بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
137
Tanda Hizbullāh (Golongan Allah) atau Muslim
Hakiki di Zaman Awal dan di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ciri khas Hizbullah
hakiki yang didirikan oleh Allah Swt.
melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ
فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ
بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا
الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ
اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ
اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ
حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak
mereka atau anak-anak mereka
atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham
dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke da-lam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. Itulah Hizbullah (golongan
Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:23).
Tanda Hizbullāh
(Golongan Allah) yang Hakiki
Sudah nyata bahwa
tidak mungkin terdapat persahabatan
atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman kepada Rasul
Allah yang diutus kepada mereka dengan
orang-orang kafir. Sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan
agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain.
Dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada dengan
para penentang Rasul
Allah yang mereka imani, maka orang-orang beriman diminta jangan
mempunyai persahabatan yang erat lagi
mesra dengan orang-orang kafir.
Ikatan agama harus mengatasi
segala perhubungan lainnya, malahan
mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya
merupakan seruan umum. Tetapi secara
khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam
berperang dengan kaum Muslim,
atau mereka yang secara aktif melakukan penentangan secara zalim kepada Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka. Itulah makna ayat:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ
“Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak
mereka atau anak-anak mereka
atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah [58]:23).
Larangan Mengkompromikan Agama demi Kepentingan Duniawi &
Kabar Gembira dan Peringatan Bagi Umat Islam
Sehubungan dengan ciri khas Hizbullāh (golongan Allah) yang hakiki
tersebut, dalam Surah lain Allah Swt.
berfiman kepada umat Islam di masa
Nabi Besar Muhammad saw. -- yang benar-benar merupakan Hizbullāh -- untuk tetap
mendahulukan kecintaan kepada
Allah Swt. dan kepada Nabi Besar
Muhammad saw., dan sama sekali jangan berkompromi
dalam masalah akidah keagamaan dengan pihak
mana pun -- termasuk orang-orang musyrik dan golongan
Ahlikitab -- demi memperoleh keamanan dari serangan mereka:
قُلِ اللّٰہُمَّ مٰلِکَ الۡمُلۡکِ تُؤۡتِی الۡمُلۡکَ
مَنۡ تَشَآءُ وَ تَنۡزِعُ الۡمُلۡکَ مِمَّنۡ تَشَآءُ ۫ وَ تُعِزُّ مَنۡ تَشَآءُ
وَ تُذِلُّ مَنۡ تَشَآءُ ؕ بِیَدِکَ الۡخَیۡرُ ؕ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Katakanlah:
“Wahai Allah, Pemilik kedaulatan (Kerajaan) Engkau memberikan Kedaulatan (Kerajaan) kepada
siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau
mencabut Kedaulatan (Kerajaan) dari
siapa yang Engkau kehendaki, Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki,
dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki, di tangan Engkau-lah segala kebaikan, sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala se-suatu. (Ali ‘Imran ‘[3]:27).
Ayat
ini merupakan kabar gembira -- dan sekali gus sebagai peringatan
-- kepada umat Islam di zaman Nabi Besar
Muhammad saw., bahwa Allah Swt. sebagai Pemilik
Kedaulatan di seluruh langit dan bumi akan menganugerahkan kedaulatan tersebut kepada umat Islam, sebab mereka telah dibangkitkan
Allah Swt. sebagai “kaum pengganti” (QS.6:166) melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.62:3), yang akan menggantikan
kedudukan kaum Bani Israil atau golongan Ahlikitab (Yahudi dan Nasrani) sebagai “kaum terpilih” atau sebagai “khalifah” (QS.6:166; QS.24:56).
Sehubungan dengan Sunnatullāh penggantian kaum dengan kaum lainnya tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
تُوۡلِجُ الَّیۡلَ فِی النَّہَارِ وَ تُوۡلِجُ النَّہَارَ فِی الَّیۡلِ ۫ وَ
تُخۡرِجُ الۡحَیَّ مِنَ الۡمَیِّتِ وَ تُخۡرِجُ الۡمَیِّتَ مِنَ
الۡحَیِّ ۫ وَ تَرۡزُقُ مَنۡ تَشَآءُ بِغَیۡرِ
حِسَابٍ ﴿﴾
Engkau memasukkan malam ke dalam siang dan
Engkau memasukkan siang ke dalam malam. Engkau mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan Engkau mengeluarkan
yang mati dari yang hidup, dan
Engkau memberi rezeki kepada
siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab.” (Ali ‘Imran [3]:28).
Kata “siang”
di sini menggambarkan masa kesejahteraan
dan kekuasaan suatu kaum sedangkan kata “malam”
melukiskan masa kemunduran dan kemerosotan mereka akibat ketidak bersyukuran atau kekufuran (kedurhakaan) mereka kepada
Allah Swt. dan Rasul-Nya (QS.14:8).
Ayat وَ تَرۡزُقُ مَنۡ تَشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ -- “dan Engkau memberi
rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab” dan
yang mendahuluinya mengisyaratkan kepada hukum
Ilahi (Sunnatullāh) yang tak berubah, bahwa bangsa-bangsa bangkit atau jatuh,
karena mereka menyesuaikan diri
dengan atau menentang kehendak Ilahi
yang merupakan sumber segala kekuasaan dan kebesaran.
Lebih lanjut Allah Sw. memperingatkan orang-orang Islam agar
senantiasa mendahulukan kecintaan
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya serta
kecintaan kepada sesama Muslim atau mempertahankan "persaudaraan Muslim" (QS.49:10-11), apa pun alasannya serta bagaimana gentingnya pun keadaan yang dihadapi
mereka, firman-Nya:
لَا یَتَّخِذِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡکٰفِرِیۡنَ
اَوۡلِیَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۚ وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ ذٰلِکَ فَلَیۡسَ
مِنَ اللّٰہِ فِیۡ شَیۡءٍ اِلَّاۤ اَنۡ تَتَّقُوۡا مِنۡہُمۡ تُقٰىۃً ؕ وَ
یُحَذِّرُکُمُ اللّٰہُ نَفۡسَہٗ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir menjadi sahabat
dengan mengenyampingkan
orang-orang beriman, dan barangsiapa
berbuat demikian maka sekali-kali
tidak ada hubungannya dengan
Allah sedikit pun, kecuali bila kamu
menjaga diri dari mereka dengan suatu penjagaan yang sebaik-baiknya. Dan
Allah memperingatkan kamu
terhadap hukuman-Nya, dan kamu akan kembali kepada Allah. (Ali
‘Imran [3]:29).
Demi Kepentingan Duniawi Allah Swt. Melarang Umat Islam
Berlaku Munafik Terhadap Golongan Non-Muslim
Dengan diperolehnya kekuatan politik oleh Islam, seperti
dijanjikan dalam ayat-ayat sebelumnya, bagi negara
Islam mengadakan persekutuan-persekutuan
politik itu menjadi sangat perlu.
Ayat yang sedang dibahas ini berisikan pedoman
asasi bahwa tidak ada negara Islam
boleh mengadakan perjanjian atau persekutuan dengan negara bukan-Islam yang sama sekali akan merugikan atau mempunyai kepentingan
yang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan negara-negara Islam
lainnya.
Kepentingan-kepentingan Islam harus berada di atas kepentingan-kepentingan lainnya. Itulah
makna ayat لَا یَتَّخِذِ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡکٰفِرِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- “Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir menjadi
sahabat dengan
mengenyampingkan orang-orang beriman”
Dalam ayat selanjutnya
kaum Muslim diperingatkan supaya berhati-hati terhadap hasutan-hasutan dan tipu muslihat kaum kafir
atau negara-negara Non-Muslim.
Ungkapan اِلَّاۤ اَنۡ تَتَّقُوۡا مِنۡہُمۡ
تُقٰىۃً ؕ وَ یُحَذِّرُکُمُ اللّٰہُ نَفۡسَہٗ -- kecuali bila kamu menjaga diri dari mereka,
dengan suatu penjagaan yang
sebaik-baiknya”, hal itu bukan mengacu kepada kekuasaan musuh tetapi kepada kelicikannya
yang kaum Muslimin senantiasa harus waspada dan berjaga-jaga.
Mengenai kebencian dan kedengkian
mereka terhadap Islam dan umat Islam dijelaskan
secara terinci dalam
QS.3:119-121, dan dalam upaya memelihara ghairat terhadap kesucian agama
Islam (Al-Quran) Allah Swt. dalam QS.4:140-145 melarang keras orang-orang
Islam berlaku munafik demi memperoleh simpati atau bantuan mereka.
Makna kata nafs
(nafsahu) dalam ayat selanjutnya وَ یُحَذِّرُکُمُ
اللّٰہُ نَفۡسَہٗ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ الۡمَصِیۡرُ -- “Dan
Allah memperingatkan kamu
terhadap diri-Nya, dan kamu akan kembali kepada Allah”
berarti: diri pribadi seseorang; maksud, kemauan, atau keinginan; hukuman, dan sebagainya (Aqrab-ul-Mawarid), dengan
demikian terjemahan ayat tersebut menjadi “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap hukuman-Nya”.
Jemaat
Muslim Ahmadiyah adalah Hizbullāh Hakiki di Akhir Zaman
Pendek kata, itulah penjelasan
firman Allah Swt. mengenai ciri khas
“Hizbullāh” (golongan Allah) atau Muslim yang hakiki dalam firman-Nya
sebelum ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ
“Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak
mereka atau anak-anak mereka
atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah [58]:23).
Mengenai keteguhan hati Hizbullāh (golongan Allah) atau Muslim hakiki tersebut selanjutnya Allah
Swt. menjelaskan penyebabnya:
اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ
یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ
ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
… Mereka
itulah orang-orang yang di dalam hati
mereka Dia telah menanamkan iman
dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu) dari-Nya,
dan Dia
akan memasukkan mereka ke da-lam kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. Itulah Hizbullah (golongan
Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:23).
Dalam ayat tersebut Allah Swt. menyebut ilham atau wahyu-Nya yang memperteguh
hati Hizbullāh hakiki atau Muslim hakiki menggunakan kata rūh yakni وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- “dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu) dari-Nya”,
hal ini memdukung penjelasan dalam Bab sebelumnya mengenai pencabutan dan
pengembalian “ruh” Al-Quran
(QS.17:86-89; QS.32:6; QS.42:52-54) bahwa Allah Swt. telah menyebut wahyu
(ilham) Ilahi dengan sebutan rūh.
Jadi, hanya orang-orang yang hatinya (jiwanya) telah diperkuat oleh “ruh” yakni ilham atau wahyu Ilahi dari Allah
Swt. sajalah وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- “dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu) dari-Nya”, yang
akan menjadi Hizbullāh (golongan Allah) hakiki atau Muslim hakiki, dan di Akhir
Zaman ini hanya terjadi pada
orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada mereka
yakni Rasul Akhir Zaman (QS.61:QS; QS.62:3-5), dan di Akhir Zaman ini Hizbullāh hakiki tersebut adalah Jemaat
Muslim Ahmadiyah.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar