Minggu, 26 Januari 2014

Hakikat Sumpah Allah Swt. Mengenai "Gugusan Bintang-bintang di Langit" & "Hari yang Dijanjikan"




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād
Bab  138
    Hakikat Sumpah Allah Swt. Mengenai    Gugusan Bintang-bintang di Langit” & “Hari yang Dijanjikan” 
  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai     ciri khasHizbullāh” (golongan Allah) atau Muslim yang hakiki dalam firman-Nya sebelum ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
  لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ 
“Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,  walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah [58]:23).

Mereka yang Hatinya Diperkuat “Ruh” dari Allah Swt.

     Mengenai keteguhan hati Hizbullāh (golongan Allah) atau Muslim hakiki tersebut selanjutnya Allah Swt. menjelaskan penyebabnya:
  اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾  
… Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu)  dari-Nya,  dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah Hizbullah (golongan Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah  itulah orang-orang yang berhasil.  (Al-Mujādilah [58]:23).
        Dalam ayat tersebut Allah Swt. menyebut ilham atau wahyu-Nya  yang memperteguh hati   Hizbullāh hakiki  atau Muslim hakiki   menggunakan kata rūh yakni  وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ   -- “dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu)  dari-Nya”, hal ini memdukung penjelasan dalam Bab sebelumnya mengenai pencabutan dan pengembalian “ruh” Al-Quran (QS.17:86-89; QS.32:6; QS.42:52-54) bahwa Allah Swt. telah menyebut wahyu (ilham) Ilahi dengan sebutan rūh.

Rasul Akhir Zaman dan Para Pengikutnya &  Kemunculan Para Mujaddid  (Pembaharu Ruhani) Islam di Setiap Awal Abad

       Jadi, hanya orang-orang yang hatinya (jiwanya) telah diperkuat oleh “ruh” yakni ilham atau wahyu Ilahi  dari Allah Swt. sajalah   وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ   -- “dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu)  dari-Nya”,    yang  akan menjadi Hizbullāh (golongan Allah) hakiki atau Muslim hakiki, dan di Akhir Zaman ini  hanya terjadi pada  orang-orang  yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  kepada mereka  yakni Rasul Akhir Zaman (QS.61:QS; QS.62:3-5), dan di Akhir Zaman ini  Hizbullāh hakiki tersebut adalah Jemaat Muslim Ahmadiyah.
      Kenapa demikian? Sebab  di Akhir Zaman ini hanya Jemaat Muslim Ahmadiyah itulah  yang mengalami  berbagai bentuk kezaliman  yang mengerikan yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan para sahabah beliau saw. di zaman awal   -- dan juga dialami oleh para Rasul Allah sebelumnya serta para pengikutnya yang hakiki -- hanya karena mempertahankan Tauhid Ilahi  yang diajarkan oleh Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi langit yang memiliki  gugusan-gugusan bintang, (Al-Burūj [85]:1-2).
      Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda,  bahwa dalam rangka menjaga kemurnian ajaran Islam (Al-Quran), setelah masa kenabian beliau saw. dan masa para Khulafatur-Rasyidin, menurut beliau saw. di setiap permulaan abad Allah Swt. akan membangkitkan mujaddid-mujaddid (para pembaharu ruhani) di kalangan umat Islam.
   Mujaddid-mujaddid atau 12  gugusan bintang di cakrawala ruhani Islam, yang akan membuat cahaya Islam berkilauan terus sesudah matahari ruhani terbenam  -- yaitu  sesudah 3 abad masa kejayaan Islam yang pertama   berlalu, sehingga membawa akibat tersebarnya kegelapan ruhani di seluruh dunia (QS.32:6)  -- para mujaddid itu akan memberikan kesaksian mengenai kebesaran Islam, kebenaran Al-Quran dan kebenaran  Nabi Besar Muhammad saw..

Makna “Hari yang Dijanjikan”

 Selanjutnya Allah Swt. melanjutkan “sumpah-Nya  mengenai kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾  وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Dan demi Hari yang dijanjikan,  dan demi saksi  dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:3-4).
   “Hari yang dijanjikan” itu dapat berarti hari ketika   Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman a.s.   akan dibangkitkan untuk mendatangkan kejayaan Islam yang kedua kali  (QSl61:10). Pada hakikatnya banyak hari  semacam itu dalam sejarah Islam yang dapat disebut “Hari yang dijanjikan”, seperti hari Pertempuran Badar, hari ketika Pertempuran Khandak berkesudahan dengan kejayaan besar, dan hari jatuhnya Mekkah.
   Tetapi “Hari yang dijanjikan” yang paripurna itu ialah masa kebangkitan kedua-kalinya  Nabi Besar Muhammad saw.   dalam pribadi wakil beliau saw. yang paling besar pada abad ke-14 Hijrah,  ketika agama Islam akan memperoleh kehidupan baru dan akan menang atas semua agama lainnya m(QSl61:10).  Hari yang dijanjikan” itu dapat pula berarti  hari ketika orang-orang bertakwa akan merasakan kelezatan nikmat pertemuan dengan Tuhan mereka (Allah Swt. – QS.89:28-31). Itulah makna ayat  وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ -- “dan demi hari yang dijanjikan.”
    Ada pun makna ayat selanjutnya  وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- “dan demi saksi  dan yang disaksikan”, tiap Nabi (Rasul) Allah  atau Mushlih Rabbani adalah syāhid, yaitu yang  memberi kesaksian,  sebab   Rasul Allah    adalah  seorang saksi hidup akan adanya Allah Swt., dan beliau itu pun masyhud (yang diberi kesaksian) sebab Allah Swt. memberi kesaksian akan kebenaran pendakwaan kerasulan  dengan memperlihatkan Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat di tangannya.

Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Saksi Terbesar  Kebenaran
Nabi Besar Muhammad Saw.

   Tetapi di sini, seperti nampak dari teks, syāhid adalah   Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Rasul Akhir Zaman,  sedangkan masyhūd  (yang diberi kesaksian) adalah  Nabi Besar   Muhammad saw., sebagaimana  sebelumnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili merupakan saksi bagi Nabi Musa a.s., firman-Nya:اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ  کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ  رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ﴿﴾

Maka  apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan  ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya, dan yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat dikatakan seorang penipu?  Mereka itu beriman kepadanya, dan barangsiapa dari golongan  itu kafir kepadanya maka Api akan menjadi tempat yang dijanjikan baginya.  Karena itu  janganlah engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq (kebenaran) dari Rabb (Tuhan) engkau  tetapi ke-banyakan manusia tidak beriman. (Hūd [11]:18). 
   Tiga dalil telah dikemukakan dalam ayat ini untuk mendukung kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw.  dengan kata-kata: (a)Yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya), (b)Ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya”, dan (c)Yang sebelumnya di dahului oleh Kitab Musa”.
      Makna   Dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya)” dalam ayat ayat  اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ  -- “Maka  apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya)” ialah revolusi besar dalam akhlak, yang telah diadakan oleh  Nabi Besar Muhammad saw.   dalam kehidupan kaumnya yang sebelum itu bobrok dan mundur keadaannya (QS.62:3).
      Ada pun makna saksi-saksi dalam  وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ   -- “dan  ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya”,   yaitu saksi-saksi yang membuktikan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw.  ialah imam-imam rabbani dari antara pengikut beliau saw.  yaitu para Mujaddid dan para wali Allah besar, yang dengan ajaran dan perbuatannya akan menegakkan kebenaran Islam dan Al-Quran di tiap-tiap abad (QS.85:2),  dan saksi yang paling sempurna adalah   Al-Masih Mau’ud a.s. yaitu Pendiri Jemaat Ahmadiyah  yang muncul dari  kalangan “ ākharīna minhum  -- “kaum lain dari antara mereka”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar.    (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Nubuatan-nubuatan Tentang Nabi Besar Muhammad Saw.
Dalam Kitab-kitab Suci terdahulu

      Kata-kata وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ  کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ  رَحۡمَۃً  --  “dan yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat”  menunjuk kepada nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Bible tentang   Nabi yang  seperti Musa  yakni Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.26:193-198; QS.46:11; Ulangan 18:18 & 33:2; Yesaya 21:13-17;  Amtsal Solaiman 1:5-6;  Habakuk 3:7;  Matius 21:42-45; ,Yahya 16:12-14.
     Dengan demikian  ayat اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ  -- “Maka  apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan  ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya  mengandung arti bahwa Al-Masih Mau’ud a.s.  – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --     akan memberi kesaksian akan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw.   dengan uraian-uraian, tabligh-tabligh, dan tulisan-tulisan beliau dan dengan Tanda-tanda  dan berbagai mukjizat yang akan ditampakkan Allah Swt. di tangan beliau.
      Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman  akan memberikan kesaksian pula dalam arti,  bahwa dalam wujud beliau  maka nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri tentang  Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.   telah memberi kesaksian akan kebenaran pendakwaan beliau.       Dengan demikian jelaslah, bahwa   Nabi Besar Muhammad saw. dan  Al-Masih Mau’ud a.s.   itu bersama-sama merupakan syāhid dan masyhūd, firman-Nya: 
وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾  وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Dan demi Hari yang dijanjikan,  dan demi saksi  dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:3-4).

Perlawanan Zalim dari Para Penentang Rasul Allah

       Namun sudah merupakan Sunnatullah, sebagaimana ketika Nabi Besar Muhammad saw. mendakwakan diri  sebagai Rasul Allah  bagi seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29)  mendapat perlawanan dan kezaliman yang sangat hebat dari  berbagai fihak   -- terutama dari kalangan orang-orang musyrik dam golongan Ahli Kitab (QS.98:1-7), maka hal yang sama menimpa Al-Masih Mau’ud a.s. dan para pengikutnya (Jemaat Ahmadiyah).
      Mengisyaratkan kepada Sunnatullah  berupa munculnya perlawanan dahsyat dan zalim dari  para penentang Rasul Allah itulah  firman Allah Swt. selanjutnya: 
قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾  النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾  اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿﴾  وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ  ؕ﴿﴾
Binasalah para pemilik parit,  yaitu api yang dinyalakan dengan bahan bakar. Ketika mereka duduk  di sekitarnya,   dan mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang beriman. (Al-Burūj [85]:5-8).

(Bersambung)


Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   4 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar