بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
122
Mengkhianati
“Agama Tauhid” yang Diwariskan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub
a.s. kepada Keturunannya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai makna Muslim dan Islam dalam firman Allah Swt. berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا وَ
اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾ وَ جَاہِدُوۡا فِی
اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی
الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ
وَ فِیۡ ہٰذَا لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ
شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, rukuklah
kamu, sujudlah, sembahlah Rabb (Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu memperoleh kebahagiaan. Dan
berjihadlah kamu di jalan Allah
dengan jihad yang sebenar-benarnya,
Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran atas kamu
dalam urusan agama, Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim, Dia telah memberi kamu nama Muslimin dahulu dan
dalam Kitab ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu dan supaya kamu menjadi saksi
atas umat manusia. Maka dirikanlah shalat,
bayarlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dia Pelindung kamu maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj [22]:79).
Kata-kata “Dia telah memberi kamu nama
Muslimin dahulu” menunjuk kepada
nubuatan Nabi Yesaya a.s. : “maka engkau
akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan
.....” (Yesaya 62:2 dan
65:15)
Isyarat
dalam kata-kata “dan dalam Kitab ini”
dalam ayat ditujukan kepada doa Nabi Ibrahim a.s. yang dikutip dalam Al-Quran, yaitu:
رَبَّنَا
وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ
“Ya Rabb (Tuhan) kami, jadikanlah kami
berdua ini hamba yang menyerahkan diri
kepada Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk
kepada Engkau.” (QS.2:129).
Peringatan Allah Swt. kepada Para Pemeluk
Agama Selain Islam
Atas dasar kenyataan itu pulalah Allah Swt. telah memperingatkan
orang-orang yang mencari agama selain
agama
Islam yang disunnahkan oleh
Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ
غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ
مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan barangsiapa
mencari agama yang bukan agama
Islam, maka agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang
yang rugi. (Ali ‘Imran [3]:86).
Kenapa demikian? Sebab agama-agama yang diturunkan sebelum agama Islam tersebut telah tidak lagi memenuhi kriteria sebagai agama Tauhid
yang diwasiyatkan Nabi Ibrahim a.s.
kepada anak keturunan beliau saw. –
yakni Islam dan Muslim -- firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ اِبۡرٰہٖمَ اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ
اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی
الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡ قَالَ
لَہٗ رَبُّہٗۤ اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ﴿﴾ؕ اَمۡ کُنۡتُمۡ شُہَدَآءَ اِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوۡبَ
الۡمَوۡتُ ۙ اِذۡ قَالَ لِبَنِیۡہِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِیۡ ؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ
اِلٰہَکَ وَ اِلٰـہَ اٰبَآئِکَ اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ وَّ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اُمَّۃٌ قَدۡ
خَلَتۡ ۚ لَہَا مَا
کَسَبَتۡ وَ لَکُمۡ مَّا
کَسَبۡتُمۡ ۚ وَ لَا
تُسۡـَٔلُوۡنَ
عَمَّا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan siapakah yang berpaling dari agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri?
Dan sungguh Kami
benar-benar telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat pun dia termasuk orang-orang
yang saleh. Ingatlah ketika Rabb-nya (Tuhan-nya) berfirman kepadanya: ٗۤ اَسۡلِم -- “Berserah
dirilah”, ia berkata: اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡ – “Aku telah berserah
diri kepada Rabb (Tuhan)
seluruh alam.” Dan Ibrahim mewasiatkan yang demikian
kepada anak-anaknya dan demikian
pula Ya’qub seraya
berkata: “Hai anak-anakku,
sesungguhnya Allah telah memilih agama
ini bagi kamu, فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ -- maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
berserah diri.” Ataukah
kamu hadir saat kematian menjelang Ya’qub ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: “Apakah
yang akan kamu sembah se-peninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Rabb (Tuhan) eng-kau dan
Rabb
(Tuhan) bapak-bapak engkau: Ibrahim,
Isma’il, dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Esa, وَّ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ -- dan hanya
kepada-Nya kami berserah diri.” Itulah umat yang telah berlalu, bagi mereka apa yang mereka usahakan dan bagi kamu apa
yang kamu usahakan, وَ لَا تُسۡـَٔلُوۡنَ عَمَّا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ --
dan kamu tidak akan ditanyai (dimintai
tanggungjawab) mengenai apa yang
senantiasa mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]:131-135).
Mengkhianati Wasiyat Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub a.s.
Namun kenyataannya mereka
telah mengkhianati wasiyat
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub a.s., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ
نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ
مِلَّۃَ اِبۡرٰہٖمَ حَنِیۡفًا ؕ وَ مَا
کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا
بِاللّٰہِ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطِ وَ
مَاۤ اُوۡتِیَ مُوۡسٰی وَ عِیۡسٰی وَ مَاۤ اُوۡتِیَ النَّبِیُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ لَا نُفَرِّقُ
بَیۡنَ اَحَدٍ
مِّنۡہُمۡ ۫ۖ وَ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
berkata: “Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk.”
Katakanlah: “Tidak, bahkan turutilah
agama Ibrahim yang lurus, dan ia sekali-kali bukan dari golongan orang-orang musyrik.” Katakanlah oleh kamu: “Kami beriman
kepada Allah, dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq,
Ya’qub dan keturunannya, dan beriman kepada yang diberikan kepada Musa, Isa, dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi dari Rabb (Tuhan) mereka, kami
tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, وَ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ -- dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (Al-Baqarah [2]:136-137).
Perkataan mereka کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا -- “Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk” membuktikan bahwa agama yang mereka anut (percayai) bukanlah agama Tauhid yang diwasiyatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. mau pun oleh Nabi
Ya’qub a.s. kepada mereka,
sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani ber-kata:
“Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu
juga Al-Masih ibnu Maryam,
padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan.
Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia
mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
‘Uzair
atau Ezra hidup pada abad kelima sebelum Masehi. Beliau keturunan
Seraya, imam agung, dan karena beliau sendiri pun anggota Dewan Imam dan
dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau
termasuk seorang tokoh terpenting di masanya dan mem-punyai pengaruh yang luas
sekali dalam mengembangkan agama Yahudi.
Beliau mendapat kehormatan khas di
antara nabi-nabi Israil.
Orang-orang Yahudi di Medinah dan suatu mazhab
Yahudi di Hadramaut, mempercayai beliau sebagai anak Allah. Para Rabbi (pendeta-pendeta Yahudi)
menghubungkan nama beliau dengan beberapa lembaga-lembaga penting. Renan
mengemukakan dalam mukadimah bukunya “History
of the People of Israel” bahwa bentuk agama Yahudi yang-pasti dapat dianggap berwujud semenjak masa Ezra.
Dalam kepustakaan golongan Rabbi,
beliau dianggap patut jadi wahana pengemban
syariat seandainya syariat itu tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s.. Beliau bekerjasama dengan Nehemya dan wafat pada usia 120 tahun di
Babil (Yewish Encyclopaedia & Encyclopaedia Biblica).
Ahbar
dalam ayat اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- “Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah” adalah ulama-ulama Yahudi dan Ruhban adalah para rahib agama Nasrani.
Ayat یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ -- “Mereka berkehendak
memadamkan cahaya Allah dengan mulut
mereka, tetapi Allah menolak bahkan
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai”
Orang-orang Nasrani yang berdiam di
tanah Arab telah menghasut
orang-orang kuat seagama mereka di Siria, dan dengan pertolongan
mereka mencoba untuk memadamkan Nur Islam yang telah dinyalakan
Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw.. di tanah Arab.
Orang-orang Yahudi pun pernah berupaya semacam itu, dengan menghasut orang-orang Parsi untuk bangkit melawan Nabi Besar Muhammad
saw. setelah mereka diusir dari Madinah dan Khaibar (QS.59:3-6), dan
KIsra Iran memerintahkan Gubernur Bazan untuk menangkap Nabi Besar Muhammad saw. dan membawa ke hadapannya, namun
sebelum maksudnya berhasil KIsra Iran dibunuh oleh putranya sendiri, serta membatalkan perintah penangkapan atas Nabi Besar Muhammad
saw..
Rasul Akhir Zaman & Kajayaan Islam Kedua Kali
Mengenai
ayat selanjutnya -- dan juga pernyataan Allah Swt. yang sama dalam Surah Ash-Shaff ayat 10
—firman-Nya::
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia
mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya
(At-Taubah [9]:33).
Para mufassir (ahli tafsir)
Al-Quran sepakat bahwa, seperti dikemukakan dalam sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw., kemenangan Islam yang kedua
kali -- setelah mengalami masa
kemunduran selama 1000 tahun (QS.31:6;
QS.17:86-89) sejak 3 abad masa kejayaan Islam yang pertama -- akan
terjadi di masa Masih Mau’ud a.s. (Tafsir
Ibnu
Jarir), ketika semua
agama yang beraneka ragam akan bangkit dan akan berusaha
sekeras-kerasnya untuk menyiarkan ajaran
mereka sendiri.
Di Akhir
Zaman ini melalui perjuangan Rasul Akhir Zaman dan Jemaat
Ilahi yang beliau dirikan (Jemaat Ahmadiyah), cita-cita dan asas-asas Islam yang luhur sudah mulai
semakin bertambah diakui, dan hari Kejayaan Islam yang kedua kali tersebut tidak
jauh lagi ketika Islam akan memperoleh
kemenangan atas semua agama
lainnya -- tanpa melalui peperangan
secara fisik atau dengan cara-cara kekerasan (QS.2:257;
QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4) -- dan pengikut-pengikut agama-agama itu akan masuk ke dalam haribaan Islam dalam jumlah besar (QS.110:1-4), sehingga “kehidupan surgawi” atau “bumi
baru dan langit baru” (QS.14:49-52) akan kembali terwujud.
Kenapa demikian? Sebab para “Rasul
Allah” yang kedatangannya yang kedua kali sedang ditunggu-tunggu
oleh para pengikut agama-agama -- dengan nama yang berlainan -- benar-benar telah datang
dalam wujud Rasul Akhir Zaman (QS.39:70; QS.77:12-20), yang muncul dari
kalangan umat Islam (QS.3:32;
QS.5:70-71), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s., yang sekaligus juga merupakan pengutusan (kebangkitan) kedua kali Nabi
Besar Muhammad saw. di
kalangan kaum ākharīn, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
me-reka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam
ke-sesatan yang nyata, Dan juga Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Reaksi Nabi Besar Muhammad
Saw. Ketika Mendengar
Surah An-Nisa ayat 42
yang Ditilawatkan Seorang Sahabah
Jadi, kembali kepada firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini dalam Bab
120:
فَکَیۡفَ اِذَا جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ وَّ جِئۡنَا
بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا ﴿ؕ﴾ یَوۡمَئِذٍ یَّوَدُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
وَ عَصَوُا الرَّسُوۡلَ لَوۡ تُسَوّٰی بِہِمُ الۡاَرۡضُ ؕ وَ لَا یَکۡتُمُوۡنَ
اللّٰہَ حَدِیۡثًا﴿٪﴾
Maka bagaimana keadaan mereka apabila
Kami mendatangkan seorang saksi dari setiap umat, dan Kami mendatangkan engkau sebagai
saksi terhadap mereka ini semuanya? Pada hari itu orang-orang kafir dan yang mendurhakai Rasul,
me-reka menginginkan seandainya
bumi disamaratakan dengan mereka,
dan mereka tidak akan dapat
menyembunyikan sesuatu apa pun dari Allah. (An-Nisa [4]:42-43).
Tiap-tiap nabi
(rasul) Allah akan menjadi saksi pada Hari Pembalasan mengenai tanggapan kaum yang terhadap mereka beliau diutus sebagai rasul.
Kata mereka ini mencakup orang-orang beriman dan orang-orang
kafir hanya saja sifat kesaksian
itu akan berbeda dalam
perkara-perkara yang berlainan.
Berkenaan dengan firman Allah
Swt. tersebut, dalam hadits Bukhari diterangkan bagaimana reaksi Nabi Besar Muhammad saw. ketika beliau saw.
mendengar ayat An-Nisa ayat 42 ditilawatkan oleh salah seorang sahabat
beliau saw.. Ada pun terjemahan hadits tersebut adalah:
Telah menceritakan kepada kami
Shadaqah, telah mengabarkan kepada kami Yahya dari Sufyan dari Sulaiman dari
Ibrahim dari 'Abidah dari 'Abdullah berkata; Yahya -- sebagian Hadits -- dari
'Amru bin Murrah dia berkata: Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda
kepadaku: "Bacakanlah Al-Quran
kepadaku.” Aku berkata: Bagaimana aku membacakan kepada engkau, padahal Al-Quran
diturunkan kepada engkau? Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain." Lalu
aku membacakan kepada beliau surat An
Nisa hingga tatkala sampai ayat:
فَکَیۡفَ اِذَا
جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ وَّ جِئۡنَا
بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا
“Maka
bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap
umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” (An
Nisa; 42), Beliau berkata: 'Cukup.' Dan ternyata beliau
mencucurkan air mata (menangis)” (Hadits Bhukhari No.4216).
Jadi, betapa besarnya tanggungjawab
para Rasul Allah – terutama Nabi Besar
Muhammad saw., itulah sebabnya
dalam mengemban (memikul) “amanat”
(syariat Islam) tersebut beliau saw.
dalam melaksanakannya benar-benar
telah berlaku zalum (sangat
aniaya) dan jahil (sangat abai) terhadap diri beliau saw. sendiri
(QS.33:73), firman-Nya:
لَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ اِنۡ نَّشَاۡ
نُنَزِّلۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ
اٰیَۃً فَظَلَّتۡ اَعۡنَاقُہُمۡ
لَہَا خٰضِعِیۡنَ ﴿﴾
Boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri karena mereka
tidak mau beriman. Jika Kami menghendaki, Kami dapat menurunkan kepada mereka suatu Tanda dari
langit sehingga leher-leher mereka akan tertunduk kepadanya. (Asy-Syu’arā
[26]:4-5).
Peringatan Keras Allah Swt.
Berkenaan “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”
Kesedihan Nabi Besar Muhammad saw.
berkenaan itikad “Trinitas” dan “penebusan
dosa” yang diajarkan oleh Paulus dalam Surat-surat kirimannya
(QS.18:1-7) tidak dibiarkan berlarut-larut
oleh Allah Swt., karena di Akhir Zaman ini melalui misal Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s. Muhammadi atau Imam Mahdi a.s., masalah “memecahkan agama
Salib” -- “yaksiru
shalib” -- tersebut benar-benar mulai dapat “dipecahkan” berdasarkan ayat-ayat
Al-Quran yang kebenarannya tidak
dapat dibantah.
Kenyataan tersebut pada hakikat merupakan Sunnatullah bahwa Allah Swt. pun akan bertanya -- yakni meminta pertanggungjawaban -- kepada Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dan kaum beliau
sehubungan dengan munculnya
ajaran Paulus mengenai Trinitas dan Penebusan Dosa, yang bertentangan
dengan agama Tauhid yang diwariskan
oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub a.s. kepada anak-keturunannya, firman-Nya:
وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ
جِئۡتُمۡ شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ
یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ دَعَوۡا
لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ
لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ
وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak laki-laki."
Sungguh
kamu benar-benar telah
mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah
karenanya, bumi terbelah, dan
gunung-gunung runtuh berkeping-keping,
karena mereka menyatakan Tuhan
Yang Maha Pemurah punya anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah, mengambil seorang anak
laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi
melainkan ia akan datang kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah sebagai hamba. Sungguh Dia
benar-benar mengetahui jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap
mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam
[18]:89-96).
Arti
ayat تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ
وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا
-- “Hampir-hampir seluruh langit
pecah karenanya, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping,” paham bahwa Yesus anak Allah itu begitu mengerikan,
sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur berkeping-keping
dan rebah ke tanah karena kejinya kepercayaan
itu.
Kepercayaan
itu sangat menjijikkan wujud-wujud
samawi (as-samawat) oleh karena berlawanan dengan Sifat-sifat Ilahi dan bertentangan
dengan segala yang wujud-wujud samawi
itu bela dan muliakan. Kepercayaan ini menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh)
sebab hal ini bertentangan dengan tuntutan fitrat
serta kecerdasan otak manusia sejati,
dan akal manusia menolak dengan
perasaan kecewa terhadap paham demikian itu.
Orang-orang
yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti para nabi Allah dan para pilihan
Tuhan (al-jibāl/gunung-gunung) menentangnya juga menolak dan menentangnya, sebab anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain --
melalui kematian terkutuk di atas salib sebagai penebusan dosa -- untuk
memperoleh keselamatan dan mencapai
tingkat akhlak tinggi adalah bertentangan
dengan pengalaman ruhani mereka (para
nabi
Allah dan para waliullah) sendiri.
Surah
ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad
Kristen, terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan
dusta yang darinya terbit semua 'itikad
lainnya; tekanan istimewa telah diberikan kepada penolakan dan pencelaan
terhadap kepercayaan ini اَنۡ
دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا -- “karena mereka menyatakan Tuhan
Yang Maha Pemurah punya anak laki-laki, وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ
لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ وَلَدًا --
padahal sekali-kali tidak
layak bagi Tuhan Yang Maha
Pemurah, mengambil seorang anak laki-laki.”
Bertentangan dengan Sifat
Al-Rahmān (Maha Pemurah) Allah Swt.
Perlu
mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah ini —
sifat itu telah disebutkan sebanyak
16 kali, karena 'itikad Kristen yang
pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya, yaitu 'itikad
penebusan dosa mengandung arti penolakan
terhadap sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) Allah Swt..
Dan karena
pokok pembahasan utama Surah Maryam ini
ialah bantahan terhadap ‘itikad Trinitas dan penebusan dosa
maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi Ar-Rahmān (Maha Pemurah) itu disebut
dengan berulang-ulang. 'Itikad penebusan
dosa yang mengandung arti bahwa Allah
Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) Allah Swt. menghendaki bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni manusia, itulah sebabnya Sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) berulang kali disebut
dalam Surah Maryam.
Lebih lanjut
Allah Swt. menyatakan bahwa Tuhan Yang
bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu
tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit
dan bumi dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam,
dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya,
dan Yesus pun adalah salah seorang
dari antara mereka., itulah makna ayat اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا -- “Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi
melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.”
Selanjutnya
Allah Swt. menyatakan dengan tegas,
bahwa semua orang yang mempercayai
“trinitas” dan “penebusan dosa” akan diminta
pertanggungjawaban amal perbuatannya
masing-masing yakni mereka akan “ditanyai” Allah Swt.:
لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ
عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ
کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
“Dan sungguh Dia benar-benar mengetahui
jumlah mereka dan menghitung mereka dengan menyeluruh. Dan setiap
mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.” (Maryam
[19]:95-96).
Dialog Allah Swt. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Bantahan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Berikut adalah pertanyaan yang diajukan Allah Swt. kepada Nabi Isa Ibnu Maryam
berkenaan munculnya itikad “Trinitas”
dan “penebusan dosa” sepeninggal
beliau, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ
وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا
فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ
اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ
عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata
kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku
mengatakan apa yang sekali-kali
bukan hakku. Jika aku telah mengatakannya
maka sungguh Engkau mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa
yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar
Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”
Dan aku menjadi saksi atas mereka selama
aku berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:117-118).
Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 20 Desember
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar