بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
125
Kebangkitan
“Kaum-kaum Purbakala” di Akhir Zaman & Pertanyaan Para Malaikat Penjaga Pintu Neraka
Jahannam
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai Sunnatullah yang telah ditetapkan Allah Swt.
terhadap para Rasul Allah dan kaum mereka masing-masing sebelumnya, bahwa hal tersebut terjadi
juga kepada Rasul Akhir Zaman dan semua umat
beragama di Akhir Zaman ini, karena mereka pun sedang menunggu-nunggu kedatangan “Pahlawan Agama” mereka masing-masing, dengan nama (sebutan) yang berbeda -- yang mereka percayai akan memenangkan agama mereka atas agama-agama
lainnya -- seperti juga kepercayaan umat Islam mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam
Mahdi a.s. yang akan mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ
ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ
طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ
نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah
dijanjikan kepada kamu niscaya akan
terjadi. Maka
apabila cahaya bintang-bintang
telah pudar, dan apabila
langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga hari
apakah ditangguhkan? Hingga Hari
Keputusan. Dan apa yang engkau
ketahui mengenai Hari Keputusan itu?
Celakalah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian
Kami mengikutkan mereka orang-orang yang
datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).
Tanda-tanda Kedatangan Rasul Allah yang Dijanjikan
Ayat فَاِذَا النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ --
“maka apabila cahaya bintang-bintang
telah pudar” berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum
itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya
bintang-bintang sebagai pertanda bencana
hampir tiba. Sedangkan makna ayat ۙ وَ
اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ -- “dan
apabila langit terbelah” yaitu ketika
berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia, seperti saat
ini terjadi merata di berbagai kawasan dunia.
Ayat وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan”
yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan
besar, atau ketika orang-orang
berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai
ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak
itu mati.
Sedangkan makna ayat وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- “dan
apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan”, yaitu ketika seorang pembaharu samawi atau seorang Rasul Allah yang
dijanjikan datang dengan kekuatan dan
jiwa rasul-rasul Allah yang telah diutus
sebelumnya kepada kaum mereka
masing-masing, seolah-olah Rasul Allah tersebut memakai jubah-jubah mereka.
Di Akhir
Zaman ini semua umat beragama sepakat sedang menunggu
kedatangan kedua kali Rasul Allah
yang mereka percayai akan mengunggulkan agamanya atas agama-agama lainnya (QS.61:10) dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda:
yakni Krisna a.s., Buddha a.s., Yesus Kristus a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (Almasih a.s. dan nama-nama lainnya, padahal semua nama yang bebeda-beda
itu merujuk kepada satu wujud “Rasul
Akhir Zaman” yang muncul di kalangan umat
Islam (QS.61:10), yang sekaligus merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan
kaum “ākharīn”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari
antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-4).
Dalam ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “Dan
juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka” terkandung nubuatan
(kabar gaib), bahwa setelah mengalami
masa kejayaan yang pertama selama 3
abad (300 tahun), masa kejahiliyah
di kalangan bangsa Arab yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. yang pertama tersebut akan kembali
terulang di kalangan mereka di Akhir Zaman, ketika kaum
atau umat Nabi Besar Muhammad
saw. -- sekali pun sudah memeluk agama Islam -- namun
demikian umumnya mereka telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sebagai sesuatu yang tidak bernilai, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ
اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan (Al-Furqān [25]:31).
“Haki Keputusan” & Kebangkitan
Kembali Kaum-kaum Purbakala
di Akhir Zaman
Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan, bahwa kedatangan
Rasul Allah di Akhir
Zaman ini -- dalam jubah
kenabian para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh semua umat beragama tersebut -- وَ
اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ (dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan”
QS.77:12) pada hakikatnya merupakan
“Hari Keputusan” Allah Swt.
untuk melakukan “Penghakiman” dalam berbagai hal, termasuk dalam masalah keimanan
yang sifatnya gaib, firman-Nya:
مَا
کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ
رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan
orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga
Dia memi-sahkan yang buruk dari
yang baik. Dan Allah sekali-kali
tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka
bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali
‘Imran [3]:180).
Kenapa demikian “Penghakiman” Allah Swt. melalui
pengutusan Rasul Allah tersebut
tersebut penting? Sebab di Akhir Zaman
ini semua keburukan yang pernah
dilakukan oleh kaum-kaum purbakala
telah kembali merajalela, seakan-akan
kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali, sehingga “daratan” dan “lautan” pun -- baik dalam
makna harfiah (jasmani) mau pun dalam
makna kiasan (ruhani) -- menjadi rusak (QS.30:42), firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan per-buatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” (Ar-Rām [30]:42-43).
Dalam ayat ini kita diberi tahu, bahwa bila kegelapan akhlak dan ruhani menyelimuti
muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan
diri sendiri kepada penyembahan
tuhan-tuhan yang dikhayalkan –
termasuk “tuhan-tuhan” kekuasaan dan kekayaan duniawi -- dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt.
membangkitkan seorang Rasul Allah untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat tersebut
keharibaan Majikan-nya, yakni Allah
Swt. guna melakukan “Pemnghakiman” atau “Keputusan”, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ
ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ
طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ
الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah
dijanjikan kepada kamu niscaya akan
terjadi. Maka
apabila cahaya bintang-bintang
telah pudar, dan apabila
langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga hari
apakah ditangguhkan? Hingga Hari
Keputusan. Dan apa yang engkau
ketahui mengenai Hari Keputusan itu?
Celakalah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian
Kami mengikutkan mereka orang-orang yang
datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).
Manusia Tidak Bisa Menyalahkan
Allah Swt.
Kedatangan Rasul Allah tersebut merupakan
Sunnah-Nya Allah Swt. pula yaitu agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan
Allah Swt. apabila berbagai bentuk azab
Ilahi menimpa umat manusia di Akhir
Zaman ini, firman-Nya:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا تَزِرُ
وَازِرَۃٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰی ؕ وَ مَا
کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ حَتّٰی
نَبۡعَثَ رَسُوۡلًا ﴿﴾ وَ اِذَاۤ اَرَدۡنَاۤ اَنۡ نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا فِیۡہَا فَحَقَّ
عَلَیۡہَا
الۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنٰہَا تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾
Barangsiapa
telah mendapat petunjuk maka
sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah
dirinya, dan barangsiapa sesat maka kesesatan
itu hanya kemudaratan atas
dirinya, dan tidak ada pemikul beban akan memikul beban orang lain. Dan
Kami tidak menimpakan azab hingga Kami terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul. (Bani Israil [17]:16).
Menurut ayat 16, bahwa azab
Ilahi yang menimpa umat manusia – termasuk di Akhir Zaman ini -- bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan terbit
dan timbul dari dalam diri manusia sendiri. Demikian pula pada
hakikatnya siksaan-siksaan neraka dan
ganjaran-ganjaran surga akan hanya
merupakan sekian banyak perwujudan
dan penjelmaan perbuatan manusia —
baik atau buruk — yang pernah dilakukannya dalam kehidupan di dunia ini.
Jadi, dalam kehidupan dunia ini manusia menjadi perancang nasibnya sendiri, dan seolah-olah pada kehidupan yang akan datang ia sendiri
akan menjadi pengganjar dan penghukum terhadap dirinya sendiri,
itulah makna ayat:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا
Barangsiapa
telah mendapat petunjuk maka
sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah
dirinya, dan barangsiapa sesat maka kesesatan
itu hanya kemudaratan atas dirinya.”
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman وَ لَا تَزِرُ وَازِرَۃٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰی -- “dan tidak
ada pemikul beban akan memikul beban
orang lain” yakni tiap orang
harus memikul tanggung-jawab perbuatannya
sendiri. Pengorbanan dan penebusan dari siapa pun, tidak dapat
mendatangkan faedah apa pun kepada
orang lain. Ayat ini mematahkan kepercayaan
ajaran Paulus tentang penebusan dosa sampai ke akar-akarnya.
Tujuan Pengutusan Rasul
Allah Sebelum Terjadinya
Azab Ilahi yang Menyeluruh
Kemudian Allah Swt. mengemukakan Sunnah-Nya mengenai azab Ilahi وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ حَتّٰی نَبۡعَثَ رَسُوۡلًا -- “Dan Kami
tidak pernah menimpakan azab hingga
Kami terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul”, di Akhir
Zaman ini dunia telah menyaksikan wabah-wabah, kelaparan-kelaparan,
peperangan-peperangan, gempa-gempa bumi, serta malapetaka dahsyat lainnya, yang serupa
itu belum pernah terjadi sebelumnya,
dan datangnya begitu bertubi-tubi,
sehingga kehidupan manusia telah
dirasakan pahit karenanya.
Merupakan
Sunnatullah, sebelum malapetaka-malapetaka dan bencana-bencana menimpa bumi ini, sudah selayaknya Allah Swt.
membangkitkan seorang pemberi
peringatan, yakni Rasul Allah
yang kedatangannya dijanjikan kepada semua umat beragama, agar tidak ada alasan
bagi manusia untuk menyalahkan Allah
Swt., firman-Nya:
وَ اِذَاۤ اَرَدۡنَاۤ اَنۡ نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا فِیۡہَا فَحَقَّ
عَلَیۡہَا
الۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنٰہَا تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾
Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu
kota, Kami terlebih
dahulu memerintahkan warganya yang
hidup mewah untuk menempuh kehidupan yang saleh, tetapi mereka durhaka di dalamnya, maka
berkenaan dengan kota itu firman Kami menjadi sempurna lalu Kami
menghancur-leburkannya. (Bani Israil [17]:17).
Kata qaryah (kota) di sini dimaksudkan ibukota, yaitu kota yang berperan sebagai metropolis atau pusat
kebudayaan dan politik bagi
kota-kota lain. Mengenai terjadinya Sunnatullah
pengutusan Rasul
Allah sebelum Allah Swt. menimpakan
berbagai macam azab-Nya tersebut , berikut
adalah beberapa firman Allah Swt. mengenai hal tersebut:
یٰمَعۡشَرَ
الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا شَہِدۡنَا عَلٰۤی اَنۡفُسِنَا وَ غَرَّتۡہُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ ذٰلِکَ اَنۡ لَّمۡ یَکُنۡ رَّبُّکَ
مُہۡلِکَ الۡقُرٰی بِظُلۡمٍ وَّ اَہۡلُہَا غٰفِلُوۡنَ﴿۱﴾
”Hai golongan jin dan ins (manusia), tidakkah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceriterakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku dan memperingatkan kamu mengenai
pertemuan pada hari kamu ini?” Mereka berkata: “Kami
menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi kehidupan dunia telah memperdayakan mereka, dan mereka
telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. Yang
demikian itu karena Rabb (Tuhan) engkau tidak pernah membinasakan negeri-negeri secara zalim padahal penduduknya
dalam keadaan lengah. (Al-An’ām [6]:131-132).
Allah Swt. tidak pernah
menurunkan azab yang bersifat umum (menyeluruh) sebelum Dia terlebih
dahulu memperingatkan umat-manusia
mengenai azab yang sedang mengancam
dengan membangkitkan seorang seorang Rasul Allah sebagai pemberi peringatan. Azab yang disebut di sini ialah azab yang
bersifat umum seperti: gempa bumi, peperangan yang membinasakan, wabah, dan
sebagainya yang melanda seluruh kaum.
Dalam ayat-ayat berikut ini
dikemukakan alasan mengapa sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada manusia Allah Swt. selalu terlebih dulu mengutus Rasul-Nya,
firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ
اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ
قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی ﴿﴾
قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ
اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata:
"Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatangkan kepada kami suatu Tanda
dari Rabb-nya (Tuhan-nya)?"
Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? Dan seandainya
Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum
kedatangan Rasul ini niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, mengapakah Eng-kau tidak
mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang se-dang menunggu maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan
siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).
Firman-Nya lagi:
وَ مَاۤ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ
قَرۡیَۃٍ اِلَّا لَہَا مُنۡذِرُوۡنَ ﴿﴾٭ۖۛ ذِکۡرٰی ۟ۛ وَ مَا
کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak membinasakan suatu
kota, melainkan telah ada baginya
orang-orang yang memberi peringatan, supaya mereka mendapat peringatan dan Kami
sekali-kali tidak berlaku zalim. (Asy-Syu’ara [26]:209-210).
Ayat ini menunjuk kepada suatu hukum Ilahi atau Sunnatullah,
bahwa hukuman (azab) tidak menimpa suatu kaum, kecuali jika seorang nabi Allah lebih dahulu diutus kepada mereka, dan karena menolak
dan melawan beliau maka mereka membuat diri mereka layak menerima hukuman, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ
اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی
اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ﴿﴾
Dan Rabb (Tuhan) engkau sekali-kali tidak akan membinasakan
kota-kota hingga Dia membangkitkan
di ibu-kotanya seorang rasul yang membacakan
kepada mereka Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami,
dan Kami sekali-kali tidak akan
membinasakan kota-kota kecuali penduduknya
orang-orang zalim. (Al-Qashash [28]:60).
Di Akhir Zaman ini, luar biasa sering dan
menyeluruhnya bencana alam dalam
bentuk kelaparan, peperangan, gempa bumi, dan wabah selama lima atau enam
dekade terakhir, hal tersebut membuktikan bahwa Allah Swt. telah mengutus seorang Pembaharu
Suci di zaman ini yakni Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10) agar umat
manusia tidak memiliki alasan
(helah) untuk menyalahkan Allah Swt..
Sunnatullah Terhadap “Orang-orang
yang Bersyukur” dan
Orang-orang yang “Tidak
Bersyukur” kepada Allah Swt.
Pendek kata, Allah Swt.
benar-benar konsekwen dengan Sunnatullah
berikut ini terhadap orang-orang yang
bersyukur mau pun terhadap orang-orang
yang tidak bersyukur (kufur)
kepada-Nya, firman-Nya:
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ
لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ
وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ
عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau
mengumumkan: ”Jika
kamu benar-benar bersyukur niscaya akan
Ku-limpahkan lebih banyak karunia kepada kamu, tetapi jika
kamu benar-benar tidak bersyukur
sesungguhnya azab-Ku sungguh
sangat keras.” (Ibrahim [14]:8).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar