Kamis, 30 Januari 2014

Sikap "Serupa Tetapi Tidak Sama" antara Orang-orang Yang Beriman Kepada Rasul Allah dengan Para Penentang Rasul Allah



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  142

     Sikap “Serupa Tetapi Tidak Sama” Antara Orang-orang yang Beriman kepada Rasul Allah dengan Para Penentang Rasul Allah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

P
ada  akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai   firman-Nya berikut ini  tentang  perbantahan  di kalangan orang-orang musyrik  antara para “penyembah  dengan pihak  yang disembah  pada “Hari Penghakiman” Allah Swt.:
وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ  اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ النَّارِ ﴿﴾  قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا  اِنَّا  کُلٌّ  فِیۡہَاۤ  ۙ اِنَّ اللّٰہَ  قَدۡ حَکَمَ  بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿﴾  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿﴾  قَالُوۡۤا  اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا  بَلٰی ؕ قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا  دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪﴾
Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam Api, lalu orang-orang yang lemah akan berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut kamu   maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari Api?”  Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara hamba-hamba-Nya.”  Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Rabb (Tuhan) kamu, supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.”   Mereka  berkata:  Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul kamu dengan Tanda-tanda nyata?” Mereka berkata: “Ya benar.” Para penjaga itu berkata: “Maka berdoalah kamu.”  Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (Al-Mu’mīn [40]:48-51). 

Al-Haq (Kebenaran) Senantiasa Unggul atas Bathil (Kepalsuan)

   Makna  pernyataan Allah Swt.:  وَ مَا  دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ --  Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka”,  dalam ayat   قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا  دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪﴾  -- “Para penjaga itu berkata: “Maka berdoalah kamu.”  Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka”, bukan  berarti  semua doa mereka tidak diterima, sebab Allah Swt.  memang mengabulkan doa-doa orang yang sedang sengsara dan sedih, bila ia meminta pertolongan kepada-Nya  -- baik ia orang yang beriman atau orang kafir (QS.27:63) --  melainkan  makna ayat tersebut  adalah    bahwa usaha keras dan doa orang-orang kafir menentang nabi-nabi Allah terbukti gagal, sebab Allah Swt. telah menyatakan dengan tegas dalam  firman-Nya berikut ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22). Lihat pula QS.3:29;  QS.4:145-146;  QS.9:23 & 63.
   Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran yang dibawa oleh para Rasul Allah senantiasa menang terhadap kepalsuan yang dipertahankan oleh para penentang Rasul Allah di setiap zaman,  terutama di zaman Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah:  Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatilan itu pasti  lenyap.” (Bani Israil [17]:82). Lihat pula QS.21:19;  QS.34:50.
        Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran, ayat ini  ngemukakan salah satu contoh semacam itu. Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika  Nabi Besar Muhammad saw. membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau saw.  berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sambil  beliau saw.memukuli  dengan ntongkat berhala-berhala sembahan orang-orang  musyrik Mekkah yang berada di Ka’bah (Bukhari).

 Serupa Tetapi Tidak Sama  & Mendahulukan Kecintaan
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya

       Bandingkan sikap “egois” orang-orang musyrik dan para penentang Rasul Allah ketika  menghadapi “Penghakiman” Allah Swt. (Al-Ma’arīj [70]:11-15)  – yang  bersedia mengorbankan siapa pun dan apa pun asalkan  dirinya sendiri selamat dari azab Ilahi  firman-Nya:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾  یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya.   Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang berdosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,   dan isterinya serta  saudaranya,  dan kaum kerabatnya yang melindunginya.  Dan  bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian  menyelamatkannya. (Al-Ma’arīj [70]:11-15).
     Silakan   bandingkan   sikap egois mereka itu  dengan sikap terpuji yang diperagakan oleh orang-orang yang  beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada mereka (QS.2:41-43 & 88-92; QS.3:82; QS.5:13; QS.7:35-37; QS.61:10), terutama para sahabah Nabi Besar Muhammad saw. di zaman awal dan di Akhir Zaman (QS.63:3-4), firman-Nya:  firman-Nya:
  لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ    
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujādilah [58]:23).
       Jadi, sikap orang-orang yang beriman tersebut bukan sikap egois melainkan sikap terpuji para penganut (pecinta) Tauhid yang hakiki.  Senada dengan firman-Nya  mengenai Hizbullāh hakiki atau Muslim hakiki tersebut, dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ مِّنۡکُمۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَ اَبۡنَآؤُکُمۡ وَ اِخۡوَانُکُمۡ وَ اَزۡوَاجُکُمۡ  وَ عَشِیۡرَتُکُمۡ وَ اَمۡوَالُۨ  اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَ تِجَارَۃٌ تَخۡشَوۡنَ  کَسَادَہَا وَ مَسٰکِنُ  تَرۡضَوۡنَہَاۤ  اَحَبَّ  اِلَیۡکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ  وَ جِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ بِاَمۡرِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ  الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu mengambil bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada  iman.  Dan barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai  pelindung-pelindung maka mereka  adalah orang-orang yang zalim.  Katakanlah: “Jika ayah-ayah kamu, anak-anak lelaki kamu,  saudara-saudara lelaki kamu,  istri-istri kamu, kerabat kamu, harta yang kamu telah mengupayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, kesemuanya lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya,  maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (At-Taubah [9]:23-24).
        Firman Allah Swt.   یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ  -- “Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu mengambil bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran dari-pada  iman”,    yang dimaksud ayat  ini  adalah orang-orang kafir yang aktif memusuhi Islam dan berupaya keras untuk memusnahkannya   -- sekali pun mereka itu “bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu,  jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada  iman.”
       Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. memperingatkan orang-orang Islam, bahwa  ikatan-ikatan kekeluargaan dan kecintaan kepada kaum kerabat serta pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya  --  seperti kekayaan, perdagangan dan harta -- hendaknya jangan dibiarkan menjadi penghalang, bila ada suatu perhubungan yang lebih berharga dan suatu tujuan yang lebih mulia dan pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting menuntut pengorbanan mereka, dalam hal ini adalah  membantu perjuangan Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
       Allah Swt. menyebut  orang-orang beriman  yang lebih mendahulukan  kecintaan dan persahabatan dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut Hizbullāh (golongan Allah), firman-Nya:
  اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾  
Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (ilham/wahyu)  dari-Nya,  dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah Hizbullah (golongan Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah  itulah orang-orang yang berhasil.  (Al-Mujādilah [58]:23).

Nubuatan Bangkitnya “Kaum Lain” di Kalangan Umat Islam  

       Mengapa  sikap  mendahulukan Allah Swt. dan Rasul Allah tersebut  sangat penting dilakukan oleh umat Islam?  Sebab jika tidak, maka Allah Swt. akan memberikan keputusan-Nya atas mereka dengan membangkitkankaum lain” dari kalangan umat Islam sendiri sebagai Hizbullāh (golongan Allah) hakiki atau Muslim hakiki, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka segera Allah akan akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lembut terhadap orang-orang beriman dan tegas terhadap orang-orang kafir, mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia  memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas rahmat-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya Pelindung kamu  adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang selalu mendirikan shalat dan membayar zakat, dan mereka taat kepada  Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung  maka sesungguhnya Hizbullāh (golongan Allah/Jemaat Ilahi) pasti menang. (Al-Maidah [5]:55-57).
          Kembali kepada firman Allah Swt.   یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ  -- “Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu mengambil bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada  iman” (At-Taubah [9]:23), dan firman-Nya   لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ   -- “Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,  walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah [58]:23).

Nasihat Nabi Luqman a.s. kepada Anaknya
Tentang Pentingnya Tauhid Ilahi

        Kedua firman Allah Swt tersebut sangat  erat kaitannya dengan  firman Allah Swt. mengenai nasihat  Nabi Lukman   a.s.   kepada  anaknya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا لُقۡمٰنَ الۡحِکۡمَۃَ اَنِ اشۡکُرۡ لِلّٰہِ ؕ وَ مَنۡ یَّشۡکُرۡ فَاِنَّمَا یَشۡکُرُ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاِنَّ اللّٰہَ غَنِیٌّ حَمِیۡدٌ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ لُقۡمٰنُ لِابۡنِہٖ وَ ہُوَ یَعِظُہٗ یٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِکۡ بِاللّٰہِ ؕؔ اِنَّ الشِّرۡکَ لَظُلۡمٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah menganugerahkan kebijaksanaan kepada Luqman, ia berkata: “Bersyukurlah kepada Allah, dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya, dan barangsiapa tidak bersyukur, ma-ka sesungguhnya Allah itu Maha Kaya, Maha Terpuji.”   Dan ingatlah  ketika  Luq-man  kepada anaknya dan ia memberi nasihat kepadanya: “Wahai anak-ku, janganlah engkau  mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya syirik itu benar-benar  kezaliman besar.” (Luqmān [31]:13-14).
    Luqman agaknya seorang bukan-Arab dan sangat mungkin seorang bangsa Ethiopia. Konon dikatakan juga bahwa beliau berasal dari Mesir atau Nubia. Oleh beberapa sumber beliau telah dikenal sebagai orang Yunani bernama “Aesop.” Dilihat dari ajaran-ajaran moralnya yang indah, diberikan beliau kepada putranya yang terkandung dalam ayat ini dan beberapa ayat selanjutnya, nampak Luqman itu seorang nabi Allah.
       Asas yang pertama dan pokok semua ajaran agama ialah, keyakinan bahwa Tuhan itu Tunggal. Semua cita-cita dan asas mulia bersemi dari paham itu. Dengan menyembah sesuatu benda atau wujud di samping Allāh Swt.  -- yakni melakukan syirik atau kemusyrikan --  manusia menurunkan derajatnya sendiri serta merintangi, memadamkan, dan meniadakan nilai kepribadiannya, itulah makna ayat ؕؔ اِنَّ الشِّرۡکَ لَظُلۡمٌ  عَظِیۡمٌ  -- “sesungguhnya syirik itu benar-benar  kezaliman besar.”

Pentingnya Menghormati Kedua Orang Tua
Sekali Pun Mereka itu “Orang-orang Musyrik

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ajaran penting kedua setelah Tauhid Ilahi  dan bersyukur kepada Allah Swt.  yaitu  bersyukur kepada kedua orang tua, firman-Nya: 
وَ وَصَّیۡنَا  الۡاِنۡسَانَ بِوَالِدَیۡہِ ۚ حَمَلَتۡہُ  اُمُّہٗ  وَہۡنًا عَلٰی وَہۡنٍ وَّ فِصٰلُہٗ  فِیۡ عَامَیۡنِ  اَنِ اشۡکُرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیۡکَ ؕ اِلَیَّ  الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan Kami telah mewasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik terhadap kedua orang tuanya (ibu-bapaknya),  ibunya telah mengandungnya dalam kelemahan di atas kelemahan, dan penyapihan susunya dalam dua tahun,  supaya bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtua engkau, kepada Aku-lah tempat kembali. (Luqmān [31]:15).
     Ayat ini dan ayat berikutnya merupakan anak-kalimat sisipan dan meng-isyaratkan kepada kewajiban manusia yang kedua dan yang paling penting sesudah kewajibannya terhadap Tuhan – memenuhi haququllāh  (hak-hak Allah) -- yaitu kewajiban-kewajiban terhadap sesama manusia  yaitu memenuhi haququl- ‘ibād (hak-hak sesama hamba), yang dimulai dengan kewajiban-kewajibannya kepada orangtua.
      Selanjutnya Allah Swt. memberi petunjuk jika  kecintaan manusia kepada kedua orang tua bertentangan dengan kecintaan kepada Allah Swt. berkenaan dengan Tauhid Ilahi, firman-Nya:
وَ اِنۡ جَاہَدٰکَ عَلٰۤی اَنۡ تُشۡرِکَ بِیۡ مَا لَیۡسَ لَکَ بِہٖ عِلۡمٌ ۙ فَلَا تُطِعۡہُمَا وَ صَاحِبۡہُمَا فِی الدُّنۡیَا مَعۡرُوۡفًا ۫ وَّ اتَّبِعۡ سَبِیۡلَ مَنۡ اَنَابَ اِلَیَّ ۚ ثُمَّ  اِلَیَّ مَرۡجِعُکُمۡ فَاُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila keduanya memaksa engkau supaya engkau mempersekutukan dengan Aku, yang mengenai itu engkau tidak memiliki pengetahuan, maka janganlah engkau menaati keduanya, tetapi bergaullah dengan keduanya secara layak dalam urusan dunia, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada-Ku tempat kembali kamu, maka Aku akan memberitahukan kepada kamu mengenai apa yang senantiasa kamu kerjakan. (Luqmān [31]:16).
       Menurut ayat itu  jika kewajiban manusia terhadap orangtua nampaknya berlanggaran dan bertentangan dengan kewajiban terhadap Tuhan (Allah Swt.), maka kesetiaannya yang pertama harus ditujukan kepada Khāliq-nya. Akan tetapi, dalam mengabaikan salah satu dari keinginan-keinginan atau perintah-perintah orangtuanya yang bertentangan dengan kesetiaannya terhadap  Tuhan (Allah Swt.) tersebut, hendaknya anak jangan memperlihatkan sikap sombong atau lancang terhadap kedua orangtuanya, melainkan harus terus memperlihatkan kesantunan, kecintaan, dan kasih sayang yang tetap kepada mereka.

Pemahaman Jihad  Penganut “Garis Keras” yang Keliru

       Jadi, betapa jahilnya  pemikiran sekelompok orang-orang di kalangan umat Islam  di Akhir Zaman ini yang  menganut faham garis keras,   bahwa  siapa pun – termasuk kedua orang tua  -- yang bertentangan dengan faham mereka yakini berkenaan dengan “jihad” yang mereka lakukan  maka  hukumnya adalah wajib dibunuh -- Na’ūdzubillāh min dzālik  --  serta menganggap semua orang yang tidak sefaham dengan keyakinan mereka mengenai agama Islam sebagai  orang-orang kafir yang wajib diperangi atau dibunuh dan halal hukumnya merampas harta kekayaan mereka karena merupakan “ghanimah” (harta rampasan perang).
     Ajaran Islam (Al-Quran) yang benar  apabila kecintaan kepada kedua orangtua bertentangan dengan kecintaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya  adalah harus mendahulukan kecintaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya tetapi tetap menghormati kedua orangtuanya yang merupakan  kewajiban anak kepada kedua orangtuanya.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   8  Januari      2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar