Minggu, 12 Januari 2014

Nabi Besar Muhammad saw. Adalah "Adam" Paling Sempurna dari Seluruh "Khalifah Allah" (Rasul Allah) di Muka Bumi



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād

Bab  116

Nabi Besar Muhammad Saw. adalah “Adam” yang Paling Sempurna dari Seluruh “Khalifah Allah” di  Muka Bumi 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Akhir Bab sebelumnya  telah dikemukakan mengenai  beratnya perjalanan ruhani berupa pengamalan hukum-hukum syariat  -- terutama syariat Islam (Al-Quran)  sebagaimana yang disunnahkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. --  atau  pelaksanaan iman dan amal shaleh,  merupakan suatu “perjalanan yang mendaki lagi sukar” menuju puncak kesempurnaan akhlak dan ruhani,   firman-Nya: 
وَ الَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ  مِنَ الۡکِتٰبِ ہُوَ الۡحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِعِبَادِہٖ  لَخَبِیۡرٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿﴾ ثُمَّ  اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۚ فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾ جَنّٰتُ عَدۡنٍ یَّدۡخُلُوۡنَہَا یُحَلَّوۡنَ فِیۡہَا مِنۡ اَسَاوِرَ  مِنۡ ذَہَبٍ وَّ لُؤۡلُؤًا ۚ وَ لِبَاسُہُمۡ  فِیۡہَا  حَرِیۡرٌ ﴿﴾ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَذۡہَبَ عَنَّا الۡحَزَنَ ؕ اِنَّ  رَبَّنَا لَغَفُوۡرٌ  شَکُوۡرُۨ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡۤ  اَحَلَّنَا  دَارَ الۡمُقَامَۃِ  مِنۡ فَضۡلِہٖ ۚ لَا یَمَسُّنَا فِیۡہَا نَصَبٌ وَّ لَا یَمَسُّنَا فِیۡہَا  لُغُوۡبٌ ﴿﴾
Dan  Kitab yang Kami wahyukan kepada engkau adalah  kebenaran yang menggenapi apa yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah terhadap hamba-hambanya benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat  Kemudian Kitab itu Kami   wariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari antara hamba-hamba Kami, maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya, dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah, dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar.   Ganjaran mereka Kebun-kebun abadi,  mereka akan memasukinya, di dalamnya mereka dihiasi dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.   Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah, Yang telah menjauhkan kesedihan dari kami. Sesungguhnya Rabb (Tuhan) kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Menghargai,   Yang menempatkan kami di rumah abadi dari karunia-Nya, kesulitan   tidak menyentuh kami di dalamnya  dan tidak pula kelelahan menyentuh kami di dalamnya.”   (Al-Fāthir [35]:32-36).

Beratnya Memikul Amanat Syariat Islam

       Seorang beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada tingkat pertama ia melancarkan peperangan yang sungguh-sungguh terhadap keinginan dan nafsu rendahnya (nafs-Ammarah) serta mengamalkan peniadaan diri secara mutlak. Pada tingkat selanjutnya, kemajuan ke arah tujuannya  hanya sebagian saja (nafs Lawwamah),  dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata (nafs-al-Muthmainnah).
      Kebebasan sepenuhnya dari setiap corak perasaan takut dan cemas serta perasaan damai yang sempurna dalam alam pikiran dan kepuasan hati berpadu dengan keridhaan Allah Swt.  merupakan tingkat tertinggi surga, yang telah dijanjikan Al-Quran kepada orang-orang beriman di dunia ini dan di akhirat, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat ini dan ayat sebelumnya.  Itulah makna ayat  لَا یَمَسُّنَا فِیۡہَا نَصَبٌ وَّ لَا یَمَسُّنَا فِیۡہَا  لُغُوۡبٌ  -- “kesulitan   tidak menyentuh kami di dalamnya  dan tidak pula kelelahan menyentuh kami di dalamnya.
      Berikut  ini beberapa firman Allah Swt. yang menggambarkan  beratnya memikul  syariat Islam yang harus diemban (dilaksanakan) secara sempurna oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  agar beliau benar-benar menjadi “suri teladan  terbaik” dalam semua segi kehidupan   --    sebagai pemimpin bagi diri beliau saw. sendiri, sebagai pemimpin keluarga,   sebagai pemimpin bangsa,   sebagai pemimpin umat manusia (QS.21:108), bahkan sebagai pemimpin semua Rasul Allah (QS.4:42; QS.16:85, 90; QS.33:41) --  firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya. Supaya Allah akan menghukum orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan  orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang musyrik perempuan,  dan Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang kepada orang-orang lelaki   dan   perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
       Hamala al-amānata berarti: ia membebankan atas dirinya atau menerima amanat; ia mengkhianati amanat itu. Zhalum adalah bentuk kesangatan dari zhalim yang adalah fa’il atau pelaku dari zhalama, yang berarti ia meletakkan benda itu di tempat yang salah; zhalamahu berarti: ia membebani diri sendiri dengan suatu beban yang melewati batas kekuatan atau kemampuan daya pikulnya. Jahul adalah bentuk kesangatan dari kata jahil, yang berarti  lalai, dungu, dan alpa (Lexicon Lane).

Makna  Adam diciptakan dari “Tanah Liat

     Berikut adalah beberapa makna dari firman Allah Swt. tersebut, baik dalam makna positif mau pun dalam makna negatif:
     (1) Manusia dianugerahi kemampuan-kemampuan dan kekuatan fitri besar sekali untuk meresapkan dan menjelmakan di dalam dirinya sifat-sifat Ilahi – yakni Sifat-sifat Tasybihiyyah-Nya -- untuk menayang citra (bayangan) Khāliq-nya (QS.2:31). Sungguh inilah amanat agung yang hanya manusia (insan) sendiri dari seluruh isi jagat raya ini yang ternyata sanggup melaksanakannya; sedangkan makhluk-makhluk dan benda-benda lainnya — para malaikat, seluruh langit (planit-planit), bumi, gunung-gunung sama sekali tidak dapat menandinginya. Mereka seakan-akan menolak mengemban amanat itu.
       Tetapi manusia (insan), karena di antara seluruh ciptaan Allah Swt.  merupakan Khalifah-Nya di muka bumi   -- maka ia menerima (memikul) tanggungjawab ini sebab hanya dialah yang dapat melaksanakannya, sebabnya adalah  ia (insan) mampu bersikap  zhalum (aniaya terhadap dirinya sendiri) dan jahul (mengabaikan diri sendiri),  dalam pengertian bahwa ia dapat aniaya terhadap dirinya sendiri, dalam arti bahwa ia dapat menanggung kesulitan apa pun dan menjalani pengorbanan apa pun demi Khāliq-nya, dan ia mampu mengabaikan diri atau alpa – yani bersikal  jahul terhadap dirinya sendiri -- dalam arti bahwa dalam mengkhidmati amanat-Nya yang agung lagi suci itu, ia dapat mengabaikan kepentingan pribadinya dan hasratnya untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan hidup.
       Dalam makna itulah   Allah Swt.  telah memilih Adam  sebagai Khalifah-Nya di muka bumi pada zamannya (QS.2:31), sebab    di kalangan manusia  pada masa (zaman) itu Adam  telah memposisikan diri beliau terhadap kehendak Allah Swt. seperti sifat atau sikap  thīn (tanah-liat) terhadap si pembuat tembikar yakni patuh-taat sepenuhnya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا  لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا  اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ  یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian  Kami memberi kamu bentuk, lalu Kami berfirman kepada para malaikat: ”Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya  kamu kepada Adam",  maka mereka bersujud kecuali iblis, ia tidak termasuk orang-orang yang bersujud. (Al-A’rāf [7]:12).
 Dari ayat  وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ    -- “Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah menciptakan kamu” diketahui bahwa   -- bertolak-belakang dengan pendapat umum – bahwa Adam bukanlah manusia pertama yang diciptakan Allah Swt., melainkan merupakan seorang  dari sekian banyak orang-orang yang bersifat ath-thīn (tanah liat) yang dipilih Allah Swt. lalu  jiwanya    dibentuk” oleh-Nya: ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ   -- “kemudian  Kami memberi kamu bentuk”, yakni manusia  yang bersifat  seperti “tanah liat” dapat menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah liat mudah diberi bentuk apa pun oleh para pembuat tembikar.

Makna “Sujudnya” Para Malaikat kepada  Adam  

Ayat    selanjutnya  ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا  لِاٰدَمَ  --   “lalu Kami berfirman kepada para malaikat: ”Sujudlah yakni patuh-lah sepenuhnya kamu kepada Adam",  mengisyaratkan bahwa pada zaman itu  orang yang paling sempurna dalam  membentuk pribadinya  atau akhlaknya  sesuai dengan kehendak Allah Swt. adalah Adam lalu Allah Swt. telah memilih beliau sebagai Khalifah-Nya di muka bumi dan telah memerintahkan kepada para malaikat untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam.
  Karena perintah supaya sujud  kepada  Nabi Adam a.s. itu ditujukan kepada malaikat-malaikat, maka perintah itu berlaku untuk semua makhluk,  sebab para malaikat adalah "tangan-tangan" atau instrument Allah Swt.  yang bertugas melaksanakan perintah-perintah-Nya.
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman  فَسَجَدُوۡۤا  اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ  یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ --  “maka mereka bersujud kecuali iblis, ia tidak termasuk orang-orang yang bersujud.” Sebagaimana telah dijelaskan,   bahwa sebutan  iblis berkenaan dengan Adam yang telah dipilih Allah Swt. sebagai “khalifah-Nya” di muka bumi (QS.2:31) Allah” ia bukan dari kalangan para malaikat itu  melainkan ia  adalah makhluk manusia berasal dari kalangan jin  (QS.18:51) atau  dari kalangan pembesar kaumnya (QS.6:112-114 & 131-132; QS.39:72-73; QS.40:48-51; QS.67:7-12).
 Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril adalah pemimpin malaikat-malaikat. Kejadian yang disebutkan di sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu hanya berhubungan dengan Nabi Adam (yang tinggal di bumi ini kira-kira 6.000 tahun yang lalu dan menurunkan Nabi Nuh a.s.  dan Nabi Ibrahim a.s.  serta keturunan beliau-beliau  -- termasuk  di dalamnya  Nabi Besar Muhammad saw. QS.2:128-130 --  yang dibahas dalam kisah ini.

Kesinambungan Pengutusan  Rasul Allah dari Kalangan Bani Adam

 Dengan  demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kisah monumental “Adam – Malaikat-malaikat  -  Iblis  yang dikemukakan dalam berbagai Surah Al-Quran pada hakikatnya mengisyaratkan kepada kesinambungan pengutusan  para Rasul Allah di kalangan Bani Adam sampai Hari Kiamat, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾    
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.   Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, maka tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Dari  seluruh “Adam” (khalifah Allah)    yang telah mau pun akan dibangkitkan sesuai “zamannya” masing-masing  (QS.62:3-5), Adam yang paling sempurna dalam memperagakan  sifatnya sebagai ath-thīn (tanah liat)  adalah Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Allah Swt. telah memberi beliau saw. gelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) dan telah menyebut beliau saw. sebagai  rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), yang senantiasa memperoleh anugerah shalawat dan salam dari Allah Swt. dan para malaikat  (QS.33:  42-48 & 57), sebab beliau saw. inilah Rasul Allah yang bersedia memikul “amanat syariat” Allah Swt. yang terakhir dan tersempurna yautu agama Islam  (Al-Quran), firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا جَہُوۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیُعَذِّبَ اللّٰہُ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ وَ الۡمُشۡرِکٰتِ وَ یَتُوۡبَ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ  الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami telah  menawarkan amanat syariat kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan sedangkan manusia memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan  abai  terhadap dirinya. Supaya Allah akan menghukum orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan  orang-orang musyrik lelaki dan orang-orang musyrik perempuan,  dan Allah senantiasa kembali dengan kasih-sayang kepada orang-orang lelaki   dan   perempuan-perempuan yang beriman, dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:73-74).
  
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   14 Desember    2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar