Senin, 13 Januari 2014

"Pujian Khusus" Allah Swt. Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  117

Pujian Khusus Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw.   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai kisah monumental “Adam – Malaikat-malaikat  -  Iblis  yang dikemukakan dalam berbagai Surah Al-Quran pada hakikatnya mengisyaratkan kepada kesinambungan pengutusan  para Rasul Allah di kalangan Bani Adam sampai Hari Kiamat, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾    
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.   Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, maka tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).

“Adam” (Khalifah Allah) yang paling Agung

Dari  seluruh “Adam” (khalifah Allah)    yang telah mau pun akan dibangkitkan sesuai “zamannya” masing-masing  (QS.62:3-5), Adam yang paling sempurna dalam memperagakan  sifatnya sebagai ath-thīn (tanah liat)  adalah Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw. gelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) dan telah menyebut beliau saw. sebagai  rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), yang senantiasa memperoleh anugerah shalawat dan salam dari Allah Swt. dan para malaikat  (QS.33:  42-48 & 57), sebab beliau saw. inilah Rasul Allah yang bersedia memikul “amanat syariat” Allah Swt. yang terakhir dan tersempurna yautu agama Islam  (Al-Quran), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya. Supaya Allah akan menghukum orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan  orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang musyrik perempuan,  dan Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang kepada orang-orang lelaki   dan   perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
     (1) Manusia dianugerahi kemampuan-kemampuan dan kekuatan fitri besar sekali untuk meresapkan dan menjelmakan di dalam dirinya sifat-sifat Ilahi – yakni Sifat-sifat Tasybihiyyah-Nya -- untuk menayang citra (bayangan) Khāliq-nya (QS.2:31). Sungguh inilah amanat agung yang hanya manusia (insan) sendiri dari seluruh isi jagat raya ini yang ternyata sanggup melaksanakannya; sedangkan makhluk-makhluk dan benda-benda lainnya — para malaikat, seluruh langit (planit-planit), bumi, gunung-gunung sama sekali tidak dapat menandinginya. Mereka seakan-akan menolak mengemban amanat itu.
       Tetapi manusia (insan), karena di antara seluruh ciptaan Allah Swt.  merupakan   Khalifah-Nya di muka bumi   -- maka ia menerima (memikul) tanggungjawab ini sebab hanya dialah yang dapat melaksanakannya, sebabnya adalah  ia (insan) mampu bersikap  zhalum (aniaya terhadap dirinya sendiri) dan jahul (mengabaikan diri sendiri),  dalam pengertian bahwa ia dapat aniaya terhadap dirinya sendiri dalam arti bahwa ia dapat menanggung kesulitan apa pun dan menjalani pengorbanan apa pun demi Khāliq-nya, dan ia mampu mengabaikan diri atau alpa – yani bersikap jahul terhadap dirinya sendiri -- dalam arti bahwa dalam mengkhidmati amanat-Nya yang agung lagi suci itu, ia dapat mengabaikan kepentingan pribadinya dan hasratnya untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan hidup.

Nabi Besar Muhammad Saw. adalah “Adam”
(Khalifah Allah) yang Paling Sempurna

 Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa pada hakikatnya kisah monumental “Adam – Malaikat-malaikat  -  Iblis  yang dikemukakan dalam berbagai Surah Al-Quran mengisyaratkan kepada kesinambungan pengutusan  para Rasul Allah di kalangan Bani Adam sampai Hari Kiamat, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾    
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.   Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, maka tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Dari  seluruh “Adam” (khalifah Allah)    yang telah mau pun akan dibangkitkan sesuai “zamannya” masing-masing  (QS.62:3-5), Adam yang paling sempurna dalam memperagakan  sifatnya sebagai ath-thīn (tanah liat)  adalah Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw. gelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) dan telah menyebut beliau saw. sebagai  rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), yang senantiasa memperoleh anugerah shalawat dan salam dari Allah Swt. dan para malaikat  (QS.33:  42-48 & 57), sebab beliau saw. inilah Rasul Allah yang bersedia memikul “amanat syariat” Allah Swt. yang terakhir dan tersempurna yautu agama Islam  (Al-Quran), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya. Supaya Allah akan menghukum orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan  orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang musyrik perempuan,  dan Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang kepada orang-orang lelaki   dan   perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).  
     (2) Jika kata al-amānat diambil dalam arti sebagai hukum Al-Quran dan kata al-insan sebagai manusia sempurna, yakni, Nabi Besar Muhamad  saw., maka ayat ini akan berarti bahwa dari semua penghuni seluruh langit dan bumi, hanyalah beliau saw.  sendiri saja yang mampu diamanati wahyu yang mengandung syariat yang paling sempurna dan penutup, ialah syariat Al-Quran (QS.5:4), sebab  kecuali Nabi Besar Muhammad saw., tidak ada orang atau wujud lain yang pernah dianugerahi sifat-sifat agung yang mutlak diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawab besar ini sepenuhnya dan sebaik-baiknya  -- yakni sifat zhalim dan jahul yakni sikap aniaya dan abai terhadap diri sendiri  -- demi  melaksanakan kehendak Allah Swt. Wujud   Yang sangat dicintai beliau saw..

Pujian Khusus Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

Mengisyaratkan kepada kenyataaan itulah beberapa firman Allah Swt. berikut ini,  yang oleh orang-orang yang tidak mengerti bentuk-bentuk “pujian khusus” Allah Swt.  telah disalah-tafsirkan sebagai “celaan” atau sebagai “tanda kemarahan” atau celaan Allah Swt. kepada beliau saw., firman-Nya:
قَدۡ نَعۡلَمُ  اِنَّہٗ  لَیَحۡزُنُکَ الَّذِیۡ یَقُوۡلُوۡنَ فَاِنَّہُمۡ لَا یُکَذِّبُوۡنَکَ وَ لٰکِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ  بِاٰیٰتِ  اللّٰہِ  یَجۡحَدُوۡنَ ﴿﴾
Sungguh Kami mengetahui  sesungguhnya   yang dikatakan mereka itu niscaya menyedihkan engkau, karena sesungguhnya mereka bukan mendustakan engkau melainkan orang-orang zalim itu menolak Tanda-tanda Allah.  (Al-An’ām [6]:34).
   Menurut ayat tersebut Nabi Besar Muhammad saw.  dipenuhi oleh rasa kasih-sayang yang berlimpah-limpah. Beliau saw. tidak menjadi kalut atau sedih oleh apa yang dikatakan (dituduhkan) orang-orang kafir mengenai beliau saw.. Beliau  saw. bersedih hati bukan karena orang-orang kafir menuduh beliau saw. sebagai nabi  palsu atau pendusta, melainkan karena penolakan terhadap Tanda-tanda Allah itu mereka telah menutup sendiri pintu rahmat Ilahi serta dapat mengundang azab Ilahi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ  لَقَدۡ  کُذِّبَتۡ رُسُلٌ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَصَبَرُوۡا عَلٰی مَا کُذِّبُوۡا وَ اُوۡذُوۡا حَتّٰۤی اَتٰہُمۡ  نَصۡرُنَا ۚ وَ لَا مُبَدِّلَ  لِکَلِمٰتِ اللّٰہِ ۚ وَ لَقَدۡ جَآءَکَ مِنۡ نَّبَاِی الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh rasul-rasul sebelum engkau  benar-benar telah didustakan,  tetapi mereka tetap  bersabar  terhadap pendustaan dan penganiayaan  hingga datang kepada mereka  pertolongan Kami.  Dan  tidak ada yang dapat mengubah Kalimat-kalimat Allah,   dan sesungguhnya telah datang kepada engkau sebagian dari kabar-kabar mengenai rasul-rasul.  (Al-An’ām [6]:35).
    Dalam ayat tersebut dengan cinta kasih Allah Swt.  berbicara kepada  Nabi Besar Muhammad saw.  memakai kata-kata rayuan dan pelipur lara. Dikatakan kepada beliau saw. bahwa nabi-nabi Allah sebelum beliau saw. pun ditolak, dicaci-maki, dan diejek.
      Namun bukan berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  merajuk seperti halnya anak kecil yang ketakutan sehingga perlu dihibur oleh Allah Swt., sebab semua ayat-ayat yang dikemukakan Allah Swt. mengenai kesabaran yang diperagakan oleh para rasul Allah atas berbagai macam  penderitaan  akibat kezaliman para penentangnya – yang  pada hakikatnya merupakan nubuatan  atau Sunnatullah yang juga akan terjadi pada diri beliau saw. serta  para pengikut hakiki beliau saw.   – dalam kenyataannya telah  dihadapi  Nabi Besar Muhammad saw. para sahabah beliau saw. dalam kualitas kesabaran dan keteguhan yang paling sempurna.

Keteguhan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw. dan
Para pengikut Hakiki  beliau saw.

       Pendek kata, dari seluruh  sejarah kenabian membuktikan, bahwa kesabaran dan ketawakkalan yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. serta para pengikut hakiki beliau saw.  jauh lebih sempurna dalam segala seginya daripada kesabaran dan ketawakkalan yang telah diperagakan oleh para Rasul Allah sebelumnya.
     Ayat selanjutnya:   حَتّٰۤی اَتٰہُمۡ  نَصۡرُنَا  -- “hingga datang kepada mereka  pertolongan Kami” merupakan Takdir Ilahi  (Sunnatullah) yang  tidak mengalami perubahan, yaitu setelah mengalami berbagai penderitaan di jalan Allah pasti  pertolongan Allah Swt. datang kepada nabi-nabi Allah,  dan musuh mereka ditimpa kesedihan  dan kehinaan (QS.58:21-22).
Namun demikian doa rasul Allah yang dikemukakan dalam firman Allah Swt. berikut ini   tidak dapat dikenakan kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَمۡ حَسِبۡتُمۡ  اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَنَّۃَ وَ لَمَّا یَاۡتِکُمۡ مَّثَلُ الَّذِیۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِکُمۡ ؕ مَسَّتۡہُمُ الۡبَاۡسَآءُ  وَ الضَّرَّآءُ وَ زُلۡزِلُوۡا حَتّٰی یَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ مَتٰی نَصۡرُ  اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ نَصۡرَ اللّٰہِ  قَرِیۡبٌ ﴿﴾
Ataukah  kamu menganggap bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepada kamu seperti keadaan orang-orang yang telah berlalu sebelum kamu?  Kesusahan dan kesengsaraan menimpa mereka dan mereka digoncang dengan hebat,  sehingga  rasul dan orang-orang yang beriman besertanya akan berkata: “Kapankah pertolongan Allah?”  Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah   dekat. (Al-Baqarah [2]:215).
  Teriakan penuh kerawanan minta pertolongan dalam kata-kata:  مَتٰی نَصۡرُ  اللّٰہِ  -- “Kapankah pertolongan Allah? Tidak berarti keputus-asaan atau sebab sikap putus-asa di pihak seorang nabi Allah dan para pengikutnya adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena tidak sesuai dengan iman sejati (QS.12:88). Kata-kata itu sesungguhnya merupakan doa — satu cara memohon kepada Allah Swt.  dengan sungguh-sungguh agar cepat-cepat menurunkan pertolongan-Nya.

Upaya Keras Nabi Besar Muhammad Saw.

 Selanjutnya Allah Swt. berfirman  mengenai “pujian khusus kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan kesedihan beliau saw. atas kedegilan hati kaum beliau saw.:
وَ اِنۡ کَانَ  کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ  سُلَّمًا فِی السَّمَآءِ  فَتَاۡتِیَہُمۡ  بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ  الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّمَا یَسۡتَجِیۡبُ الَّذِیۡنَ یَسۡمَعُوۡنَ  ؕؔ وَ الۡمَوۡتٰی یَبۡعَثُہُمُ اللّٰہُ  ثُمَّ  اِلَیۡہِ یُرۡجَعُوۡنَ ﴿
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi engkau, maka kalau engkau sanggup mencari lubang ke dalam bumi  atau tangga ke langit, lalu engkau mendatangkan kepada mereka suatu Tanda. Dan  jika Allah menghendaki niscaya mereka akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil.  Sesungguhnya orang-orang yang menerima kebenaran hanyalah orang-orang yang mendengar, sedangkan orang-orang mati, Allah akan membangkitkan mereka,  kemudian kepada-Nya mereka akan dikembalikan.(Al-An’ām [6]:36-37).
    Kata-kata  mencari lubang tembusan ke dalam bumi  berarti “menggunakan daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan dan menyebarkan kebenaran, dan kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt.   untuk memohon hidayah (petunjuk) bagi orang-orang kafir dan sebagainya. Shalat sungguh merupakan tangga yang dengan itu orang (secara ruhani) dapat naik ke langit.  Nabi Besar Muhammad saw.  diberi tahu supaya menggunakan kedua upaya ini.
      Kata jahil  dalam ayat فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ  الۡجٰہِلِیۡنَ  -- “maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil” seperti dalam QS.2:274 artinya  “seseorang yang tidak tahu-menahu” atau “tidak mengenal.”   Jadi kalimat tersebut bukan merupakan celaan Allah Swt.  sebagaimana yang disalah-tafsirkan oleh orang-orang yang benar-benar jahil (bodoh), melainkan maknanya adalah bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  dianjurkan agar jangan sampai tidak mengenal Hukum Tuhan dalam perkara ini.
     Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian besar  Nabi Besar Muhammad saw.  untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.  -- bahkan seluruh umat manusia. Beliau saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan  (mendatangkan) kepada mereka berbagai macam Tanda, sekalipun beliau saw. harus “mencari lubang tembusan ke dalam bumi atau tangga ke langit.”
       Jadi, mengisyaratkan kepada kepedulian dan keprihatinan luar biasa seperti itulah yang dimaksud dengan kata zalim dan jahul  mengenai insan   yaitu insan kamil (manusia sempurna)  yang bernama Muhammad saw., yang bersedia memikul amanat syariat yang terakhir dan tersempurna (agama Islam), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾ 
Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman  lagi mengenai kepedulian serta rasa kasih-sayang luarbiasa Nabi Besar Muhammad saw.:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾  فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِیَ اللّٰہُ ۫٭ۖ لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ عَلَیۡہِ  تَوَکَّلۡتُ وَ ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ  الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾٪
Sungguh benar-benar  telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat terasa olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan  terhadap orang-orang beriman  ia sangat berbelas kasih lagi penyayang.  Tetapi jika  mereka berpaling  maka katakanlah: “Cukuplah   Allah bagiku, tidak ada Tuhan kecuali Dia, kepada-Nya-lah aku bertawakkal, dan Dia-lah Pemilik 'Arasy yang agung. (At-Taubah [9]:128-129).
   Ayat 128  boleh dikenakan kepada orang-orang beriman  maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama kepada orang-orang beriman, bagian permulaannya mengenai orang-orang kafir dan bagian terakhir mengenai orang-orang beriman. 
    Kepada orang-orang kafir nampaknya ayat ini mengatakan: “Rasulullah saw. merasa sedih melihat kamu mendapat kesusahan, yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan dan kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat manusia, sehingga tidak ada tindakan zalim yang datang dari pihak kamu dapat membuatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan keburukan bagi kamu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu, sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga mendatangkan kesusahan kepada kamu.”
     Kepada orang-orang beriman  ayat ini berkata: “Rasulullah saw.  penuh dengan kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan riang dan gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan kamu. Lagi pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan ia memperlakukan kamu, dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   14 Desember    2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar