Jumat, 17 Januari 2014

Kebangkitan "Kaum-kaum Purbakala" di Akhir Zaman & Pertanyaan Para Malaikat Penjaga Neraka Jahannam



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  125

Kebangkitan   “Kaum-kaum Purbakala” di Akhir Zaman & Pertanyaan Para Malaikat Penjaga Pintu Neraka Jahannam      

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai     Sunnatullah yang telah ditetapkan   Allah Swt.  terhadap para Rasul Allah dan kaum mereka masing-masing  sebelumnya, bahwa hal tersebut terjadi juga  kepada Rasul Akhir Zaman dan semua umat beragama di Akhir Zaman ini,   karena mereka pun   sedang menunggu-nunggu  kedatangan “Pahlawan Agama” mereka masing-masing, dengan nama (sebutan) yang berbeda -- yang mereka percayai akan memenangkan agama mereka atas  agama-agama lainnya -- seperti juga kepercayaan  umat Islam   mengenai kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam Mahdi a.s.  yang akan mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.    Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah ditangguhkan?  Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?   Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.   Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).

Tanda-tanda Kedatangan Rasul Allah yang Dijanjikan

 Ayat   فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ  -- “maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba.  Sedangkan makna ayat  ۙ  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ  --  “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia, seperti saat ini  terjadi merata di  berbagai kawasan   dunia.
   Ayat   وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ   -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan” yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak itu mati.
   Sedangkan makna ayat   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ   --  “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan”,  yaitu ketika seorang pembaharu samawi atau seorang Rasul Allah yang dijanjikan datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah  yang telah diutus sebelumnya kepada kaum mereka masing-masing,     seolah-olah Rasul Allah tersebut memakai jubah-jubah mereka.
       Di Akhir Zaman ini semua umat beragama  sepakat  sedang menunggu kedatangan kedua kali Rasul Allah yang mereka percayai  akan mengunggulkan agamanya atas agama-agama lainnya  (QS.61:10) dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda:  yakni Krisna a.s., Buddha a.s., Yesus Kristus a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Almasih a.s. dan nama-nama lainnya, padahal semua nama yang bebeda-beda itu merujuk kepada satu wujud “Rasul Akhir Zaman” yang muncul di kalangan umat Islam (QS.61:10), yang sekaligus merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan kaum “ākharīn”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.   Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
      Dalam ayat    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ    --  “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka” terkandung nubuatan (kabar gaib), bahwa  setelah mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun),  masa  kejahiliyah di kalangan bangsa Arab  yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama  tersebut  akan kembali terulang di kalangan mereka di Akhir Zaman,    ketika kaum atau umat Nabi Besar Muhammad saw.  -- sekali pun  sudah memeluk agama Islam --  namun demikian umumnya mereka telah memperlakukan Al-Quran sebagai sebagai sesuatu yang tidak bernilai, firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan  (Al-Furqān [25]:31).

“Haki Keputusan” & Kebangkitan Kembali Kaum-kaum Purbakala 
di Akhir Zaman  

  Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan, bahwa kedatangan Rasul Allah di   Akhir Zaman  ini  -- dalam jubah kenabian  para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama tersebut  --     وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ     (dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan”  QS.77:12) pada hakikatnya    merupakan “Hari Keputusan” Allah Swt. untuk  melakukan “Penghakiman” dalam berbagai hal, termasuk dalam masalah keimanan  yang sifatnya gaib, firman-Nya:
    مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memi-sahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
   Kenapa demikian “Penghakiman” Allah Swt. melalui pengutusan Rasul Allah tersebut tersebut penting? Sebab di Akhir Zaman ini semua keburukan yang pernah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala telah kembali merajalela, seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali, sehingga “daratan” dan “lautan” pun    -- baik dalam makna harfiah (jasmani) mau pun dalam makna kiasan (ruhani) -- menjadi rusak (QS.30:42), firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.  Katakanlah:Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” (Ar-Rām [30]:42-43).
     Dalam ayat ini  kita diberi tahu, bahwa bila kegelapan akhlak dan ruhani menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan – termasuk “tuhan-tuhan”  kekuasaan dan kekayaan duniawi -- dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang Rasul Allah  untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat tersebut keharibaan Majikan-nya, yakni Allah Swt. guna melakukan “Pemnghakiman” atau “Keputusan”, firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.    Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah ditangguhkan?  Hingga Hari Keputusan.  Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?   Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.   Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:8-20).

Manusia Tidak Bisa Menyalahkan Allah Swt.

   Kedatangan Rasul Allah  tersebut merupakan Sunnah-Nya Allah Swt. pula yaitu agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt. apabila berbagai bentuk azab Ilahi menimpa umat manusia di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا تَزِرُ وَازِرَۃٌ  وِّزۡرَ  اُخۡرٰی ؕ وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ  حَتّٰی  نَبۡعَثَ  رَسُوۡلًا ﴿﴾  وَ اِذَاۤ  اَرَدۡنَاۤ  اَنۡ نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً  اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا فِیۡہَا فَحَقَّ عَلَیۡہَا الۡقَوۡلُ  فَدَمَّرۡنٰہَا  تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾
Barangsiapa telah mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah dirinya,  dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya, dan  tidak ada pemikul beban akan memikul beban orang lain. Dan  Kami tidak menimpakan azab  hingga Kami  terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul.  (Bani Israil [17]:16).
     Menurut ayat 16,  bahwa azab Ilahi yang menimpa umat manusia – termasuk di Akhir Zaman ini -- bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan terbit dan timbul dari dalam diri manusia sendiri. Demikian pula pada hakikatnya siksaan-siksaan neraka dan ganjaran-ganjaran surga akan hanya merupakan sekian banyak perwujudan dan penjelmaan perbuatan manusia — baik atau buruk — yang pernah dilakukannya dalam kehidupan di dunia ini.
    Jadi, dalam kehidupan dunia ini manusia menjadi perancang nasibnya sendiri, dan seolah-olah pada kehidupan yang akan datang ia sendiri akan menjadi pengganjar dan penghukum terhadap dirinya sendiri, itulah makna ayat:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا
Barangsiapa telah mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah dirinya,  dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya.
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman  وَ لَا تَزِرُ وَازِرَۃٌ  وِّزۡرَ  اُخۡرٰی  -- “dan  tidak ada pemikul beban akan memikul beban orang lain yakni tiap orang harus memikul tanggung-jawab perbuatannya sendiri. Pengorbanan dan penebusan dari siapa pun, tidak dapat mendatangkan faedah apa pun kepada orang lain. Ayat ini mematahkan kepercayaan  ajaran Paulus tentang penebusan dosa sampai ke akar-akarnya.

Tujuan Pengutusan Rasul Allah Sebelum Terjadinya
Azab Ilahi yang  Menyeluruh

       Kemudian  Allah Swt.  mengemukakan Sunnah-Nya  mengenai azab Ilahi  وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ  حَتّٰی  نَبۡعَثَ  رَسُوۡلًا  -- “Dan  Kami tidak pernah menimpakan azab  hingga Kami  terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul”, di Akhir Zaman ini   dunia telah menyaksikan wabah-wabah, kelaparan-kelaparan, peperangan-peperangan, gempa-gempa bumi, serta malapetaka dahsyat lainnya, yang serupa itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan datangnya begitu bertubi-tubi, sehingga kehidupan manusia telah dirasakan pahit karenanya.
      Merupakan  Sunnatullah, sebelum malapetaka-malapetaka dan bencana-bencana menimpa bumi ini, sudah selayaknya Allah Swt.   membangkitkan seorang pemberi peringatan, yakni Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  kepada semua umat beragama, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ اِذَاۤ  اَرَدۡنَاۤ  اَنۡ نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً  اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا فِیۡہَا فَحَقَّ عَلَیۡہَا الۡقَوۡلُ  فَدَمَّرۡنٰہَا  تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾
Dan  apabila Kami   hendak membinasakan suatu kota,  Kami terlebih dahulu memerintahkan warganya yang hidup mewah untuk menempuh kehidupan yang saleh, tetapi mereka durhaka di dalamnya, maka berkenaan dengan kota itu firman Kami menjadi sempurna  lalu Kami menghancur-leburkannya. (Bani Israil [17]:17).
       Kata qaryah (kota) di sini dimaksudkan ibukota, yaitu kota yang berperan sebagai metropolis atau pusat kebudayaan dan politik bagi kota-kota lain.   Mengenai terjadinya Sunnatullah  pengutusan  Rasul Allah sebelum  Allah Swt. menimpakan berbagai macam azab-Nya tersebut , berikut adalah beberapa firman Allah Swt. mengenai hal tersebut:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ  یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ  اٰیٰتِیۡ  وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ  لِقَآءَ  یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا شَہِدۡنَا عَلٰۤی اَنۡفُسِنَا وَ غَرَّتۡہُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا  وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ  اَنَّہُمۡ  کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ ذٰلِکَ اَنۡ لَّمۡ یَکُنۡ رَّبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی بِظُلۡمٍ   وَّ  اَہۡلُہَا غٰفِلُوۡنَ﴿۱﴾
”Hai golongan jin dan ins (manusia), tidakkah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceriterakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku dan memperingatkan kamu mengenai pertemuan pada hari kamu ini?” Mereka berkata:  Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi kehidupan dunia telah memperdayakan mereka, dan  mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir.   Yang demikian itu karena Rabb (Tuhan) engkau tidak pernah membinasakan negeri-negeri secara zalim padahal penduduknya dalam keadaan lengah.  (Al-An’ām [6]:131-132).
  Allah Swt.  tidak pernah menurunkan azab yang bersifat umum (menyeluruh) sebelum Dia terlebih dahulu memperingatkan umat-manusia mengenai azab yang sedang mengancam dengan membangkitkan seorang seorang Rasul Allah sebagai  pemberi peringatan.  Azab yang disebut di sini ialah azab yang bersifat umum seperti: gempa bumi, peperangan yang membinasakan, wabah, dan sebagainya yang melanda seluruh kaum.
   Dalam ayat-ayat berikut ini dikemukakan alasan  mengapa sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada manusia  Allah Swt. selalu terlebih dulu   mengutus Rasul-Nya, firman-Nya: 
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿﴾  وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Rabb-nya (Tuhan-nya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?  Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum kedatangan Rasul  ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, me­ngapakah   Eng-kau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?"    Katakanlah: "Setiap orang se-dang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).
Firman-Nya lagi:
وَ مَاۤ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍ  اِلَّا لَہَا مُنۡذِرُوۡنَ ﴿﴾٭ۖۛ  ذِکۡرٰی ۟ۛ وَ مَا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak  membinasakan suatu kota, melainkan telah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan,  supaya mereka mendapat peringatan dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Asy-Syu’ara [26]:209-210).
       Ayat ini menunjuk kepada suatu hukum Ilahi  atau Sunnatullah,  bahwa hukuman (azab) tidak menimpa suatu kaum, kecuali jika seorang nabi Allah lebih dahulu diutus kepada mereka, dan  karena menolak dan melawan beliau  maka mereka membuat diri mereka layak menerima hukuman, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ﴿﴾
Dan Rabb (Tuhan) engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang rasul yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami, dan Kami sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota kecuali penduduknya orang-orang zalim. (Al-Qashash [28]:60). 
   Di Akhir Zaman ini, luar biasa sering dan menyeluruhnya bencana alam dalam bentuk kelaparan, peperangan, gempa bumi, dan wabah selama lima atau enam dekade terakhir, hal tersebut membuktikan bahwa Allah Swt. telah mengutus seorang Pembaharu Suci di zaman ini yakni    Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) agar umat manusia tidak memiliki alasan (helah) untuk menyalahkan Allah Swt..

Sunnatullah Terhadap “Orang-orang yang Bersyukur” dan
Orang-orang yang “Tidak Bersyukur” kepada Allah Swt.

     Pendek kata, Allah Swt. benar-benar konsekwen dengan Sunnatullah berikut ini terhadap orang-orang yang bersyukur mau pun terhadap orang-orang yang tidak bersyukur (kufur) kepada-Nya, firman-Nya:
وَ اِذۡ  تَاَذَّنَ  رَبُّکُمۡ  لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau mengumumkan:  ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya  akan Ku-limpahkan lebih banyak karunia kepada kamu, tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur  sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat  keras.” (Ibrahim [14]:8).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   23 Desember    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar