Jumat, 24 Januari 2014

Orang-orang yang "Berwajah Putih" atau "Khayrul- Bariyyah" (Sebaik-baik Makhluk)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  132

  Orang-orang yang “Berwajah Putih” atau Khayrul Bariyyah (Sebaik-baik Makhluk)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan  perjanjian” Allah Swt.  dengan umat manusia  atau Bani Adam melalui para Rasul Allah tentang   kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan (QS.7:35-37 & 173), firman-Nya:
وَ اِذۡ اَخَذَ اللّٰہُ مِیۡثَاقَ النَّبِیّٖنَ لَمَاۤ اٰتَیۡتُکُمۡ مِّنۡ کِتٰبٍ وَّ حِکۡمَۃٍ ثُمَّ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَکُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِہٖ وَ لَتَنۡصُرُنَّہٗ ؕ قَالَ ءَاَقۡرَرۡتُمۡ وَ اَخَذۡتُمۡ عَلٰی ذٰلِکُمۡ اِصۡرِیۡ ؕ قَالُوۡۤا اَقۡرَرۡنَا ؕ قَالَ فَاشۡہَدُوۡا وَ اَنَا مَعَکُمۡ مِّنَ  الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Allah mengambil perjanjian  dari manusia melalui nabi-nabi: “Apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang rasul yang menggenapi   apa yang ada pada kamu, kamu benar-benar harus beriman kepadanya dan  kamu  benar-benar harus membantunya.” Dia berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima tanggung-jawab yang Aku bebankan kepada  kamu mengenai itu?” Mereka berkata: “Kami mengakui.” Dia berfirman: “Maka bersaksilah  dan Aku pun beserta kamu termasuk  orang-orang yang menjadi saksi.” (Ali ‘Imran [3]:82).
      Ungkapan mītsaq an-nabiyyīn dapat berarti “perjanjian nabi-nabi dengan Allah Swt.” atau “perjanjian yang diambil  Allah Swt.  dari orang-orang dengan perantaraan nabi-nabi mereka”. Ungkapan ini telah dipakai di sini dalam artian yang kedua, sebab qira'ah (pembacaan) lain seperti yang didukung oleh Ubayy bin Ka’b dan ‘Abdullah bin Mas’ud yaitu  mītsaq alladzīna ūtul Kitāb, yang artinya “perjanjian orang-orang  yang diberi Kitab” (Al-Bahrul-Muhith).
      Makna ayat    قَالَ ءَاَقۡرَرۡتُمۡ وَ اَخَذۡتُمۡ عَلٰی ذٰلِکُمۡ اِصۡرِیۡ ؕ قَالُوۡۤا اَقۡرَرۡنَا ؕ قَالَ فَاشۡہَدُوۡا وَ اَنَا مَعَکُمۡ مِّنَ  الشّٰہِدِیۡنَ    -- “Dia berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima tanggung-jawab yang Aku bebankan kepada  kamu mengenai itu?” Mereka berkata: “Kami mengakui.” Dia berfirman: “Maka bersaksilah  dan Aku pun beserta kamu termasuk  orang-orang yang menjadi saksi.” (Ali ‘Imran [3]:82), ayat ini dianggap pula berlaku kepada para nabi pada umumnya dan secara khusus kepada Nabi Besar Muhammad saw..  Kedua pemakaian itu tepat.
      Ayat tersebut menetapkan suatu peraturan umum. Yakni kedatangan setiap nabi Allah terjadi sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan tertentu yang dikemukakan oleh seorang nabi (rasul) Allah yang mendahuluinya, ketika beliau menyuruh pengikutnya  supaya menerima nabi Allah yang berikutnya kapan pun nabi  Allah itu datang (QS.7:35-37).

Nubuatan Kedatangan Nabi Besar Muhammad Saw. &
Mereka yang  Mengingkari  Perjanjian” dengan Allah Swt.

      Jika nabi (rasul) Allah itu datang memenuhi nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab dari satu kaum saja, seperti halnya dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   dan para nabi Bani Israil lainnya maka hanya kaum itu saja yang wajib menerima dan membantu  rasul Allah tersebut (QS.2:88-89; QS.61:7).
      Tetapi  kalau Kitab-kitab semua agama di dunia sepakat menubuatkan kedatangan seorang nabi Allah --  seperti halnya nubuatan mengenai pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. --    maka semua bangsa atau semua umat beragama harus (wajib) menerima beliau saw., sebab  Nabi Besar Muhammad saw.,      datang sebagai penyempurnaan (penggenapan) nubuatan-nubuatan, bukan hanya dari para nabi Bani Israil saja (Yesaya 21:13-15; Ulangan 18:18;  33:2; Yahya 14:25, 26; 16:7-13), tetapi juga sebagai penyempurnaan (penggenapan) nubuatan-nubuatan dari ahli-ahli kasyaf bangsa Aria dan ruhaniawan-ruhaniawan agama Budha dan Zoroaster (Syafrang Dasatir hlm. 188, Siraji Press, Delhi Yamaspi, diterbitkan oleh Nizham Al-Masyaich, Delhi, 1330 Hijrah).
      Namun dalam kenyataannya,  sesuai dengan Sunnatullah, sekali pun mereka itu mengetahui  nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. – bagaikan mereka mengenal anak-anak mereka sendiri (QS.2:147-148; QS.4:167; QS.6:21; QS.13:44; QS.29:53)   --  tetapi ketika beliau saw. benar-benar datang menggenapi semua nubuatan tersebut mereka mendustakan dan menentang    pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ  اَنَّہُمۡ  اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ اِنۡ کُلٌّ  لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,  sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.  Apakah mereka tidak melihat berapa banyak  generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya  mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka?   Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami. (Yā Sīn [36]:31-33).
        Mengisyarat kepada orang-orang yang mengingkari “perjanjian” mereka dengan Allah Swt. melalui para Rasul Allah itulah    firman Allah Swt. sebelum ini mengenai “orang-orang yang wajahnya hitam”: 
 یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾
Pada hari  ketika  wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya   menjadi hitam.  Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka: “Apakah  kamu kafir  sesudah beriman? Karena itu rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu." (Ali ‘Imran [3]:107). 
       Mengisyaratkan kepada orang-orang yang bernasib malang  yang mendustakan dan menentang keras Bayyinah (Rasul Allah)    -- yang “wajah-wajahnya berwarna hitam” --  itulah yang dimaksud dengan “syarrul-bariyyah” (seburuk-buruk makhluk) dalam firman  Allah Swt.  sebelum ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ  نَارِ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang  kafir dari antara Ahlikitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam Api Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah [98]:7).

Khayrul Bariyyah (Sebaik-baik Makhluk)

     Ada pun mengenai mereka yang “wajah-wajahnya putih   karena mereka telah beriman dan membantu perjuangan suci Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada mereka melalui para Rasul Allah  yang telah  diutus sebelumnya (QS.3:82; QS.7:35-37),  selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan  ada pun orang-orang yang wajahnya putih, maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal  di dalamnya. (Ali ‘Imran [3]:108).
      Allah Swt. menyebut   orang-orang yang mendapat  karunia petunjuk dari Allah Swt.   – yang “wajahnya putih   --  tersebut sebagai “khayrul- bariyyah” (sebaik-baik makhluk), firman-Nya:    
اِنَّ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾ جَزَآؤُہُمۡ عِنۡدَ  رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ ٪﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu sebaik-baik makhluk.   Ganjaran mereka ada di sisi  Rabb (Tuhan mereka),  kebun-kebun abadi, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Allah ridha ke pada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada  Rabb-nya (Tuhan-nya). (Al-Bayyinah [98]:7). 
  Ayat  رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ   -- “Allah ridha ke pada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada  Rabb-nya (Tuhan-nya)” mengisyaratkan kepada  tercapainya tingkat tertinggi perkembangan ruhani,  ketika kehendak manusia menjadi sepenuhnya sesuai dengan iradah (kehendak)  Allah Swt. (QS.89:27-31), dan itu hanya akan terjadi jika beriman kepada Bayyinah (Rasul Allah) yang kedatangannya dijanjikan  kepada mereka, sebab hanya  Rasul Allah  itulah mengajarkan     وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ  -- “dan itulah agama yang lurus”, firman-Nya:
وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ  اِلَّا مِنۡۢ  بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Dan  orang-orang yang diberi Kitab  tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.  Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan  kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah [98]:5-6).

Allah Swt. Tidak Pernah Berbuat Zalim
Melainkan Manusia yang Menzalimi Dirinya

       Setelah ayat mengenai mereka yang  wajahnya putih dan wajahnya hitam, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
 تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
 Itulah Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan haq,  dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.  Dan  milik Allah-lah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. (Ali ‘Imran [3]:109-110).   
        Haqqa berarti:  sesuatu itu dahulunya adalah adil atau menjadi adil, layak, betul, benar, asli, sejati, maujud atau nyata; atau sesuatu itu dahulunya adalah atau menjadi satu kenyataan yang pasti atau terbukti kebenarannya; sesuatu itu dahulunya adalah atau menjadi mengikat, keharusan atau kewajiban (Lexicon Lane).
      Ungkapan bil-haqq -- secara harfiah berarti “dengan kebenaran” dan diter-jemahkan   mengandung kebenaran” -- berkenaan dengan wahyu Al-Quran berarti:
      (1) bahwa Al-Quran meliputi ajaran-ajaran yang berdasar pada kebenaran-kebenaran yang kekal abadi dan tidak mungkin dapat berhasil dirusak;
           (2) bahwa mereka yang pertama-tama menerima merupakan kaum yang paling pantas menerimanya;
     (3) bahwa Al-Quran datang pada waktu yang telah matang untuk itu dan memenuhi segala keperluan yang sejati umat manusia;
       (4) bahwa Al-Quran telah datang untuk tetap lestari dan tiada usaha dari pihak penentangnya dapat membinasakannya atau melemahkannya.
       Sedangkan makna ungkapan bil-haqq berkenaan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah    berarti:
      (1)  bahwa Tanda-tanda atau Ayat-ayat Allah Swt.   itu penuh dengan kebenaran;     (2) Tanda-tanda telah datang secara haq, yakni “kamu mempunyai hak untuk menerima”;
      (3) itulah saat yang paling tepat Ayat-ayat itu diwahyukan. 

Umat Islam Adalah “Umat yang Terbaik

      Dalam kalimat selanjutnya Allah Swt. memberikan alasan   diwahyukan-Nya Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta dikemukaan-Nya  Ayat-ayat (Tanda-tanda) yang mendukung kebenarannya:  وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ  -- “dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.”
       Oleh karena itu pada “Hari Penghakiman   -- baik dalam kehidupan di dunia mau pun di akhirat – juga ada  orang-orang yang “berwajah hitam” dan ada orang-orang yang “berwajah putih  (QS.3:107-108)   bukan karena Allah Swt.  telah berlaku zalim  kepada orang-orang yang “wajahnya hitam”,  melainkan karena mereka telah menzalimi dirinya sendiri akibat mendustakan dan menentang  Rasul Allah  atau “bayyinah” (bukti yang  nyata) yang kedatangannya telah dijanjikan Allah Swt. kepada mereka (QS.3:82; QS.7:35-37).
       Firman Allah Swt.  selanjutnya mengemukakan mengenai orang-orang yang “wajahnya putih” karena mereka telah beriman  dan menolong perjuangan suci   Rasul Allah  atau “bayyinah” (bukti yang  nyata),  yang kedatangannya telah dijanjikan Allah Swt. kepada mereka yaitu Nabi Besar Muhammad saw.:  
کُنۡتُمۡ خَیۡرَ اُمَّۃٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ تَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ ؕ وَ لَوۡ اٰمَنَ اَہۡلُ  الۡکِتٰبِ لَکَانَ خَیۡرًا لَّہُمۡ ؕ مِنۡہُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ اَکۡثَرُہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ﴿﴾
Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia,  kamu menyuruh berbuat makruf, melarang dari berbuat munkar,  dan beriman kepada Allah. Dan seandainya Ahlul Kitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman tetapi kebanyakan mereka orang-orang fasik. (Ali ‘Imran [3]:111).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   29  Desember    2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar