Sabtu, 25 Januari 2014

Persamaan Umat Islam dengan Kaum Yahudi dan Nasrani Seperti "Persamaan Sepasang Sepatu" & Tantangan Allah Swt. Untuk Mengembalikan "Ruh" Al-Quran



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  135

    Persamaan Umat Islam  dengan  Yahudi dan Nasrani  Seperti Persamaan Sepasang Sepatu & Tantangan Allah Swt. Untuk Mengembalikan "Ruh" Al-Quran

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  firman Allah Swt. mengenai  tiga cara Allah Swt. berkomunikasi dengan manusia:
وَ مَا کَانَ  لِبَشَرٍ اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ  اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya  apa yang Dia kehendaki, sesungguh-nya, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana.  (Asy-Syurā [42]:52).
   Selanjutnya Allah Swt. berfirman tentang pewahyuan Al-Quran yang diwahyukan secara bertahap dalam jangka waktu 23 tahun kepada Nabi Besar Muhammad saw.: 
وَ کَذٰلِکَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا  الۡاِیۡمَانُ وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ  نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ  بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ  مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ﴿ۙ﴾
Dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman ini  dengan perintah Kami. Engkau sekali-kali tidak mengetahui apa Kitab itu, dan tidak pula apa iman itu,  tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami memberi petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus,  (Asy-Syurā [42]:53).

Nabi Besar Muhammad Saw. Pemberi Petunjuk Tersempurna

       Akibat dari menerima wahyu Ilahi berupa wahyu-wahyu Al-Quran tersebut,   Nabi Besar Muhammad saw. yang sebelumnya adalah seorang ummiy (butahurif) kemudian beliau saw. menjadi seorang “pemberi petunjuk terbesar dan tersempurna  bagi umat manusia, firman-Nya:    وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ     -- “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus,” selanjutnya Allah Swt. berfirman:
صِرَاطِ اللّٰہِ  الَّذِیۡ  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪﴾
Jalan  Allah Yang milik-Nya apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah, kepada Allah segala perkara kembali.  (Asy-Syurā [42]:54).
  Menurut Allah Swt. bahwa Islam atau Al-Quran adalah kehidupan, nur, dan jalan lurus yang membawa manusia yang menempuhnya kepada Allah Swt. dan menyadarkan manusia akan tujuan agung dan luhur kejadiannya, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman    ؕ اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ  - “kepada Allah segala perkara kembali”, yakni  permulaan dan akhir segala sesuatu terletak di tangan Allah Swt., termasuk cara menghidupkan akhlak dan ruhani umat manusia atau umat beragama jika secara ruhani telah mengalami kematian pun sepenuhnya  merupakan wewenang Allah Swt.,   firman-Nya:  
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?   Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).  
      Pendek kata, melalui diwahyukan-Nya Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. maka bangsa Arab jahiliyah  -- yang sejak dari zaman Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. tidak pernah menerima siraman hujan ruhani dari langit berupa wahyu Ilahi, sehingga mereka disebut berada dalam “kesesatan yang nyata” –  hanya dalam waktu 23 tahun saja  berubah menjadi “manusia-manusia malaikat” dan menjadi “guru-guru dunia” dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ruhani dan duniawi, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar.    (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Pencabutan “Ruh” Al-Quran (Islam) Setelah
3  Abad Masa Kejayaan Islam yang Pertama

           Sehubungan ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   -- “Dan Dia akan membangkitkannya lagi  pada kaum lain dari antara mereka yang belum  pernah bertemu dengan mereka,” tersebut dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan membawanya kembali ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
Dengan kedatangan  Al- Masih Mau’ud a.s. -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah -- dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan tersebut telah terhenti dan kebangkitan Islam yang kedua kali kembali mulai berlaku.
     Jadi, mengisyaratkan kepada masa kemunduran umat Islam yang pertama itu pulalah  firman Allah Swt. dalam Surah Bani Israil    berikut ini --  yang merupakan  lanjutan dari pertanyaan mengenai masalah ruh kepada Nabi Besar Muhammad saw.  sebelumnya (QS.17:86)   -- firman-Nya: 
وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا﴿﴾
Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu, kecuali karena rahmat dari  Rabb (Tuhan) engkau, sesungguhnya karunia-Nya kepada engkau sangat besar (Bani Israil [17]:87-88).
      Ayat ini   -- sesuai dengan  pencabutan  atau diangkat-Nya lagi  ruh” Al-Quran selama 1000 tahun (QS.32:6)  sebagaimana yang dikemukakan dalam Bab sebelumnya --  mengandung nubuatan,  bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran akan lenyap dari bumi.
    Nubuatan  Nabi Besar Muhammad saw.  serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran (Islam) akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa (ruh) ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama, firman-Nya:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Katakanlah: “Jika  ins (manusia) dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup men-datangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:89). 
     Tantangan ini pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik, supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu —  menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada Allah Swt.  dan untuk sepanjang masa.
      Dikarenakan demikian pentingnya peran keberadaan dan kesinambungan wahyu Ilahi  bagi upaya menghidupkan kembali akhlak dan ruhani umat manusia atau umat beragama yang sudah mati, itulah sebabnya  dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini Allah Swt. menyatakan dengan jelas bahwa hal itu akan terjadi melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).

Peringatan Allah Swt.  Kepada Para Pemuka Umat Islam &
Seperti Persamaan  Sepasang Sepatu

      Sebelum firman-Nya mengenai pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut, dalam  beberapa ayat sebelumnya Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam,  karena setelah mengalami masa kejayaan Islam yang pertama selama 3 abad (300) tahun, mereka   secara berangsur-angsur mulai meninggalkan Al-Quran (QS.25:31) dan mengikuti langkah-langkah kehidupan  kaum Ahlikitab (Yahudi dan Nasrani).
      Berikut ini adalah beberapa terjemahan sabda (hadits) Nabi Besar Muhammad saw. mengenai keadaan umat Islam  sepeninggal beliau saw. dan para Khalifah Rasyidin    – terutama  di masa kemunduran selama 1000 tahun (QS.32:6), setelah mengalami masa kejayaan Islam yang pertama selama 3 abad: 
Abdullah ibnu Umar r.a. berkata: "Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Pasti akan datang pada umatku sebagaimana yang telah terjadi pada   umat  Bani Israil, seperti sepasang sepatu, hingga kalau umat Bani Israel berzina dengan ibunya secara terang-terangan maka umatku juga akan berbuat demikian. Ketahuilah bahwa umat Bani Israel akan pecah belah hingga 72 firqah dan umatku akan berpecah belah hingga 73 firqahKesemuanya akan menjadi bahan api neraka terkecuali satu golongan”. Sahabat-sahabat bertanya: “Golongan yang manakah itu wahai Rasulullah?' Beliau menjawab dengan bersabda:  “Yang  mengamalkan apa yang aku dan sahabat-sahabatku amalkan".........(Tirmidzi, Kitabul Iman).
      Sehubungan dengan hal tersebut  Allah Swt.  dalam Surah Ash-Shaff  berikut ini memperingatkan umat Islam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾   کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (Ash-Shaff  [61]:3-4).
 Umat Islam sebagai “umat yang terbaik telah    dibangkitkan  Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw. untuk    kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111). Oleh karena itu  menurut Allah Swt.  perbuatan (amal) seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya.
Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan. Itulah sebabnya Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam  – terutama di Akhir Zaman ini – firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali  Allah, janganlah kamu berpecah-belah,  dan ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu   Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan (padahal)  kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada  kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:103-104).

Jemaat Ilahi yang Menyerukan Tauhid Ilahi

      Kemudian sehubungan dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai nubuatan akan terjadinya  persamaan  seperti persamaan sepasang sepatu antara umat Islam dengan kaum-kaum sebelumnya (Yahudi dan Nasrani)  serta keterpecah-belahan tersebut,   Allah Swt. berfirman:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ﴿﴾
Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu   yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,  menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar,  dan mereka itulah orang-orang yang berhasil. (Ali ‘Imran [3]:105).       
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada umat Islam sambil memperingatkan mereka agar tidak mengikuti  kelakuan buruk golongan Ahlikitab terhadap para Rasul Allah  yang dibangkitkan di kalangan mereka sendiri (QS.2:88-89): 
وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih   sesudah  bayyinah (bukti-bukti yang jelas) datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar. (Ali ‘Imran [3]:106).
      Sehubungan pentingnya umat Islam untuk berpegang-teguh pada “Tali Allah  yang dikemukakan dalam QS.3:104  sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaff  [61]:3-4).
  Di Akhir Zaman ini, ketika  umat Islam  telah terpecah-belah menjadi berbagai sekte dan firqah yang saling bertentangan dan saling mengkafirkan – bahkan saling membinasakan, sebagaimana yang saat ini terjadi di berbagai kawasan Muslim di Timur Tengah dan tempat-tempat lainnya --  melalui firman-Nya tersebut orang-orang  Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando seorang imam atau pemimpin   yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   1 Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar