۙ﴿﴾ مِّنَ
اللّٰہِ ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾ تَعۡرُجُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ
خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾ فَاصۡبِرۡ صَبۡرًا جَمِیۡلًا ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Seorang penanya menanyakan mengenai azab
yang akan terjadi, untuk orang-orang kafir, yang seorang
pun tidak dapat menghindarkannya. Azab itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan ruh
itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang
ukurannya lima puluh ribu tahun.
Maka bersabarlah dengan sabar
yang baik. (Al-Ma’arīj [70]:1-6).
Perkembangan dan Kemajuan Ruh Manusia di Akhirat
Tidak terbatas
“Penanya” dalam
ayat 2 dianggap oleh beberapa ahli
tafsir tertuju kepada Nadhr bin Al-Harits,
atau Abu Jahal, tokoh-tokoh kaum
Quraisy yang paling depan dalam
melakukan penentangan dan berbuat zalim terhadap Nabi Besar Muhammad
saw. para pengikut beliau saw..
Tetapi kata “penanya” itu tidak hanya mengisyaratkan
kepada seseorang tertentu, bahkan dapat dikenakan kepada semua orang kafir, sebab mereka semua berulang-ulang menantang Nabi Besar Muhammad saw. – sebagaimana juga
sebelumnya para Rasul Allah telah
ditantang oleh para penentang mereka
-- supaya beliau saw. menurunkan atas mereka azab Iahi yang diancamkan kepada mereka (QS.8:33;
QS.21:39; QS.27:72; QS.32: 29; QS.34:30; QS.36:49; QS.67:26).
Sementara azab yang akan menimpa orang-orang kafir akan membuat mereka binasa, Allah Swt. menganugerahkan
kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
dan patuh-taat kepada Nabi Besar
Muhammad saw. kenaikan ruhani yang
setinggi-tingginya. Itulah makna ma’ārij (tempat-tempat) dari ayat ۙ مِّنَ
اللّٰہِ ذِی الۡمَعَارِجِ
-- “Azab itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat
naik.”
Karena ar-ruh berarti
jiwa manusia maka kata ar-rūh dalam ayat تَعۡرُجُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ
خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ -- “Malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu
hari yang ukurannya lima puluh ribu
tahun”, dapat berarti bahwa perkembangan dan kemajuan ruh (jiwa) manusia tidak akan ada
hentinya (QS. 66:9; QS.84:20). Atau ayat ini dapat berarti bahwa rancangan-rancangan dan rencana-rencana Allah Swt. dapat
meliputi ribuan tahun sampai jadi
matang.
Atau isyarat itu dapat juga tertuju kepada peredaran (siklus) tertentu selama 50.000 tahun yang selama itu
beberapa perubahan agung yang tertentu telah ditakdirkan akan terjadi, sebab nubuatan-nubuatan
Allah Swt. itu mempunyai masa-masa, zaman-zaman, dan peredaran-peredaran (daur) waktu
tertentu yang di di dalamnya nubuatan-nubuatan
itu menjadi sempurna (terjadi).
Itulah sebabnya
dalam ayat selanjutnya Allah Swt.
berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. – dan juga kepada orang-orang yang beriman kepada Rasul
Allah yang kedatangannya Allah Swt. dijanjikan -- untuk “bersabar” dalam menghadapi cemoohan dan kezaliman para pembuat “parit api” tersebut: فَاصۡبِرۡ
صَبۡرًا جَمِیۡلًا
-- “Maka bersabarlah dengan sabar
yang baik.”
Azab Ilahi Berupa
“Perang-perang Dunia”
Bertentangan dengan sikap orang-orang beriman yang meyakni
kebenaran ucapan dan nubuatan Rasul Allah yang mereka imani,
justru sikap para penentang Rasul Allah di setiap zaman menganggap azab Ilahi yang diperingatkan oleh Rasul
Allah kepada mereka sebagai suatu yang mustahil
terjadi. firman-Nya:
اِنَّہُمۡ یَرَوۡنَہٗ
بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾ وَّ نَرٰىہُ قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾ یَوۡمَ
تَکُوۡنُ السَّمَآءُ کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿۸ وَ تَکُوۡنُ
الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ
ۙ﴿﴾
Sesungguhnya
mereka memandang hari itu sangat jauh, mustahil,
sedangkan Kami melihatnya dekat,
pasti terjadi. Pada hari langit akan menjadi seperti cairan
tembaga, dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan. (Al-Ma’arīj [70]:7-9).
Dalam abad-abad atom dan hidrogen serta senjata nuklir di Akhir
Zaman ini, gambaran “langit akan menjadi seperti cairan
tembaga” dan “beterbangan gunung-gunung
laksana bulu domba” itu sungguh mungkin sekali terjadi -- bahkan telah dan masih akan terjadi
lagi dengan terjadinya perang Dunia III
atau Perang Nuiklir, yang mengenai akibat-akibat buruknya digambarkan oleh
ayat-ayat selanjutnya, firman-Nya:
کَلَّا ؕ اِنَّہَا لَظٰی ﴿ۙ﴾ نَزَّاعَۃً
لِّلشَّوٰی
﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا
مَنۡ اَدۡبَرَ وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ
جَمَعَ فَاَوۡعٰی ﴿﴾ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ
خُلِقَ ہَلُوۡعًا ﴿ۙ﴾ اِذَا مَسَّہُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا ﴿ۙ﴾ وَّ اِذَا
مَسَّہُ الۡخَیۡرُ مَنُوۡعًا ﴿ۙ﴾
Sekali-kali
tidak dapat. Sesungguhnya itu nyala api, yang
melucuti kulit kepala, yang memanggil
orang yang membelakangi dan yang berpaling, dan menimbun harta serta menahannya. (Al-Ma’arīj [70]:16-19).
Mengenai gambaran kegemparan
hebat yang terjadi ketika azab Ilahi yang dijanjikan tersebut
benar-benar terjadi, dalam ayat
sebelumnya Allah Swt. berfirman:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ
فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ
﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya sahabat karib kepada sahabat karib lainnya. Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka. Orang
berdosa ingin seandainya dia dapat menebus dirinya dari azab hari
itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya, dan kaum
kerabatnya yang melindunginya. Dan bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya.
(Al-Ma’arīj [70]:11-15).
Jadi, alangkah
mengerikannya lukisan hari Pembalasan
yang diberikan dalam ayat-ayat ini! Ketika berhadapan dengan suatu malapetaka dahsyat, manusia bersedia pisah dari segala sesuatu
-- bahkan bersedia mengorbankan orang-orang yang paling
karib dan tersayang sekalipun --
asalkan saja dengan berbuat demikian ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Gambaran Lain Kegemparan Saat Terjadi “Kiamat”
Dalam Surah
lainnya Allah Swt. menggambarkan kengerian
yang sama dengan penggambaran yang
berbeda, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا
رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ
وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai manusia,
bertakwalah kepada Rabb (Tuhan) kamu, sesungguhnya kegoncangan
Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat. Pada hari
ketika engkau melihatnya, setiap perempuan
yang menyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan yang
mengandung akan menggugurkan
kandungannya, dan engkau akan
melihat manusia mabuk, padahal mereka
itu tidak mabuk tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj
[22]:1-3.
As-Sā’at (saat), atau al-Qiyāmat dalam ayat
اِنَّ زَلۡزَلَۃَ
السَّاعَۃِ شَیۡءٌ عَظِیۡمٌ -- “sesungguhnya kegoncangan
Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat” dipergunakan dalam
3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (assā’at
ashshughra); (b) suatu bencana nasional (assā’at alwustha); (c)
Hari Peradilan (assā’at alkubra).
Kata As-Sā’at
(saat) itu telah dipergunakan dalam
Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan
bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam pengertian bencana nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum yang mendustakan dan
menentang Rasul Allah yang diutus
kepada mereka.
Kata
As-Sā’at (saat) itu dapat
pula menunjuk secara khusus kepada nasib yang ketika itu sedang mengancam
orang-orang Arab, ketika Mekkah -- benteng kekuasaan politik mereka --
akan jatuh serta kekuasaan politik
dan sistem kemasyarakatan mereka akan
patah dan ambruk; atau kata As-Sā’at (saat) itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa
umat manusia berupa perang dunia, dan
sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan
yang amat dahsyat.
Ayat 3 jika dibaca bersama-sama dengan QS.2:213,
memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan bahwa kata-kata assā’at atau yaumalqiyāmah
yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana
nasional besar yang menimpa suatu kaum seluruhnya.
Ayat
ini telah memakai 3 perumpamaan atau tamsil
untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa
bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnyam, yaitu:
(1) Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain
bayi yang ia susui,
(2) tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya,
selain kengerian yang membuat seorang
perempuan gugur kandungannya, dan
(3) membuat kaum laki-laki jadi kalap.
Demikian ayat ini mengatakan, bahwa
begitu tiba-tiba dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian
yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan, sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan
hamil akan menggugurkan kandungannya
dan orang-orang akan menjadi gila
oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai
perbuatannya.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar