Jumat, 17 Januari 2014

Kedatangan Rasul Akhir Zaman dalam "Jubah Kanabian" Para Rasul Allah yang Pernah Diutus kepada Kaum-kaum Sebelumnya



  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  124

Kedatangan Rasul Akhir Zaman dalam “Jubah Kenabian” Para Rasul Allah  yang Pernah Diutus kepada Kaum-kaum Sebelumnya 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai sabda Nabi Besar Muhammad saw.  seperti jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atas pertanyaan Alla Swt. mengenai orang-orang yang telah “mempertuhankan” beliau dan ibunya selain Allah Swt., firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain  Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu:  Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku  maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:117-118). 

Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. Seperti
Jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

      Sebagaimana jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atas pertanyaan  Allah Swt., sabda Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini  memberikan dukungan lebih lanjut pada kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah   wafat seperti halnya semua Rasul Allah beliau saw.  yang diutus sebelum beliau saw. juga telah wafat  (QS.21:35). Berikut terjemahan hadits  mengenai hal tersebut:
     “Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Al Mughirah bin An Nu'man seorang syaikh dari An Nakha', dia berkata; aku mendengar Sa'id bin Jubair bercerita; aku mendengar Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasihat di tengah-tengah kami, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan kepada Allah dalam keadaan tak beralas kaki, bertelanjang dan tidak berkhitan. (Sebagaimana kami Telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.)  Ketahuilah bahwa manusia pertama yang akan dikenakan pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim, dan sungguh ia akan didatangi oleh orang-orang dari umatku, lalu ia membawa mereka ke sebelah kiri. Kemudian sungguh aku akan mengucapkan: 'Sahabatku, sahabatku!' Lalu akan dikatakan kepadaku:  Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada adakan setelah ketiadaan engkau.” Lalu sungguh aku akan mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh hamba yang shalih (Isa Ibnu Maryam):
مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
(Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku  mengatakannya yaitu: “Sembahlah Allah, Rabb-ku (Tuhanku) dan Rabb kamu (Tuhan kamu)”,   dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka, maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah Yang Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana – QS.5:117-119). Lalu dikatakan; "Sesungguhnya mereka telah murtad kembali kepada kepercayaan lama mereka semenjak engkau meninggalkan mereka." Syu'bah berkata: “Dia mendiktekannya kepada Sufyan, kemudian Sufyan mendiktekannya kepadaku." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Mughirah bin An Nu'man dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata; "Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam menyampaikan nasehat di tengah-tengah kami." Lalu dikemukakan haditsnya. (Musnad Ahmad nomor 2168).

Pertanyaan Allah Swt. kepada Para Rasul Allah dan Kaum  Mereka

     Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.    firman-Nya berikut ini mengenai para Rasul Allah dan kaum mereka, bahwa mereka semua akan “ditanyai” Allah Swt. mengenai kewajiban dan tanggungjawab masing-masing pihak:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban    yang  diberikan kaum kamu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.”  (Al-Māidah [5]:110).
Firman-Nya lagi:
فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ﴿﴾  فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾
Maka pasti akan Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus dan pasti  akan  Kami tanyai pula rasul-rasul itu, lalu Kami pasti akan menceriterakan kepada mereka keadaan mereka dengan sepengetahuan Kami dan Kami sekali-kali  tidak pernah  tidak hadir. (Al-A’rāf [7]:7-8). 
   Ayat itu mengandung asas penting, yaitu bahwa dalam satu bentuk atau dalam bentuk yang lain semua orang bertanggung jawab kepada Allah Swt.. Semua orang akan ditanya bagaimana mereka menyambut para rasul Allah, dan para rasul Allāh  sendiri akan ditanyai   -- yakni diminta pertanggungjawaban -- Allah Swt. bagaimana mereka menyampaikan Amanat Allah  Swt.   dan bagaimana sambutan orang-orang terhadap Amanat itu, menerimanya ataukah mendustakan dan menentangnya?
     Berikut firman-Nya   mengenai orang-orang yang telah “mempertuhankan” para pemuka kaum mereka dalam melakukan pendustaan dan penentangan terhadap para Rasul Allah yang diutus kepada mereka:
اَفَمَنۡ وَّعَدۡنٰہُ وَعۡدًا حَسَنًا فَہُوَ لَاقِیۡہِ کَمَنۡ مَّتَّعۡنٰہُ مَتَاعَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ثُمَّ ہُوَ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ مِنَ الۡمُحۡضَرِیۡنَ ﴿﴾  وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ  اَیۡنَ شُرَکَآءِیَ الَّذِیۡنَ  کُنۡتُمۡ  تَزۡعُمُوۡنَ﴿﴾  قَالَ الَّذِیۡنَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ الۡقَوۡلُ رَبَّنَا ہٰۤؤُلَآءِ  الَّذِیۡنَ اَغۡوَیۡنَا ۚ اَغۡوَیۡنٰہُمۡ کَمَا غَوَیۡنَا ۚ تَبَرَّاۡنَاۤ  اِلَیۡکَ ۫ مَا کَانُوۡۤا اِیَّانَا یَعۡبُدُوۡنَ ﴿﴾  وَ قِیۡلَ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ  فَدَعَوۡہُمۡ فَلَمۡ  یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَہُمۡ وَ رَاَوُا الۡعَذَابَ ۚ لَوۡ  اَنَّہُمۡ  کَانُوۡا یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik  lalu ia memperolehnya,   seperti orang yang Kami berikan kesenangan kehidupan di dunia kemudian pada Hari Kiamat ia akan termasuk  orang-orang yang dihadirkan di hadapan   Tuhan?    Dan pada Hari itu Dia akan berseru kepada mereka  dan akan berfirman:  Di manakah  yang dahulu kamu anggap sekutu-sekutu-Ku?”    Berkata orang-orang yang  firman Kami mengenai hukuman telah mustahak atas mereka:  ”Ya Rabb (Tuhan) kami,   mereka itulah  orang-orang yang telah kami sesatkan, kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri telah sesat. Kini kami berlepas diri dari mereka dan menghadap kepada Engkau.  Mereka   sekali-kali tidak menyembah  kami.”   Dan difirmankan:   Serulah sekutu-sekutu kamu.” Maka mereka menyerunya tetapi mereka itu tidak menjawab seruan mereka,  dan mereka melihat azab, mereka ingin seandainya mereka dahulu mengikuti petunjuk. (Al-Qashash [28]:62-65).

Semuanya Menjadi Gelap  Bagi  Para Penentang Rasul Allah &
Penyesalan Terlambat  Para Penentang Rasul Allah

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  keadaan “para terdakwa” di hadapan Allah Swt. ketika mendapat pertanyaaan Allah Swt. mengenai  sikap mereka terhadap para  Rasul Allah yang diutus kepada mereka:
وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ مَاذَاۤ  اَجَبۡتُمُ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ فَعَمِیَتۡ عَلَیۡہِمُ الۡاَنۡۢبَآءُ یَوۡمَئِذٍ فَہُمۡ لَا  یَتَسَآءَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan pada hari Dia akan memanggil mereka maka Dia berfirman:  Jawaban apakah yang kamu berikan kepada rasul-rasul?”   Tetapi pada hari   itu   segala dalih menjadi gelap  atas mereka maka mereka tidak akan saling bertanya. (Al-Qashash [28]:66-67).
     Anba’ (dalil-dalil) adalah jamak dari naba’ yang berarti: kabar penting; keterangan; amanat; dalil (Lexicon Lane & Kulliyat). Pada hari pembalasan orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah akan mengalami kekalutan pikiran dan putus asa, dan akan sama sekali kehilangan akal untuk membela diri, karena kerapuhan semua helah dan dalih yang palsu mereka telah menjadi jelas, mereka tidak mendapat kesempatan untuk bermusyawarah antara satu dengan lainnya guna mempersiapkan pembelaan mereka.  ‘Amiya ‘alaihi’l-amru berarti “perkara itu menjadi gelap atau kacau baginya” (Lexicon Lane).
       Senada dengan ayat-ayat tersebut   Allah Swt. berfiman  mengenai penyesalan  besar orang-orang yang mendusakan dan menentang Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:  
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾  اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾
Dan pada hari  ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan  dan malaikat-malaikat akan diturunkan bergelombang-gelombang.  Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir sangat keras.  Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. (Al-Furqan [25]:26-30).

Kesedihan   Rasul Akhir Zaman

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesedihan Rasul Akhir Zaman  melihat sikap umumnya  umat Islam  terhadap Al-Quran di Akhir Zaman ini   --  karena sikap buruk  itulah yang menjadikan alasan   Nabi Besar Muhammad saw.  dalam hadits sebelum ini  berlepas diri mengenai  mereka yang mengaku sebagai umat Islam  namun pemahaman mereka mau pun tindakan mereka berlawanan dengan Sunnah beliau saw.  --  firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.” Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi  dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pemberi petunjuk dan penolong (Al-Furqān [25]:31-32).
       Jadi, kembali kepada “penyesalan” yang masyarakat luas yang telah tertipu oleh “si fulan”  -- yakni para pemuka kaum  mereka  atau ‘anāqihim   -- yang telah melibatkan mereka ke dalam penentangan zalim terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. (QS.7:35-37; QS.61:10; QS.62:3-5), dengan demikian benarlah firman Allah Swt. mengenai penipuan  syaitan atau para pemimpin kaum kafir berikut ini  وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا  -- “Dan syaitan selalu menelantarkan manusia (Al-Furqān [25]:30), firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan, syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajak kamu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).

Kedatangan Kedua Kali Para Rasul Allah 

         Sunnatullah yang telah ditetapkan   Allah Swt.  terhadap para Rasul Allah dan kaum mereka masing-masing  sebelumnya, hal tersebut terjadi juga  kepada Rasul Akhir Zaman dan semua umat beragama di Akhir Zaman ini,   karena mereka pun sedang menunggu-nunggu  kedatangan “Pahlawan Agama” mereka masing-masing, dengan nama (sebutan) yang berbeda -- yang mereka percayai akan memenangkan agama mereka atas  agama-agama lainnya -- seperti juga kepercayaan  umat Islam   mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam Mahdi a.s.  yang akan mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.    Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah ditangguhkan?  Hingga Hari Keputusan.  Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?   Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.   Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).
   Ayat   فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ  -- “maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar” berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba.  Sedangkan makna ayat  ۙ  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ  --  “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia, seperti saat ini  terjadi merata di  berbagai kawasan   dunia.
   Ayat   وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ   -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan” yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak itu mati.
   Sedangkan makna ayat   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ   --  “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan”,  yaitu ketika seorang pembaharu samawi atau  seorang Rasul Allah yang dijanjikan datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah  yang telah diutus sebelumnya kepada kaum mereka masing-masing,     seolah-olah Rasul Allah tersebut memakai jubah-jubah mereka.
  Di Akhir Zaman ini semua umat beragama  sepakat  sedang menunggu kedatangan kedua kali Rasul Allah yang mereka percayai  akan mengunggulkan agamanya atas agama-agama lainnya  (QS.61:10) dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda:  yakni Krisna a.s., Buddha a.s., Yesus Kristus a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Almasih a.s. dan nama-nama lainnya, padahal semua nama yang bebeda-beda itu merujuk kepada satu wujud “Rasul Akhir Zaman” yang muncul di kalangan umat Islam (QS.61:10), yang sekaligus merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan kaum “ākharīn” (QS.62:3-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   22 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar