بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
117
Pujian Khusus Allah
Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai kisah
monumental “Adam – Malaikat-malaikat -
Iblis” yang dikemukakan dalam
berbagai Surah Al-Quran pada hakikatnya mengisyaratkan kepada kesinambungan pengutusan para Rasul
Allah di kalangan Bani Adam
sampai Hari Kiamat, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang
menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri, maka
tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati.
Dan orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf
[7]:35-37).
“Adam” (Khalifah Allah) yang paling
Agung
Dari seluruh “Adam” (khalifah Allah) yang telah
mau pun akan dibangkitkan sesuai
“zamannya” masing-masing (QS.62:3-5), Adam yang paling sempurna dalam memperagakan sifatnya sebagai ath-thīn (tanah liat) adalah
Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw. gelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) dan telah
menyebut beliau saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108),
yang senantiasa memperoleh anugerah shalawat
dan salam dari Allah Swt. dan para malaikat (QS.33:
42-48 & 57), sebab beliau saw. inilah Rasul Allah yang bersedia memikul “amanat syariat” Allah Swt. yang terakhir
dan tersempurna yautu agama Islam (Al-Quran), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ
الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا
الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ
یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ
الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung,
tetapi semuanya enggan memikulnya
dan mereka takut terhadapnya, akan
sedangkan manusia memikulnya,
sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan abai terhadap dirinya. Supaya
Allah akan menghukum orang-orang munafik
lelaki dan orang-orang munafik
perempuan, dan orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang
musyrik perempuan, dan
Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang
kepada orang-orang lelaki dan perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
(1) Manusia dianugerahi kemampuan-kemampuan dan kekuatan fitri besar sekali untuk
meresapkan dan menjelmakan di dalam dirinya
sifat-sifat Ilahi – yakni Sifat-sifat
Tasybihiyyah-Nya -- untuk menayang citra (bayangan) Khāliq-nya (QS.2:31).
Sungguh inilah amanat agung yang
hanya manusia (insan) sendiri dari
seluruh isi jagat raya ini yang ternyata sanggup
melaksanakannya; sedangkan makhluk-makhluk dan benda-benda lainnya — para malaikat, seluruh langit (planit-planit), bumi,
gunung-gunung sama sekali tidak dapat
menandinginya. Mereka seakan-akan menolak mengemban amanat itu.
Tetapi manusia
(insan), karena di antara seluruh ciptaan
Allah Swt. merupakan Khalifah-Nya
di muka bumi -- maka ia menerima (memikul) tanggungjawab ini sebab hanya dialah yang dapat melaksanakannya,
sebabnya adalah ia (insan) mampu bersikap
zhalum (aniaya terhadap dirinya
sendiri) dan jahul (mengabaikan diri sendiri), dalam pengertian bahwa ia dapat aniaya terhadap dirinya sendiri dalam arti bahwa ia dapat menanggung kesulitan apa pun dan menjalani pengorbanan apa pun demi Khāliq-nya, dan ia mampu mengabaikan diri atau alpa – yani bersikap jahul terhadap dirinya sendiri -- dalam
arti bahwa dalam mengkhidmati amanat-Nya
yang agung lagi suci itu, ia dapat mengabaikan
kepentingan pribadinya dan hasratnya untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan hidup.
Nabi Besar Muhammad Saw. adalah “Adam”
(Khalifah Allah) yang Paling Sempurna
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa pada
hakikatnya kisah monumental “Adam –
Malaikat-malaikat - Iblis”
yang dikemukakan dalam berbagai Surah Al-Quran mengisyaratkan kepada kesinambungan pengutusan para Rasul
Allah di kalangan Bani Adam
sampai Hari Kiamat, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ
فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ
لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ
لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ
﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang
menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri, maka
tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati.
Dan orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf
[7]:35-37).
Dari seluruh “Adam” (khalifah Allah) yang telah
mau pun akan dibangkitkan sesuai
“zamannya” masing-masing (QS.62:3-5), Adam yang paling sempurna dalam memperagakan sifatnya sebagai ath-thīn (tanah liat) adalah
Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw. gelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) dan telah
menyebut beliau saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108),
yang senantiasa memperoleh anugerah shalawat
dan salam dari Allah Swt. dan para malaikat (QS.33:
42-48 & 57), sebab beliau saw. inilah Rasul Allah yang bersedia memikul “amanat syariat” Allah Swt. yang terakhir
dan tersempurna yautu agama Islam (Al-Quran), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ
الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا
الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ
یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ
الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung,
tetapi semuanya enggan memikulnya
dan mereka takut terhadapnya, akan
sedangkan manusia memikulnya,
sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan abai terhadap dirinya. Supaya
Allah akan menghukum orang-orang munafik
lelaki dan orang-orang munafik
perempuan, dan orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang
musyrik perempuan, dan
Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang
kepada orang-orang lelaki dan perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
(2) Jika kata al-amānat
diambil dalam arti sebagai hukum Al-Quran
dan kata al-insan sebagai manusia sempurna, yakni, Nabi Besar
Muhamad saw., maka ayat ini akan berarti
bahwa dari semua penghuni seluruh langit
dan bumi, hanyalah beliau saw. sendiri saja yang mampu diamanati wahyu yang mengandung syariat yang paling sempurna dan penutup,
ialah syariat Al-Quran (QS.5:4), sebab
kecuali Nabi Besar Muhammad saw., tidak
ada orang atau wujud lain yang pernah dianugerahi sifat-sifat agung yang mutlak diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawab besar ini sepenuhnya dan
sebaik-baiknya -- yakni sifat zhalim dan jahul yakni sikap aniaya
dan abai terhadap diri sendiri -- demi
melaksanakan kehendak Allah
Swt. Wujud Yang sangat dicintai beliau saw..
Pujian Khusus Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Mengisyaratkan kepada kenyataaan itulah
beberapa firman Allah Swt. berikut ini, yang oleh orang-orang yang tidak mengerti bentuk-bentuk “pujian khusus” Allah Swt. telah disalah-tafsirkan sebagai “celaan” atau sebagai “tanda kemarahan” atau celaan Allah Swt. kepada beliau saw.,
firman-Nya:
قَدۡ نَعۡلَمُ اِنَّہٗ لَیَحۡزُنُکَ الَّذِیۡ یَقُوۡلُوۡنَ
فَاِنَّہُمۡ لَا یُکَذِّبُوۡنَکَ وَ
لٰکِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ یَجۡحَدُوۡنَ ﴿﴾
Sungguh Kami
mengetahui sesungguhnya yang
dikatakan mereka itu niscaya menyedihkan engkau, karena sesungguhnya mereka bukan mendustakan engkau
melainkan orang-orang zalim itu menolak
Tanda-tanda Allah. (Al-An’ām
[6]:34).
Menurut ayat tersebut Nabi Besar Muhammad saw.
dipenuhi oleh rasa kasih-sayang yang berlimpah-limpah.
Beliau saw. tidak menjadi kalut atau sedih oleh apa yang dikatakan (dituduhkan)
orang-orang kafir mengenai beliau
saw.. Beliau saw. bersedih hati bukan karena orang-orang kafir menuduh beliau saw. sebagai nabi
palsu atau pendusta, melainkan karena penolakan
terhadap Tanda-tanda Allah itu mereka
telah menutup sendiri pintu rahmat Ilahi serta dapat mengundang azab Ilahi. Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
وَ لَقَدۡ
کُذِّبَتۡ
رُسُلٌ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَصَبَرُوۡا عَلٰی مَا کُذِّبُوۡا وَ اُوۡذُوۡا حَتّٰۤی
اَتٰہُمۡ نَصۡرُنَا ۚ وَ لَا مُبَدِّلَ لِکَلِمٰتِ اللّٰہِ ۚ وَ لَقَدۡ جَآءَکَ مِنۡ
نَّبَاِی الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
rasul-rasul sebelum engkau
benar-benar telah didustakan,
tetapi mereka tetap bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan hingga datang kepada mereka pertolongan
Kami. Dan tidak
ada yang dapat mengubah Kalimat-kalimat Allah, dan
sesungguhnya telah datang kepada engkau
sebagian dari kabar-kabar mengenai rasul-rasul. (Al-An’ām [6]:35).
Dalam ayat tersebut
dengan cinta kasih Allah Swt. berbicara kepada Nabi Besar Muhammad saw. memakai kata-kata rayuan dan pelipur lara.
Dikatakan kepada beliau saw. bahwa nabi-nabi
Allah sebelum beliau saw. pun ditolak, dicaci-maki, dan diejek.
Namun bukan berarti bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. merajuk seperti halnya anak
kecil yang ketakutan sehingga
perlu dihibur oleh Allah Swt.,
sebab semua ayat-ayat yang dikemukakan
Allah Swt. mengenai kesabaran
yang diperagakan
oleh para rasul Allah atas berbagai
macam penderitaan akibat kezaliman para penentangnya – yang pada hakikatnya merupakan nubuatan atau Sunnatullah yang juga akan terjadi pada diri beliau saw. serta para pengikut
hakiki beliau saw. – dalam kenyataannya
telah dihadapi Nabi Besar Muhammad saw. para sahabah beliau saw. dalam kualitas kesabaran dan keteguhan yang paling sempurna.
Keteguhan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw. dan
Para pengikut Hakiki beliau
saw.
Pendek kata, dari seluruh sejarah kenabian
membuktikan, bahwa kesabaran dan ketawakkalan yang diperagakan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. serta para pengikut hakiki beliau saw. jauh lebih sempurna dalam segala seginya
daripada kesabaran dan ketawakkalan yang telah diperagakan oleh
para Rasul Allah sebelumnya.
Ayat selanjutnya: حَتّٰۤی اَتٰہُمۡ نَصۡرُنَا -- “hingga datang kepada
mereka pertolongan Kami” merupakan Takdir Ilahi (Sunnatullah) yang tidak mengalami perubahan, yaitu setelah mengalami berbagai penderitaan di jalan Allah pasti pertolongan
Allah Swt. datang kepada nabi-nabi Allah, dan musuh mereka ditimpa kesedihan dan kehinaan (QS.58:21-22).
Namun demikian doa rasul Allah yang dikemukakan dalam firman
Allah Swt. berikut ini tidak dapat dikenakan kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
اَمۡ حَسِبۡتُمۡ اَنۡ تَدۡخُلُوا
الۡجَنَّۃَ وَ لَمَّا یَاۡتِکُمۡ مَّثَلُ الَّذِیۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِکُمۡ ؕ
مَسَّتۡہُمُ الۡبَاۡسَآءُ وَ
الضَّرَّآءُ وَ زُلۡزِلُوۡا حَتّٰی یَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
مَعَہٗ مَتٰی نَصۡرُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ
اِنَّ نَصۡرَ اللّٰہِ قَرِیۡبٌ ﴿﴾
Ataukah kamu
menganggap bahwa kamu akan masuk
surga padahal belum datang kepada
kamu seperti keadaan orang-orang
yang telah berlalu sebelum kamu? Kesusahan
dan kesengsaraan menimpa mereka dan mereka digoncang dengan hebat, sehingga rasul dan
orang-orang yang beriman besertanya
akan berkata: “Kapankah pertolongan Allah?”
Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah dekat. (Al-Baqarah [2]:215).
Teriakan penuh kerawanan minta pertolongan dalam kata-kata: مَتٰی نَصۡرُ اللّٰہِ -- “Kapankah pertolongan Allah? Tidak
berarti keputus-asaan atau sebab sikap putus-asa di pihak seorang nabi Allah dan para pengikutnya adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena tidak
sesuai dengan iman sejati (QS.12:88).
Kata-kata itu sesungguhnya merupakan doa
— satu cara memohon kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh agar cepat-cepat menurunkan pertolongan-Nya.
Upaya Keras Nabi Besar Muhammad Saw.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai “pujian khusus” kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan
dengan kesedihan beliau saw. atas kedegilan hati kaum beliau saw.:
وَ اِنۡ کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ
اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ
سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
اِنَّمَا
یَسۡتَجِیۡبُ الَّذِیۡنَ یَسۡمَعُوۡنَ ؕؔ
وَ الۡمَوۡتٰی یَبۡعَثُہُمُ اللّٰہُ
ثُمَّ اِلَیۡہِ یُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi
engkau, maka kalau engkau sanggup
mencari lubang ke dalam bumi atau tangga
ke langit, lalu engkau mendatangkan
kepada mereka suatu Tanda. Dan jika
Allah menghendaki niscaya mereka
akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. Sesungguhnya orang-orang yang menerima kebenaran hanyalah orang-orang yang mendengar, sedangkan orang-orang mati, Allah akan membangkitkan mereka, kemudian kepada-Nya mereka akan dikembalikan.(Al-An’ām [6]:36-37).
Kata-kata
mencari lubang tembusan ke dalam bumi berarti “menggunakan
daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan dan menyebarkan kebenaran, dan kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni
memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt.
untuk memohon hidayah (petunjuk) bagi orang-orang kafir dan sebagainya. Shalat sungguh merupakan tangga yang dengan itu orang (secara
ruhani) dapat naik ke langit. Nabi Besar
Muhammad saw. diberi tahu
supaya menggunakan kedua upaya ini.
Kata jahil dalam ayat فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ -- “maka janganlah
sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil” seperti dalam QS.2:274
artinya “seseorang yang tidak
tahu-menahu” atau “tidak mengenal.” Jadi kalimat tersebut bukan merupakan celaan Allah Swt. sebagaimana yang disalah-tafsirkan oleh orang-orang yang benar-benar jahil (bodoh), melainkan maknanya adalah
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. dianjurkan
agar jangan sampai tidak mengenal Hukum
Tuhan dalam perkara ini.
Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian besar Nabi Besar
Muhammad saw. untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw. -- bahkan seluruh umat manusia. Beliau saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan
(mendatangkan) kepada mereka berbagai
macam Tanda, sekalipun beliau saw. harus
“mencari lubang tembusan ke dalam bumi
atau tangga ke langit.”
Jadi, mengisyaratkan kepada kepedulian dan keprihatinan luar biasa seperti itulah yang dimaksud dengan kata zalim dan jahul mengenai insan
yaitu insan kamil (manusia
sempurna) yang bernama Muhammad saw., yang bersedia memikul amanat syariat yang terakhir dan tersempurna
(agama Islam), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ
الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ
ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung,
tetapi semuanya enggan memikulnya
dan mereka takut terhadapnya, akan
sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya
ia sanggup berbuat zalim dan abai terhadap dirinya. (Al-Ahzāb
[33]:73-74).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi mengenai kepedulian serta rasa kasih-sayang
luarbiasa Nabi Besar Muhammad saw.:
لَقَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا
عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا
فَقُلۡ حَسۡبِیَ اللّٰہُ ۫٭ۖ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ عَلَیۡہِ تَوَکَّلۡتُ وَ ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾٪
Sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu seorang Rasul dari
antara kamu sendiri, berat terasa
olehnya apa yang menyusahkan kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan bagi kamu dan terhadap orang-orang beriman ia
sangat berbelas kasih lagi penyayang. Tetapi jika mereka berpaling maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan kecuali Dia, kepada-Nya-lah aku bertawakkal, dan Dia-lah Pemilik 'Arasy yang agung. (At-Taubah [9]:128-129).
Ayat
128 boleh dikenakan kepada orang-orang beriman maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama kepada orang-orang beriman, bagian permulaannya mengenai orang-orang kafir dan bagian terakhir
mengenai orang-orang beriman.
Kepada orang-orang kafir nampaknya ayat ini mengatakan: “Rasulullah saw.
merasa sedih melihat kamu mendapat kesusahan, yaitu sekalipun kamu
mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan
dan kesusahan, namun hatinya begitu
sarat dengan rasa kasih-sayang kepada
umat manusia, sehingga tidak ada tindakan
zalim yang datang dari pihak kamu dapat membuatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia
menginginkan keburukan bagi kamu. Ia
begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu, sehingga ia
tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga mendatangkan kesusahan
kepada kamu.”
Kepada orang-orang beriman ayat ini berkata: “Rasulullah saw. penuh dengan kecintaan, kasih-sayang,
dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan
riang dan gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan
kamu. Lagi pula, seperti seorang ayah
yang penuh dengan kecintaan ia
memperlakukan kamu, dengan sangat murah
hati dan kasih-sayang.”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar