بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab 124
Kedatangan Rasul Akhir Zaman dalam “Jubah Kenabian” Para Rasul
Allah yang Pernah Diutus kepada
Kaum-kaum Sebelumnya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai sabda Nabi Besar Muhammad saw. seperti jawaban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atas pertanyaan
Alla Swt. mengenai orang-orang yang telah “mempertuhankan”
beliau dan ibunya selain Allah Swt., firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ
اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ
سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ
اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ
تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ
اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ
لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ
ۚ وَ کُنۡتُ
عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan
selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku
mengatakan apa yang sekali-kali
bukan hakku. Jika aku telah
mengatakannya maka sungguh Engkau
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak
mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”
Dan aku menjadi saksi atas mereka selama
aku berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:117-118).
Sabda Nabi Besar Muhammad Saw.
Seperti
Jawaban Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s.
Sebagaimana jawaban Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. atas pertanyaan Allah Swt., sabda Nabi Besar Muhammad saw.
berikut ini memberikan dukungan lebih lanjut pada kenyataan,
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat seperti halnya semua Rasul Allah beliau saw. yang diutus sebelum beliau saw. juga
telah wafat (QS.21:35). Berikut terjemahan hadits mengenai hal tersebut:
“Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami
Syu'bah telah menceritakan kepada kami Al Mughirah bin An Nu'man seorang syaikh
dari An Nakha', dia berkata; aku mendengar Sa'id bin Jubair bercerita; aku
mendengar Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam
menyampaikan nasihat di tengah-tengah kami, lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan kepada Allah dalam keadaan tak
beralas kaki, bertelanjang dan tidak berkhitan. (Sebagaimana kami Telah
memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu
janji yang pasti kami tepati; sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.)
Ketahuilah bahwa manusia pertama
yang akan dikenakan pakaian pada
hari kiamat adalah Ibrahim, dan
sungguh ia akan didatangi oleh orang-orang
dari umatku, lalu ia membawa mereka
ke sebelah kiri. Kemudian sungguh
aku akan mengucapkan: 'Sahabatku, sahabatku!' Lalu akan dikatakan
kepadaku: ”Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada adakan setelah
ketiadaan engkau.” Lalu sungguh aku akan mengatakan sebagaimana yang
dikatakan oleh hamba yang shalih (Isa Ibnu Maryam):
مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ
مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ
اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ
اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ
ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ
تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
(Aku tidak pernah mengatakan kepada
mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya yaitu: “Sembahlah Allah, Rabb-ku (Tuhanku) dan Rabb kamu (Tuhan kamu)”, dan adalah
aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka, maka
setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah Yang Mengawasi mereka. dan Engkau
adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana – QS.5:117-119).
Lalu dikatakan; "Sesungguhnya mereka telah murtad kembali kepada
kepercayaan lama mereka semenjak engkau
meninggalkan mereka." Syu'bah berkata: “Dia mendiktekannya kepada
Sufyan, kemudian Sufyan mendiktekannya kepadaku." Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al
Mughirah bin An Nu'man dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata;
"Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasehat di
tengah-tengah kami." Lalu dikemukakan haditsnya. (Musnad Ahmad nomor 2168).
Pertanyaan Allah Swt. kepada Para Rasul Allah dan Kaum Mereka
Dengan demikian benarlah firman
Allah Swt. firman-Nya berikut ini
mengenai para Rasul Allah dan kaum mereka, bahwa mereka semua akan “ditanyai” Allah Swt. mengenai kewajiban dan tanggungjawab masing-masing pihak:
یَوۡمَ
یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ
اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ﴿﴾
Ingatlah hari ketika
Allah mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban yang diberikan kaum kamu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah
[5]:110).
Firman-Nya
lagi:
فَلَنَسۡـَٔلَنَّ
الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ﴿﴾ فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾
Maka pasti akan
Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus dan pasti akan Kami tanyai pula rasul-rasul itu, lalu Kami pasti akan menceriterakan kepada
mereka keadaan mereka dengan
sepengetahuan Kami dan Kami
sekali-kali tidak pernah tidak hadir. (Al-A’rāf [7]:7-8).
Ayat itu
mengandung asas penting, yaitu bahwa
dalam satu bentuk atau dalam bentuk yang lain semua orang bertanggung jawab kepada Allah Swt.. Semua
orang akan ditanya bagaimana mereka menyambut para rasul Allah, dan para rasul
Allāh sendiri akan ditanyai -- yakni diminta pertanggungjawaban -- Allah Swt. bagaimana mereka menyampaikan Amanat Allah Swt.
dan bagaimana sambutan
orang-orang terhadap Amanat itu, menerimanya ataukah mendustakan dan menentangnya?
Berikut firman-Nya mengenai orang-orang yang telah “mempertuhankan” para pemuka kaum mereka dalam melakukan pendustaan dan penentangan terhadap para Rasul
Allah yang diutus kepada mereka:
اَفَمَنۡ وَّعَدۡنٰہُ وَعۡدًا
حَسَنًا فَہُوَ لَاقِیۡہِ کَمَنۡ مَّتَّعۡنٰہُ مَتَاعَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا
ثُمَّ ہُوَ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ مِنَ الۡمُحۡضَرِیۡنَ ﴿﴾ وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ اَیۡنَ شُرَکَآءِیَ الَّذِیۡنَ کُنۡتُمۡ
تَزۡعُمُوۡنَ﴿﴾
قَالَ الَّذِیۡنَ حَقَّ
عَلَیۡہِمُ الۡقَوۡلُ رَبَّنَا ہٰۤؤُلَآءِ
الَّذِیۡنَ اَغۡوَیۡنَا ۚ اَغۡوَیۡنٰہُمۡ کَمَا غَوَیۡنَا ۚ
تَبَرَّاۡنَاۤ اِلَیۡکَ ۫ مَا کَانُوۡۤا
اِیَّانَا یَعۡبُدُوۡنَ ﴿﴾ وَ قِیۡلَ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ
فَدَعَوۡہُمۡ فَلَمۡ
یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَہُمۡ وَ رَاَوُا الۡعَذَابَ ۚ لَوۡ اَنَّہُمۡ
کَانُوۡا یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah sama orang yang Kami
janjikan kepadanya suatu janji yang baik lalu ia memperolehnya, seperti orang yang Kami berikan kesenangan kehidupan di dunia kemudian pada Hari Kiamat ia akan termasuk orang-orang yang dihadirkan di
hadapan Tuhan? Dan pada Hari
itu Dia akan berseru kepada mereka dan akan berfirman: ”Di manakah yang dahulu kamu
anggap sekutu-sekutu-Ku?” Berkata
orang-orang yang firman Kami mengenai hukuman telah mustahak atas mereka: ”Ya Rabb (Tuhan) kami, mereka itulah orang-orang
yang telah kami sesatkan, kami telah menyesatkan
mereka sebagaimana kami sendiri
telah sesat. Kini kami
berlepas diri dari mereka dan menghadap
kepada Engkau. Mereka sekali-kali tidak menyembah kami.” Dan difirmankan: ”Serulah sekutu-sekutu kamu.” Maka mereka menyerunya tetapi mereka itu tidak menjawab seruan mereka, dan mereka
melihat azab, mereka ingin seandainya
mereka dahulu mengikuti petunjuk. (Al-Qashash [28]:62-65).
Semuanya Menjadi Gelap
Bagi Para Penentang Rasul Allah &
Penyesalan Terlambat Para Penentang
Rasul Allah
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keadaan “para terdakwa” di hadapan Allah Swt. ketika
mendapat pertanyaaan Allah Swt.
mengenai sikap mereka terhadap para Rasul Allah yang diutus kepada mereka:
وَ یَوۡمَ
یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ مَاذَاۤ
اَجَبۡتُمُ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾
فَعَمِیَتۡ عَلَیۡہِمُ
الۡاَنۡۢبَآءُ یَوۡمَئِذٍ فَہُمۡ لَا
یَتَسَآءَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan pada hari Dia akan memanggil mereka
maka Dia berfirman: ”Jawaban apakah yang kamu berikan kepada
rasul-rasul?” Tetapi pada hari
itu segala dalih menjadi
gelap atas mereka maka mereka tidak akan saling bertanya. (Al-Qashash
[28]:66-67).
Anba’ (dalil-dalil) adalah jamak dari naba’ yang
berarti: kabar penting; keterangan; amanat; dalil (Lexicon Lane & Kulliyat).
Pada hari pembalasan orang-orang
kafir yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah akan mengalami kekalutan
pikiran dan putus asa, dan akan
sama sekali kehilangan akal untuk membela diri, karena kerapuhan semua helah dan dalih yang palsu
mereka telah menjadi jelas, mereka tidak mendapat kesempatan untuk bermusyawarah antara satu dengan lainnya
guna mempersiapkan pembelaan
mereka. ‘Amiya ‘alaihi’l-amru
berarti “perkara itu menjadi gelap atau kacau baginya” (Lexicon Lane).
Senada dengan ayat-ayat tersebut Allah
Swt. berfiman mengenai penyesalan besar
orang-orang yang mendusakan dan menentang Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ
بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾ اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ
عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ
مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan dan malaikat-malaikat
akan diturunkan bergelombang-gelombang.
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras.
Dan pada hari itu orang zalim
akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu sahabat.
Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. (Al-Furqan [25]:26-30).
Kesedihan Rasul
Akhir Zaman
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
kesedihan Rasul Akhir Zaman melihat sikap
umumnya umat Islam terhadap Al-Quran di Akhir Zaman ini -- karena sikap buruk itulah yang menjadikan alasan Nabi Besar Muhammad
saw. dalam hadits sebelum ini berlepas
diri mengenai mereka yang mengaku
sebagai umat Islam namun pemahaman
mereka mau pun tindakan mereka
berlawanan dengan Sunnah beliau
saw. --
firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ
اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ
نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ
نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan.” Dan demikianlah Kami
telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi
petunjuk dan penolong (Al-Furqān
[25]:31-32).
Jadi, kembali kepada “penyesalan” yang masyarakat luas yang telah tertipu
oleh “si fulan” -- yakni para pemuka kaum mereka
atau ‘anāqihim -- yang telah melibatkan mereka ke dalam penentangan
zalim terhadap Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan Allah Swt.
(QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), dengan demikian benarlah firman Allah Swt.
mengenai penipuan syaitan atau para pemimpin kaum kafir berikut ini
وَ کَانَ
الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا -- “Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia”
(Al-Furqān
[25]:30), firman-Nya:
وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ
وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ
لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ
اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ
فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ
مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah
diputuskan, syaitan berkata: “Sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku sekali-kali tidak memiliki kekuasaan
apa pun atas kamu, melainkan aku
telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu
janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. Aku sama
sekali tidak dapat menolong kamu dan
kamu pun sama sekali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku telah
mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim
[14]:23).
Kedatangan Kedua Kali
Para Rasul Allah
Sunnatullah
yang telah ditetapkan Allah Swt. terhadap para Rasul Allah dan kaum
mereka masing-masing sebelumnya, hal
tersebut terjadi juga kepada Rasul Akhir Zaman dan semua umat beragama di Akhir Zaman ini, karena
mereka pun sedang menunggu-nunggu kedatangan “Pahlawan Agama” mereka masing-masing, dengan nama (sebutan) yang berbeda -- yang mereka percayai akan memenangkan agama mereka atas agama-agama
lainnya -- seperti juga kepercayaan umat Islam mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam
Mahdi a.s. yang akan mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ
اِذَا الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ
اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ
الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
apa yang telah dijanjikan kepada kamu
niscaya akan terjadi. Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan
apabila gunung-gunung dihancurkan,
dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan.
Hingga hari apakah ditangguhkan? Hingga Hari
Keputusan. Dan apa yang engkau
ketahui mengenai Hari Keputusan
itu? Celakalah pada hari itu
bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).
Ayat
فَاِذَا
النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ --
“maka apabila cahaya bintang-bintang
telah pudar” berarti, ketika berbagai
malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai
pertanda bencana hampir tiba. Sedangkan makna ayat ۙ وَ اِذَا
السَّمَآءُ فُرِجَتۡ -- “dan
apabila langit terbelah” yaitu
ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia, seperti saat
ini terjadi merata di berbagai kawasan dunia.
Ayat وَ
اِذَا الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan”
yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan
besar, atau ketika orang-orang
berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai
ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak
itu mati.
Sedangkan makna
ayat وَ اِذَا الرُّسُلُ
اُقِّتَتۡ --
“dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang
ditentukan”, yaitu ketika seorang pembaharu samawi atau seorang Rasul
Allah yang dijanjikan datang dengan kekuatan
dan jiwa rasul-rasul Allah yang telah diutus sebelumnya kepada kaum
mereka masing-masing, seolah-olah Rasul Allah tersebut memakai jubah-jubah mereka.
Di Akhir Zaman ini semua umat beragama sepakat sedang menunggu
kedatangan kedua kali Rasul Allah
yang mereka percayai akan mengunggulkan agamanya atas agama-agama lainnya (QS.61:10) dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda:
yakni Krisna a.s., Buddha a.s., Yesus Kristus a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Almasih a.s. dan nama-nama lainnya, padahal semua nama yang bebeda-beda
itu merujuk kepada satu wujud “Rasul
Akhir Zaman” yang muncul di kalangan umat Islam (QS.61:10), yang sekaligus
merupakan kedatangan kedua kali Nabi
Besar Muhammad saw. di kalangan kaum “ākharīn”
(QS.62:3-5).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar