بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah
Shād
Bab
142
Sikap “Serupa
Tetapi Tidak Sama” Antara Orang-orang yang Beriman kepada Rasul Allah
dengan Para Penentang Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
P
|
ada
akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai firman-Nya berikut ini tentang
perbantahan di kalangan orang-orang musyrik antara
para “penyembah” dengan pihak
“yang disembah” pada “Hari Penghakiman” Allah Swt.:
وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ
اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ
النَّارِ ﴿﴾ قَالَ الَّذِیۡنَ
اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُلٌّ
فِیۡہَاۤ ۙ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ حَکَمَ
بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿﴾ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ
فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا
مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿﴾ قَالُوۡۤا اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ
بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ؕ
قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا دُعٰٓؤُا
الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪﴾
Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam Api, lalu orang-orang yang lemah akan berkata
kepada orang-orang yang menyombongkan
diri: “Sesungguhnya kami adalah
pengikut kamu maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari Api?”
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara
hamba-hamba-Nya.” Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata
kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Rabb (Tuhan) kamu,
supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.” Mereka berkata: ”Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul kamu dengan Tanda-tanda nyata?” Mereka berkata: “Ya benar.” Para penjaga itu berkata:
“Maka berdoalah kamu.” Tetapi
doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (Al-Mu’mīn
[40]:48-51).
Al-Haq (Kebenaran) Senantiasa Unggul atas Bathil (Kepalsuan)
Makna pernyataan Allah Swt.: وَ مَا
دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا
فِیۡ ضَلٰلٍ -- “Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia
belaka”, dalam ayat قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪﴾ -- “Para penjaga itu berkata: “Maka berdoalah kamu.” Tetapi
doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka”, bukan berarti semua
doa mereka tidak diterima, sebab
Allah Swt. memang mengabulkan doa-doa orang yang sedang sengsara dan sedih, bila
ia meminta pertolongan kepada-Nya -- baik ia orang yang beriman atau orang kafir (QS.27:63)
-- melainkan makna ayat tersebut adalah
bahwa usaha keras dan doa orang-orang kafir menentang nabi-nabi Allah terbukti gagal, sebab Allah Swt. telah menyatakan
dengan tegas dalam firman-Nya berikut
ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya
Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).
Lihat pula QS.3:29; QS.4:145-146; QS.9:23 & 63.
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran
yang dibawa oleh para Rasul Allah senantiasa
menang terhadap kepalsuan yang dipertahankan oleh para penentang Rasul Allah di setiap zaman, terutama di zaman Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ
زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah
datang dan kebatilan telah lenyap,
sesungguhnya kebatilan itu
pasti lenyap.” (Bani Israil [17]:82).
Lihat pula QS.21:19; QS.34:50.
Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran, ayat ini ngemukakan salah satu contoh semacam itu.
Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika
Nabi Besar Muhammad saw. membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau saw. berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sambil
beliau saw.memukuli dengan ntongkat berhala-berhala sembahan orang-orang musyrik Mekkah yang berada di Ka’bah (Bukhari).
Serupa Tetapi Tidak Sama & Mendahulukan
Kecintaan
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya
Bandingkan
sikap “egois” orang-orang musyrik dan
para penentang Rasul Allah ketika menghadapi “Penghakiman” Allah Swt. (Al-Ma’arīj [70]:11-15) – yang
bersedia mengorbankan siapa pun dan apa pun asalkan dirinya sendiri selamat dari azab Ilahi – firman-Nya:
وَ لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ
حَمِیۡمًا ﴿ۚۖ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ
ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ
اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ
الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾
Dan tidak akan bertanya sahabat karib kepada sahabat karib lainnya. Hari
itu akan diperlihatkan dengan jelas
kepada mereka. Orang berdosa ingin seandainya dia
dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya, dan kaum
kerabatnya yang melindunginya. Dan bahkan dengan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya.
(Al-Ma’arīj [70]:11-15).
Silakan bandingkan
sikap egois mereka itu dengan
sikap terpuji yang diperagakan oleh orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada mereka (QS.2:41-43 & 88-92; QS.3:82; QS.5:13; QS.7:35-37;
QS.61:10), terutama para sahabah Nabi
Besar Muhammad saw. di zaman awal dan
di Akhir Zaman (QS.63:3-4),
firman-Nya: firman-Nya:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ
Engkau tidak
akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan
Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan
Rasul-Nya, walau pun mereka
itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka
ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujādilah [58]:23).
Jadi, sikap orang-orang yang beriman tersebut bukan sikap egois melainkan sikap
terpuji para penganut (pecinta) Tauhid yang hakiki. Senada dengan firman-Nya mengenai Hizbullāh
hakiki atau Muslim hakiki tersebut,
dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ
عَلَی الۡاِیۡمَانِ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ مِّنۡکُمۡ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَ اَبۡنَآؤُکُمۡ وَ اِخۡوَانُکُمۡ وَ اَزۡوَاجُکُمۡ وَ
عَشِیۡرَتُکُمۡ
وَ اَمۡوَالُۨ اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَ تِجَارَۃٌ تَخۡشَوۡنَ کَسَادَہَا وَ مَسٰکِنُ تَرۡضَوۡنَہَاۤ اَحَبَّ اِلَیۡکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ جِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ بِاَمۡرِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ
لَا یَہۡدِی
الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil bapak-bapak kamu
dan saudara-saudara laki-laki kamu
menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran
daripada iman. Dan barangsiapa di antara kamu menjadikan
mereka sebagai pelindung-pelindung
maka mereka adalah orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Jika ayah-ayah kamu, anak-anak
lelaki kamu, saudara-saudara lelaki kamu,
istri-istri kamu, kerabat kamu, harta yang kamu telah mengupayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, kesemuanya
lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (At-Taubah
[9]:23-24).
Firman Allah Swt. یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ -- “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka
lebih mencintai kekafiran dari-pada iman”,
yang dimaksud ayat ini adalah orang-orang kafir yang aktif memusuhi Islam dan berupaya keras untuk memusnahkannya -- sekali pun mereka itu “bapak-bapak kamu dan saudara-saudara
laki-laki kamu, jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada iman.”
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. memperingatkan orang-orang Islam,
bahwa ikatan-ikatan kekeluargaan dan kecintaan
kepada kaum kerabat serta pertimbangan-pertimbangan
duniawi lainnya -- seperti kekayaan, perdagangan dan harta -- hendaknya
jangan dibiarkan menjadi penghalang,
bila ada suatu perhubungan yang lebih berharga dan suatu tujuan yang lebih mulia dan pertimbangan-pertimbangan
yang lebih penting menuntut pengorbanan mereka, dalam hal ini adalah
membantu perjuangan Rasul Allah yang diutus
kepada mereka.
Allah Swt. menyebut orang-orang
beriman yang lebih mendahulukan kecintaan
dan persahabatan dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut Hizbullāh
(golongan Allah), firman-Nya:
اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ
یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh
(ilham/wahyu) dari-Nya, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. Itulah Hizbullah
(golongan Allah). Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:23).
Nubuatan Bangkitnya “Kaum Lain” di
Kalangan Umat Islam
Mengapa sikap mendahulukan Allah Swt. dan Rasul Allah
tersebut sangat penting dilakukan oleh umat Islam? Sebab jika tidak, maka Allah Swt. akan
memberikan keputusan-Nya atas mereka dengan
membangkitkan “kaum lain” dari kalangan umat
Islam sendiri sebagai Hizbullāh (golongan
Allah) hakiki atau Muslim hakiki,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ
فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ
عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ
لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu murtad dari
agamanya maka segera Allah
akan akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun
akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lembut terhadap orang-orang beriman
dan tegas terhadap orang-orang kafir, mereka akan berjuang di jalan Allah dan
tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya
kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah
Mahaluas rahmat-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya Pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
beriman yang selalu mendirikan
shalat dan membayar zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung
maka sesungguhnya Hizbullāh
(golongan Allah/Jemaat Ilahi) pasti
menang. (Al-Maidah
[5]:55-57).
Kembali kepada firman Allah Swt. یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ -- “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil bapak-bapak kamu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada iman”
(At-Taubah
[9]:23), dan firman-Nya لَا
تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ -- “Engkau tidak akan mendapatkan
suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari
Akhir tetapi mereka mencintai
orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,
walau pun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka….”(Al-Mujādilah
[58]:23).
Nasihat Nabi Luqman a.s. kepada Anaknya
Tentang Pentingnya Tauhid
Ilahi
Kedua firman Allah Swt tersebut sangat erat kaitannya dengan firman Allah Swt. mengenai nasihat Nabi Lukman a.s. kepada anaknya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا لُقۡمٰنَ الۡحِکۡمَۃَ اَنِ اشۡکُرۡ لِلّٰہِ ؕ وَ مَنۡ
یَّشۡکُرۡ فَاِنَّمَا یَشۡکُرُ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاِنَّ اللّٰہَ
غَنِیٌّ حَمِیۡدٌ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ لُقۡمٰنُ لِابۡنِہٖ وَ ہُوَ یَعِظُہٗ
یٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِکۡ بِاللّٰہِ ؕؔ اِنَّ الشِّرۡکَ لَظُلۡمٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah
menganugerahkan kebijaksanaan kepada Luqman, ia berkata: “Bersyukurlah kepada Allah, dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya,
dan barangsiapa tidak bersyukur,
ma-ka sesungguhnya Allah itu Maha Kaya,
Maha Terpuji.” Dan ingatlah
ketika Luq-man
kepada anaknya dan ia memberi nasihat kepadanya: “Wahai anak-ku,
janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman besar.” (Luqmān
[31]:13-14).
Luqman agaknya seorang bukan-Arab dan sangat mungkin seorang bangsa Ethiopia. Konon dikatakan juga bahwa beliau berasal dari Mesir atau Nubia. Oleh beberapa sumber beliau telah dikenal sebagai orang
Yunani bernama “Aesop.” Dilihat dari ajaran-ajaran moralnya yang indah, diberikan beliau kepada putranya
yang terkandung dalam ayat ini dan beberapa ayat selanjutnya, nampak Luqman itu seorang nabi Allah.
Asas yang pertama dan pokok
semua ajaran agama ialah, keyakinan bahwa Tuhan itu Tunggal. Semua cita-cita
dan asas mulia bersemi dari paham itu. Dengan menyembah sesuatu benda atau wujud di samping Allāh Swt.
-- yakni melakukan syirik atau
kemusyrikan -- manusia menurunkan
derajatnya sendiri serta merintangi, memadamkan, dan meniadakan nilai kepribadiannya, itulah makna ayat ؕؔ اِنَّ الشِّرۡکَ لَظُلۡمٌ عَظِیۡمٌ -- “sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman
besar.”
Pentingnya Menghormati
Kedua Orang Tua
Sekali Pun Mereka itu “Orang-orang
Musyrik”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai ajaran penting kedua setelah
Tauhid Ilahi dan bersyukur
kepada Allah Swt. yaitu bersyukur
kepada kedua orang tua, firman-Nya:
وَ وَصَّیۡنَا الۡاِنۡسَانَ
بِوَالِدَیۡہِ ۚ حَمَلَتۡہُ اُمُّہٗ وَہۡنًا عَلٰی وَہۡنٍ وَّ فِصٰلُہٗ فِیۡ عَامَیۡنِ اَنِ اشۡکُرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیۡکَ ؕ
اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan Kami telah mewasiatkan kepada manusia supaya
berbuat baik terhadap kedua orang
tuanya (ibu-bapaknya), ibunya
telah mengandungnya dalam kelemahan di atas kelemahan, dan penyapihan susunya dalam dua tahun, supaya bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orangtua
engkau, kepada Aku-lah tempat
kembali. (Luqmān [31]:15).
Ayat
ini dan ayat berikutnya merupakan anak-kalimat
sisipan dan meng-isyaratkan kepada kewajiban
manusia yang kedua dan yang paling penting sesudah kewajibannya terhadap Tuhan – memenuhi haququllāh (hak-hak Allah) -- yaitu kewajiban-kewajiban terhadap sesama manusia yaitu memenuhi haququl- ‘ibād (hak-hak sesama hamba), yang
dimulai dengan kewajiban-kewajibannya
kepada orangtua.
Selanjutnya Allah Swt. memberi petunjuk jika kecintaan
manusia kepada kedua orang tua bertentangan
dengan kecintaan kepada Allah Swt. berkenaan dengan Tauhid Ilahi, firman-Nya:
وَ اِنۡ جَاہَدٰکَ عَلٰۤی اَنۡ تُشۡرِکَ بِیۡ مَا لَیۡسَ لَکَ بِہٖ عِلۡمٌ ۙ
فَلَا تُطِعۡہُمَا وَ صَاحِبۡہُمَا فِی الدُّنۡیَا مَعۡرُوۡفًا ۫ وَّ اتَّبِعۡ
سَبِیۡلَ مَنۡ اَنَابَ اِلَیَّ ۚ ثُمَّ اِلَیَّ
مَرۡجِعُکُمۡ فَاُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila keduanya memaksa engkau supaya engkau mempersekutukan dengan Aku, yang mengenai itu engkau tidak memiliki pengetahuan, maka janganlah engkau menaati keduanya, tetapi bergaullah dengan keduanya secara layak dalam urusan dunia, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada-Ku tempat kembali kamu, maka Aku akan memberitahukan kepada kamu mengenai apa yang senantiasa kamu kerjakan. (Luqmān [31]:16).
Menurut ayat itu jika
kewajiban manusia terhadap orangtua nampaknya berlanggaran dan bertentangan
dengan kewajiban terhadap Tuhan (Allah Swt.), maka kesetiaannya yang pertama harus
ditujukan kepada Khāliq-nya. Akan
tetapi, dalam mengabaikan salah satu
dari keinginan-keinginan atau perintah-perintah orangtuanya yang bertentangan dengan kesetiaannya terhadap Tuhan (Allah Swt.) tersebut, hendaknya anak jangan memperlihatkan sikap sombong atau lancang terhadap kedua orangtuanya, melainkan harus terus memperlihatkan
kesantunan, kecintaan, dan kasih sayang yang tetap kepada mereka.
Pemahaman Jihad Penganut “Garis
Keras” yang Keliru
Jadi, betapa jahilnya pemikiran sekelompok orang-orang di
kalangan umat Islam di Akhir Zaman ini yang menganut faham garis keras, bahwa siapa
pun – termasuk kedua orang tua -- yang bertentangan
dengan faham mereka yakini berkenaan dengan “jihad” yang mereka lakukan maka hukumnya adalah wajib dibunuh -- Na’ūdzubillāh min dzālik -- serta menganggap semua orang yang tidak
sefaham dengan keyakinan mereka
mengenai agama Islam sebagai orang-orang
kafir yang wajib diperangi atau dibunuh dan halal hukumnya merampas harta
kekayaan mereka karena merupakan “ghanimah”
(harta rampasan perang).
Ajaran Islam (Al-Quran) yang
benar apabila kecintaan kepada kedua
orangtua bertentangan dengan kecintaan
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya adalah harus
mendahulukan kecintaan kepada Allah
Swt. dan Rasul-Nya tetapi tetap menghormati kedua orangtuanya yang
merupakan kewajiban anak kepada kedua
orangtuanya.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar