بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 138
Hakikat Sumpah
Allah Swt. Mengenai “Gugusan Bintang-bintang di Langit” &
“Hari yang Dijanjikan”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ciri
khas “Hizbullāh” (golongan Allah)
atau Muslim yang hakiki dalam
firman-Nya sebelum ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا
یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ
یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ
“Engkau
tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak
mereka atau anak-anak mereka
atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah [58]:23).
Mereka yang Hatinya Diperkuat “Ruh”
dari Allah Swt.
Mengenai keteguhan hati Hizbullāh (golongan Allah) atau Muslim hakiki tersebut selanjutnya Allah
Swt. menjelaskan penyebabnya:
اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ
یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
…
Mereka itulah orang-orang yang di dalam
hati mereka Dia telah
menanamkan iman dan Dia telah
meneguhkan mereka dengan ruh
(ilham/wahyu) dari-Nya, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. Itulah Hizbullah
(golongan Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:23).
Dalam
ayat tersebut Allah Swt. menyebut ilham
atau wahyu-Nya yang memperteguh hati Hizbullāh
hakiki atau Muslim hakiki menggunakan
kata rūh yakni وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- “dan
Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh
(ilham/wahyu) dari-Nya”, hal ini memdukung penjelasan dalam Bab sebelumnya
mengenai pencabutan dan pengembalian “ruh”
Al-Quran (QS.17:86-89; QS.32:6; QS.42:52-54) bahwa Allah Swt. telah menyebut
wahyu (ilham) Ilahi dengan sebutan rūh.
Rasul Akhir
Zaman dan Para Pengikutnya & Kemunculan Para Mujaddid (Pembaharu Ruhani)
Islam di Setiap Awal Abad
Jadi, hanya orang-orang yang hatinya (jiwanya) telah diperkuat oleh “ruh” yakni ilham atau wahyu Ilahi dari Allah
Swt. sajalah وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ --
“dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu) dari-Nya”, yang
akan menjadi Hizbullāh (golongan Allah) hakiki atau Muslim hakiki, dan di Akhir
Zaman ini hanya terjadi pada
orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada mereka
yakni Rasul Akhir Zaman (QS.61:QS; QS.62:3-5), dan di Akhir Zaman ini Hizbullāh hakiki tersebut adalah Jemaat
Muslim Ahmadiyah.
Kenapa demikian? Sebab di Akhir
Zaman ini hanya Jemaat Muslim
Ahmadiyah itulah yang mengalami berbagai bentuk kezaliman yang mengerikan yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan para sahabah beliau saw. di zaman awal -- dan juga dialami oleh para Rasul Allah sebelumnya serta para pengikutnya yang hakiki -- hanya karena
mempertahankan Tauhid Ilahi yang diajarkan oleh Rasul Akhir Zaman (QS.62:3-4), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang, (Al-Burūj
[85]:1-2).
Nabi Besar
Muhammad saw. telah bersabda, bahwa
dalam rangka menjaga kemurnian ajaran Islam
(Al-Quran), setelah masa kenabian
beliau saw. dan masa para Khulafatur-Rasyidin,
menurut beliau saw. di setiap permulaan
abad Allah Swt. akan membangkitkan mujaddid-mujaddid
(para pembaharu ruhani) di kalangan umat Islam.
Mujaddid-mujaddid atau 12 gugusan bintang di cakrawala ruhani Islam, yang akan membuat cahaya Islam berkilauan terus sesudah matahari ruhani terbenam --
yaitu sesudah 3 abad masa kejayaan Islam yang
pertama berlalu, sehingga membawa
akibat tersebarnya kegelapan ruhani
di seluruh dunia (QS.32:6) -- para mujaddid itu akan memberikan kesaksian mengenai kebesaran Islam, kebenaran
Al-Quran dan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw..
Makna “Hari yang Dijanjikan”
Selanjutnya Allah
Swt. melanjutkan “sumpah-Nya” mengenai kebenaran pendakwaan Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Dan demi Hari yang dijanjikan, dan demi
saksi dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:3-4).
“Hari yang dijanjikan” itu dapat berarti
hari ketika Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman a.s. akan
dibangkitkan untuk mendatangkan kejayaan Islam yang kedua kali (QSl61:10). Pada hakikatnya banyak hari
semacam itu dalam sejarah Islam yang dapat disebut “Hari yang dijanjikan”, seperti hari Pertempuran Badar, hari ketika Pertempuran
Khandak berkesudahan dengan kejayaan
besar, dan hari jatuhnya Mekkah.
Tetapi “Hari yang dijanjikan” yang paripurna itu
ialah masa kebangkitan kedua-kalinya Nabi Besar Muhammad saw. dalam pribadi wakil beliau saw. yang paling besar pada abad ke-14 Hijrah, ketika agama
Islam akan memperoleh kehidupan baru dan akan menang atas semua agama
lainnya m(QSl61:10). “Hari yang dijanjikan” itu dapat pula
berarti hari ketika orang-orang
bertakwa akan merasakan kelezatan nikmat
pertemuan dengan Tuhan mereka (Allah Swt. – QS.89:28-31). Itulah makna
ayat وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ -- “dan demi
hari yang dijanjikan.”
Ada pun makna
ayat selanjutnya وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ
-- “dan demi saksi dan yang
disaksikan”, tiap Nabi (Rasul)
Allah atau Mushlih Rabbani adalah syāhid, yaitu yang memberi kesaksian, sebab
Rasul Allah adalah
seorang saksi hidup akan adanya Allah Swt., dan beliau itu pun masyhud
(yang diberi kesaksian) sebab Allah Swt. memberi kesaksian akan kebenaran pendakwaan
kerasulan dengan memperlihatkan Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat di tangannya.
Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Saksi Terbesar Kebenaran
Nabi Besar Muhammad Saw.
Tetapi di sini,
seperti nampak dari teks, syāhid adalah
Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) atau Rasul Akhir Zaman, sedangkan masyhūd (yang
diberi kesaksian) adalah Nabi Besar
Muhammad saw., sebagaimana
sebelumnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili merupakan saksi bagi Nabi Musa a.s., firman-Nya:اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ
مِّنۡہُ وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ کِتٰبُ مُوۡسٰۤی
اِمَامًا وَّ رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ
یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ
مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ
مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا
یُؤۡمِنُوۡنَ﴿﴾
Maka apakah orang yang berdiri atas
dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan ia
akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan
kebenarannya, dan yang sebelumnya
telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat
dikatakan seorang penipu? Mereka
itu beriman kepadanya, dan barangsiapa
dari golongan itu kafir kepadanya
maka Api akan menjadi tempat yang
dijanjikan baginya. Karena
itu janganlah
engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq (kebenaran)
dari Rabb (Tuhan) engkau tetapi ke-banyakan manusia tidak beriman. (Hūd
[11]:18).
Tiga dalil telah dikemukakan dalam ayat ini
untuk mendukung kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. dengan kata-kata: (a) “Yang berdiri atas dalil yang nyata dari
Rabb-nya (Tuhan-nya), (b) “Ia
akan disusul pula oleh seorang saksi
dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya”, dan (c) “Yang sebelumnya di dahului oleh Kitab Musa”.
Makna
“Dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya)”
dalam ayat ayat اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ --
“Maka apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya
(Tuhan-nya)” ialah revolusi besar
dalam akhlak, yang telah diadakan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kehidupan kaumnya yang sebelum itu bobrok dan mundur keadaannya (QS.62:3).
Ada pun makna saksi-saksi dalam وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ -- “dan ia
akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya”, yaitu saksi-saksi
yang membuktikan kebenaran Nabi Besar
Muhammad saw. ialah imam-imam rabbani dari antara pengikut beliau saw. yaitu para Mujaddid dan para wali Allah
besar, yang dengan ajaran dan perbuatannya akan menegakkan kebenaran Islam dan Al-Quran
di tiap-tiap abad (QS.85:2), dan saksi
yang paling sempurna adalah Al-Masih Mau’ud a.s. yaitu Pendiri Jemaat Ahmadiyah yang muncul dari kalangan “ ākharīna minhum -- “kaum
lain dari antara mereka”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Nubuatan-nubuatan Tentang Nabi Besar
Muhammad Saw.
Dalam Kitab-kitab Suci terdahulu
Kata-kata وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ
کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ
رَحۡمَۃً --
“dan yang sebelumnya telah
didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh
dan rahmat” menunjuk kepada nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Bible tentang “Nabi yang
seperti Musa” yakni Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.26:193-198;
QS.46:11; Ulangan 18:18 & 33:2; Yesaya 21:13-17; Amtsal Solaiman 1:5-6; Habakuk 3:7; Matius 21:42-45; ,Yahya
16:12-14.
Dengan demikian ayat اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ
مِّنۡہُ
-- “Maka apakah
orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya
(Tuhan-nya) dan ia akan disusul pula oleh seorang saksi
dari-Nya” mengandung arti bahwa Al-Masih Mau’ud a.s. – yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. -- akan memberi kesaksian akan kebenaran
Nabi Besar Muhammad saw. dengan
uraian-uraian, tabligh-tabligh, dan tulisan-tulisan
beliau dan dengan Tanda-tanda dan berbagai mukjizat yang akan ditampakkan Allah Swt. di tangan beliau.
Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman akan memberikan kesaksian pula dalam arti,
bahwa dalam wujud beliau maka nubuatan
Nabi Besar Muhammad saw. sendiri tentang
Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. telah memberi kesaksian akan kebenaran
pendakwaan beliau.
Dengan demikian jelaslah, bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. itu bersama-sama merupakan syāhid dan
masyhūd, firman-Nya:
وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾
Dan demi Hari yang dijanjikan, dan demi
saksi dan yang disaksikan, (Al-Burūj [85]:3-4).
Perlawanan Zalim dari Para Penentang
Rasul Allah
Namun sudah merupakan Sunnatullah, sebagaimana ketika Nabi Besar Muhammad saw. mendakwakan diri sebagai Rasul
Allah bagi seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29) mendapat perlawanan dan kezaliman yang sangat hebat dari
berbagai fihak -- terutama dari
kalangan orang-orang musyrik dam
golongan Ahli Kitab (QS.98:1-7), maka
hal yang sama menimpa Al-Masih Mau’ud
a.s. dan para pengikutnya (Jemaat
Ahmadiyah).
Mengisyaratkan kepada Sunnatullah berupa munculnya perlawanan dahsyat dan zalim dari para penentang Rasul Allah itulah firman Allah Swt. selanjutnya:
قُتِلَ
اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾ النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾ اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿﴾ وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ
بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ ؕ﴿﴾
Binasalah para pemilik
parit, yaitu api yang dinyalakan dengan bahan bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya, dan mereka menjadi saksi atas apa yang
dilakukan mereka terhadap orang-orang
beriman. (Al-Burūj [85]:5-8).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar